• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA RAPAT:

F- PARTAI DEMOKRAT (HARMUSA OKTAVIANI, S.E.):

Terima kasih Pimpinan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Komisi VIII kemudian Pak Doni sebagai Kepala BNPB dan beserta jajarannya.

Pertama-tama saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bu Selly tadi ya itu BNPB sangat butuh tenaga profesional untuk mengcover kegiatan-kegiatan BNPB dalam menanggulangi bencana. Mungkin bisa sebagian dianggarkan untuk itu karena sangat penting menurut saya.

- 30 -

Kemudian yang kedua adalah terkait proyek prakarsa ketangguhan bencana Indonesia. Itu dijelaskan bahwa jumlah pinjaman adalah 160 juta US Dollar atau senilai 2,282 triliun. Terkait hal itu saya ingin menanyakan bagaimana tingkat urgensi dari proyek ini sehingga perlu menggunakan sumber pendanaan dari pinjaman luar negeri tersebut. Kemudian sudah dipaparkan tentang usulan tambahan anggaran pada BNPB pada eselon II kegiatannya salah satunya ada fasilitas peningkatan bidang sosial, ekonomi, dan sumber daya alam di daerah pasca bencana dan itu hanya tertulis dua lokasi saja. Kemudian ada pemulihan bidang SDA di daerah pasca bencana itu juga dua lokasi. Padahal, kita tahu Indonesia titik bencananya begitu banyak Pak. Apa titik itu cukup dan kemudian adakah kriteria untuk penempatan target pasca bencana tersebut? Saya kira dua titik tersebut itu sangat kurang Pak. Sedangkan kita semua tahu tadi juga dipaparkan oleh Pak Doni bahwa bencana-bencana bukan hanya Covid. Kita ada kebakaran, ada banjir, ada gempa, dan lain sebagainya. Mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan terima kasih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam. Selanjutnya Bu Endang. Silakan Bu Endang.

F- PARTAI GOLKAR (Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Ag., S.H., M.H.):

Pertama tentu saya mengapresiasi kerja yang sangat luar biasa Pak Doni dan krunya ya tanpa mengenal lelah, terus bekerja memang butuh penanganan wabah Covid. Sedikit mengenai pergeseran alokasi antar program tadi Pak tentu kita ingin agar supaya kita bisa yakin bahwa pagu indikatif dan penambahan yang Bapak usulkan itu memang menjadi tepat ketika pergeseran antar program itu alasan yang sangat mendasar apa kenapa dari 3 menjadi 2? Kan kalau biasanya dari 2 menjadi 3. Nah ini jadi kita juga ingin tahu dengan kondisi yang seperti ini justru ada penyempitan.

Kemudian program ketahanan bencana yang Bapak ajukan ini sangat tepat sekali karena sudah sejak lama kita berharap bahwa ketahanan bencana itu harus. Hanya saja ini bencana ini tidak seperti bencana yang terjadi pada umumnya. Ini adalah bencana yang memang di luar dugaan kita semua. Tentunya ini ke depan harus menjadi satu catatan semoga saja ke depan tidak ada bencana yang di luar dugaan seperti Covid-19 ini. Jadi ketika program ketahanan bencana ini memang menjadi suatu kebutuhan tetapi karena ada wabah Covid secara otomatis ketahanan bencana yang dirancang bangun sejak dulu ini tidak bisa belum bisa direalisasikan, belum bisa dikerjakan. Kan harapan kita dulu selalu apa namanya ketahanan bencana atau bagaimana masyarakat tahan bencana melalui kearifan lokal itu dibangun di masing-masing daerah. Tetapi ternyata justru lebih dahulu yang ada wabah.

Nah harapan kita, harapan kita dengan adanya program ketahanan bencana. Ini kita diberitahu oleh Pak Doni dengan adanya kasus Covid ini ketahanan keluarga yang bagaimana yang ke depan bisa diantisipasi oleh masyarakat kita. Jadi kalau saat ini kan sudah terjadi. Nah kalau sudah terjadi ketahanan yang bagaimana yang diharapkan oleh pemerintah melalui BNPB.

- 31 -

Harapan kita tentunya tidak akan ada lagi wabah-wabah baru. Jadi kalau pagu indikatif sebagaimana yang sudah disampaikan dan bagaimana penambahannya tentu sepakat sudah sejak lama mestinya kalau memang Pemerintah ini bawa berpihak kepada masyarakat yang namanya BNPB sejak dulu atau yang menangani bencana anggaran itu tentu tidak kecil karena menangani seluruh Indonesia. Tetapi sebagaimana kemarin yang disampaikan anggaran selalu menurun. Harapan Kita ini juga anggaran itu naiknya fantastis. Tetapi ternyata tidak begitu fantastis kita melihatnya. Dan apakah dengan anggaran yang diusulkan ini sudah cukup membuat Pak Doni bisa bekerja dengan nyaman begitu. Karena melihat kasusnya saja seperti ini, dengan adanya new normal kita tidak tahu apakah, apakah ini akan berhenti begitu ya? Sementara sosialisasi baik di media massa melalui semua lini saja ternyata kondisinya masih sedemikian rupa. Belum bisa dikatakan apa namanya stabil ya. Belum bisa dikatakan stabil. Nah ini yang nanti perlu dijawab.

Kemudian mengenai titipan. Satu, tentang perempuan, anak dan, disabilitas Pak. Perempuan, anak, disabilitas, dan lansia. Ini perlu perhatian serius dari pemerintah karena Pak Doni sebagai gugus tugas tentu harus bisa mendeliverry bahwa mereka harus mendapatkan perhatian serius. Meskipun di zona hijau tentunya saya berharap anak-anak kita yang masih sekolah di SD/TK/Paud/RA ini janganlah diberi kesempatan untuk bertemu, apa datang sekolah. Meskipun itu zona hijau. Siapa yang bisa menjamin zona hijau ini tepat, aman bagi mereka? Karena ketika anak-anak ini nanti terpapar kita berharap bangsa kita ke depan tetap menjadi bangsa anak-anak masih muda menjadi generasi emas yang akan datang untuk bangsa kita. Jadi kita berharap melalui Pak Doni pada gugus tugas kepala gugus tugas mampu meyakinkan kepada mereka jangan sampai bangsa kita ke depan menjadi rugi karena anak-anak sudah terpapar penyakit yang seperti ini. Ya kalau bisa nanti nya tetap bisa diselamatkan. Selain bisa diselamatkan tentu kalau sudah terpapar ini akan menjadi jauh lebih berat baik untuk apanya penanganannya baik untuk pemulihannya dan ini akan menjadi dua kali kerja bagi mereka.

Kemudian yang kedua penanganan bagi mereka kita harapkan Pak Doni bahwa anak-anak untuk ketika di rumah akan merasa jenuh dan sebagainya. Perlu apa kreativitas mungkin Kemendikbud mencarikan upaya agar supaya anak itu tetap bisa belajar dengan alam namun mereka tetap di rumah mereka tidak datang ke sekolah. Masih tetap bisa bersosialisasi tapi dengan baik. Apakah dengan apa namanya homeschooling atau bagaimana yang biasanya. Kalau daring ini membuat mereka juga juga jadi susah karena tidak semuanya mempunyai sarana yang memadai. Jadi itu yang menjadi PR tentunya jangan sampai terlupakan.

Kemudian lansia ketika kemarin ada melalui kementerian terkait pemberian-pemberian apa namanya sekedar untuk mempertahankan, menambah mereka agar tetap bertahan di kondisi wabah ini baik lansia, disabilitas ini banyak sekali yang terabaikan. Bagaimana mungkin melalui gugus tugas meminta, mendengarkan, atau menanyakan kenapa mereka sampai terabaikan tidak mendapatkan padahal sebegitu banyaknya kementerian yang terjun tetapi ternyata mereka terabaikan. Ini yang kita

- 32 -

harapkan nanti mendapatkan perhatian serius dari Pak Doni. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Sekarang Pak Kepala kita dengarkan yang dari virtual di meja Pimpinan sudah ada 2 orang yang akan menanyakan pertama adalah Pak Iskan Qolba Lubis. Pak Iskan mendengarkan?

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Dengar-dengar Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Pak Doni dan jajaran BNPB, juga Pimpinan, Anggota dan teman-teman sekalian.

Tadi juga banyak disampaikan teman-teman ya. Kan kalau secara manajemen ya saya cukup mengapresiasilah BNPB ini. Sudah bagus kesiapsiagaannya, ketepatan kerjanya, semangatnya. Bagus ya dan saya juga kemarin waktu sebelumnya itu kan anggaran itu dipotong ya? Kita semangat sekali supaya ditambah. Tapi ternyata BNPB ya ... kalau kita pasarnya sudah ... ya anggaran yang disampaikan. Saya jadi agak bertanya ada apa begitu ya?

Jadi ketua saya Fraksi PKS dengan tegas, mohon maaf Pak Doni PKS protes anggaran 3,6 triliun ini. Kita tidak pernah diajak bicara sama sekali.

Kan logikanya gugus tugas ini adalah untuk seluruh nasional. Ternyata anggaran ini, siapa yang pintar meloby dia akan cepat dapat ya. Disini ada APRI ada dari ... selam, segala macam. Ini saya lihat ini nggak apa ya tidak normal menurut saya. Seharusnya kan pesantren itu inkani bencana Covid ini secara nasional termasuk pesantren-pesantren yang tidak ada screening centre, nggak ada alat APD mereka sama sekali tidak. Walau 1 miliar mereka enggak ada anggaran untuk mereka. Kementerian Agama sudah enggak ada dana itu. ....

KETUA RAPAT:

Pak Iskan enggak kedengaran Pak Iskan.

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Saya ulangi ya Pak ya. Jadi pertama saya mengapresiasi BNPB yang sudah bagus dari segi manajemennya. Sudah ada kesiapsiagaan, dia cukup cepat dan lain sebagainya. Cuma saya PKS ini ada yang perlu kita kritisi Pak Ketua, itu anggaran yang dipakai untuk penyaluran dana siap pakai itu 3,6 triliun ini besar ini Pak Ketua. Kalau di anggarannya 2,5 ini lebih menarik ini yang on call ini. Saya melihat ada yang tidak normal di anggaran ini dari segi sistem ya. Makanya begini Gugus Tugas itu adalah program nasional.

Seharusnya yang butuh APD itukan rumah sakit, butuh dana cepat oke dia beri rumah sakit. Pesantren-pesantren itu puluhan ribu enggak ada dapat dana dari Gugus Tugas ini. Padahal mereka tidak ada APD-nya apa namanya hand sanitizernya, disinfektannya tidak ada. Kita tidak pernah diajak ngomong ini Pak Ketua, bagaimana ini Pimpinan. Artinya ini sesungguhnya BNPB itu

- 33 -

sebagai mitra dari Komisi VIII ini anggaran kita ... harus sesuai dengan kepentingan NKRI. Jangan hanya ini Mabes TNI, TNI punya dana juga.

Okelah dibutuhkan.

Kalau saya analisa umpamanya pembangunan rumah sakit Pulau Sebaru. Ini saya khawatir, ini ada yang melobi, ini belum ada persetujuan oleh Kementerian Kesehatan. Seharusnya yang berhubungan dengan rumah sakit apa yang kita butuhkan disana apa ketersediaan ABK disana. Ya okelah ABK rakyat Indonesia, tapikan pesantren ratusan ribu, jumlah pesantren jutaan itu tidak ada sama sekali dapat dana on call ini. Ini jadi saya ini begitu. Ini saya heran begitu. Jadi ini saya itu, jadi heran ini. Kok saya ... tidak komunikasi dengan Pak Ketua kita enggak tahu tiba-tiba kita sudah disalurkan enggak pernah disalurkan enggak ngomong ke kita dana gugus tugas itu apa. Oke kita mau butuh apa namanya untuk helikopter sekian ini untuk ini. Diajak dong kita ngomong Komisi VIII apa yang dibutuhkan ini. Pesantren berapa? Apa salahnya apa namanya kita anggarkan seratus miliar inventaris pesantren ini enggak ada sama sekali. APD ini ... jangan sampai BNPB ini seperti jadi calo begitu.

Ini maaf ini saya bukan marah ini. Karena ini tidak dibicarakan dengan kita.... kan kita mau tahu juga seperti apa outputnya, kepentingannya di pulau-pulau ini. Padahal jumlah penduduk kita ini 70% penduduk kita di Jawa.

Artinya itu terjadi pusat-pusat Covid sekarang di Jawa Timur. Okelah di pulau-pulau itu kita tahu tapi sejauh bagaimana mengirim orang lagi ke sana? Kalau pusatnya terjadi di Jakarta. Jadi ini mohon maaf ini Pak Ketua kalau penanganan bencana saya cukup anulah, sangat salutlah tapi saya di on call ini saya jadi bingung. Nah saya minta Pak Ketua nah tolong anggarannya itu apa apa dia cukup memberikan langsung ke Mabes TNI atau ke tempat itu atau bagaimana? Atau memang BNPB itu beli barangnya atau tender itu bagaimana? Nah ini besar anggaran juga perlu kita kritisi. Nah maksud saya Pak Ketua, ... ini fokus disitu saja. Apakah kita Panja ? Sebenarnya masih banyak yang masih mau saya tanyakan apakah ... saya kaget ... apa saya yang malas? Menurut saya, saya masuk terus Pak Ketua. Ikut terus saya waktu itu. ... BNPB tapi kita ditargetkan sudah habis 3 triliun begitu. Kalau daftarnya begini saja .... oke mungkin kita pahamlah ya dia butuh obat-obat ... tapi pesantren ini bagaimana dibiarkan saja begitu. Enggak ada perhatian sama sekali minimal seratus miliar tidak ada.

Jadi mohon ini Pak Ketua, tolong dibuat jadi keputusan sebagian dana on call itu harus dialihkan ke pesantren. Kita ... tidak setuju ini Pak. Jadi harus sebagian masih ada dana on call itu harus kita sekarang, anak-anak kita mau ke pesantren mereka itu lah pemimpin masa depan, tidak ada disinfektan, tidak ada nyuci tangan juga enggak ada. Kok dibiarkan saja? Tiba-tiba pulau sana ... kok hebat banget bangsa ini. Bagaimana ini Pak Ketua saya jadi bingung ini. ... Ini jelas ini PKS ini protes ini. Begitu saja. Tolong Pak Ketua menindaklanjuti. Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

- 34 - KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam warrahmatulaahi wabarrakatuh. Ya Pak Iskan nanti kita tindak lanjuti Pak Iskan. Selanjutnya Pak Kyai Bukhori. Silakan Pak Kyai Bukhori.

F- PKS (K.H. BUKHORI, L.C., M.A):

Baik Pak Ketua. Terima kasih banyak.

Pak Ace dan teman-teman sekalian yang saya hormati, wabilkhusus kepada Anggota, Pak Kepala Doni dan rekan-rekan yang saya hormati.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh. Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semuanya. Saya nampak Pak ya? Nampak ya?

Pertama saya menyampaikan terima kasih.

KETUA RAPAT:

Dimana ini Pak Kyai.

F- PKS (K.H. BUKHORI, L.C., M.A):

Ini masih baru selesai rapat.

KETUA RAPAT:

Apa lagi wisuda apa ini?

F- PKS (K.H. BUKHORI, L.C., M.A):

Ya ... wisuda wa ini salah background ini.

KETUA RAPAT:

Baik silakan Pak Kyai.

F- PKS (K.H. BUKHORI, L.C., M.A):

Baik Pak Doni yang saya hormati. Saya menyampaikan terima kasih dan juga mengapresiasi atas kerja keras yang sudah dilakukan terhadap apa yang sudah dan telah dipersiapkan oleh BNPB terkait khususnya masalah penanganan Covid-19 ini. Meskipun juga banyak catatan. Kalau lihat catatan Pak sebenarnya ya luar biasa. Ada satu survey yang dilakukan pada tanggal 27 Mei lalu belum lama ini sebenarnya oleh lembaga kajian strategi dan pembangunan. Itu dia mencatat bahwa masih ada 89,64 % dari warga Indonesia yang menyatakan tidak puas dengan pemerintah pusat dalam penanganan Covid. Dan kalau kita lihat misalnya ketidakpuasan kenapa demikian tinggi ini memang pertama terkait dengan masalah koordinasi lalu kemudian perencanaan dan ... yang memang terkesan kita ini gagap dan betul memang gagap.

- 35 -

Saya mengulang kesedihan ini saya ingat betul ketika saya melakukan diskusi dalam salah satu forum dengan nasional dan waktu itu juga ada dari pihak Eijkman, lembaga penelitian, lalu kemudian juga ada dari universitas swasta. Dan waktu itu kemudian saya tanggal 1, tanggal 1 hari Minggu yang menyatakan bahwa Indonesia masih bebas Corona. Saya katakan supaya kita ... tetapi di negara-negara lain menolak terhadap Indonesia termasuk kasus umrah kasus Singapura dan begitu seterusnya. Tapi kemudian waktu itu kami mendesak saya memang ... yang menyatakan sebaiknya memang harus menyatakan bahwa Indonesia itu bebas Corona itu menjadi nilai lebih.

Eh nanti ternyata tanggal 2 hari Seninnya itu diumumkan bahwa Indonesia telah terjangkit dua positif ada dua terkena Corona terinfeksi Corona di Depo.

Ini juga saya agak miris juga ya. Satu sisi bahwa selama ini antar menteri antar lembaga begitu hebat mempertahankan sesuatu yang sebenarnya dalam pikirannya begitu tapi faktanya demikian.

Sampai hari ini kita belum bisa melihat bahwa Covid ini kemudian mengalami penurunan. Tapi kemudian tiba-tiba juga sudah ada keputusan awal Juni, Juni 5 Juni sudah mulai sebagai norma baru. Ini juga sesuatu yang sangat mengagetkan sebenarnya dan kalau dibanding dengan pemerintah daerah masyarakat lebih percaya dengan pemerintah daerah. Jadi sebenarnya. Ini 43% itu mereka dari 49% koordinasi antar instansi nampak sekali bahwa ... pemerintah. 16% itu mengatakan bahwa pemerintah kurang terbuka. Jadi itu alasan, jadi 13% itu kurang cepat layanan. 11% kurang tepat sasaran bansosnya. 10% alasan tidak konsisten kemudian 2% tidak serius, terus 1,64% senada dengan ... Saya kira ini salah satu angka kecil ... dalam rangka untuk kita perbaiki ke depan.

Jadi saya melihat kegagapan ini kenapa terjadi? Ya karena selama ini pertama BNPB meskipun usianya relatif baru ya kalau dibanding kementerian tentu BNPB dianggap baru. Tetapi posisi BNPB saya melihat itu paling krusial. BNPB ini posisinya seperti pemadam kebakaran. Ya dia posisi pemadam kebakaran dia tidak bisa mempengaruhi terhadap bencana.

Seharusnya sebagai penyelenggara yang sudah tahu. Sebagai negara yang sudah tahu sebagai negara yang merupakan pusat episentrum bencana dan bencana alam khususnya. Maka kemudian itu bisa diantisipasi perencanaan pembangunan nasional kita harus diwarnai, dijiwai dengan adanya itu. Kalau tidak semakin. Nah yang kedua apalagi ketika menghadapi bencana yang sifatnya non alam semakin tidak siap. Kenapa? Unpredictable, bencana yang bisa diprediksi saja kita kewalahan apalagi yang hanya bisa diprediksi jauh.

Nah saya menyarankan Pak Ketua, supaya menjadi catatan di dalam Perubahan Undang-Undang Penanggulangan Bencana jadi tidak hanya menempatkan BNPB ini sebagai lembaga pemadam kebakaran tetai dia bahwa BNPB ini harus memiliki rekomendasi-rekomendasi yang harus menjadi diterima oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjadi kebijakan nasional perencanaan pembangunan. Supaya apa?

Supaya inline. Ini sekaligus apa? Sekaligus ini mengangkat terhadap marwah dan martabat BNPB supaya BNPB tidak hanya menjadi pemadam di belakang tetapi tidak dikerjakan. Nah ini lah sebenarnya salah satu divisi kita kan ada divisi perencanaan dan divisi penanggulangan bencana yang memiliki suatu kajian yang firm, kajian yang detail dan rinci bagaimana

- 36 -

kemudian supaya itu disampaikan kepada Bappenas dan itu kemudian itu harus diendorse di dalam undang-undangnya. .... Kemudian ... terhadap Undang-Undang Bappenas mungkin bisa dimasukkan ke Omnibus Law atau melalui Cipta Kerja yang kemudian sekarang sedang dalam rencana. ... bisa dilakukan. Jadi yang pertama ... terhadap kelembagaan yang pertama terhadap BNPB ini yang pertama supaya negara kita tidak terus menerus baik kemudian ini hanya menjalankan terhadap apa namanya kebencanaan-kebencanaan tetapi kemudian ... .

Ini yang kedua Pak Ketua. Kami juga mengharapkan kepada BNPB isu terkait new normal menjadi tidak ... yang sekarang menjadi problem baru itu saya melihat bahwa saya memantau karena di Fraksi PKS itu kami punya gugus tugas Covid ... yang terdiri dari seluruh fraksi dan saya adalah salah satu dari bagian itu. Seluruh daripada komisi. Kami punya kajian secara menyeluruh, kami punya tawaran secara menyeluruh bagaimana seharusnya terhadap ... salah satu khususnya bencana Covid-19. Salah satu yang kami perhatikan adalah memang disini ada Pemerintah gagap selain kemudian gagap nah di sini kemudian adanya keberdayaan dari BNPB itu. Nah akhirnya apa ketika diberitahukan kebijakan new normal saya ... ini tidak atas dasar sebuah kajian. Tetapi ini atas dasar feeling. Ya tadi feeling ekonomi itu sudah kita semua paham. Seharusnya kemudian selain kemudian ada feeling ekonomi ya mbok yao juga data ini ... data yang kemudian tidak pernah turun sama sekali ini kemudian harus diapakan ini. Jangan ketika membuat kebijakan tidak berbasis data. Atau yang kemudian apa yang kita inginkan walau berbasis data. Faktanya bahwa yang terjangkit Covid pada hari ini tidak menurun tetapi kemudian menaik bertambah terus.

Nah oleh karena itu salah satunya salah satu problem ketika membuat new normal problem yang paling tampak adalah terkait dengan masalah mempersiapkan. Contoh, masyarakat yang ingin kerja di luar daerahnya dia mesti harus menyiapkan kartu keluar masuk SIKM (izin masuk dan izin keluar) ini kemudian harus melalui proses tes. Tesnya harganya mahal. Saya kasih contoh ini bukan dapil saya, saya kasih contoh kurang lebih sekitar 200 pekerja kemarin mengadu kepada saya di Kabupaten Jepara. Ketika mau tes di rumah sakit harganya untuk CPR paling per orang 400 ribu. Bagaimana bisa ... seperti ini? Nah karena itu dalam konteks ini ketika kita mulai masuk dalam pesantren sekolah masuk kembali. Kemarin saya punya ponakan berangkat ke Gontor naik bus sekitar 10 ribu. Bagaimana kemudian persiapan disana? Mungkin sekelas Gontor pesantrennya sangat besar ya memiliki logistik yang cukup memadai. Bagaimana seandainya siswanya tidak sebesar itu. Tidak seperti itu.

Nah menyiapkan terhadap ... tidak dibantu karena konteks sekolah madrasah atau pesantren Menteri Agama juga omdo. Kenapa? Ternyata tadi tadi pagi ternyata juga santri-santri yang kemudian dijanjikan katanya kemudian diberikan dananya sekitar 2 triliun lebih pesantren tapi tiba-tiba ternyata mereka juga mesti membayar Rp.500.000 untuk kemudian ...

Demikian juga bahwa kami tadi yang disampaikan Pak Iskan saya mengendorse Pak bahwa kemudian kenapa dana on callnya begitu besar lalu kemudian kita cuma mendapat informasi di akhir. Pak Ketua saya kira ini juga aneh. Bagaimana kemudian sebuah salah satu anggaran yang kemudian

- 37 -

mesti anggaran yang dipakai salah satu lembaga kita tetapi kemudian DPR

mesti anggaran yang dipakai salah satu lembaga kita tetapi kemudian DPR

Dokumen terkait