• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Tahun Sidang : Masa Persidangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Tahun Sidang : Masa Persidangan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI

DENGAN

KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Tahun Sidang : 2019-2020

Masa Persidangan : IV

Jenis Rapat : Rapat Kerja

Hari, Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

Pukul : 13.00 WIB s.d. Selesai

Sifat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Ketua Rapat : H. Yandri Susanto, S.Pt. F-PAN/Dr. H.

Tb. Ace Hasan Syadzily, M.Si. (F-PG)

Acara :

1. Pembahasan Pembicaraan

Pendahuluan RAPBN TA 2021 dan RKP tahun 2021 )RKA K/L dan RKP K/L Tahun 2021):

2. Evaluasi Pelaksanaan Anggaran TA 2019;

3. Evaluasi Kinerja Tahun 2020.

Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si.

Hadir 43 dari 52 orang Anggota Komisi VIII DPR RI PIMPINAN :

1. H. Yandri Susanto, S.Pt. (F-PAN)

2. H. M. Ihsan Yunus, BA., B.Comm., Me.Con. Std. (F-PDI Perjuangan)

3. Dr. H. Tb. Ace Hasan Syadzily, M.Si. (F- PG)

4. Laksdya. TNI (Purn) Moekhlas Sidik, MPA.

(F-Partai Gerindra)

5. H. Marwan Dasopang (F-PKB)

ANGGOTA :

FRAKSI PDI PERJUANGAN 6. I Komang Koheri, SE.

7. Diah Pitaloka, S. Sos. M.Si.

8. Selly Andriany Gantina, A.Md.

9. Umar Bashor 10. Ina Ammania

11. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya 12. I. G. N. Kesuma Kelakan, ST., M.Si.

13. H. Rachmat Hidayat, SH.

14. Matindas J. Rumambi, S. Sos.

15. Drs. Samsu Niang, M.Pd.

(2)

- 2 -

16. H. Arwan M. Aras T., S. Kom.

FRAKSI PARTAI GOLKAR 17. H. John Kenedy Azis, SH.

18. Mohammad Saleh, SE.

19. Hj. Itje Siti Dewi Kuraesin, S.Sos., MM.

20. Hj. Endang Maria Astuti, S.Ag., SH., MH.

21. Muhammad Fauzi, SE.

22. Dra. Hj. Idah Syahidah Rusli Habibie, M.H.

23. Muhammad Ali Ridha

FRAKSI PARTAI GERINDRA 24. Muhammad Rahul

25. H. Jefri Romdonny, SE., S.Sos., M.Si., MM.

26. Abdul Wachid 27. Drs. H. Zainul Arifin 28. H. Iwan Kurniawan, SH.

29. Drs. H. Saiful Rasyid, MM.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT 30. Hj. Lisda Hendrajoni, SE., MM.Tr.

31. Dra. Delmeria 32. Murhadi, S.Pd.

33. Ach. Fadil Muzakki Syah, S.Pd.I.

34. Muhammad Rapsel Ali

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 35. H. Maman Imanul Haq

36. Dra. Hj. Anisah Syakur, M.Ag.

37. H. An’im Falachuddin Mahrus FRAKSI PARTAI DEMOKRAT 38. Drs. H. Achmad, M.Si.

39. Harmusa Oktaviani, SE.

40. Wastam, SE., SH.

41. H. Hasani Bin Zuber, S.IP.

42. Ir. Nanang Samodra, KA., M.Sc.

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 43. KH. Bukhori, LC., MA.

44. H. Iskan Qolba Lubis, MA.

45. Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA.

46. Hj. Nur Azizah Tamhid, BA., MA.

47. Nurhasan Zaidi, S.Sos.I.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL 48. H. Mhd. Asli Chaidir, SH.

49. H. Sungkono

50. M. Ali Taher, SH., M.Hum.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

51. KH. Muslich Zainal Abidin 52. H. Iip Miftahul Choiri, S.Pd.I.

Izin :7 orang Anggota Komisi VIII DPR RI

Undangan : Kepala BNPB RI beserta jajaran.

(3)

- 3 - JALANNYA RAPAT

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT.):

Selamat siang.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat para Pimpinan Komisi VIII dan Anggota Komisi VIII DPR RI.

Yang terhormat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Bapak Letjen Doni Monardo beserta seluruh jajarannya.

Hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT di tengah pandemi ataupun cobaan bangsa ini kita masih bisa menunaikan tugas konstitusional kita untuk hadir dalam Rapat Kerja ini dalam keadaan sehat wal afiat. Mudah-mudahan rapat ini berjalan baik dan lancar. Oleh karena itu alangkah baiknya kita sebelum memulai rangkaian Rapat Kerja ada baiknya kita berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing.

Kepada yang beragama Islam kami persilakan baca ummul kitab. Dan kepada Bapak Ibu yang di luar Islam silakan menyesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Alfatihah. Selesai.

Pak Kepala BNPB yang kami hormati.

Para Anggota dan para Pimpinan.

Bahwa pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan sesuai dengan acara rapat internal atau rapat masa persidangan ke IV tahun 2019/2020 yang telah diputuskan dalam rapat konsultasi pengganti rapat Badan Musyawarah antara Pimpinan DPR RI dan Pimpinan Fraksi-Fraksi tanggal 30 April 2020 dan sesuai dengan keputusan Rapat Internal Komisi VIII DPR RI tanggal 15 Juni 2020 bahwa pada hari ini kita akan tanggal 23 Juni 2020 Komisi VIII DPR RI akan menyelenggarakan rapat pembahasan pembicaraan pendahuluan rancangan anggaran pendapatan belanja negara tahun anggaran 2021 dan rencana kerja tahun 2021 kementerian/lembaga, evaluasi pelaksanaan APBN tahun 2019 dan evaluasi kinerja dan pelaksanaan anggaran tahun 2020.

Hadirin yang kami hormati.

Pak Kepala BNPB dan para Anggota

Sesuai dengan laporan dari pihak Sekretariat Komisi VIII tadi ini sambungan rapat kerja tadi pagi Pak Doni. Jadi mungkin ada anggota yang belum masuk tapi ada sekitar gedung ini. Yang fisik memang sesuai dengan perintah Pak Doni ini kita batasi Pak jadi enggak semua ini kita undang kesini.

Kalau enggak ini penuh ini yang tanda silang bisa diduduki semua. Yang secara fisik kita undang 16 insya Allah hadir masih ada mungkin keperluan yang lain. Kemudian yang virtual kemudian nanti kita akan tayangkan sebanyak 24 anggota Pak dari 9 fraksi. Oleh karena itu berdasarkan Tata Tertib Pasal 251 ayat 1 kuorum telah tercapai. Oleh karena itu izinkan kami untuk membuka Rapat Kerja ini dan saya nyatakan terbuka untuk umum.

(4)

- 4 -

(RAPAT DIBUKA DAN TERBUKA UNTUK UMUM) Baik Bapak Ibu yang berbahagia.

Agenda kita Rapat Kerja kali ini yang pertama adalah tentu pengantar Pimpinan Rapat. Yang kedua penjelasan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Mengenai pembahasan yang pertama pembahasan pendahuluan RAPBN Tahun 2021. Kemudian ada evaluasi anggaran tahun 2019 yang sudah terlaksana penuh. Kemudian yang evaluasi kinerja dan pelaksanaan anggaran yang sedang berjalan tahun 2020. Yang ketiga penutup. Nah yang ketiga tanya jawab respons dari pernyataan dari Kepala BNPB. Kami beri kesempatan para anggota baik yang ada di ruang Komisi VIII maupun yang ada ikuti virtual termasuk dari meja pimpinan. Yang keempat kesimpulan yang kelima penutup. Apakah agenda yang saya bacakan tadi 1-5 bisa kita setujui? Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kita rapat mulai jam 13:55 kita akhiri pukul 16:00 dulu ya? Kalau nanti ada perkembangan bisa kita tentatifkan kita perpanjang atau kita tambah waktunya? Jadi setuju sampai jam 16:00? Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, para Pimpinan dan Anggota Komisi VIII, Bapak Doni Monardo yang kami hormati beserta seluruh jajaran.

Tapi tadi saya cari-cari Pak, Dokter Reisa nya ini mana ini? ... ke mana Pak Sestama enggak dibawa Pak? Dokter Reisa itu? Kemarin saya lupa pak Wa Pak Doni. Mohon dibawa Pak. Nanti mudah-mudahan Raker minggu depan dibawa Pak ya. Ya enggak ini penting untuk apa namanya komunikasi biar lebih lancar.

Pak Doni yang saya hormati,

Saya kenalkan dulu Pak sebelum saya menyampaikan beberapa hal ini Pak Haji Satori, ini pergantian pemain Pak beliau menggantikan Pak Muhammad Rapsel dari Nasdem, beliau sebelumnya di Komisi XI Dapilnya Jabar VIII Cirebon dan kawan-kawannya ya. Mudah-mudahan betah Pak ini komisi dunia akhirat. Pak Doni ini dunianya sungguh-sungguh akhiratnya sungguh-sungguh.

Baik Bapak/Ibu yang berbahagia,

Rapat kerja ini diselenggarakan berdasarkan surat Pimpinan Badan Anggaran Nomor AG/05596/DPRRI/IV/2020 Tanggal 6 Mei 2020 Perihal:

Penyampaian Rancangan Jadwal Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan APBN TA 2021 dan RKP Tahun 2021. Agenda rapat kerja dari agenda pembahasan RAPBN Tahun 2021 ini sangat penting dan strategis karena berkaitan erat dengan tugas dan fungsi anggaran dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 23 Ayat 1 bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain

(5)

- 5 -

itu, menurut Undang-Undang 17 Tahun 2014 tentang Undang-Undang MD3 Pasal 70 Ayat 2 disebutkan bahwa fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap RUU tentang APBN yang diajukan oleh presiden.

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 98 Ayat 2 Huruf A, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MD3 yang menyebutkan bahwa salah satu ruang lingkup tugas komisi di bidang anggaran mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara yang termasuk dalam ruang lingkup yang tugasnya bersama-sama dengan pemerintah.

Oleh karena itu dalam penyusunan RAPBN Tahun 2021 sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 14 Ayat 1 mengatur bahwa dalam rangka penyusunan APBN menteri, pimpinan lembaga atau selaku pengguna anggaran dan pengguna ...

menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara atau lembaga tahun berikutnya. Oleh karena itu pada kesempatan Rapat Kerja ini kami harapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah menyampaikan rencana kerja dan anggaran tahun 2021. Hasil penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga Tahun Anggaran 2021 yang dibahas dalam agenda rapat pembahasan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021 berbeda dengan pembahasan APBN tahun sebelumnya. Hal ini merupakan sejarah baru pembahasan RKA K/L di tengah pandemi Covid- 19.

Sebagaimana konsekuensi dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 atau ini kelanjutan dari Perpu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemic Covid-19 dan atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan menjadi undang-undang. Di dalam undang-undang tersebut ada kekhususan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 Ayat 3 yang menyebutkan bahwa “Untuk melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 dan atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan perlu menetapkan kebijakan keuangan negara dan kebijakan stabilitas sistem keuangan postur APBN tahun anggaran 2021”.

Penganggaran dan ... yang terkait dengan program dalam rangka penanganan Covid-19 akan dilakukan paling lama sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 20202. Oleh karena itu rencana-rencana kerja dan anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun anggaran 2021 selain disusun berdasarkan fungsi dan program juga diberikan penjelasan program dan kegiatan apa saja yang disusun dalam rangka penanganan Covid-19. Hal ini sangat penting karena berkaitan erat dengan tugas dan fungsi Komisi VIII DPR RI dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Apalagi Pak Doni selaku kepala gugus tugas percepatan

(6)

- 6 -

penanggulangan Covid-19. Meskipun dalam penyusunan RKA K/L Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2021 banyak kelonggaran untuk program penanganan Covid-19 namun dalam hal pelaksanaan kebijakan keuangan negara dan langkah-langkah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik.

Agenda rapat kerja dengan agenda evaluasi APBN tahun 2019 dan evaluasi kinerja tahun dan APBN tahun 2020 juga memiliki makna strategis dalam rapat ini sebagai pelaksanaan yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2004 dalam Pasal 177 Huruf A disebutkan bahwa dalam melaksanakan wewenang dan tugas di bidang anggaran DPR R menyelenggarakan kegiatan pembicaraan pendahuluan dengan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka menyusun rencana APBN dan pembahasan dan penetapan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Selanjutnya terkait dengan fungsi pengawasan DPR RI sesuai ketentuan penjelasan Pasal 7 Ayat 3 disebutkan bahwa pengawasan dilakukan selain atas pelaksanaan anggaran juga dilakukan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan atau kebijakan pemerintah dapat berupa kebijakan yang dilaksanakan sendiri oleh presiden, wakil presiden, menteri negara atau pimpinan lembaga pemerintah, kementerian/non kementerian.

Sedangkan yang terkait dengan evaluasi pelaksanaan APBN tahun 2019 berdasarkan pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR DPR RI bersama Menteri Agama Republik, Menteri Sosial Republik Indonesia, Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan agenda pembahasan penyesuaian RKA K/L Tahun 2009 sesuai hasil pembahasan dari Badan Anggaran DPR RI pada tanggal 24 Oktober 2018 disimpulkan bahwa alokasi pagu anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebesar Rp.619.425.671.000 itu untuk tahun 2019. Mudah-mudahan WTP Pak ya. Nanti kita dengar bagaimana penjelasannya pertanggungjawaban ... .

Bapak/Ibu yang berbahagia.

Berdasarkan dokumen penyelesaian tertulis rencana kerja dan anggaran tahun 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendapatkan pagu indikatif, supaya Bapak/Ibu ketahui para anggota, tahun 2021, BNPB mendapatkan pagu indikatif sebesar Rp.715.400.000.000. ...

Yang diharapkan dengan anggaran tersebut Badan Nasional Penanggulangan Bencana mampu memenuhi berbagai kebutuhan mendesak pembangunan di bidang penanggulangan bencana berdasarkan data yang valid. Rencana kerja dan anggaran pada masa Penanggulangan bencana harus diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan di bidang kebencanaan. Dengan demikian, rencana kerja dan anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat berkontribusi secara optimal terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana yang semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya.

(7)

- 7 -

Oleh karena itu Pak Letnan Jenderal Doni Monardo, beserta seluruh jajaran. Pada rapat kerja hari ini Komisi VIII DPR RI ingin mendapatkan penjelasan mengenai beberapa hal sebagai berikut:

- Yang pertama berapa rencana anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2021 dan alokasinya untuk program prioritas apa saja dari Rp.715.400.000.000 tadi apa. Yang di tengah pandemi Covid-19.

- Yang kedua, apa saja target yang hendak dicapai Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2021 dan apa saja indikatornya.

- Yang ketiga, bagaimana pelaksanaan program dan anggaran tahun 2019 yang sudah terlaksana, berapa anggaran yang terserap dan bagaimana capaiannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal ini penting mengingat keberhasilan pelaksanaan program tidak hanya didasarkan kepada besar kecilnya serapan anggaran tapi juga capaianya yang terukur dan pelaksanaan program yang tepat sasaran.

- Yang terakhir yang keempat, bagaimana program kerja tahun 2020 yang sedang berjalan dan alokasi anggarannya termasuk target pencapaiannya. Hal penting juga mengingat Kepala Badan Penanggulangan Bencana merupakan Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Covid-19.

Nah mudah-mudahan Pak dari isu rencana program ke depan termasuk anggaran yang sudah berjalan dan anggaran berdasarkan tahun 2019 kita bisa meramu itu semua untuk jadi lebih baik lagi pada pandemi ke depan, ya?

Dan saya kira komitmen kami Pak dari awal pidato saya waktu kita pertama Rapat Kerja tidak perlu diragukan lagi Pak. Komisi VIII ini siap bersama bahu- membahu siang-malam bersama Kepala BNPB dan seluruh jajarannya. Dan kita tahu Pak, Bapak/Ibu Anggotanya, Para Pimpinan Pak Letnan Jenderal Doni ini enggak pernah pulang Bu Endang. Jadi dia tidur selama mendapatkan Keppres sebagai Kepala Gugus Tugas di kantor. Kita juga belum tentu sanggup Pak, dari itu penghargaan kami Pak apresiasi kami.

Semoga Pak Doni dan seluruh jajarannya selalu dilindungi oleh Allah Subhanahu ta'ala. Maju terus Pak kita selalu bisa bekerja sama, tugas mulia adalah tugas kita semua. Jadi nanti Pak Doni terbuka saja apa yang perlu kami back up. apa yang perlu kami bantu karena kami yakin bencana yang begitu besar di Indonesia ini banyak diharapkan penyelesaiannya di pundak Letnan Jenderal Doni Monard beserta seluruh jajarannya. Tentu Komisi VIII sebagai mitra kerjanya sama tanggung jawab ya Pak Doni dengan Tupoksi masing-masing dari penganggaran, pengawasan itu akan kami lakukan secara maksimal.

Saya kira itu Pak Kepala BNPB Pak Doni Monardo apa namanya pengantar dari kami. Mudah-mudahan nanti setelah kita dengarkan pemaparan dari Pak Letnan Jenderal Doni Monardo baik untuk 2021, pertanggungjawaban 2019, dan serapan tahun 2020 nanti bisa kita respon dengan baik Akhirnya bisa kita ambil sebuah kesimpulan yang konstruktif untuk lebih baik di masa yang akan datang. Kepada Kepala BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo kami persilakan.

(8)

- 8 -

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh/ Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semuanya. Om Swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan.

Yang sama-sama kita hormati kita banggakan dan kita muliakan Bapak Pimpinan Komisi VIII DPR RI dan juga seluruh Wakil Pimpinan, Wakil Ketua serta seluruh Anggota Komisi VIII yang kami banggakan dan juga kawan-kawan dari BNPB yang hari ini juga sebagian besar merangkap sebagai gugus tugas Pak.

Dan lengkap semuanya Pak, Sestama, Para Deputi, Irtama, semuanya lengkap walaupun tidak seluruhnya bisa hadir Pak tapi paling tidak ada yang mewakili.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayahNya kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat walafiat untuk melaksanakan Rapat Kerja dengan Pimpinan dan Para Anggota Komisi VIII DPR RI.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati.

Rapat Kerja ini diselenggarakan sesuai dengan undangan dari Wakil Ketua DPR RI Korkesra Nomor 06/986/DPRRI/VI/ 2020 22 Juni 2020 tentang Undangan Rapat Kerja Mengenai Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2012 1 dan RKP Tahun 2021, Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Tahun 2019 serta Evaluasi Kinerja dan Pelaksana Anggaran Tahun 2020.

Pimpinan dan para Anggota dewan yang kami hormati.

Substansi hari ini tidak lepas dari tantangan penanggulangan bencana yang makin hari makin kompleks dan beragam. Kami di BNPB mengelompokkan bencana yang beragam tersebut dalam empat kluster untuk menyederhanakan pemahaman dan mengefektivitaskan rencana penanggulangannya.

1. Kluster pertama adalah bencana geologi dan vulkanologi, di dalamnya terdapat bencana akibat gunung api, gempa bumi, tsunami, likuifaksi, dan land subsidence yang ancamannya sudah sangat nyata di kawasan-kawasan urban dan pesisir Indonesia.

2. Kluster kedua adalah ancaman hidrometeorologi kering yang terdiri dari kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan.

3. Berikutnya kluster hidrometeorologi basa ini mencakup banjir, banjir bandang, tanah longsor, abrasi pantai, gelombang ekstrem, dan angin puting beliung. Sepanjang tahun klaster hidrometeorologi basa ini merupakan jenis bencana yang paling sering terjadi dengan kerugian materi yang cukup besar.

(9)

- 9 -

4. Kluster terakhir adalah bencana non alam. Di sini masuk kondisi yang saat ini sedang kita hadapi yaitu bencana epidemic atau wabah penyakit. Selain itu masuk Kluster ini adalah bencana akibat limbah dan kegagalan teknologi.

Pada setiap kluster ini kami mengharapkan koordinasi penanggulangannya dapat dipimpin oleh seorang Menko. Bencana adalah urusan bersama untuk itu kerja sama lintas sektor dan kementerian mutlak harus kita miliki. Dan implementasinya di lapangan harus melibatkan segenap komponen masyarakat melalui kolaborasi pentahelix berbasis komunitas.

Bapak dan Ibu Pimpinan serta para Anggota Dewan yang terhormat.

Tren bencana makin meningkat dari tahun ke tahun. Data BNPB menunjukkan bahwa 20 tahun terakhir jumlah kejadian bencana meningkat sangat drastis di angka lebih dari 1000 kejadian bencana setiap tahun mulai tahun 2008. Kalau kita tarik mundur ke belakang 2004 adalah bencana terbesar di dunia yaitu gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh yang korbannya mencapai lebih dari 200.000 orang. Sumber episentrum gempa berada di wilayah nasional kita. Tidak hanya itu kita juga dihadapkan pada kondisi di bawah bencana non alam seperti wabah Covid-19 yang saat ini kita hadapi juga harus menjadi perhatian utama ke depan karena telah menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Hingga saat ini Gugus Tugas mencatat sudah 2.500 orang meninggal akibat Covid-19 dengan 46.845 orang yang terkonfirmasi positif. Jika digabungkan dengan jumlah korban jiwa akibat bencana alam maka tanggal 22 Juni 2020 sudah mencapai 2.698 orang meninggal.

Agar upaya Penanggulangan bencana bisa berjalan seiring dengan pembangunan nasional Pemerintah melalui Perpres Nomor 18 Tahun 2020 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020/2024 telah secara eksplisit menyebutkan bahwa membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim merupakan salah satu dari 7 agenda pembangunan. BNPB juga terus berbenah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan Penanggulangan bencana ke depan. Kami terus berkoordinasi dengan Menteri PAN-RB untuk membuka 7 pusat logistik regional wilayah pulau di Medan, Palembang, Denpasar Pontianak, Makassar, Ambon, dan Biak. Selain itu, kami juga berencana membuka 3 pusat kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Padang, Surabaya, dan Manado serta 3 pusat komando krisis darurat bencana di Jakarta, Balikpapan, dan Labuan Bajo.

Kami laporkan Bapak Pimpinan ini masih dalam rencana atau berupa konsep. Apakah nanti hal ini bisa menjadi kesimpulan yang diterima oleh Kementerian PAN RB akan tetap kami upayakan. Atau ada opsi lain di mana 3 kluster ini dipusatkan menjadi satu karakter saja tiap daerah yaitu berupa pusat koperasi BNPB. Sehingga nantinya, setiap masalah yang terjadi di daerah bisa dikendalikan oleh pusat operasi BNPB di berbagai daerah. Yang kita rasakan sampai sekarang ini koordinasi antar daerah juga tidak mudah.

Oleh karenanya pusat operasi ini diharapkan bisa menjadi ujung tombak bagi Pemerintah tidak mengganggu kepentingan daerah di mana dalam hal ini otonomi daerah yang mana BPBD berada di bawah struktur pemerintah

(10)

- 10 -

provinsi dan kabupaten/kota tetapi BNPB bisa membantu menjadi meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas antar lembaga baik pusat dan yang ada di daerah.

Rencana pengembangan organisasi ini tidak lain kami arahkan untuk penanggulangan bencana yang lebih efektif, efisien. dan terintegrasi mulai dari fase pra bencana saat bencana hingga pasca bencana. Dan kami juga mengucapkan terima kasih Bapak Pimpinan atas Rancangan Revisi Undang Penanggulangan Bencana Undang-Undang Nomor 24 2007 di sana sudah ada suatu gambaran manakala terjadi bencana lebih dari 1 provinsi maka BNPB bisa mengambil bagian dalam penanganannya.

Bapak Pimpinan serta para Anggota Dewan yang terhormat.

Dapat kami sampaikan bahwa sesuai dengan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN, Kepala Bappenas Nomor S3-76/MK.02/2020 dan Nomor B.310/MPPN/D.8/PP/04.03/05/2020 tanggal 8 Mei 2020 tentang Pagu Indikatif Belanja K/L Tahun 2021 yang menyebutkan pagu indikatif Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2021 sebesar Rp.715.437.113.000. Pagu indikatif BNPB Tahun Anggaran 2021 dirumuskan ke dalam program sebagai berikut:

1. Program dukungan manajemen. Untuk program ini dialokasikan anggaran sebesar Rp.227.236.314.000.

2. Program ketahanan bencana. Untuk program ini dialokasikan anggaran sebesar Rp.488.194.799.000 di mana di dalamnya sudah termasuk anggaran dana siap pakai untuk penanganan darurat bencana sebesar 250 miliar rupiah.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Dalam surat Kepala BNPB kepada Menteri Keuangan dan Menteri PPN kepala Bappenas Nomor B.310/MPPN/D.8/PP/04.03/05/2020 tanggal 8 Mei 2020 tentang Perubahan Rincian Pagu Program Pagu Indikatif BNPB Tahun Anggaran 2020, kami mengajukan perubahan rincian pagu per program sebagai berikut:

1. Program dukungan manajemen. Untuk program ini dialokasikan anggaran sebesar Rp. 238.719.460.000.

2. Program ketahanan bencana untuk program ini dialokasikan anggaran sebesar Rp. 476.711.651.000.

Latar belakang pergeseran alokasi anggaran dari program ketahanan bencana ke program dukungan manajemen sebesar Rp.11.483.146.000 dikarenakan:

1. Satu perubahan jumlah program dari 3 menjadi 2, dimana program pengawasan dalam hal ini inspektorat menjadi bagian program dukungan manajemen.

2. Pergeseran alokasi penerimaan negara bukan pajak dari program ketahanan bencana ke program dukungan manajemen dimana BNPB dikelola oleh unit kerja eselon 2 yang berada pada program dukungan

(11)

- 11 -

manajemen yaitu Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana.

3. Adanya kebutuhan penyiapan fasilitas perkantoran karena adanya penambahan yang bekerja sesuai perubahan organisasi dan tata kerja BNPB, penambahan 1 deputi dan 4 unit kerja eselon 2.

4. Adanya peningkatan kebutuhan koordinasi untuk pengolahan hibah dan pinjaman.

5. Adanya kebutuhan alokasi untuk kegiatan penyusunan jabatan fungsional kebencanaan dan;

6. Adanya kebutuhan peningkatan kapasitas Pengawas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah APIP.

Pergeseran anggaran ini juga dibahas dalam pertemuan tiga pihak trilateral meeting antara BNPB dengan Kementerian Keuangan dan kementerian PPN Bappenas terkait Rencana Kerja Pemerintah tahun 2021 dan pagu indikatif BNPB Tahun Anggaran 2021 pada tanggal 9 Juni 2020.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

BNPB dan BMKG telah memenuhi persyaratan Bank Dunia untuk mendapatkan pendanaan kegiatan Indonesia Disaster Resilience Inisiatif Project (IDPRIP). Negosiasi antara pemerintah dan Bank Dunia akan dilaksanakan pada 5 November 2019. Bank Dunia telah memberikan persetujuan pendanaan IDPRIP dengan jumlah pinjaman sebesar 160 juta US Dollar atau sekitar 2,288 triliun dengan rencana implementasi tahun 2020- 2024.

BNPB akan melaksanakan program peningkatan tata kelola risiko dan kesiapsiagaan bencana tingkat kota dan desa bahkan sampai dengan tingkat keluarga serta meningkatkan Pusdal Op di kabupaten/kota. Sedangkan BMKG akan mengadakan peralatan early warning system tsunami. Dalam Pagu indikatif RAPBN Tahun Anggaran 2021 telah tercatat pinjaman luar negeri untuk kegiatan IDRIP senilai 1 miliar direncanakan pada tahun ini akan dilaksanakan konsultasi publik terkait environmental and social management framework sebagai salah satu persyaratan pendatanganan perjanjian pinjaman atau agreement.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Kami juga laporkan bahwa pagu rutin anggaran BNPB beberapa tahun belakangan ini menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 2015 pagu anggaran BNPB sebesar 1,611 triliun. Lalu pada tahun 2016 sebesar 1,653 triliun. Pada tahun 2017 turun menjadi 1,084 triliun yaitu menurun sebesar 34% dan pada tahun 2018 turun kembali menjadi 748 miliar turun 30% dan pada tahun 2019 turun menjadi 614 miliar turun 17,9% dan pada tahun 2020 turun menjadi 450 miliar menurun 26,7%. Dan Pagu indikatif tahun 2021 sebesar 465 miliar. Sedangkan kejadian bencana menunjukkan tren yang meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dibandingkan dengan ketersediaan anggaran.

(12)

- 12 -

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Perlu kami sampaikan bahwa dengan kejadian bencana yang meningkat perlu adanya dukungan tambahan anggaran yang konkret terutama pada kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana atau pra bencana. Mengingat sejak tahun 2017, kami telah mengajukan usulan tambahan namun setiap tahun belum ada realisasinya. Pada kesempatan ini kami juga mengajukan adanya usulan tambahan anggaran tahun 2021 sebesar Rp.51.238.881.000. Usulan tambahan anggaran tersebut akan digunakan sebagai berikut:

1. Program dukungan manajemen sebesar Rp.2.259.870.000.

2. Program ketahanan bencana sebesar Rp.48.979.011.000.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Selanjutnya kami laporkan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2019 dari total Pagu anggaran BNPB sebesar Rp.8.178.834.974.000 hingga 31 Desember 2019 terserap sebesar Rp.8.170.092.979.858 atau sebesar 99,89%. Dengan demikian realisasi anggaran sebagai berikut:

1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dengan pagu sebesar Rp.220. 232.237.000 dengan realisasi sebesar Rp..210.811.094.086 atau 99,33%.

2. Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur BNPB dengan pagu sebesar Rp.10.800.000.000 dengan nilai realisasi sebesar Rp.10.772.301.876 atau 99,74%.

3. Program penanggulangan bencana dengan pagu sebesar Rp.7.995.802.737.000 dengan realisasi sebesar Rp.7.948.509.583.896 atau 99,91%.

Realisasi anggaran DSP tahun 2019 sebagian besar digunakan untuk bantuan stimulan rumah rusak berat, rusak sedang, dan ringan akibat gempa bumi di NTB, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Kota Ambon, Kabupaten Serang Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Sedangkan anggaran yang bersumber dari hibah luar negeri digunakan untuk bantuan stimulan rumah rusak berat non relokasi pasca gempa bumi di Sulawesi Tengah.

Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Selanjutnya kami sampaikan pagu anggaran BNPB pada tahun 2020 adalah sebesar Rp.3.926.128.774.000. Pagu tersebut terdiri dari pagu awal sebesar Rp.700.646.814.000. Sehubungan dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020, BNPB mengalami penyesuaian anggaran berupa penghematan sebesar Rp.20.832. 766.000.

Terkait penanganan bencana non alam dampak Coronavirus Desease 2019 BNPB mendapatkan tambahan anggaran dana siap pakai sebesar Rp.3.246.314.726.000 dari total anggaran tahun 2020 tersebut hingga bulan

(13)

- 13 -

Juni 2020 sudah terserap sebesar Rp.123.034745.297 atau sebesar 3,3%

dengan rincian realisasi anggaran sebagai berikut:

1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dengan pagu sebesar Rp.212.208.214.000 dengan realisasi sebesar Rp.78.349.765.990 atau 36,92%.

2. Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur BNPB dengan pagu sebesar Rp.8.924.900.000 dengan realisasi sebesar Rp.1.397.392.550 atau 15,6%.

3. Program penanggulangan-penanggulangan bencana dengan pagu sebesar Rp.3.704.995.660.000 dengan realisasi sebesar Rp.43.287 566.757 atau 1,17%.

Dapat kami sampaikan bahwa masih rendahnya realisasi anggaran hingga saat ini disebabkan karena adanya pembatasan kegiatan dalam penanganan Covid-19 sehingga terdapat perubahan mekanisme kegiatan. Kemudian administrasi pertanggungjawaban keuangan, penggunaan dana siap pakai masih dalam proses penyelesaian sehingga menyebabkan realisasi anggaran menjadi kurang optimal. Serta, pengadaan barang dan jasa masih proses lelang hingga realisasi penyerapan anggaran masih belum maksimal.

Kami laporkan juga perkembangan penyaluran dana siap pakai untuk penanganan darurat bencana 2020 dari anggaran sebesar 3,4 triliun telah disalurkan anggaran DSP (Dana Siap Pakai) sebesar 3,06 triliun dan masih dalam proses penyelesaian dokumen pertanggungjawaban administrasi keuangan. Dana siap pakai tersebut antara lain diberikan kepada:

1. Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan sebesar 1,225 triliun untuk pembelian APD.

2. Direktorat Pelayanan Kesehatan rujukan Kementerian Kesehatan sebesar 975,6 Miliar untuk operasional pelayanan kesehatan di Pulau Sebaru. Selain pelayanan kesehatan dengan estimasi 13.000 pasien.

3. BNPB sebesar 388 Miliar untuk pemulangan pengungsi WNI pasca observasi di Kabupaten Natuna dan pemulangannya ke daerah asal;

operasional penanganan darurat Covid-19; pengadaan reagen PCR bantuan logistik dan peralatan.

4. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan sebesar 189,1 Miliar untuk bantuan alat kesehatan di tempat fasilitas penampungan/karantina/observasi di Pulau Galang dan pengadaan alat kesehatan rumah sakit rujukan.

5. Mabes TNI sebesar 60,3 Miliar untuk operasional penanganan Covid 19 di Kabupaten Natuna, Wisma Atlet, Pulau Sebaru dan Pulau Galang Batam, serta evakuasi ABK WNI Diamond Princess di Kabupaten Majalengka.

6. Direktorat Surveilance dan Karantina Kementerian Kesehatan sebesar 15 Miliar untuk pencegahan dan pengendalian Covid-19.

(14)

- 14 -

7. Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur sebesar 10 Miliar untuk operasional rumah sakit lapangan.

8. Untuk Lembaga Biologi Molekular Eijkman sebesar 4,093 Miliar untuk dukungan pemeriksaan Covid-19.

Bapak Pimpinan.

Sebelum kami akhiri kami akan memberikan penjelasan secara umum saja terkait dengan apa yang telah kami lakukan pada program tahun anggaran 2019 yang lalu. Yang pertama kami laporkan, persoalan menonjol adalah masalah pemulihan pasca gempa bumi yang terjadi di NTB. Yang semula pada awal tahun rumah yang baru selesai itu baru mencapai katakanlah tidak lebih dari 300 unit. Tetapi alhamdulillah pada akhir tahun 2019 yang lalu telah mencapai hampir 175.000 unit baik yang rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Sempat ada sedikit hambatan karena terjadi rotasi pasukan yang jumlahnya 1.000 orang dari unsur TNI gabungan darat laut dan juga udara. Mereka yang bekerja 24 jam sehingga kekhawatiran- kekhawatiran pada awal-awal terjadinya musibah di mana Pemerintah mungkin waktu itu dianggap belum optimal ternyata bisa kita selesaikan. Hari ini NTB sudah hampir 100%, kecuali sejumlah usulan baru yang akan disampaikan oleh Pemerintah Provinsi NTB terkait dengan gempa bumi yang terjadi pada periode berikutnya dan itu baru diusulkan kemudian. Mudah- mudahan dalam waktu dekat ini usulan terakhir itu setelah divalidasi dan diteliti ulang oleh tim BNPB bersama dengan inspektorat bisa finalisasi sehingga anggaran tambahannya bisa kami ajukan kepada Kementerian Keuangan.

Demikian juga di Sulawesi Tengah yaitu di Palu dan sekitarnya.

Sebagian menggunakan dana hibah luar negeri dan memang ini agak sedikit mengalami keterlambatan Bapak Pimpinan, karena yang pertama proses untuk mendapatkan lahan bagi yang relokasi. Banyak masyarakat waktu itu yang ingin tetap membangun rumahnya di tempat semula. Padahal, tempat itu hampir pasti adalah tempat yang berpeluang akan terulang kembali pada periode yang akan datang. Kapan waktunya? wallahualam bissawab, tidak ada yang tahu. Karena berdasarkan pengalaman Bapak Pimpinan, gempa dan tsunami serta likuifaksi di Palu itu adalah peristiwa yang berulang. pernah terjadi pada tahun 1927, lantas 1968. 1970 Profesor Katili mengatakan jangan jadikan Palu sebagai ibukota provinsi tetapi sudah terlanjur akhirnya berjalan terus.

Nah tahun 2018 terjadi gempa dan tsunami juga likuifaksi. Dan tempat- tempat yang kemarin terjadi likuifaksi adalah di tempat-tempat yang pemukimannya sangat padat. Kami perlu waktu untuk memberikan pengertian kepada masyarakat untuk tidak lagi memilih rumah di tempat tersebut.

Termasuk juga harus mendapatkan tanah yang tidak bermasalah Bapak Pimpinan. Jadi keterlambatan ini adalah faktor yang semata-mata bukan karena faktor disengaja tetapi adalah faktor-faktor yang memang persoalannya cukup-cukup apa namanya cukup-cukup banyak. Meyakinkan masyarakat untuk tidak memilih tempat. Termasuk juga masyarakat yang ada di sepanjang garis pantai. Padahal garis pantai ini juga berpotensi akan timbul lagi tsunami. Tetapi, alhamdulillah tanah sudah beres kemudian

(15)

- 15 -

pembangunan baik yang dibangun oleh pemerintah daerah dan alokasi dana dari pusat ini sudah 100% disalurkan ke daerah dan itu sudah 100% selesai pada bulan Oktober, akhir Oktober 2019 yang lalu. Jadi sekarang kami tinggal melakukan pengawasan termasuk keterlibatan TNI dan Polri untuk membantu mempercepat pembangunan.

Kemudian sejumlah daerah lain Bapak Pimpinan seperti di Ambon kemudian juga di Maluku Utara, Halmahera Selatan, kemudian juga di Sentani, ini masih dalam proses. Sebagian besar lahan lahan yang diperlukan untuk relokasi inilah yang menjadi faktor utama, karena ternyata tidak mudah untuk mendapatkan lahan. Tetapi, kami akan tetap berusaha untuk mempercepat proses pembangunan. Beberapa daerah yang mengalami persoalan juga dengan kejadian-kejadian bencana seperti halnya yang di Selat Sunda alhamdulillah secara bertahap sudah mulai selesai.

Bapak Pimpinan,

Selain gempa kemudian tsunami/likuifaksi yang terjadi pada tahun 2018 lancar juga tahun 2019 terutama banjir dan banjir bandang serta tanah longsor yang selalu terjadi setiap tahun maka tahun kemarin pun kita disibukkan dengan kebakaran hutan dan lahan yang cukup masif. Sebagian besar kejadian kebakaran hutan dan lahan ini adalah di wilayah-wilayah tertentu saja Seperti halnya di wilayah Sumatera yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Sedangkan di Kalimantan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Kalau membandingkan bencana yang bencana Karhutla yang terjadi pada tahun 2015 dengan tahun 2019 kemarin lama waktu kemaraunya adalah sama panjang. Tetapi karena sebagian dari petugas-petugas dan koordinasi antara pusat dan daerah sudah semakin baik, maka kita bisa melakukan lokalisir. Sehingga kebakaran yang terjadi pada tahun 2015 mencapai 2,6 juta hektar tahun yang lalu bisa ditekan menjadi 1,6 juta hektar.

Dari 1,6 hektar itu Bapak Pimpinan, hampir 50% adalah lahan gambut.

Lahan gambut yang kering kemudian terbakar dan mungkin ya bukan terbakar tetapi dibakar sebagian besar. Nah inilah yang membuat kita kewalahan. Ketika gambut terbakar dalam kondisi kering dan ternyata gambut inilah fosil batu bara muda artinya apa? artinya ketika fosil batu bara mudah terbakar maka proses pemadamannya membutuhkan waktu yang sangat lama dan gambut ini baru bisa padam total setelah dia basah. Ketika dianya basah sebagian saja maka dia akan berpeluang lagi setelah sekian hari.

Biasanya tiga empat lima enam hari muncul kembali tempat yang sama.

Padahal, pasukan gabungan baik dari Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, TNI/Polri dan juga relawan itu sudah merasa yakin bahwa apinya padam.

Ternyata muncul lagi. Mungkin saja fosil-fosil batu bara muda ini di dalamnya masih menyimpan bara api.

Sehingga tadi pagi bapak presiden menugaskan Menkopolhukam sebagai koordinator dengan Menteri LHK dan kementerian lainnya termasuk TNI/Polri untuk mengoptimalkan upaya pencegahan. Karena tahun ini kita menghadapi bencana Covid yang belum berakhir. Apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan maka dapat dipastikan masyarakat kita yang punya masalah dengan ISPA punya masalah dengan asma itu akan menjadi lebih berisiko.

(16)

- 16 -

Salah satu korban yang memiliki risiko tertinggi adalah mereka yang memiliki penyakit asma.

Oleh karenanya kita mengajak semua komponen masyarakat terutama di provinsi-provinsi yang setiap tahun mengalami kebakaran khususnya kebakaran gambut untuk betul-betul bekerja keras agar tidak boleh terjadi kebakaran, menimbulkan kebakaran dan mengakibatkan asap. Maka dapat mengakibatkan masyarakat terpapar oleh asma sehingga berpotensi juga akan terpapar Covid-19. Oleh karenanya kita hari ini harus bekerja keras menghadapi dua ancaman yang nyata sekaligus. Mudah-mudahan Bapak Pimpinan upaya-upaya selama ini untuk melakukan pembakaran sudah semakin berkurang kita bandingkan dengan dengan tahun sebelumnya 2019 pada periode yang sama sepertinya akan ada pengurangan. Apalagi kemarin ada status PSBB di beberapa daerah yang mengalami kebiasaan Karhutla, mudah-mudahan bisa kita kurangi.

Kemudian Selanjutnya kami laporkan Bapak Pimpinan untuk penanganan Covid. Sejak bahwa presiden mengeluarkan peraturan presiden dan keputusan presiden terkait dengan status kedaruratan kesehatan pada tanggal 13 Maret yang lalu yang mana Gugus Tugas diberikan tanggung jawab untuk menjadi pimpinan Gugus Tugas dan juga bekerja sama dengan semua kementerian/lembaga maka kami segera menyusun organisasi. Bapak Pimpinan tahu persis bagaimana BNPB dalam struktur organisasinya tidak ada pakar epidemiologi, tidak ada pakar di bidang kesehatan masyarakat, hanya satu-satunya dokter Beni itu pun dokter umum di luar itu sama sekali tidak ada. Sehingga kami harus bekerja Bapak Pimpinan untuk melakukan konsolidasi untuk melakukan optimalisasi dengan mengundang semua pakar yang ada di tanah air agar bisa menyusun sebuah konsep yang terintegrasi sesuai dengan kondisi nyata kemampuan bangsa kita. Sehingga strategi yang kami lakukan adalah bagaimana kita semua bisa melakukan upaya pencegahan/upaya preventif karena kalau kita hanya mengandalkan aspek medis sementara data yang kami kumpulkan kita hanya punya dokter kurang dari 200.000 Pimpinan. Dokter seluruh Indonesia itu tidak sampai 200.000 lantas kita punya dokter spesialis itu kurang dari 36.000 seluruh Indonesia.

Dan kita punya dokter spesialis paru itu kurang dari 2.000. Dan untuk melayani 270 juta jiwa bangsa Indonesia artinya kalau ada 2000 saja untuk melayani 270 juta jiwa berarti 1 orang dokter paru harus melayani sekitar 135.000 warga negara kita. Belum lagi ketersediaan rumah sakit, belum lagi keterbatasan semua fasilitas. Inilah yang kami lakukan dengan melibatkan banyak pihak.

Demikian juga kami menyusun struktur organisasi di mana BNPB tidak memiliki pakar-pakar di bidang kebencanaan epidemiologi pandemi.

Sehingga, pelibatan dari banyak pihak di luar betul-betul menjadi hal yang tidak bisa kami abaikan dan ternyata kehadiran para pakar inilah yang akhirnya menjadi kekuatan utama di bawah Ketua Tim Pakar Profesor Wiku Adisasmito itu ada 95 orang pakar dari 13 sektor baik pakar di bidang epidemiologi sendiri, kesehatan masyarakat, kemudian di bidang sosial, di bidang budaya. Hampir semua bidang yang berhadapan dengan Covid ini ada di situ.

(17)

- 17 -

Kemudian juga bagaimana kami menyusun sebuah sistem agar semuanya bisa terintegrasi sehingga pola yang kami lakukan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas. Sehingga hampir semua perwakilan kementerian lembaga bahkan LSM dan juga relawan itu semuanya bergabung di gugus tugas. Demikian juga bagaimana kami berupaya mendapatkan skill sementara di BNPB tidak ada sehingga kami harus bekerja keras untuk mengumpulkan begitu banyak ahli di bidang masing-masing agar semuanya berada pada satu jalur komando.

Demikian juga kecepatan kalau kita hanya mengandalkan Pemerintah semata dalam hal ini BNPB dan Kementerian Kesehatan tentu kita tidak akan maksimal. Kami menggunakan struktur organisasi pusat sampai ke tingkat struktur yang paling rendah yaitu desa bahkan sampai ke tingkat RT/RW melalui gugus tugas tingkat pusat provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat desa dan juga RT/RW. Dan inilah akhirnya menjadi modal sosial kita. Ketika kita semuanya bekerja sama maka kita lihat ada banyak daerah yang mengalami kemajuan yang tadinya banyak kasus tetapi karena kerja keras dari seluruh unsur yang ada baik kepala daerahnya maupun semua unsur yang ada akhirnya bisa menjadi berkurang.

Kemudian target kami adalah bagaimana merawat bangsa Indonesia yang sehat harus tetap sehat yang kurang sehat harus menjadi sehat dan yang sakit diobati sampai sembuh. Kemudian kami juga menyusun sebuah konsep yang mana konsep ini telah kami implementasikan mulai dari memikirkan prakondisi. Kemudian juga melanjutkan untuk memilih waktu yang tepat. Kemudian mencari daerah yang menjadi prioritas. Kemudian meningkatkan hubungan kerja antara pusat dan daerah serta melakukan evaluasi. Kenapa ini penting? Karena sampai hari ini Bapak Pimpinan belum ada satu orang pun pakar di dunia ini yang dapat memastikan kapan Covid akan berakhir sementara masyarakat kita sudah waktu itu sudah 2 bulan lebih melakukan pembatasan sosial dan sebagai besar adalah karantina pribadi.

Sementara juga kami mendapatkan masukan dari sejumlah kementerian/lembaga sudah terdapat 1,7 juta warga negara kita pada bulan April yang di PHK. Waktu itu bapak 1,7 juta bulan April. dan sekarang akhirnya kita mendapatkan suatu laporan yang PHK mungkin jumlahnya lebih dari 7 juta jiwa. Dan itulah dimana kami melaporkan pada bapak presiden tentang bahwa kita tidak bisa memilih salah satu. Ada banyak pakar yang mengatakan yang bertanya apa Gugus Tugas apakah memilih masalah kesehatan atau memilih masalah ekonomi? Kami katakan kalau kita Pemerintah Indonesia memilih salah satu berarti kita seperti memakan buah simalakama. Dimakan Bapak mati tidak dimakan Ibu mati. Oleh karenanya konsep kami laporkan bapak presiden kita harus paralel. Dua-duanya harus kita jalan secara seimbang. Kapan kita harus tekan gas? Ketika gas ditekan adalah daerah yang tidak ada masalah Covid-nya. Ketika ada banyak kasus Covid maka rem yang kita injak supaya laju kendaraan kita tidak kencang.

Nah bagaimana lah tiap daerah ini diatur supaya antara rem dan gas itu seimbang.

Kemudian kami mendapatkan bantuan dari pakar IT untuk menyusun dashboard. Sehingga semua data-data daerah mulai dari berapa banyak

(18)

- 18 -

tempat tidur. berapa APD, berapa mesin PCR, berapa .... semuanya termasuk dokter-dokter itu semua terdata dalam dashboard gugus tugas yaitu bersatu melawan Covid. Pada awal penugasan hanya ada satu unit laboratorium yang berfungsi. Kami bekerja sama dan Bapak Menteri Kesehatan untuk menambah lebih banyak lagi jumlah mesin PCR yang tersebar di seluruh Indonesia. Hanya satu Bapak Pimpinan hanya satu laboratorium milik badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan hanya satu. Jadi betapa sulitnya waktu itu karena spesimen dari Papua dari Aceh semua diperiksa di balik Balitbangkes. Kemudian berkembang menjadi 3 tambahnya adalah Unair, Eijkman dan juga laboratorium UI.

Kemudian kami melapor kepada bapak presiden tentang perlunya pelanggaran agar swasta pun dilibatkan. Alhamdulillah hari ini telah terdapat lebih dari 200 mesin PCR di Indonesia. Walaupun jumlahnya itu belum merata tetapi paling tidak ada 11 kementerian/lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan kepada petugas laboratorium. Kemudian juga bapak presiden memerintahkan agar Gugus Tugas bersama dengan Kementerian Kesehatan mampu melakukan pemeriksaan sebanyak 10.000 spesimen per hari. Dan itu cukup lama baru bisa terpenuhi setelah kita berhasil mendatangkan sebenarnya dari beberapa negara. Dan ternyata pada pertengahan April itu untuk mendapatkan reagen perlu koordinasi yang sangat intensif dengan pihak-pihak tertentu di beberapa negara. Karena banyak negara-negara maju sekalipun ternyata tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi reagen karena mereka tidak punya sehingga rebutan reagen terjadi. Dan alhamdulillah, kita termasuk yang diuntungkan dengan mendapatkan reagen sehingga pemeriksaan spesimen tidak berhenti.

Kemudian hari ini Bapak Pimpinan, sudah rata-rata kemampuan pemeriksaan spesimen lebih dari 20.000. Dan inilah yang mengakibatkan banyak terjadi penambahan kasus di 9 daerah yang di samping tentunya juga masyarakat ada yang terpapar Covid0-19. Kemudian juga upaya-upaya lain adalah meningkatkan upaya untuk kampanye tentang pentingnya protokol kesehatan. Semua masyarakat harus tahu kenapa seseorang itu terpapar.

Bagaimana proses transmisinya. Lantas bagaimana cara agar tidak terpapar atau terhindar dari terpapar. Ini tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah pusat dan tidak cukup hanya dengan menggunakan istilah-istilah asing kami mengajak semua komponen masyarakat di seluruh daerah untuk bisa menjelaskan tentang Covid ini dengan menggunakan bahasa lokal bahkan menggunakan bahasa daerah. Rakyat kita tidak tahu itu apa physical distancing Apa itu social distancing bahkan sekarang tidak tahu apa itu new normal bahkan beberapa di antara mereka mengatakan atau menganggap bahwa ini sudah normal lagi sehingga mereka merasa bahwa Covid sudah selesai. Dan bahwa sampai hari ini belum berakhir itu yang senantiasa yang harus kita lakukan setiap detik setiap saat.

Menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk taat kepada protokol kesehatan adalah ibadah. Karena kalau ini bisa disampaikan dan rakyat mau menuruti maka bisa menghindari risiko. Kalau satu orang orang bisa mengamankan dirinya sendiri berarti dia bisa menyelamatkan orang lain dan dia juga berarti bisa mengamankan lingkungannya. Berarti orang-orang ini sudah kita anggap sebagai patriot karena kalau yang tertular itu adalah

(19)

- 19 -

kelompok yang rentan, kelompok-kelompok yang punya penyakit penyerta sebagaimana data yang telah kami kumpulkan maka risiko kematian yang sangat tinggi terutama mereka yang punya hipertensi, punya diabetes, ginjal, jantung, kanker, dan juga penyakit paru lainnya.

Bapak Pimpinan.

Covid-19 belum berakhir walaupun hari ini pemerintah telah memberikan kelonggaran untuk semua bidang tetapi pemerintah bahwa presiden selalu mengatakan dengan kehati-hatian. Semuanya diawali dengan prakondisi, semuanya diawali dengan edukasi dan sosialisasi serta simulasi.

Tidak boleh ada daerah yang ujug-ujug langsung melakukan aktivitasnya tanpa melalui prakondisi termasuk bagaimana pimpinan daerah harus berkoordinasi dengan komponen-komponen yang ada agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan daerah mendapatkan dukungan dari masyarakat. Kolaborasi seluruh komponen di daerah akan sangat menentukan keberhasilan kita untuk menekan laju Covid-19 dan yang paling mendasar adalah bagaimana sekarang ini kita menghadapi suasana Covid-19 dengan merubah perilaku secara konsisten dan berlanjut untuk tetap selalu menggunakan masker untuk tetap cuci tangan, untuk tetap jaga jarak.

Poin yang ketiga yaitu jaga jarak sangat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan dan ini terjadi bukan hanya di kota besar tetapi sampai hampir semua daerah. Oleh karenanya kampanye-kampanye sosialisasi yang masif yang setiap saat setiap hari perlu kita lakukan. Kami telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk juga lembaga keagamaan kami sudah emosi dengan MUI dan juga ke depan akan melakukan kerja sama dengan semua organisasi keagamaan. Kami harapkan dengan pelibatan tokoh-tokoh agama selain tentunya juga dengan tokoh budaya maka diharapkan bisa menjadikan masyarakat lebih patuh terhadap protokol kesehatan. Demikian Bapak Pimpinan yang dapat kami laporkan, penjelasan singkat yang kami laporkan mengenai rencana kerja pemerintah tahun anggaran 2021 untuk BNPB dan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2019, serta evaluasi kinerja tahun anggaran 2020. Apabila ada hal-hal yang perlu pendalaman kami akan memberikan penjelasan lebih lanjut.Ddemikian terima kasih wabilahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh salom om Santi Santi Santi om namo buddhaya salam kebajikan.

KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih Pak Kepala BNPB Pak Letnan Jenderal Doni Monardo yang sudah menyampaikan tiga agenda pada hari ini yaitu rencana APBN pembicaraan awal tahun 2021, evaluasi tahun 2020 dan pertanggungjawaban 2019. Saya sampaikan kepada para Anggota dan Pimpinan bahwa tadi sudah disampaikan pagu indikatif tahun 2021 Rp.715.400.000.000 ada usulan tambahan tadi dari Pak Doni sebesar Rp.51.238.800.000. Ada besar sekali tadi tulisannya sejak tahun 2017 nihil terus. Mudah-mudahan, ini disetujui di Badan Anggaran besar untuk penambahan dari pagu indikatif ditambah 51 miliar ya itu hampir 700.066 miliar.

(20)

- 20 -

Kemudian untuk tahun 2019 tadi serapan anggarannya luar biasa 99,89%. Ini artinya Pak Sestama hampir 100% Pak ya. Luar biasa. Kemudian tadi untuk tahun anggaran yang sedang berjalan tahun 2020, itu serapannya karena banyak halangan karena di tengah pandemi Covid-19 itu 3,13%. Tadi saya belum begitu jelas Pak ini yang 3,926 triliun itu sandingannya dengan dana siap pakai enggak ada apa ya? Terpisah itu Pak ya? Yang realisasi anggaran BNPB tahun 2020 kan 3,92 triliun, baru terserap 3,13% tapi di halaman 34 Pak Doni menyampaikan penyaluran dana siap pakai itu 3,06 triliun. Itu ada hubungannya enggak Pak? Ya nanti mohon penjelasan.

Kemudian tadi tentu kita juga berharap kebakaran hutan tidak terjadi lagi pak ini memang mengerikan Pak Doni. Kalau Sumsel, Riau, Kalimantan Tengah itu kembali mengulangi sejarahnya dengan kebakaran hutan di waktu-waktu yang lalu, sungguh menjadi beban besar bagi kita. Nah doa kita Pak kami setuju dari Pak pencegahan ... presiden untuk tidak terjadi kebakaran hutan terutama di lahan gambut.

Nah yang paling penting Pak Doni ini memang betul new normal ini Pak. Ini masyarakat enggak banyak analisa. Normal, ke pasar bebas, main di jalan raya bebas tidak lagi apa namanya jaga jarak sudah berkerumun. Nah ini saya kira ini kalau tidak ditangani secara baik untuk awal bencana yang lebih besar Pak Doni karena tadi kata Pak Doni Covid ini belum ada satu pakar pun yang simpulkan kapan akan berakhir. Nah oleh karena itu para anggota dari meja pimpinan, mari kita perdalam baik dari sisi anggaran maupun tadi isu-isu aktual karena ini penting kita dalami. Pada prinsipnya Pak Doni walaupun ini belum kami bahas sejak awal kami pasti mendukung Pak apalagi tadi penambahan anggaran kan tidak terlalu besar. Ini tergantung juga dengan Menteri Keuangannya mau enggak nambah. Kalau dari anggaran Komisi VIII Pak pasti kita dukung. Pasti kita setujui enggak akan ada kita revisi. Kalau mau nambah lebih besar ya, tadi kata Pak Ace ya gimana? Di tengah pandemi aja BNPB kasih 715 miliar. Harusnya lebih besar kan Pak? Harusnya, apalagi dengan rencana-rencana pusat-pusat pelayanan tadi.

Saya kira ini tanggung jawab kita semua karena itu undang-undang revisi tentang kebencanaan itu menjadi penting untuk kita bicarakan secara seksama tinggal menunggu Surpresnya Pak. Supres presiden ke DPR kalau dari DPR sudah selesai itu inisiatif DPR, tinggal kita tunggu dari Pemerintah.

Saya kira itu pendalaman dari saya supaya kita kalau nanti bertanya kita fokus ke pagu indikatif kemudian tambahan anggaran, evaluasi tahun 2019 sudah 99% ditambah dengan anggaran kegiatan 2020 yang banyak tantangannya. Saya kira itu dan tadi saya sudah izin dengan Pak Letnan Jenderal Doni Monardo. Sebelum rapat tadi saya izin sekitar setengah jam Ketua setengah jam lebih dikitlah nanti yang mimpin Pak Ace Hasan, Pak untuk melanjutkan ruang tanya jawab bagi para anggota dan pimpinan, termasuk yang dari virtual banyak sekali. Mudah-mudahan kita akan bisa mengambil kesimpulan di akhir rapat ini. Saya persilakan kepada para anggota untuk bertanya tapi kalau sidang saya serahkan kepada Saudaraku Ace Hasan Syadzily, Wakil Ketua dari Fraksi Partai Golkar.

(21)

- 21 -

KETUA RAPAT (Dr. H. Tb. ACE HASAN SYADZILY, M.Si.):

Terima kasih Ketua kalau tadi sebelah kanan dan sebelah kiri kanan sebelah kiri ya Pak ya. Izin ya oke. Pertama saya persilakan Pak Kyai Maman terus Pak Bu Selly kemudian Pak John oke silakan Pak.

F- PKB (H. MAMAN IMANUL HAQ):

Terima kasih Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi VIII, Pak Doni dan kawan-kawan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencanan.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang pertama tentu kami mendukung tambahan anggaran 51,2 miliar.

Itu poin pertama. Poin kedua, saya melihat anggaran DSP itu sebenarnya sangat-sangat penting bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai sebuah institusi yang saya akui, saya lihat sangat responsif/proaktif.

Tetapi kelihatannya DSP itu banyak terkendala oleh lambatnya Kemenkeu untuk mencairkan anggaran dan lain sebagainya. Nah ini kayaknya kita perlu dukungan juga di teman-teman Komisi VIII yang ada di Banggar jangan sampai di DSP yang diperlukan oleh BNPB itu tiba-tiba itu terkendala dan ini sangat menyulitkan menurut saya. Yang kedua juga saya ingin bertanya juga Pak Doni kenapa misalnya DSP dialokasikan ke beberapa pihak yang menurut saya bisa tidak lewat BNPB begitu seperti Kemenkes, Garuda Indonesia, dan lain sebagainya. Nah ini dana yang begitu besar menurut saya yang seharusnya digunakan untuk kepentingan BNPB secara keseluruhan itu kok bisa ke orang lain yang dalam tanda kutip ya.

Nah yang ketiga saya melihat bahwa BNPB itu sudah memiliki tim dan sistem kerja yang sudah proaktif dan sistematis. Maka intervensi dari pihak mana pun itu jangan sampai mengurangi kinerja-kinerja BNPB. Saya melihat di beberapa kesempatan kelihatan sekali bahwa teman-teman itu bekerja sangat cepat. Misalnya ketika kami minta pertolongan ke BNPB penanggulangan banjir di Subang dan sebagainya. Itu sangat-sangat cepat.

Terima kasih sekali Pak Doni.

Nah yang terakhir seperti yang tadi dikatakan bahwa ada ujung tombak kita di BPBD tetapi memang perlu sentuhan dari BNPB agar BPBD ini betul- betul punya greget. Nanti Ibu Selly bisa menjelaskan sebagai mantan bupati di mana posisi BPBD itu. Misalnya pertama soal inventarisir potensi-potensi bencana. Saya lihat di dapil saya misalnya di Majalengka ada potensi pergeseran tanah yang kalau dibiarkan nanti kalau sudah kejadian besar baru kita ribut dan sebagainya. Nah yang kedua identifikasi dan kriteria sampai sejauh mana potensi-potensi itu akan terjadi kapan dan sebagainya termasuk pelatihan SDM dan saya setuju tadi Pak Doni melibatkan perguruan tinggi para pakar dan sebagainya. Termasuk soal komunikasi Covid-19 itu ada hal yang lucu pak Ace. Saya tanya ibu-ibu yang dapat bantuan. Saya bilang, ada dapat bantuan ya Bu ya? Iya alhamdulillah dari program Covid-19 mudah- mudahan tahun depan ada lagi programnya. Sorry. Betul-betul enggak paham termasuk new normal ini. Jadi saya setuju banget katanya dengan kearifan lokal.

(22)

- 22 - Anggota Komisi VIII DPR RI:

Bahkan Covid didoakan mudah-mudahan panjang umur tahun.

F- PKB (H. MAMAN IMANUL HAQ):

Didoakan mudah-mudahan panjang umur tahun depan ada lagi itu aja semuanya. Jadi itu saja sebenarnya kalau saya lebih penekanannya. Satu, kami mendukung tambahan anggaran. Yang kedua soal DSB ini betul-betul menjadi prioritas bagi kita agar tidak dipersulit pencairannya sehingga teman- teman di BNPB bisa bekerja lebih cepat lagi. Terima kasih assalamualaikum wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Maman. Selanjutnya Ibu Selly dipersilakan. Ini selanjutnya Pak John.

F- PDIP (SELLY ANDRIANY GANTINA, A.Md.):

Terima kasih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Om Swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan.

Yang saya hormati Pimpinan beserta Anggota Komisi VIII, Kepala BNPB beserta jajaran.

Terima kasih atas paparannya dan saya ucapkan semoga Bapak beserta jajaran dalam kondisi sehat walafiat selamanya. Karena tugas kita ini adalah tugas kemanusiaan dan hanya Allah yang bisa membalas semua yang sudah Bapak perbuat. Terkait dengan apa yang disampaikan oleh bapak- bapak sekalian sama seperti yang disampaikan oleh Kyai Maman kami dari Komisi VIII terutama saya pribadi dan Fraksi PDIP Perjuangan sangat mendukung apabila memang ada anggaran untuk memperkuat proses yang akan dikerjakan oleh BNPB. Tadi Disampaikan oleh Bapak terkait dengan masalah pusat logistik regional, pusat kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kemudian pusat komando krisis darurat bencana, saya sangat mengapresiasi kalau itu memang bisa sesegera mungkin dilaksanakan karena ini sesuai dengan kondisi Indonesia. Sebagai negara kepulauan kita membutuhkan pusat-pusat logistik seperti yang terjadi kemarin akibat Covid- 19, kemudian tsunami, maupun bencana gempa bumi. Kita merasakan sulitnya kita untuk melakukan logistik menyampaikan ke daerah.

Tetapi yang perlu menjadi catatan Bapak/Ibu sekalian saya juga ingin memberikan masukan apabila nanti program ini berjalan, maka yang harus dipersiapkan oleh BNPB terkait dengan buffer stock logistik yang harus dipergunakan di masing-masing daerah. Karena setiap daerah ini mempunyai karakteristik kerawanan bencana yang berbeda termasuk demografi masyarakat yang sangat berbeda, otomatis pusat logistik tadi harus dipenuhi dengan yang kebutuhan logistik yang berbeda-beda. Kemudian yang perlu kita pelajari dari kasus Covid-19 bahwa kita mengalami gagap pada saat kita berbicara ada logistik di luar logistik kebutuhan pangan. Pada saat terjadi bencana non alam maka kita gagap pada saat berbicara bagaimana APD dan masker. Maka ini pun yang harus menjadi catatan oleh BNPB bahwa logistik

(23)

- 23 -

yang dimaksud ini bukan logistik untuk keperluan pangan saja. Tetapi logistik yang menyangkut dengan non alam. Nah ini menjadi catatan saya.

Kemudian terkait dengan dukungan manajemen sebesar 238 miliar.

Saya mencatat program ini diperkuat oleh BNPB karena adanya tambahan untuk pagu inspektorat dan tambahan unit kerja. Kalau memang dimungkinkan saya juga akan meminta kepada BNPB agar ada dukungan manajemen variabel sumber daya manusia dan tata kelola hubungan antara kelembagaan BNPB dan BPBD. Karena selama ini kita juga -tadi yang disampaikan oleh Kang Maman- kita bingung posisi BPBD di daerah ini seperti anak tiri dan itu tidak perlu kita tutup-tutupi. Kebanyakan yang menjadi kepala BPBD ini adalah orang buangan yang sudah tidak terpakai oleh kepala daerah sementara tugas mereka sangat mulia. Apalagi dengan Covid 19 ini mereka harus bekerja hampir 24 jam dan mereka tidak pulang ke rumahnya masing-masing. Jadi dibutuhkan orang-orang yang memang tanggap dan kompetensi yang memang siap menangani masalah-masalah bencana.

Seperti yang tadi disampaikan oleh Pak Doni bahwa di BNPB saja kita masih butuh tenaga-tenaga ahli yang memang expert di bidang-bidang yang di luar masalah non-bencana seperti halnya kesehatan dan hubungan kemasyarakatan. Ini menjadi catatan saya bahwa dalam dukungan manajemen ini bukan hanya untuk di BNPB tetapi bagaimana BPBD di daerah pun bisa dimaksimalkan.

Kemudian saya melihat bahwa masalah ketahanan bencana.

Ketahanan bencana saya menyadari bahwa BNPB adalah satu-satunya apa lembaga yang siap dan kalau kita berbicara terjadinya bencana maka di daerah pun yang siap untuk turun ke lapangan dalam kondisi sulit dan medan yang sangat berat adalah kawan-kawan BPBD. Jadi ketahanan bencana ini memang masih bias apakah memang kita akan memperkuat posisi lembaga- lembaga yang ada di bawah BNPB tadi -seperti halnya BPBD kemudian relawan-relawan yang ada di dalamnya- atau memang seperti apa? Dan kalau saya sarankan sebaiknya Bapak juga memperkuat BPBD yang ada di daerah.

Dan yang terakhir mungkin Pimpinan mengenai Ini resiprokal saya menyadari bahwa hubungan komando. Kalau kita bicara dari hasil evaluasi dari hasil pusat survei bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap penanganan Covid-19 terhadap Pemerintah ini sangat rendah. Meskipun kalau kita berbicara jujur saja Pak kalau kita berbicara tentang bantuan sosial maka masyarakat akan menyatakan puas. Tetapi kalau kita berbicara tingkat kepuasan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah itu yang perlu kita pertanyakan. Dan inilah mungkin yang harus menjadi perbaikan kita dalam rangka melakukan hubungan komunikasi dengan pemerintah daerah.

Jadi jangan terlalu kaku. Jadi hubungan timbal balik ini baik dari sisi tata kelola maupun sisi anggaran harus bersifat fleksibel mudah-mudahan ke depan dengan bencana Covid-19 ini menjadikan bahan evaluasi kita ke depannya. Termasuk Mungkin Pak Doni kalau memang BNPB dan memungkinkan karena DPR akan melakukan pembahasan rancangan undang-undang revisi undang-undang penanggulangan bencana apakah mungkin kita juga dari atas inisiasi BNPB terkait dengan posisi BPBD daerah itu menjadi usulan dari BNPB agar bisa diperkuat di dalam posisi di dalam

(24)

- 24 -

rancangan undang-undang tadi. Karena kalau kita tunggu sampai sekarang ini kan masih pimpong resmi Kementerian Dalam Negeri statusnya dan bla bla bla bla bla. Nah seperti ini Pimpinan. Jadi saya melihat bahwa kondisi BPBD daerah ini perlu menjadi perhatian kita bersama bahkan saya juga mengucapkan banyak terima kasih aparat TNI dan Polri pun sangat proaktif untuk melakukan kerja sama dengan BPBD di daerah. Terima kasih Pimpinan, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam. Terima kasih Bu Selly selanjutnya Pak John Kennedy Azis dari Fraksi Partai Golkar.

F- PARTAI GOLKAR (H. JOHN KENEDY AZIS, S.H):

Terima kasih Pimpinan. Bismillahirohmanirohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan dan anggota Komisi VIII yang saya hormati.

Bapak Doni Monardo Kepala BNPB beserta seluruh jajaran yang hadir pada sore hari ini yang saya hormati.

Pertama Saya mengucapkan terima kasih atas paparannya Pak Kepala. Saya pikir paparan ini cukup, cukup komprehensif, paripurna, dan tadi juga ditambahkan tentang kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan anggaran. Bahwa ada beberapa yang menjadi cermatkan saya dalam konteks ini dan sekaligus menjadi kekhawatiran saya juga Pak Kepala. Tadi melihat bahwa hanya 3,13% terealisasi di halaman 25. Itu saya mohon penjabaran lebih lanjut. Sebab begini, ada suatu kontroversi berdasarkan konteks ini terealisasi ini dengan pengajuannya Pak Kepala. Saya periode pertama 5 tahun, 4 tahun saya di Bangka. Saya bagaimana saya tahu persis bagaimana kementerian/lembaga itu disetujui atau tidak setuju penambahannya dilihat dari pada serapannya. Kalau serapannya Bapak itu kecil siap-siap kementerian/lembaga akan diturunkan pagu indikatifnya. Tapi di sisi lain kalau serapan yang bagus 98% sekian persen 99 dan sekian persen itu akan dipertimbangkan serapannya. Makanya mohon penjelasan Bapak kembali berkaitan dengan serapan yang 3,13% yang menurut hemat saya ini sangat kecil sekali dalam konteks apa ini dari 3,9 triliun ya hanya 123 miliar yang tertera dari konteks ada tiga poin tersebut.

Yang kedua apa yang menjadi penyebab dari sedikitnya serapan itu?

Apakah dikarenakan ya karena kondisi sekarang Pemerintah lagi menghadapi Covidp19 ini? Apakah dananya tidak dicairkan atau memang tidak ada bencana? Yang mengakibatkan sangat kecilnya serapan ini. Apa yang menyebabkan apa namanya menjadi kecil sekali serapan ini? Ini yang menjadi kekhawatiran saya Pak Pak Doni.

Terus yang kedua bahwa anggaran BNPB di 2020 berdasarkan buku Bapak ini adalah sebesar sekarang ini 450 miliaran 646 juta. Ya. Mengajukan tambahan sekitar 51,2 miliar dalam konteks yang 450 miliar. Nah yang 4540 miliar ini yang sudah terserap 99% yang tadi Bapak katakan. Apakah Ini konteksnya? Ya. Sebab di Sini di dalam pasal di dalam halaman 25 ini

Referensi

Dokumen terkait

BAB II PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA Pelaksanaan kunjungan kerja reses Komisi VIII DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur Masa Persidangan II Tahun Sidang 2021 – 2022 dilaksanakan

Terima kasih Pimpinan. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Komisi X yang berbahagia.. Mas Menteri beserta seluruh jajaran. Tema yang yang akan

Baik terima kasih Ibu Hetifah. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pak Fikri, Pimpinan Sidang. Para Pimpinan Komisi X yang saya hormati. Mas Menteri dengan seluruh

Baik. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Terima kasih, Pimpinan rapat yang sudah menyapa dan kepada juga terima kasih kepada

Kami mempunyai harapan yang besar, bahwa Saudara sekalian yang telah membangun kompetensi dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar, akan memiliki kecintaan, tanggung jawab,

Namun lebih dari itu, saya sangat berharap, Anda dapat berkontribusi untuk terus menghidupkan, membesarkan, dan mencitrakan ISI Yogyakarta sebagai Perguruan Tinggi Seni yang

Ya, Terima kasih Pak Yandri. Silakan Pak Mulyadi. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Yang Saya hormati Pimpinan beserta seluruh anggota DPR RI,.. Pada kesempatan Paripurna

Beberapa laporan berita menunjukkan bahwa munculnya fenomena seperti ini berkaitan dengan warga-warga yang kehilangan pekerjaan atau sumber pendapatan dam tidak mendapatkan