• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DAN HASIL TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Penujak sudah ada semenjak tahun 1816, dengan cikal bakal berdirinya Desa Penujak yaitu RADEN MELES bersama tokoh-tokoh masyarakat pada masa itu. Desa Penujak sebelum bergabung dengan Kecamatan Praya Barat merupakan Desa dalam wilayah distrik Jonggat, yang karena pengembangan wilayah Kecamatan menjadi 2 (dua) Kecamatan, maka setelah Kecamatan Praya Barat menjadi Kecamatan yang difinitif pada tahun 1957 Desa Penujak menjadi bagian wilayah Kecamatan Praya Barat. .

Nama Penujak diambil dari bahasa Sasak yang berasal dari kata

“Panuja” yang berarti“SUMBER ILMU”. Sejak terbentuknya, Desa Penujak dahulu wilayahnya meliputi Tanak Awu, Pengembur, Tumpak, Mawun dan Bonder. Pada tahun 1956 karena luasnya wilayah yang sangat luas, terjadi pemekaran Desa yaitu Desa Tanak Awu, kemudian pada tahun 1963 Pengembur, Tumpak dan Mawun berdiri sendiri sebagai sebuah Desa,dan pada tahun 1966 Bonder pun mekar dan berdiri sendiri..28

Pada awalnya Desa Penujak terdiri dari 13 (tiga belas) Dusun yaitu Dusun Karang Dalam, Karang Daya, Dayen Peken, karang Puntik, Montor,Belemong, Kangi, Tongkek, Adong, Toro, Tenandon, Mentokok dan Dusun Selanglet. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada tahun 2008 Desa PENUJAK melaksanakan pemekaran dan penambahan Dusun menjadi 19 (sembilan belas ) Dusun yaitu Mantung, Benjor, Ketapang ,Karang Daye Timuk, Telaga dan Mentokok 1:29

Desa Penujak secara geografi, berada di ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 5-50 Mdl, dengan tingkat curah hujan rata-rata sebesar 2000 Mm/Th, suhu udara rata-rata-rata-rata sebesar 30˚C,dan dengan bentang wilayah datar. Adapun sbuh jarak di ibu kota

28Data Monogafi Desa Penujak, tahun 2020.

29Data Monogafi Desa Penujak, tahun 2020.

24

kecamatan 0 km, jarak dari ibukota kabupaten 5 km, dan jarak dari ibukota provinsi 35 km.

Mayoritas Masyrakat Desa Penujak masih bekerja sebagai petani disana mereka mengandalkan potensi pertanian yang menjadi pendukung utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat disamping usaha lain dibidang industri kerajinan,dan lain-lain. Sektor pertanian untuk tahun 2015.30 Mata pencaharian penduduk Desa Penujak yang sangat dominan adalah petani.

B. Dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Karang Daye

Pereceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan suami dan istri yang diputuskan oleh hukum atau agama (Talak), karena sudah tidak ada saling ketertarikan, saling percaya dan juga sudah tidak ada kecocokan satu sama lain sehingga menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan (suami-istri), namun juga melibatkan anak khususnya yang memasuki usia remaja. Berikut ini pernyataan terkait perselisihan terjadinya percerian sebagaimana yang dinyatakan oleh LD:

“Dampak yang saya rasakan setelah perceraian orangtua, merasa stres , merasa mudah marah jika orang lain tidak sesuai dengan keinginan saya, merasa sulit fokus terhadap sesuatu, merasa kehilangan rasa hormat terhadap orang tua dan mudah menyalahkan orang tua, melakukan sesuatu yang salah, sering tidak peka terhadap lingkungan sekitar saya, merasa tidak memiliki tujuan hidup, ingin selalu merasa sendiri, merasa tidak aman dengan lingkungan sekitar karena tidak ada orang tua yang selalu melindungi secara utuh setiap saat”.

Sebagaimana juga yang dinyatakan oleh BE:

“Dampak yang saya rasakan setelah orang tua saya bercerai yaitu saya mulai merasa iri dengan teman-teman saya yang keluarganya masih utuh, yang masih bisa bercanda dengan kedua orang tuanya, minta dibelikan barang ini itu, saya juga malu keluarga saya selalu di bicarakan oleh tetangga, itu yang

30Lalu Suharto (Kepala Desa), Wawancara, Desa Penujak, Tahun 2020.

25

membuat saya malu untuk keluar rumah dan bergaul dengan teman-teman lainnya.”.

Hal senada juga dinyatakan oleh AR:

Berikut ini salah satu hasil obser peneliti dilapangan :

“Seharusnya mereka lebih memperhatikan anak terlebih dahulu dan tidak memikirkan keegoisan masing-masing. Dengan sering berkomunikasi bersama anak, bercengkrama, dan menanyakan kesulitan belajar baik di sekolah maupun di rumah sehingga anak menjadi tidak merasakan dampak dari perceraian mereka baik dampak psikologis maupun dampak ekonomi”.

Dan akhirnya anak tersebut bisa menerima perpisahan ayah dan ibunya serta anak dapat menyesuaikan diri secara positif terhadap perceraian orang tuanya, sehingga tidak menggangu tumbuh kembang anaknya. Bagi mantan suami, seharusnya ikut bertanggungjawab terhadap biaya anak, baik biaya pendidikan, biaya perawatan, biaya kesehatan dan biaya kebutuhan hidup anak. Agar tidak semua beban ditanggung oleh pihak istri, karena dengan ikut menaggung beban biaya anak, maka akan membantu anak untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak psikologis yang dialami remaja akibat perceraian yaitu pertama remaja menjadi terganggu psikologisnya karena perceraian orang tuanya. perceraian terjadi karena tidak dapat di persatukannya perbedaan pemikiran, prinsip, gaya hidup dan lain-lain. Permasalahan perceraian yang tidak terselesaikan baik sebelum dan sesudah perceraian akan lebih memperburuk hubungan antara kedua mantan pasangan suami istri. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi jenuh terhadap kedua orang tuanya, sehingga anak tidak dapat mempercayai orang tua mereka dan lebih percaya pada teman sebayanya.

Remaja yang orang tuanya bercerai akan mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan, apakah akan mengikuti ayah atau ibu. Mereka cenderung mengalami frustasi karena kebutuhan dasarnya, seperti perasaan ingin disayangi, dilindungi rasa aman dan dihargai bersamaan dengan peristiwa perceraian orang

26

tuanya. Remaja dari keluarga bahagia lebih dari separuhnya menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi perceraian orang tuanya. Dampak negatif atau buruk lebih dialami remaja yang orang tuanya bercerai. Remaja yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita khususnya dalam hal keuangan dan secara emosional kehilangan rasa aman.

Adakalanya remaja secara terang-terangan menunjukan ketidakpuasan terhadap orang tuanya, mulai melawan atau memberontak, sambil melakukan perbuatan kriminal baik terhadap orang tua maupun terhadap dunia luar yang kelihatan tidak ramah baginya. Sehingga anak merasa penuh dengan konflik batin serta mengalami frustasi selain itu anak juga memiliki perasaan peka dari pada anak-anak yang lain, disebabkan perasan malu, minder, dan merasa kehilangan.

C. Faktor utama terjadinya perceraian orangtua di Dusun Karang Daye Desa Penujak Lombok Tengah.

Berdasarkan hasil data dan temuan yang peneliti temui di lapangan, peneliti akan memaparkan terkait faktor utama terjadinya perceraian orangtua di Dusun Karang Daye Desa Penujak Lombok Tengah. Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi beberapa remaja dan keluarga yang bercerai, perceraian berdampak pada psikologis remaja ketidak stabilan yang menyebabkan kecemasan dan stres yang ditampakkan dalam tingkah lakunya. Kegiatan menurunkan gangguan psikologis.

Penyebab terjadinya perpisahan di desa Penujak yang merupakan faktor internal yaitu faktor ekonomi, peselisihan, faktor pemabuk atau penjudi, dan faktor kekerasan atau penganiayaan.

Sedangkan faktor eksternal penyebab percerian yaitu faktor perselingkuhan dan perjodohan. Dengan mengamati jawaban responden tersebut, maka tampak bahwa jawaban responden mengenai sebab perceraian tidaklah tunggal. Sebagian responden memberikan beberapa jawaban atas beberapa faktor-faktor penyebab perceraian yang mereka alami. Hal ini logis sebab masalah sosial sering terkait antara satu dengan yang lainnya.

27 1. Faktor Agama

Hasil wawancara dengan ( AZ). Ketidak terperliharanya iman yang ada dalam sebuah rumah tangga, yang mana menyebabkan banyaknya perilaku-perilaku buruk yang terjadi dalam rumah tangga salah satunya adalah tidak ditegakkannya keagamaan dalam diri masing-masing seperti yang di ungkapkan oleh bapak AZ.

Bapak AZ:

“Jika iman saja tidak ditanamkan dalam sebuah keluarga maka sebuah keluarga tersebut sangat rentan terjadi perceraian, dengan tidak terpeliharanya iman seorang akan sangat cepat terpengaruh kearah yang lebih negatif seperti misalnya main judi, pemabuk, suka berselingkuh itu sebenarnya yang menyebabkan rumah tangga ini menjadi tidak utuh dan terjadilah yang namanya perceraian itu sendiri.”31

Hal senada juga dinyatakan oleh bapak SA berikut:

“Faktor agama sangat penting sebenanrnya karena dengan kita melandaskan keagamaan terhadap sebuah rumah tangga itu pasti kata-kata perceraian akan dipikirkan berulang kali jika menyebutnya sebagaimana yang kita tahu kan perceraian itu sangat Allah benci dari itu sebenarnya seseorang yang melandaskan keagamaan dalam rumah tangga pasti akan memikirkan dampaknya”32 Ketika Keagamaan dilandaskan dalam rumah tangga setidaknya pasangan suami dan istri akan memikirkan bagaimana dampak kedepan nya jika perceraian tersebut terjadi.

2. Faktor Ekonomi

Hasil wawancara dengan salah satu warga mengenai apa saja faktor ekonomi berkaitan dengan penghasilan yang dihasilkan oleh suatu keluargaAlasan perceraian karena faktor ekonomi di Dusun karang daye memiliki jawaban terbanyak dari 2 pasang pelaku perceraian faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Mayoritas responden bekerja sebagai petani,

31 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 10 Mei 2022

32 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 10 Mei 2022

28

pengasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan setiap harinya, mendapatkan nafkah sehari untuk makan hari itu juga.

Bahkan ada responden yang hanya bekerja srabutan dan penghasilannya tidak menentu terkadang mendapatkan nafkah tapi terkadang juga tidak oleh karena itu ekonomi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya perceraian di Dusun karang daye Desa Penujak Lombok Tengah.

Hasil wawancara dengan salah satu warga Di Desa Penujak SC) terkai apa saja faktor utama penyebab terjadinya perceraian. Ibu SC:33

“Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling utama terjadinya suatu perceraian, rata-rata pasangan suami istri yang bercerai dengan alasan ekonomi ini adalah karena pekerjaan suami yang tidak tetap dan karena suami pengangguran sehingga menyebabkan istrinya yang harus mencari nafkah dan meninggalkan anaknya. Kadang juga kebanyakan warga di dusun Karang daye ini dan yang seperti kisah yang saya alami juga ditinggal TKW dan suami menikah lagi disana jarang mengirim uang jarang ada kabar berita tidak pernah menanyakan anak-anaknya tiba-tiba menghilang dan dikabarkan menikah kembali dan terjadilah percerarian membuat saya harus mandiri dan mengurus anak-anak saya seorang diri”.

Nafkah itu merupakan suatu kewajiban suami yang paling penting terhadap istrinya dalam bentuk uang. Jadi faktor ekonomi sangatlah berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga.

Dalam kehidupan rumah tangga pasti terjadi permasalahan, tetapi permasalahan tersebut seharusnya tidak berujung pada sebuah perceraian.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh ibu HR berikut:

“Suami saya tidak bekerja, saya yang mencari uang buat kebutuhan sehar-hari, jadi penghasilan yang didapat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan panen sayur di sawah. Seorang suami sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah dan

33 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 11 Mei 2022

29

sebaliknya kewajiban seorang istri itu harus mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah tangga”. 34 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penyebab terjadinya perceraian adalah faktor ekonomi, Kedaan keluarga yang terus menerus

“menderita” mengakibatkan istri tidak kuat lagi hidup dengan suaminya, karena merasa segala kebutuhannya tidak tercukupi sehingga perselisihan dan pertengkaran sering terjadi dan mengakibatkan perceraian. Menurut pendapat penulis seharusnya antara suami istri itu harus mengedepankan kebutuhan bersama dan harus menghilangkan ego masing-masing. Apabila terdapat masalah dalam rumah tangga harusnya dapat diselesaikan terlebih dahulu oleh anggota keluarga tersebut, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Selain rasa kasih sayang yang harus dimiliki tiap anggota keluarga, ekonomi sebagai pemenuh kebutuhan keluarga juga harus tetap terpenuhi. Antara suami istri harusnya ada kerja sama untuk mewujudkan suatu rumah tangga yang bahagia dan tentram. Tugas suami mencari nafkah dan tugas istri mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Besar kecilnya nafkah yang diperoleh suami, istri harus menerima dan mensyukurinya, hal tersebut agar tidak timbul lagi perselisihan karena ekonomi yang dapat berujung kepada perceraian. Faktor ekonomi disini sangat berpengaruh terhadap keharmonisan dalam berumah tangga, jika kestabilan ekonomi dalam rumah tangga ada maka akan mengurangi terjadinya perceraian dalam rumah tangga. Secara ekonomi keluarga yang baru bercerai akan mengalami perubahan keuangan (kebutuhan hidup), dimana seorang istri tidak lagi mendapatkan nafkah dari mantan suaminya, sehingga sang istri akan berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan sendirinya (meskipun mantan suami wajib memberi nafkah anak sampai anak nya mandiri).

34 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 11 Mei 2022

30 3. Perselisihan (pertengkaran)

Hasil wawancara dengan warga mengenai apa saja.

Kebanyakan responden menjawab bahwa perselisihan yang terjadi diawali dengan hal yang spele, sebuah pertengkaran-pertengkaran kecil seperti anak minta uang jajan, istri menasehati sumai agar bekerja dan anak minta unag saku. Pertengkaran yang awal mulanya dari hal kecil bisa berbuntut besar karena peretengkaran terus menerus terjadi.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bapak SJ:

“Perselisihan antara suami dan istri pasti sering terjadi malahan setiap hari ibaratkan bumbu dalam rumah tangga itu sendiri terkadang karena hal spele itu. Apalagi istri saya yang hal spele langsung ngajak ributlah, ngomel-ngomel dan lebih parahnya lagi kalo dia marah sama saya, saya nggak di masakin seharian, tetapi lama kelamaan akan berhenti dengan sendirinya, dan perlahan akan melupakan permasalahannya juga”.35

Sebagaimana juga yang dinyatakan oleh ibu ZT berikut:

“Dulu suami saya sempat ketahuan selingkuh dari itu saya minta penjelasan kepada suami saya apakah dia benar selingkuh atau tidak. Setelah mendengar pengakuannya ternyata dia hanya ingin main main saja bukan bermaksud untuk serius menjalani hubungan tersebut dengan wanita itu. Dari itu saya mulai cekcok dengan suami pertengkaran sering terjadi dan anak anak ketika suami saya tidak memperlakukan aku sangat kesal dengan perlakuan suami terhadap saya pada saat itu hampir saya akan meninggalkan rumah dan anak anak karena kesal.Akhirnya suami berjanji dan memohon kesempatan kepada saya dan katanya tidak akan mengulang kembali kesalahan yang sama. Perselisihan juga merupakan faktor yang sangat utama terjadinya perceraian tersebut. Karena dengan perselisihan ego masing-masing bisa sangat memicu terjadinya sebuah perceraian”.36

35 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 11 Mei 2022

36 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 11 Mei 2022

31

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perselisihan yang hanya disebabkan hal spele.

Seorang istri harus taat dan patuh kepada suami sebagai kepala rumah tanngga. Akan tetapi walaupun seorang suami sebagai kepala rumah tangga juga harus menghormati istrinya dan tidak boleh bersikap semena-mena terhadap istri. Apabila selalu timbul perselisihan dalam rumah tangga ada baiknya suami istri harus mengintrospeksi diri agar dapat mengetahui kesalahan masing-masing. Dan dapat menemukukan solusi dari masalah yang diperselisihkan terus menerus. Sikap menghormati dan menyayangi itu perlu dalam rumah tangga karena hal tersebut dapat menghindarkan dari perselisihan yang bisa berujung pada perceraian. Perbuatan yang menyakitkan hati dan menyengsarakan itu.

D. Penerapan Analisis Transaksional Dalam Menangani Dampak Psikologis Yang Dialami Remaja Akibat Perceraian.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa remaja di Dusun karang daye Desa Penujak, kali ini peneliti paparkan terkait Hasil Analisis Transaksional yang dilakukan terafis untuk menurukan gangguan psikologis yang dialami remaja akibat perceraian orangtua. Dari proses pelaksanaan analisis transaksional yang dilakukan terafis bagi remaja dusun Karang Daye desa Penujak tentunya ada hasil dari pelaksanaan konseling analisis transaksional tersebut. Pada beberapa penanganan yang trafis lakukan dengan para remaja disana menggunakan salah satu tehnik dari analisis transaksional yaitu kursi.

Biasanya permainan kursi kosong tersebut diletakkan dihadapan konseli dan kemudian konseli diminta untuk membayangkan seseorang yang selama ini menjadi sumber konfliknya. Pada saat itu konseli diminta untuk mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya untuk mengekspresikan perasaannya. Terafis mendorong klien untuk mengungkapkannya melalui kata-kata, bahkan melalui caci makian pun diperbolehkan, yang terpenting adalah konseli dapat menyadari pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya. Teknik ini akan digunakan untuk korban Broken Home untuk mendapatkan

32

kepercayaan dirinya kembali, karena dengan teknik ini akan membantu konseli mengungkapkan beban yang dirasakan oleh konseli.

Sebagai sebuah eksperimen tehnik kursi kosong sebagai sarana untuk memperkuat eksperimentasi dan menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. tujuan dari tehnik kursi kosong ini a) sebagai alat untuk membantu klien agar memperoleh kesadaran secara penuh dalam menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya, b) untuk mengeksplorasikan dan memperkuat konflik yang ada pada dirinya, c) untuk melakukan pemahaman terhadap urusan-urusan klien yang belum terselesaikan dimasa lampau yang membebani klien sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan klien selanjutnya, d) mendorong klien agar bisa belajar dan melakukan peneriman terhadap kehidupan yang berpolaritas.

Berikut adalah pernyataan dari LD terkait hasil yang dirasakan dari pelaksanaan konseling Tehnik kursi kosong untuk menurunkan psikologis yang dialami remaja akibat perceraian:

“Setelah proses terafis saya merasakan sedikit perubahan terhadap kecemasan yang saya alami yang awalnya saya hanya bisa mengeluh dan melakukan hal yang saya inginkan tanpa ada yang melarang, setelah ini selesai perlahan-lahan mulai muncul dalam benak saya untuk apa saya menyesali semuanya bukankah ini semua terjadi karena kehendak Allah dan merupakan yang terbaik untuk saya (sempat saya berfikir seperti itu) oleh karena itu saya mulai berfikir positif dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.”37

Tehnik kursi kosong sebagai sarana untuk memperkuat eksperimentasi dan menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. tujuan dari tehnik kursi kosong ini a) sebagai alat untuk membantu klien agar memperoleh kesadaran secara penuh dalam menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya, b) untuk mengeksplorasikan dan memperkuat konflik yang ada pada dirinya, c) untuk melakukan pemahaman terhadap urusan-urusan klien yang belum terselesaikan dimasa lampau yang membebani klien sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan klien

37 Wawancara, LD tanggal 15 Mei 2022

33

selanjutnya, d) mendorong klien agar bisa belajar dan melakukan peneriman terhadap kehidupan yang berpolaritas.

Pernyataan yang senada diungkapkan oleh BE terkait hasil yang dirasakan setelah pelaksanaan konseling analisis transaksional dengan tehnik kursi kosong, berikut pernyataanya:

“Awalnya saya sangat kecewa dan saat itu saya sampai tidak tau mau menceritakan masalah saya kepada siapa, saat pertamakali mengetahui kalau orangtua saya bercerai sampai saya tidak pernah pulang kerumah karena masalah tersebut dan saya hanya melampiaskannya dengan menghambur-hamburkan uang, mentraktir teman-teman sesuka hati, sampai pernah terfikirkan untuk berhenti sekolah dan apa saja yang membuat saya bahagia, setelah saya mengikuti terapis dengan tehnik kursi kosong ini perlahan saya mau sekolah kembali dan tidak akan membuang-buang uang lagi, saya berusaha bangun dari keterpurukan yang saya alami dengan terus berusaha lebih baik dan tentunya tidak lupa saya serahkan semuanya kepada Allah SWT. Dalam proses konseling saya juga diajarkan untuk mengontrol diri dalam melakukan aktivitas yang kurang bermanfaat seperti menghamburkan uang, hampir ingin putus sekolah, saya berusaha mengendalikan diri juga ketika ingin menghamburkan uang.”38

Berdasarkan hasil terapis yang dilakukan di Dusun Karang Daye Desa Penujak Lombok Tengah, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa jelas Hasil dari Tehnik Kursi kosong untuk mengetahui psikologis yang dialami remaja akibat perceraian adalah percaya diri, menghilangkan pikiran negatif dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, setelah mereka disadarkan akan perilakunya dapat berakibat buruk pada dirinya, serta melakukan tindakan untuk perubahan mereka akhirnya menemukan dirinya lebih percaya diri.

Rasa percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, dengan rasa percaya diri seseorang akan mampu meraih segala keinginan dalam hidupnya, perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan sangat mempengaruhi seorang remaja dalam mencapai hidupnya. Remaja yang memiliki rasa percaya diri

38 Wawancara, BE tanggal 15 Mei 2022

34

yang tinggi akan memandang kelemahan sebagai hal wajar yang dimiliki oleh setiap orang, melalui teknik kursi kosong remaja akan merasa bahwa percaya diri bisa menggapai hidupnya dengan aman dan akan menganggap jika untuk apa merasa tidak percaya diri akan menganggap kelemahan yang dimiliki akan menjadi hambatan yang ada pada dirinya.

Dalam proses penerepan konseling analisis transaksional, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh terapis.

1. Eksplorasi masalah

Pada tahap ini terapis menciptakan hubungan baik dengan klien, membangun saling kepercayaan, menggali pengalaman klien pada perilaku yang lebih dalam, mendengarkan apa yang menjadi perhatian klien, menggali pengalaman-pengalaman klien dan merespon isi, perasaan dan arti dari apa yang dibicarakan klien.

2. Rumusan masalah

Masalah-masalah klien baik afeksi, tingkah laku atau kognisi harus diperhatikan oleh terapis. Setelah itu keduanya, terapis dan klien, merumuskan dan membuat kesepakatan masalah apa yang sedang dihadapi. Masalah sebaiknya dirumuskan dalam terminologi yang jelas. Jika rumusan masalahnya tidak disepakati perlu kembali ketahap pertama.

3. Identifikasi alternative

Terapis bersama klien mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan dari rumusan masalah yang telah disepakati.

Alternatif yang diidentifikasi ialah yang sangat mungkin dilakukan, yaitu yang tepat dan realistik. Terapis dapat membantu klien menyusun daftar alternatif-altenatif, dan klien memilki kebebasan untuk memilih alternatif yang ada. Dalam hal ini terapis tidak boleh menentukan alternatif yang harus dilakukan klien.

4. Perencanaan

Jika klien telah menetapkan pilihan dari sejumlah alternatif, selanjutnya menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut apa saja yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukan, dan sebagainya.

Dokumen terkait