• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.2. Sumber Air dan Manfaat Situ Kedaung

4.2.1.3. Parameter biologi

Parameter biologi yang diamati meliputi fitoplankton, zooplankton, tanaman air, ikan dan bakteri E. coli.

Fitoplankton dan zooplankton merupakan komponen penting dalam rantai makanan karena masing-masing merupakan primary producer (fitoplankton) dan

primary consumer (zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Situ

Kedaung. Tumbuhan air dapat menyaring partikel-partikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi lebih jernih. Selain itu, tumbuhan air juga dapat memberikan nilai bagi keindahan situ. Keberadaan berbagai jenis ikan relatif penting karena merupakan bagian dari mata pencaharian masyarakat sekitar dan objek wisata memancing, serta E. coli digunakan untuk melihat adanya pencemaran dari limbah organik yang berasal dari kotoran manusia maupun hewan. Kisaran kelimpahan fitoplankton di Situ Kedaung adalah 10 – 13.710 sel/l dan dijumpai empat kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (9 genus), Chlorophyceae (4 genus), Cyanophyceae (5 genus) dan Desmidiaceae (3 genus). Dari empat kelas (20 genus) yang dijumpai, ternyata perairan ini didominansi oleh genus Aphanopchapsa sp (kelas Cyanophyceae) sebesar 13.710 sel/l. Menurut Wetzel (2001), danau eutrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenopyceae dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktus komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cryisophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae dan Bacillariophyceae. Dari

pernyataan itu, maka dapat diduga bahwa perairan Situ Kedaung merupakan perairan eutrofik.

Jumlah dan genera zooplankton yang ditemukan di Situ Kedaung relatif lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Hanya terdiri dari tiga kelas yaitu Crustacea, Rotifera dan Protozoa. Kelimpahan zooplankton berkisar antara 250-1.630 sel/l. Jenis zooplankton yang ditemukan didominasi oleh genus Cyclotela sp (kelas Rotifera) dengan kelimpahan sebesar 1.630 sel/l. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di Situ Kedaung dapat dilihat pada Lampiran 12.

Berdasarkan perhitungan nilai indeks keanekaragaman (H’) pada fitoplankton didapatkan nilai yaitu 1,79687 (Lampiran 12). Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Dari nilai tersebut, maka keanekaragaman (H’) yang didapatkan termasuk dalam stabilitas komunitas fitoplankton yang sedang. Pada zooplankton, nilai indeks keanekaragaman (H’) sebesar 1,19149 yang berarti bahwa keanekaragaman termasuk kedalam kondisi yang sedang.

Di Situ Kedaung dijumpai dua jenis tanaman air, yaitu kangkung air (Ipomoea aquatica) dan Eceng gondok (Eichhornia crassipes). Letak kedua tanaman tersebut berada di pinggiran situ dan di dekat karamba ikan. Sebarannya berkisar 5% dari luas perairan Situ Kedaung. Kangkung air (Ipomoea aquatica) diketahui dapat menyerap logam berat yang terdapat di dalam air seperti Ni, Cd, Pb dan lain-lain (Widjaja 2004) dan sebagai bahan makanan bagi manusia. Tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) diketahui dapat menyerap bahan pencemar di dalam air dan tangkai daunnya dapat diolah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis seperti anyaman dompet, tas, topi dan mebel. Selain itu dapat dijadikan sumber penghasil gas bio yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pemanas maupun lampu penerangan (Sastrapradja & Bimantoro 1981). Akan tetapi, eceng gondok dapat menjadi gulma karena tumbuh dengan cepat pada danau maupun waduk sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan,

mengurangi fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses pendangkalan dan akan mengganggu kegiatan pengairan, perikanan dan wisata. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik agar jumlah tanaman eceng gondok tidak terlalu banyak. Warga di Situ Kedaung juga membudidayakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) untuk dijadikan produk-produk mebel atau anyaman.

Dari wawancara yang telah dilakukan, ikan yang terdapat di Situ Kedaung antara lain ikan mujair (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) dan betutu (Oxyleotris marmorata). Ikan-ikan tersebut merupakan ikan yang dapat bertahan hidup pada kondisi perairan yang tidak terlalu baik dan merupakan ikan introduksi sedangkan ikan asli (endemic species) sudah tidak ada. Hal ini dapat diduga ikan-ikan introduksi dapat beradaptasi di perairan Situ Kedaung sedangkan ikan endemic tidak, akibat berubahnya kondisi perairan. Berdasarkan wawancara, ikan yang sering tertangkap adalah ikan nila dan mujair. Ketersediaan fitoplankton dan zooplankton di perairan Situ Keduang dapat digunakan sebagai pakan alami ikan. Akan tetapi fitoplankton maupun zooplankton tidak bias menjadi pakan alami di Situ Kedaung karena jumlahnya yang tidak terlalu melimpah sehingga ikan-ikan tersebut mendapatkan pakan berupa bahan organik yang berasal dari karamba. Ketersediaan ikan di Situ Kedaung sudah semakin berkurang. Hal ini dinyatakan oleh masyarakat setempat karena jumlah tangkapan mereka menurun dari hari ke hari. Ikan-ikan yang terdapat didalam situ berasal dari hanyutan ikan-ikan dari kolam pemancingan yang berada dibagian selatan situ serta adanya penebaran oleh lembaga/instansi pengelola.

Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002). Jumlah E.coli distasiun itu sebanyak 94 jml/100ml, dimana hal itu masih berada dibawah baku mutu PP No.82 tahun 2001 yaitu 1000 jml/100 ml sehingga perairan tersebut masih dalam kondisi yang baik. Jika suatu perairan memiliki kadar E.coli yang terlalu banyak, maka kondisi perairan tersebut tidak baik karena bakteri ini merupakan bakteri pembawa penyakit yang berasal dari kotoran manusia dan hewan sehingga akan menimbulkan bibit penyakit dan akan mengganggu keindahan perairan. Karena akan menimbulkan bau yang tidak sedap yang mempengaruhi kegiatan wisata yang akan dikembangkan.

Dari hasil pengamatan kondisi fisika-kimia-biologi Situ Kedaung maka dapat dikatakan kondisi fisika dan kimia situ masih dalam kondisi baik, akan tetapi secara ekologi sudah mulai tertekan karena dilihat dari kondisi biologi, keberadaan biota yang telah menurun.

4.3. Keadaan Sosial-Ekonomi Penduduk di Kelurahan Bambu Apus

Dokumen terkait