• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menangani psikologis remaja akibat perceraian orang tua dengan pendekatan analisis transaksional (Studi Kasus Di Desa Penujak Lombok Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Menangani psikologis remaja akibat perceraian orang tua dengan pendekatan analisis transaksional (Studi Kasus Di Desa Penujak Lombok Tengah)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENANGANI PSIKOLOGIS REMAJA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL (Studi Kasus Di Desa Penujak Lombok Tengah)

Oleh

RONA RATNASARI NIM. 180303089

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(2)

ii

MENANGANI PSIKOLOGIS REMAJA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL (Studi Kasus Di Desa Penujak Lombok Tengah)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

RONA RATNASARI NIM. 180303089

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Rona Ratna Sari, NIM: 180303089 dengan judul “Menangani Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua Dengan Pendekatan Analisis Transak sional” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 2023

Pembimbing I

DR. H. M. Fakhri, M.Pd NIP. 196612311992031028

Pembimbing II

Syamsul Hadi, M.Pd NIP. 199005182019031007

(4)

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 2023

Hal: Ujian Skripsi Yang Terhormat

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Di Mataram

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi Saudari :

Nama Mahasiswa : Rona Ratna Sari

NIM : 180303089

Jurusan/Prodi : Bimbingan Konseling Islam

Judul : Menangani Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua Dengan Pendekatan Analisis Transaksional.

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di- munaqasyah-kan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing I

DR. H. M. Fakhri, M.Pd NIP. 196612311992031028

Pembimbing II

Syamsul Hadi, M.Pd NIP. 199005182019031007

(5)

vi

(6)

vii MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

(Qs. Al-Baqarah: 45)

Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

(Qs. Ad-Duha: 7)

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah sujud syukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau.

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

1. Bapak saya Moh. Badrun yang slalau memberikan semangat dan mendo’akan tanpa henti.

2. Almarhum Ibu tercinta Sumiati disurga sana.

3. Adikku Muhammad Aditiya Subki yang ikut menyemangati dalam mengerjakan skripsi.

4. Waq saya Inaq Fit yang slalu mendoakan saya setiap hari.

5. Kakak Saya Baiq Sri Janwarti S.Pd yang slalu memotivasiku sehingga penyusunan skripsi ini bisa terselesaikan

6. Dosen pembimbing yang selalu sabar dan tak kenal lelah memberikan arahan yang benar dalam menyelesaikan skripsi

7. Teman-teman seperjuangan yang tercinta khususnya kelas BKI C angkatan 2018.

8. Untuk almamaterku dan kampus UIN Mataram yang telah memberikan kesempatan untuk terus belajar.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas dengan baik, shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul

“Menangani Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua Dengan Pendekatan Analisis Transaksiona” ini bisa selesai dengan baik. Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Starta Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Mataram.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah memberikan arahan, dorongan, serta bantuan selama penulis menjalani masa studi dan penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain sebagai berikut :

1. Dr. H. M. Fakhri, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Syamsul Hadi, M.

Pd. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi secara mendetail ditengah kesibukannya, sehingga skripsi ini lebih matang dan cepat selesai. Saya bersyukur menjadi salah satu bimbinganmu, sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk semua kritikan dan bimbingan yang telah kau berikan.

2. Dr. Mira Mareta, M. A. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

3. Dr. Muhammad Saleh, M. A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. Selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. Terimakasih kepada kedua orang tuaku tersayang, bapakku Badrun dan Almarhum ibuku Sumiati yang telah berjuang dan selalu

(9)

x

mendukung setiap langkahku serta saudara-saudaraku dan keluargaku yang telah memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

6. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7. Terimakasih kepada teman-teman dan sahabat dari Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam khususnya kelas C 2018.

8. Terimakasih kepada semua sahabat, teman dan setiap orang yang pernah hadir dalam tiap detik perjalanan hidupku, yang tidak tertulis disini karena keterbatasan tempat, namun akan tetap tertulis, dalam ruang ingatanku. Terima kasih telah membuat hidupku berwarna dan semakin mengerti arti hidup yang sebenarnya dan selalu bersyukur atas kehadiran kalian semua.

Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari skripsi ini karena skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang dan pengembang khazanah ilmu pengetahuan Aamiin.

Mataram,______________

Penulis

Rona Ratna Sari

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Ruang Lingkup ... 6

E. Telaah Pustaka ... 7

F. Kerangka Teori ... 9

G. Metode Penelitian ... 26

H. Sistematika Pembahasan... 33

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 35

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 35

B. Faktor Utama Terjadinya Perceraian Orang Tua di Dusun Karang Daye ... 43

C. Dampak Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua di Dusun Karang Daye... 49

D. Hasil Analisi Transaksional Dalam Menangani Dampak Psikologis Pada Remaja ... Akibat Perceraian Orang Tua ... 52

BAB III PEMBAHASAN ... 56

A. Faktor Utama Penyebab Terjadinya Perceraian Orang Tua di Dusun Karang Daye ... 56

(11)

xii

B. Dampak Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua

di Dusun Karang Daye ... 62

C. Penerapan Analisis Transaksional Dalam Menangani Dampak Psikologis Yang Dialami Remaja Akibat Perceraian ... 67

BAB IV PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ...

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nama Pejabat Kepala Desa Penujak

Tabel 2 Daftar Nama Dusun Dan Kadus Desa Penujak Tabel 3 Jumlah Penduduk

Tabel 4 Mata Pencaharian

(13)

xiv

MENANGANI PSIKOLOGIS REMAJA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PENDEKATAN

ANALISIS TRANSAKSIONAL Oleh :

Rona Ratna Sari 180303089 ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang terjadi tentang peran orang tua di Dusun Kr. Daye yang membutuhkan perlindungan khusus dalam menangani dampak psikologis anak dari akibat perceraian orang tua. Dampak psikologis yang terjadi pada remaja di sekitar terjadi karena beberapa faktor penyebab terjadinya perceraian entah itu faktor dari internal ataupun external. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui dampak psikologis remaja akibat perceraian orang tua di dusun Kr. Daye. (2) mengetahui faktor utama terjadinya perceraian orang tua di dusun Kr. Daye. (3) Untuk mengetahui hasil analisis transaksional terhadap dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Kr. Daye. Metode penelitin ini adalah deskriftip kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah; (1) dampak psikologis remaja yang diakibatan perceraian orang tua adalah kurang percaya diri saat bergaul sesama remaja, karena sering dibuly dampak psikologi anak di bagi dua dampak positif dan negativ. Dampak positifnya remaja menjadi lebih mandiri sedangkan dampak negativnya remaja akan mudah marah dan lain sebagainya, (2) faktor penyebab terjadinya perceraian orang tua adalah faktor ekonomi dan perselisihan dalam rumah tangga yang sering kali terjadi adalah di saat perekonomian rumah tanng menipis dan perselisihan antara suami istri atau cek cok yang tidak dapat di toleransi karena ego masing-masing dan kurangnya iman seseorang, (3) penerapan analisis transaksional dalam menangani dampak psikologis yang dialami remaja akibat perceraian yaitu menggunakan sebuah permainan kursi kosong agar remaja lebih mampu mengontrol emosi dalam dirinya teknik bermain peran yang keseluruhan perannya dilakukan oleh satu orang dengan teknik ini diharapan mampu menggunakan permain peran dapat dimunculkan ke permukaan sehingga dapat mengalami konflik lebih penuh.

Kata kunci : Perceraian, Remaja, Analisis Transaksional

(14)

1 BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Masa kini dalam sebuah kehidupan merubah pengaruh globalisasi begitu cepat yang disebabkan olehnya. Perkembangan dunia dan modernisasi mengharuskan masyarakat menghadapi suatu masalah. Hubungan sosial dan tuntutan lingkungan sering kali menimbulkan suatu masalah sehingga menimbulkan gangguan psikologis seseorang misalnya mudah stress. Adapun salah satu penyebab terjadinya stress yaitu sebagai berikut: karena rumah tangga, kurang tidur, problem, sakit, ekonomi, pekerjaan, ujian, dan lain-lain.1

Sumber munculnya stres dalam hidup setiap manusia tidak dapat terhitung dan dapat terjadi setiap saat. Stres merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terhindarkan dari kehidupan manusia.

Setiap hari walaupun ada tekanan sekecil apapun dapat menimbulkan stres.

Dampak kesehatan psikologis pada remaja yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun salah satu gejala stres yang sering kali dialami yaitu gejala fisik (seperti sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, banyak melakukan kekeliruan ataupun suatu kesalahan dalam bekerja dan di kehidupan, keringat berlebih, berubah selera makan, dan daya energi,).2 Selanjutnya gejala emosional yaitu cepat marah, gugup, agresif, mudah tersinggung, mudah nangis dan depresi, gelisah dan cemas, terhadap orang lain, dan cepat mendapatkan musuh, mental akan terganggu. Kemudia gejala intelektual adalah salah catu yang timbul mebuat seseorang sangat cepat lupa, prestasi dan produktivitas kerja menurun, pikiran tak tenang, sulit berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, mutu kerja rendah, terjadinya salah faham dalam bekerja, tidak ada semangat.

Yang terakir yaitu gejala interpersonal merupakan suatu sikap tak

1 Mursadi Nur, “Stress dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif Psikologi”, (dalam Jurnal Edukasi, Vol. 2, No 2, Juli 2016).

2 Widya Hary Cahyati, “Stres Kerja Dengan Pemilihan Strategi Coping”

Dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat, Universitas Negri semarang, hlm. 3

(15)

2

peduli, rasa percaya kepada orang tidak ada, cepat ingkar, menjadi tertutup.

Adapun data yang dihasilkan di lokasi penelitian yaitu beberapa sumber di dusun Karang Daye3 ada beberapa kejadian yang memicu terjadinya perceraian di masa ini yang disebabkan oleh faktor perselingkuhan, ekonomi, perbedaan pendapat di dalam mendidik seorang anak, di dalam rumah tangga masih kurang iman, kurangnya wawasan luas atau pendidikan, karena ada yang ikut campur tangan, hadirnya orang ketiga dalam rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dengan demikian peneliti akan menggali yang berhubungan dengan kerusakan rumah tangga yang ada Karang Daye kemudian hasil efektifitass apabila peneliti melakukan pengamatan menggunakan suatu pendekatan, dampak psikologis remaja yang mengalami karena sebuah keegoisan orang tua.

Remaja menjadi korban perceraian memiliki cerita beragam mengenai nasib yang dialami keluarga mereka. Salah satunya LD, warga Dusun Karang Daye,4 salah satu remaja mengisahkan bagaimana awal mula keretakan keluarga mereka. Berawal dari ibunya yang selingkuh.

”Dulu waktu saya kecil orang tua saya sering cekcok. Sering bertengkar. Beda pendapat. Saya ingat itu waktu saya SD. Saya pernah dikunci di kamar mandi saat mereka bertengkar, entah apa penyebabnya saya lupa. Tapi saya ingat betul saya ketakutan sekali waktu itu,” kata dia.

Dalam suatu hubungan keluarga dikala ada masalah akan memiliki dampak pada seorang anak, kemudian akan mengakibatkan anak itu salah pergaulan, nakal, mentalnya akan rusak, kemudian akan terlantar, rusak dalam bergaul, sehingga terjadi tauran. Seoran anak terkadang akan merasa kecewa dan sedih disaat mereka merindukan sosok keluarga yang harmonis, terkadang akan menimbulkan rasa benci yang disebabkan oleh kelakuan orang tua. Hal tersebut akan menghancurkan psikologis anak baik itu batin atau fisik, yang akan

3 Observasi Lapangan, Pada tanggal 15 Januari 2022

4 Wawancara Dengan Salah Satu Remaja Korban Perceraian, Pada tanggal 15 Januari 2022

(16)

3

membuat mereka malu terhadap teman-temannya bahkan dihina oleh masyarakat, kemudian akan merusak mentalnya.

Perceraian merupakan salah satu penyebab terjadinya putusnya perkawinan yang terjadi diantara perempuan dan laki-laki sehingga mengakibatkan mereka tidak menjadi pasangan suami istri, di dalam keadaan keluarga yang begitu banyak akibat yang akan berdampak positif dan negatif terutama terhadap anak. Keluarga akan memberikan pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak terutama pada psikologis anak sehingga pembentukan watak dan kepribadian anak baik fisik atau batin. Peneliti setelah langsung mengamati di desa Penujak ada banyak kasus yang terjadi terutama perceraian yang membuat berbagai masalah seperti gangguan psikologis pada anak yang diakibatkan oleh masalah perceraian , perasaan stres yang dialami misalnya perubahan fisik, merasa cemas, dan berperilaku.

Peristiwa dalam sebuah rumah tangga seringkali terjadi perselisihan sehingga terjadi perceraian dalam keluarga sehingga senantiasa membawa dampak yang mendalam bagi anak.

Permasalahan ini akan menimbulkan stres, perubahan fisik, tekanan, dan mental. Dalam hal ini dapat terjadi kepada siapa saja baik itu anak, ibu, ayah, dan keluarga besar. Apabila terjadi suatu perceraian di dalam suatu keluarga di saat memiliki seorang anak yang baru mau menginjak usia remaja, maka mereka akan mencari sebuah ketenangan, dengan cara bergaul dengan teman, teman sekolah dan bergaul ssama remaja. Sikap yang seringkali nampak adalah nakal, kasar, sulit fokus, etika tidak ada, dan selalu memilih jalan yang salah.5 Dengan demikian penelitian ini akan lebih fokus pada permasalahan tentang perceraian yang sering terjadi di dusun Karang Daye.

Dari paparan tersebut penulis ingin meneliti untuk suatu hasil yang maksimal untuk dipertanggung jawabkan secara ilmiah di dalam sebuah karya tulis ilmiah yaitu dengan judul “Menangani Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Kasus Di Desa Penujak Lombok Tengah”.

5Http//Upipaagow.Bloggspot.com/ diambil tanggal 4 oktober 2019, pukul 10.35 WITA.

(17)

4 B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Kr.Daye ?

2. Bagaimana faktor utama yang melatar belakangi terjadinya perceraian di dusun Kr. Daye?

3. Bagaimana hasil analisis transaksional terhadap dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Kr. Daye?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam peneliti ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui dampak psikologis remaja akibat perceraian orang tua di dusun Kr. Daye.

b. Mengetahui faktor utama terjadinya perceraian orang tua di dusun Kr. Daye.

c. Untuk mengetahui hasil analisis transaksional terhadap dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Kr.

Daye.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah manfaat praktis dan teoritis.

a. Manfaat Teoritis

Adalah penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat diajukan sebagai refrensi penelitian berikutnya khususnya dalam bidang psikologi.

b. Manfaat Praktis

Adalah penelitian ini diharapkan dapat dibermanfaat untuk keluarga yang dalam keadaan bercerai supaya dapat mengetahui dampak dari sebuah perceraian pada psikologis ana remaja.

(18)

5 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Adapun penelitian ini yaitu pembatas dari penelitian yang akan dijadikan objek dari penelitian ini ialah menangani dampak psikologis pada remaja akibat perceraian orangtua.

2. Setting Penelitian

Supaya mempermudah proses penelitian yang dilakukan peneliti adapun lokasi tempat peneliti adalah di dusun Kr. Daye.

Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

E. Telaah Pustaka

Salah satu upaya pencarian pada sebuah karya yang relevan berkaitan dengan salah satu upaya untuk mengindari kesamaan, duplikasi, dan menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti untuk menghasilkan suatu pendapat. Di dalam menelaah pustaka, peneliti akan memaparkan suatu hasil dalam penelitian. Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.

1. Nurulaini, (2015) dengan judul “Bimbingan dan Konseling Islam dalam Mengatasi Dampak Psikologis Remaja Akibat Perceraian Orang Tua (Studi Kasus Di Panti Sosial Marssudi Putra (PSMP) Paramita Mataram)”. 6Pada penelitian ini fokus pada dampak psikologis remaja akibat perceraian orang tua panti sosial Marsudi Putra (PSMP) Paramita Mataram: dampak negatif terhadap anak- anak khususnya remaja, pada keluarga yang bercerai disebabkan oleh kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Sehingga akan timbul pada benak untuk mendapatkan rasa bebas memiliki tindakan semaunya, yang akhirnya menjadi nakal.

Persamaan peneliti dengan sebelumnya dengan penelitian ini yaitu membahas tentang dampak kerusakan rumah tangga terhadap anak remaja. Adapun perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya fokusnya tentang konseling Islami untuk menangani kasus stres yang dialami. Sedang disini memfokuskan pada psikologis pada remaja akibat sebuah perceraian.

6 Nurul Aiini, (2015)“Bimbingan dan Konseling Islam dalam Menangani Dampak Psikologis Anak Akibat Perceraian Orang Tua, Studi Kasus Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Paramita Mataram (Skripsi, UIN Mataram), hlm.82-85

(19)

6

2. Hadriana Jauhari, (2016) dengan judul, “Dampak Perceeraian Orang Tua terhadap Penyesuaian Diri Remaja Awal, (Study kasus di SMP Islam Terpadu Darul Kamilin Jati Bakan Desa Bakan Kec. Janapria Lombok Tengah”. Dalam hal ini memfokuskan tentang dampak perceraian orang tua pada penyesuaian diri remaja di smp islam terpadu bakan: hasil penelitiannya adalah faktor-faktor yang memengaruhi ketika menyesuaikan diri pada remaja adalah keluarga, lingkungan, sekolah, psikologis, dan tingkat regiulitas dan budaya. Akibat perceraian dapat disebabkan oleh beberapa masalah yang mengalami kekacauan emosi, tidak terkontrol dan lebih agresif, ditempatkan oleh ekspresi emosi yang berlebihan, realistik, obyektif untuk menentukan masa depan. Sedangkan dampak positif adalah perilaku yang dicerminkan oleh kemampaun subyek yang tidak menunjukkan rasa frustasi mempunyai rasa tanggung jawab dan mandiri sehingga di dalam tindakannya subyek lebih menunjukkan kedewasaan diri.

Persamaan dan perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini fokus pada anak remaja yang memiliki keluarga berpisah.

bedanya adalah akibat perceraian ayah ibu pada anak penyesuaian diri remaja awal.

3. Siti Hasanah, (2016) judul “Dampak Perceraian Orang tua terhadap Perkembangan Mental Anak (Study Kasus di Desa Taman Sari Kab.Lombok Utara” 7Pada perkembangan mental anak di desa taman sari: Hasil penelitian adalah menangani faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian dan dampak perceraian orang tua pada perkembangan mental anak, dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa pertanyaan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian di desa Taman Sari adapun yang menyebabkan terjadinya perceraian yaitu faktor ekonomi, tanggung jawab, perselisihan yang terjadi terus menerus dan pada perkembangan mental anak yang terjadi adalah sedih, tidak aman, marah, merasa bersalah, kesepian,

7 Siti Hasanah, Dampak Perceraian Orang tua Terhadap Perkembangan Mental Anak (Study Kasus di Desa Taman Sari Kab. Lombok Utara, Skripsi IAIN Mataram 2016)

(20)

7

kehilangan, dan menyalahkan diri baik secara fisik maupun psikologis. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, sama-sama membahas tentang dampak perceraian.

F. Kerangka Teori 1. Psikologis Remaja

Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa.

Remaja adalah segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang dapat diawali dengan kematangan organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Ada 3 dalam pada masa remaja ini meliputi (a) remaja awal berusia: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir berusia: 19-22 tahun. Bahwa masa remaja ini merupakan masa perkembangan yang sikapnya tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), perenungan diri, minat-minat seksual, isuisu moral, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika.

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Dalam budaya Amerika, remaja di pandang sebagai “ Strom & Stress ” karena di tandai dengan kemampuan seseorang seperti : konflik dan krisis, mimpi dan melamun tentang cinta, frustasi dan penderitaan, penyesuaian, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.8

WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa dalam masa remaja merupakan suatu masa individu berkembang dari sejak pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu ini dapat mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh, kepada keadaan yang sangat relatife lebih mandiri.

8 Syamsu Yusuf LN., M.Pd. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya. Hlm 184

(21)

8

Pada masa remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi.

Pada masa ini remaja akan mulai tertarik pada lawan jenis. Remaja perempuan akan berusaha untuk kelihatan atraktif dan remaja laki- laki ingin terlihat sifat kelaki-lakiannya.

Beberapa perubahan mental lain yang juga terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung). Remaja juga merasa canggung terhadap lawan jenis.

Remaja akan lebih senanng pergi bersamasama dengan temannya daripada tinggal di rumah dan cenderung tidak menurut pada orang tua, cari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

Hal ini akan membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh temannya. Remaja perempuan, sebelum menstruasi akan menjadi sangat sensitif, emosional, dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Perkembangan psikis ditandai dengan adanya benturan nilai dan faktor kehidupan seperti keluarha, teman, sekolah dan lain- lain.

Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi, dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang memasuki proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana remaja tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa dirinya sudah sejajar dengan orang lain di sekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua9.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat, baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun.

Perkembangan pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena dipengaruhi oleh hormon seksual.

Perkembangan berpikir pada remaja juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil10.

9 Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

10 Afif, M., & Aminullah. (2013, Agustus). Kecemasan antara siswa smp dan santri pondok pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01, no. 02, 208-209.

(22)

9

Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekita usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan.

Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama).

Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.

a. Perkembangan Psikologis Remaja

Psikologis merupakan salah satu analisis ilmiah tentang sebuah struktur daya ingat dan juga proses mental agar memahami tingkah laku manusia.

Menurut Hurlock remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun masyarakat. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat yang banyak dan tuntutannya Hurlock.

Remaja menurut Hurlock dibagi atas tiga kelompok usia tahap perkembangan, yaitu:

1) Early adolescence (remaja awal) Berada pada rentang usia 12-15 tahun, merupakan masa negatif, karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak, individu merasa bingung, cemas, takut dan gelisah Hurlock.

2) Middle adolescence (remaja pertengahan) Dengan rentang usia 15-18 tahun, pada masa ini individu menginginkan atau menandakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu, merasa sunyi dan merasa tidak dapat dimengerti oleh orang lain Hurlock.

3) Late adolescence (remaja akhir) Berkisar pada usia 18-21 tahun. Pada masa ini individu mulai stabil dan mulai

(23)

10

memahami arah hidup dan menyadari dari tujuan hidupnya. Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas Hurlock.

b. Ciri-ciri atau karakteristik psikologis remaja

Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan.

Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.

Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut11:

a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak

b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah

c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak

d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis

e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja

f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi

11 Dr. Maryam B. Gainau, Perkembangan Remaja Dan Problematikanya, (Yogyakarta: Ikatan Penebit Indonesia), hlm. 1-8

(24)

11

g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).

Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik, maupun psikologis, ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja ini diantaranya:

1. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubhan fisik yang terjadi secara cepat baik perubahan internal maupun eksternal. Perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi. Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

2. Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik yang baru dan lebih menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

3. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanakkanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa dewasa.

4. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

5. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal yang dikenal sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan emosional ini merupaknan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial

(25)

12

peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, dan akan Nampak jelas pada remaja akhir yang dalam hal ini biasanya remaja sedang duduk di masa sekolah.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan ciri-ciri remaja menurut para tokoh diatas, maka penulis dapat menjelaskan mengenai ciri-ciri remaja dengan uraian sebagai berikut. Remaja mempunyai ciri-ciri sebagai periode yang penting untuk perkembangan selanjutnya. Remaja akan merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai dengan gaya hidup yang berbeda dari masa sebelumnya.

Remaja akan melewati masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan cenderung lebih mandiri. Remaja akan melewati masa pencarian identitas untuk menjelaskan tentang siapa dirinya. Ciri-ciri remaja selanjutnya yakni masa ketakutan disini remaja akan sulit diatur atau lebih sering berprilaku kuranng baik. Remaja akan melewati masa tidak realistic dimana orang lain dianggap tidak sebagaimana dengan yang diinginkan dan yang terakir yakni ciri sebagai ambang masa dewasa yang ditandai remaja masih kebingungan dengan kebiasaan-kebisaan pada masa sebelumnya.12 c. Keadaan psikologis remaja perceraian orang tua

Setiap keputusan tentu akan menimbulkan dampak terhadap pelaku maupun lingkungan pelaku pengambil keputusan, begitupun perceraian yang sedikit banyak menimbulkan dampak yang akan dialami oleh pelaku perceraian maupun terhadap anak.

Berikut akan dipaparkan tentang dampak perceraian orang tua:

1. Dampak bagi anak korban perceraian

12 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga,2003), hal.206

(26)

13

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. 13Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau mereka jadi lebih sering untuk menyendiri.

Anak yang berada pada usia remaja dan harus menghadapi kenyataan bahwa orang tuanya bercerai lebih beresiko terhadap gangguan psikologis dan penyimpangan perilaku.14 Remaja merupakan tahapan perkembangan yang memiliki karakteristik sebagai berikut; sedang mengalami perubahan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan dirinya secara fisik, kognitif, emosi, sosial, dan kepribadian; sebagai bagian dari pubertas dan proses penemuan identitas diri. Dinamika internal dalam diri remaja sendiri pada dasarnya dapat menjadi pemicu remaja mengalami gangguan psikologis dan penyimpangan perilaku, seperti: penurunan prestasi akademik, munculnya perilaku menentang, belajar merokok, dan sebagainya.

Dampak negative keadaan psikologis remaja yaitu ada memiliki rasa malu dengan keadaan keluarganya. Berikut ini salah satu hasil obser penelit15: adapun dampak negatifnya yaitu yang tidak menentu hal ini menunjukkan, perceraian sudah pasti menimbulkan dampak psikologis negatif kepada seorang anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak- kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun masyarakat.

13 Ramadhani, Putri Erika, and Hetty Krisnani. Analisis dampak perceraian orang tua terhadap anak remaja. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial 2.1 (2019): 109-119.

14 Untari, Ida, Kanissa Puspa Dhini Putri, and Muhammad Hafiduddin.

Dampak perceraian orang tua terhadap kesehatan psikologis remaja. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian 15.2 (2018): 106.

15 Observasi pada salah satu remaja korban perceraian, Penujak 05 Mei 2022

(27)

14

Adapun kondisi psikologis pada remaja normal yang memiliki keluarga utuh, berdasarkan hasil obser peneliti:16

Mereka merasa keadaan keluarga yang harmonis, Orang tua sangat memperhatikan, sering ngajak aku jalan-jalan, semua kebutuhan slalu diusahakan yerpenuhi, tidak terlalu dikekang dengan peraturan-peraturan ketat, tapi harus bisa bertanggung jawab.

Oleh karena itu, keharmonisan dalam hubungan keluarga sangat dibutuhkan dan berpengaruh positif. Kebersamaan dan keharmonisan dalam keluarga, secara langsung mengajarkan anak, bagaimana memahami perasaan orang lain. Dengan adanya situasi dan kondisi keluarga yang harmonis, maka di dalamnya akan tercipta kehidupan yang saling menghargai dan diwarnai rasa kasih sayang 2. Faktor penyebab terjadinya perceraian

Dinamika kehidupan dalam lingkup rumah tangga semakin hari semakin kompleks, sementara pasangan suamu istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut dengan segenap upaya yang bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak. Konflik yang timbul dari upaya penyelesaian masalah ketika tidak terpecahkan dan terselesaikan akan menggangu dan mengakibatkan ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri tersebut17.

Perceraian merupakan hal yang tidak diinginkan oleh pasangan menikah dimana pun, karena tujuan utama menikah itu adalah sebuah ibadah, terkait dalam perkawinan itu sendiri, rumah tangga adalah lahan yang subur untuk beribadah kepada Allah SWT karena ketika sudah menikah, Allah meridhoi hubungan yang dijalin oleh wanita dan laki-laki.18

Perselisihan merupakan suatu hal yang biasa terjadi dalam rumah tangga. Akan tetapi, apabila perselisihan itu terjadi terus-menerus akan sangat membahayakan kerukunan dan kelangsungan hidup rumah

16 Observasi Peneliti Pada Salah satu Remaja keluarga harmonis, Penujak 08 Mei 2022

17 Dewi, E. M. P., & Basti. (2008). Konflik Perkawinan Dan Model Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(1), 42–51.

18 Jaya Wardana, Dampak Akibat Perceraian Orang Tua, (Pusat data Dan Analisis Tempo, 2021), hlm. 29-34

(28)

15

tangga itu sendiri, hingga mengakibatkan perceraian.19 Secara umum ada beberapa faktor-faktor penyebab perceraian antara lain sebagai berikut: 1) Faktor perbedaan pandangan (perselisihan) ; 2) Krisis moral dan akhlak; 3) Faktor ekonomi atau keuangan, dan lain sebagainya.

Menurut Ihromi menyusun kategori yang menjadi alasan terjadinya perceraian yaitu20:

1) Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga).

2) Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan.

3) Pasangannya sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan.

4) Tidak setia, seperti punya kekasih lain, dan sering berzinah dengan orang lain.

5) Ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan pasangannya seperti adanya keengganan atau sering menolak melakukan senggama, dan tidak bisa memberikan kepuasan.

6) Karena pasangannya sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah tangga dan anak, seperti jarang pulang ke rumah, tidak ada kepastian waktu berada di rumah, serta tidak adanya kedekatan emosional dengan anak dan pasangan.

7) Sering mabuk.

8) Adanya keterlibatan/ campur tangan dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangan.

9) Seringnya muncul kecurigaan, kecemburuan serta ketidakpercayaan dari pasangannya.

10) Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatian dan kebersamaan di antara pasangan.

11) Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga pasangannya sering menjadi tidak sabar, tidak ada toleransi, dan dirasakan terlalu menguasai.

3. Tinjauan Tentang Analisis Transaksional

19 Wijayanti, Urip Tri. Analisis faktor penyebab perceraian pada masa pandemi Covid-19 di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen 14.1 (2021): 14-26.

20 Ihromi, T. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(29)

16 a. Pengertian Konseling

Secara etimologi, konseling berasal dari bahasa latin, yaitu consiliun (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan memahami dan menerima. Di dalam bahasa Anglo Saxon, adapun istilah konseling adalah berasa dari sellan, yang memiliki arti menyampaikan atau menyerahkan. Ada beberapa definisi tentang konseling yang disusun oleh para ahli dibidang tersebut :21

1) Burks dan Stefflre konseling merupakan suatu hubungan profesional di antara konselor.

2) ASCA (American School Counselor Assosiation) menggambarka bahwa konseling yaitu salah hubungan tatap muka yang memiliki sifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan serta pemberian kesempatan dari konselor mempergunakan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi sebuah masalah.

3) Carl Rogers, konseling adalah salah satu hubungan psikolog dengan klien yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan diri pada pihak klien. Hubungan ini biasanya bersifat perorangan, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang.

b. Definisi Analisis Transaksional

Analisis Transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.

Dalam komunikasi antar pribadi juga dikenal transaksi yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal. Analisis transaksional adalah suatu model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi psikologi yg berbeda. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. 22.Dalam komunikasi antar pribadi pun dikenal transaksi. Yang

21 Johne Mc. Leod, Pengantar Konseling Teori dan Stuudi Kasus, (Jakarta :Kencana, 2008).

22 Gerald Corey, Teori dan praktik Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013) hal 160

(30)

17

dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).23

Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.

Dusay mencoba untuk mengidentifikasi suatu permasalahn ada empat tahap perkembangan yaitu.

1. Tahap Pertama (1955-1962)

Pada tahap ini Berne mengidentifikasi ego state yang terdiri dari orangtua (parent), dewasa (Adult), dan anak- anak (Child). Ego state ini yang memberikan persektif dalam berfikir, merasa, dan bertingkah laku.

2. Tahap Kedua (1962-1966)

Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. Pada tahap ini, Analisis Transaksional menjadi lebih popular karena pendekatan ini menggunakan kosa kata yang direktif dan karena individu secara langsung dapat mengetahui games yang ia mainkan. Pada tahap ini Analisi Transaksional dikenal sebagai pendekatan kognitif dan hanya sedikit menyentuh aspek afektif.

3. Tahap Ketiga (1966-1970)

Pada tahap ini perhatian Berne pada naskah hidup (life script) dan analisis naskah hidup (script analysis). Naskah

23 Lalu Abdurahman Wahid, Pendekatan Analisis Transaksional Dalam Konseling, (Al-Tazkiah: Desember 2016), hlm. 127-130

(31)

18

hidup adalah rencana internal yang menentukan arah hidup individu.

4. Tahap Keempat (1970-sekarang)

Tahap ini sebagai salah satu tahap penggabungan teknik- teknik analisis transaksional yang baru dari pendekatan yang lain. 24

Dalam tulisan Goulding dan Goulding teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep, antara lain:

anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunctions) yang berbasis dari pesan-pesan orangtua dalam membuat pengambilan keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini bertujuan untuk menerima stroke dari orangtua (parental strokes) yang berupa penghargaan dan perhatian (recognition dan attention) serta dalam memastikan pertahanan hidup yang mendasar (basic survival). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu.

Analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pengujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

Kelebihan dan Kelemahan Analisis Transaksional : 1) Kelebihan dari Analisis Transaksional

a. Punya pandangan optimis dan realistis tentang manusia.

b. Penekanan waktu di sisni dan sekarang ( here an now ).

c. Mudah diobservasi.

d. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

2) Kelemahan dari Analisis Transaksional

a. Kurang efesien terhadap kontrak treatment karena banyak klien yang beranggapan jelek terhadap dirinya dan tidak realistis sehingga sulit tercapai kontrak karena klien tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang ia inginkan.

24 Gustina Koomalasari, at, all. Tori dan Teknik Konseling, (Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 90-91.

(32)

19

b. Subyektif dalam menafsirkan status ego.

G. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Adapun pendekatan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan kualitatif, pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang lebih dan mendalam tentang pokok pembahasan. Komunikatif merupakan suatu kalimat yang memiliki makna dan dapat dimengerti oleh lawan bicara.

Metode penelitian ini ialah kualitatif, unntuk menelaah permasalahan dan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tujuannya untuk mendeskripsikan berbagai kelompok orang dalam suatu objek, serta keadaan, dengan menggunakan sistem pemikiran. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan tentang keadaan yang akurat dan terpercaya.

2. Kehadiran Peneliti

Hadirnya peneliti di dalam ssuatu permasalahan merupakan suatu keharusan, dikarenakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah.

3. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber penelitian ini adalah.

a. 3 anak remaja korban kerusakan rumah tangga.

b. 1 trafis dan pengamatan dilakukan peneliti c. Dengan cara mengamati kemudian mencatat.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data ini yaitu.

a. Peran Trapis

Peran terapis dalam penelitian ini, memainkan peran aktif dalam terapis kursi kosong, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah, keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien berbuat sesuatu. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri untuk membantu remaja yang mengalami gangguan psikologis akibat perceraian orang tuanya . Dengan menghadapi klien pada araf pribadi ke pribadi, maka peran terapis adalah tanpa peran.

(33)

20 b. Observasi

Dalam metode pengumpulan data menggunakan observasi dengan menggunakan SLC simak, libat, cakap.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis. Observasi merupakan upaya pengamatan di lapangan.

c. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan di penelitian ini. percakapan antara dua orang atau lebih, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud tertentu dengan narasumber yang sudah di tentukan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara mengambil data dari jurnal, buku, dokumen yang sesuai dengan rumusan masalah.25

5. Analisis Data

Metode analisis data ini merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan atau mengolah hasil pengumpulan data untuk memperoleh kesimpulan. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induktif, yaitu melakukan generalisasi dengan mengambil kesimpulan yang bersifat umum.

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Istilah data menunjuk pada ukuran atau observasi aktual tentang hasil dari suatu investigasi survey atau hasil observasi aktual tentang hasil dari observasi yang dicatat dan dikumpulkan, baik dalam bentuk angka atau jumlah dan bentuk kata-kata atau gambar disebut data. Ini berarti bahwa data merupakan hasil

25 Ibid., hlm. 83-185

(34)

21

pengamatan dan pengukuran empiris yang mengungkapkan fakta tentang karakteristik tertentu dari suatu fenomena yang diperoleh melalui pengamatan.

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi- materi lain yang telah terkumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk penyajian apa yang sudah ditemukan di lapangan26.

Analisis data dalam penelitian ini adalah ini menggunakan teknik deskriptif. Teknik deskriptif tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu fenomena secara induktif, adalah melakukan generalisasi dengan mengambil simpulan yang bersifat umum.

6. Keabsahan Data

Faktor yang paling penting dalam menemukan validitas.

Adapun tujuaan keabsahan data adalah untuk mengamati, peneliti berdasarkan kenyataan yang ada. Sebagaimana yang dikatakan moleong ada beberapa tekhnik pemeriksaan keabsahan data yaitu:

a. Triangulasi

Triangulasi merupakann salah satu cara mengecek keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan pada data.

b. Kecakupan Triangulasi

Merupakan media dalam menanmpung beberapa tulisan yang mencakup data. Jadi hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasu akan dibandingkan dengan tingkat kesesuainnya dengan refrensi yang sudah ada.

c. Perpanjangan penelitian

Yaitu salah satu cara untuk meningkatkan keaslian data yang sudah terkumpul dengan demiikian akan mudah mendapatkann innformasi lagi. Jadi penelitian ini dilakukan agar membangun kepercayaan.

26 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm.280

(35)

22 d. Pengecekan

Mengecek kembali data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan beberapa referensi.27

H. Sistematika Pembahasan

Sitmatika pemhsa yang akan disusun adalah sebagai berikut, 1. Bagian Awal

Pada bagian ini terdiri atas sampul depan, halaman judul, persetujuan pembimbing, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar (bila ada) dan daftar tabel (bila ada).

2. Bagian Isi, berupa:

Pada bagiian ini bab 1 pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan tempat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode dan sistematika pembahasan.

Bab II di bagian ini diungkapkan seluruh data dan temuan penelitian.

Bab III pembahasan ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di Bab II berdasarkan pada perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana diungkap di pendahuluan.

3. Bagian Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan suatu ringkasan dari semua kajian, sedangkan saran merupakan rekomendasi pemikiran penelitian terkait dengan permasalahan yang diteliti.

27 Ibid., hlm. 268-269

(36)

23 BAB II

PAPARAN DAN HASIL TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Penujak sudah ada semenjak tahun 1816, dengan cikal bakal berdirinya Desa Penujak yaitu RADEN MELES bersama tokoh- tokoh masyarakat pada masa itu. Desa Penujak sebelum bergabung dengan Kecamatan Praya Barat merupakan Desa dalam wilayah distrik Jonggat, yang karena pengembangan wilayah Kecamatan menjadi 2 (dua) Kecamatan, maka setelah Kecamatan Praya Barat menjadi Kecamatan yang difinitif pada tahun 1957 Desa Penujak menjadi bagian wilayah Kecamatan Praya Barat. .

Nama Penujak diambil dari bahasa Sasak yang berasal dari kata

“Panuja” yang berarti“SUMBER ILMU”. Sejak terbentuknya, Desa Penujak dahulu wilayahnya meliputi Tanak Awu, Pengembur, Tumpak, Mawun dan Bonder. Pada tahun 1956 karena luasnya wilayah yang sangat luas, terjadi pemekaran Desa yaitu Desa Tanak Awu, kemudian pada tahun 1963 Pengembur, Tumpak dan Mawun berdiri sendiri sebagai sebuah Desa,dan pada tahun 1966 Bonder pun mekar dan berdiri sendiri..28

Pada awalnya Desa Penujak terdiri dari 13 (tiga belas) Dusun yaitu Dusun Karang Dalam, Karang Daya, Dayen Peken, karang Puntik, Montor,Belemong, Kangi, Tongkek, Adong, Toro, Tenandon, Mentokok dan Dusun Selanglet. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada tahun 2008 Desa PENUJAK melaksanakan pemekaran dan penambahan Dusun menjadi 19 (sembilan belas ) Dusun yaitu Mantung, Benjor, Ketapang ,Karang Daye Timuk, Telaga dan Mentokok 1:29

Desa Penujak secara geografi, berada di ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 5-50 Mdl, dengan tingkat curah hujan rata- rata sebesar 2000 Mm/Th, suhu udara rata-rata sebesar 30˚C,dan dengan bentang wilayah datar. Adapun sbuh jarak di ibu kota

28Data Monogafi Desa Penujak, tahun 2020.

29Data Monogafi Desa Penujak, tahun 2020.

(37)

24

kecamatan 0 km, jarak dari ibukota kabupaten 5 km, dan jarak dari ibukota provinsi 35 km.

Mayoritas Masyrakat Desa Penujak masih bekerja sebagai petani disana mereka mengandalkan potensi pertanian yang menjadi pendukung utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat disamping usaha lain dibidang industri kerajinan,dan lain-lain. Sektor pertanian untuk tahun 2015.30 Mata pencaharian penduduk Desa Penujak yang sangat dominan adalah petani.

B. Dampak psikologis remaja akibat perceraian orangtua di dusun Karang Daye

Pereceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan suami dan istri yang diputuskan oleh hukum atau agama (Talak), karena sudah tidak ada saling ketertarikan, saling percaya dan juga sudah tidak ada kecocokan satu sama lain sehingga menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan (suami-istri), namun juga melibatkan anak khususnya yang memasuki usia remaja. Berikut ini pernyataan terkait perselisihan terjadinya percerian sebagaimana yang dinyatakan oleh LD:

“Dampak yang saya rasakan setelah perceraian orangtua, merasa stres , merasa mudah marah jika orang lain tidak sesuai dengan keinginan saya, merasa sulit fokus terhadap sesuatu, merasa kehilangan rasa hormat terhadap orang tua dan mudah menyalahkan orang tua, melakukan sesuatu yang salah, sering tidak peka terhadap lingkungan sekitar saya, merasa tidak memiliki tujuan hidup, ingin selalu merasa sendiri, merasa tidak aman dengan lingkungan sekitar karena tidak ada orang tua yang selalu melindungi secara utuh setiap saat”.

Sebagaimana juga yang dinyatakan oleh BE:

“Dampak yang saya rasakan setelah orang tua saya bercerai yaitu saya mulai merasa iri dengan teman-teman saya yang keluarganya masih utuh, yang masih bisa bercanda dengan kedua orang tuanya, minta dibelikan barang ini itu, saya juga malu keluarga saya selalu di bicarakan oleh tetangga, itu yang

30Lalu Suharto (Kepala Desa), Wawancara, Desa Penujak, Tahun 2020.

(38)

25

membuat saya malu untuk keluar rumah dan bergaul dengan teman-teman lainnya.”.

Hal senada juga dinyatakan oleh AR:

Berikut ini salah satu hasil obser peneliti dilapangan :

“Seharusnya mereka lebih memperhatikan anak terlebih dahulu dan tidak memikirkan keegoisan masing-masing. Dengan sering berkomunikasi bersama anak, bercengkrama, dan menanyakan kesulitan belajar baik di sekolah maupun di rumah sehingga anak menjadi tidak merasakan dampak dari perceraian mereka baik dampak psikologis maupun dampak ekonomi”.

Dan akhirnya anak tersebut bisa menerima perpisahan ayah dan ibunya serta anak dapat menyesuaikan diri secara positif terhadap perceraian orang tuanya, sehingga tidak menggangu tumbuh kembang anaknya. Bagi mantan suami, seharusnya ikut bertanggungjawab terhadap biaya anak, baik biaya pendidikan, biaya perawatan, biaya kesehatan dan biaya kebutuhan hidup anak. Agar tidak semua beban ditanggung oleh pihak istri, karena dengan ikut menaggung beban biaya anak, maka akan membantu anak untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak psikologis yang dialami remaja akibat perceraian yaitu pertama remaja menjadi terganggu psikologisnya karena perceraian orang tuanya. perceraian terjadi karena tidak dapat di persatukannya perbedaan pemikiran, prinsip, gaya hidup dan lain-lain. Permasalahan perceraian yang tidak terselesaikan baik sebelum dan sesudah perceraian akan lebih memperburuk hubungan antara kedua mantan pasangan suami istri. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi jenuh terhadap kedua orang tuanya, sehingga anak tidak dapat mempercayai orang tua mereka dan lebih percaya pada teman sebayanya.

Remaja yang orang tuanya bercerai akan mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan, apakah akan mengikuti ayah atau ibu. Mereka cenderung mengalami frustasi karena kebutuhan dasarnya, seperti perasaan ingin disayangi, dilindungi rasa aman dan dihargai bersamaan dengan peristiwa perceraian orang

(39)

26

tuanya. Remaja dari keluarga bahagia lebih dari separuhnya menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi perceraian orang tuanya. Dampak negatif atau buruk lebih dialami remaja yang orang tuanya bercerai. Remaja yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita khususnya dalam hal keuangan dan secara emosional kehilangan rasa aman.

Adakalanya remaja secara terang-terangan menunjukan ketidakpuasan terhadap orang tuanya, mulai melawan atau memberontak, sambil melakukan perbuatan kriminal baik terhadap orang tua maupun terhadap dunia luar yang kelihatan tidak ramah baginya. Sehingga anak merasa penuh dengan konflik batin serta mengalami frustasi selain itu anak juga memiliki perasaan peka dari pada anak-anak yang lain, disebabkan perasan malu, minder, dan merasa kehilangan.

C. Faktor utama terjadinya perceraian orangtua di Dusun Karang Daye Desa Penujak Lombok Tengah.

Berdasarkan hasil data dan temuan yang peneliti temui di lapangan, peneliti akan memaparkan terkait faktor utama terjadinya perceraian orangtua di Dusun Karang Daye Desa Penujak Lombok Tengah. Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi beberapa remaja dan keluarga yang bercerai, perceraian berdampak pada psikologis remaja ketidak stabilan yang menyebabkan kecemasan dan stres yang ditampakkan dalam tingkah lakunya. Kegiatan menurunkan gangguan psikologis.

Penyebab terjadinya perpisahan di desa Penujak yang merupakan faktor internal yaitu faktor ekonomi, peselisihan, faktor pemabuk atau penjudi, dan faktor kekerasan atau penganiayaan.

Sedangkan faktor eksternal penyebab percerian yaitu faktor perselingkuhan dan perjodohan. Dengan mengamati jawaban responden tersebut, maka tampak bahwa jawaban responden mengenai sebab perceraian tidaklah tunggal. Sebagian responden memberikan beberapa jawaban atas beberapa faktor-faktor penyebab perceraian yang mereka alami. Hal ini logis sebab masalah sosial sering terkait antara satu dengan yang lainnya.

(40)

27 1. Faktor Agama

Hasil wawancara dengan ( AZ). Ketidak terperliharanya iman yang ada dalam sebuah rumah tangga, yang mana menyebabkan banyaknya perilaku-perilaku buruk yang terjadi dalam rumah tangga salah satunya adalah tidak ditegakkannya keagamaan dalam diri masing-masing seperti yang di ungkapkan oleh bapak AZ.

Bapak AZ:

“Jika iman saja tidak ditanamkan dalam sebuah keluarga maka sebuah keluarga tersebut sangat rentan terjadi perceraian, dengan tidak terpeliharanya iman seorang akan sangat cepat terpengaruh kearah yang lebih negatif seperti misalnya main judi, pemabuk, suka berselingkuh itu sebenarnya yang menyebabkan rumah tangga ini menjadi tidak utuh dan terjadilah yang namanya perceraian itu sendiri.”31

Hal senada juga dinyatakan oleh bapak SA berikut:

“Faktor agama sangat penting sebenanrnya karena dengan kita melandaskan keagamaan terhadap sebuah rumah tangga itu pasti kata-kata perceraian akan dipikirkan berulang kali jika menyebutnya sebagaimana yang kita tahu kan perceraian itu sangat Allah benci dari itu sebenarnya seseorang yang melandaskan keagamaan dalam rumah tangga pasti akan memikirkan dampaknya”32 Ketika Keagamaan dilandaskan dalam rumah tangga setidaknya pasangan suami dan istri akan memikirkan bagaimana dampak kedepan nya jika perceraian tersebut terjadi.

2. Faktor Ekonomi

Hasil wawancara dengan salah satu warga mengenai apa saja faktor ekonomi berkaitan dengan penghasilan yang dihasilkan oleh suatu keluargaAlasan perceraian karena faktor ekonomi di Dusun karang daye memiliki jawaban terbanyak dari 2 pasang pelaku perceraian faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Mayoritas responden bekerja sebagai petani,

31 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 10 Mei 2022

32 Hasil wawancara dengan warga, Penujak tanggal 10 Mei 2022

Referensi

Dokumen terkait

Seperti apa yang telah dkatakan Dahrendorf, dalam pembangunan PLTU Desa Jayanti Pelabuhan Ratu terdapat dua kelas sosial dimana yang berkuasa itu adalah pihak pemerintah

Kabupaten Kuningan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terdapat pada kuadran I, artinya tergolong pertumbuhan yang progresif dan memiliki daya saing yang cukup

Untuk melihat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada siswa yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran discovery learning dengan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna adalah kegiatan pemberian bantuan kepada pengguna untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar para pengguna

Merujuk pada pengertian kinerja dan mengajar sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dapat disimpulkan kinerja mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unjuk kerja

54 Tahun 2010, Pengandaan secara elektronik atau E-procurement adalah Pengadaan Barang/ Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan

Tujuan penyusunan Renja BAPPEDA Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 adalah membentuk susunan rencana dan program pembangunan yang optimal serta berkesinambungan dalam waktu

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah terganggu yang diambil di lahan perkebunan karet dengan tanaman sela meranti, damar, gaharu dan