• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VI DPRRI DENGAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG DAN DIREKTUR UTAMA PT PUPUK

INDONESIA (PERSERO)

Tahun Sidang : 2019-2020 Masa Persidangan :

Rapat Ke- Jenis Rapat

: :

1

Rapat Dengar Pendapat Sifat Rapat : Terbuka

Hari, Tanggal : Senin, 29 Juni 2020 Waktu : 14.17 s.d. 16.57 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPRRI Gedung Nusantara I Lt.1 Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Gde Sumarjaya Linggih, S.E., M. A. P. / Wakil Ketua

Komisi VI DPRRI

Acara : Pendalaman Terkait Pencairan Hutang Pemerintah ke BUMN TA 2020

Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si., Kabag Sekretariat Komisi VI DPRRI

Hadir : A. Anggota DPRRI:

35 dari 53 orang Anggota dengan rincian:

1. FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 9 dari 12 orang Anggota

1. Aria Bima.

2. Adisatrya Surya Sulisto

3. Gilang Dhielafararez, S.H., L.L.M.

4. Darmadi Durianto 5. Rieke Diah Pitaloka

6. Deddy Yevri Hanteru Sitorus, M.A.

7. Dr. Evita Nursanty, M.Sc.

8. Sondang Tiar Debora Tampubolon 9. dr. H. Mufti A. N. Anam.

2. FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 5 dari 8 orang Anggota

1. Gde Sumarjaya Linggih, S.E., M.A.P.

2. Drs. Mukhtarudin 3. Lamhot Sinaga

(2)

4. Trifena M. Tinal, B.Sc.

5. Nusron Wahid

3. FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 4 dari 6 orang Anggota

1. Mohamad Hekal, M.B.A.

2. Khilmi

3. Andre Rosiade

4. Ir. H. La Tinro La Tunrung

4. FRAKSI PARTAI NASDEM (F-NASDEM) 4 dari 5 orang Anggota

1. Martin Manurung, S.E.,M.A.

2. H. Subardi, S.H., M.H.

3. Zuristyo Firmadata, S.E., M.M.

4. Muhammad Rapsel Ali

5. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB)

5 dari 6 orang Anggota 1. Faisol Riza, S.S.

2. Ir. H. M. Nasim Khan 3. Tommy Kurniawan

4. Drs. H. Mohammad Toha, S.Sos., M.Si.

5. Siti Mukaromah, S.Ag., M.A.P.

6. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 3 dari 5 orang Anggota

1. DR. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si.

2. H. Anton Sukartono Suratto, M.Si.

3. Hj. Melani Leimena Suharli

7. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS)

2 dari 5 orang Anggota 1. Drs. Chairul Anwar 2. Hj. Nevi Zuairina

8. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN)

1 dari 4 orang Anggota

1. Daeng Muhammad, S.E., M. Si.

9. FRAKSI PARTAI PERSATUAN

PEMBANGUNAN (F-PPP) 2 dari 2 orang Anggota

1. H. Ach. Baidowi, S.Sos., M.Si.

2. Elly Rachmat Yasin

(3)

B. DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG

C. DIREKTUR UTAMA PT PUPUK INDONESIA (PERSERO)

D. UNDANGAN YANG LAIN

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT / F-PG (GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E., M.A.P.):

(Rekaman Terpotong)

Strip miring AKD pada masa new normal yang diikuti Bapak Ibu Anggota Komisi VI DPRRI adalah melalui rapat fisik dan rapat virtual. Kemudian, ada 60% jumlah Anggota Komisi atau badan dengan komposisi yang hadir di fisik.

Jadi, maksimum 60%, Pak dan 40% di virtual. Namun, kami sudah membagi diri, yaitu secara proporsional sesuai dengan jumlah Fraksi.

Rapat dihadiri secara fisik dengan komposisi pemerintah 30 orang dari kapasitas 49 tempat duduk. Peliputan pelaksanaan rapat Komisi AKD dilakukan di TV Parlemen. Jadi, kita di siarkan oleh TV Parlemen. Biasanya itu masuk Youtube-nya Pak, media cetak dan media elektronik lainnya mendapatkan sumber berita dari TV Parlemen.

Adapun, RDP hari ini dilakukan secara fisik dan secara kesimpulan dan hasil kesimpulan dalam RDP ini mengikat untuk Komisi VI DPRRI dengan PT Pupuk Indonesia Persero dan Perum Bulog.

Bapak Ibu dan Hadirin yang kami muliakan.

Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VI DPRRI berdasarkan daftar hadir secara fisik dan virtual, telah hadir 26 Anggota dari 9 Fraksi. Dengan demikian, kuorum telah terpenuhi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 281 Ayat 1 peraturan DPRRI tentang tata tertib. Maka, perkenankan kami membuka rapat dengar pendapat pada hari ini dan dapat dinyatakan terbuka ya Pak ya, kecuali Bapak minta tertutup nanti kami pertimbangkan untuk tertutup ya. Terbuka Pak ya.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.17 WIB)

Kami juga ingin mendapat persetujuan apakah rapat kita pada hari ini bisa diakhiri pada pukul, Pak Heru. Kami juga ingin mendapat persetujuan apakah rapat kita pada hari ini bisa kita akhiri pada pukul 16.30, ya. Dua jam cukuplah ya. Kalau satu jam bagus lagi, tapi kalau-kalau nanti nambah- nambah lagi, repot lagi. Sudahlah 16.30, Pak ya. Setuju, Pak ya.

(RAPAT:SETUJU)

Terima kasih kami ucapkan kepada para undangan atas kehadiran waktunya untuk menghadiri RDP pada hari ini. Sesuai undangan yang telah kami sampaikan kepada agenda rapat pada hari ini adalah pendalaman terkait pencairan hutang pemerintah ke BUMN tahun 2020.

Bapak, Ibu dan hadirin yang kami muliakan.

(4)

Sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20 A Ayat 1 menyebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Dalam rangka menjalankan fungsi, agak bisik-bisik dong yang di sebelah sana.

Mengadakan rapat, mengadakan rapat kerja dengan Kementerian BUMN pada tanggal 9 Juni 2020 yang membahas mengenai memberikan dukungan dana kepada BUMN berupa PMN, dana talangan dan pembayaran hutang negara.

Dalam raker tersebut disampaikan bahwa akan ada pencairan hutang pemerintah ke BUMN tahun 2020 sebesar 108,48 triliun. Adapun pencairan hutang pemerintah kepada BUMN berfungsi untuk memastikan BUMN dapat menyelesaikan tanggung jawab pelayanan publik yang menyangkut kepentingan nasional dan menjaga aktivitas perekonomian masyarakat di tengah pandemi.

Selanjutnya, dapat kami sampaikan bahwa di antara BUMN yang mendapatkan cairan utang pemerintah adalah PT Pupuk Indonesia Persero sebesar 6 triliun, benar Pak ya 6 triliun. Ini Sekretariat 5,7. Ini dicatat nih soalnya, ini menjadi dokumen. Hah? Nggak-nggak, berapa sebetulnya.

Berapa sebetulnya? Ini direkam, Pak. Kita harus, karena ini kan menjadi bukti otentik nanti untuk kemudian kalau ada sesuatu nantinya dan ini adalah rapat resmi. Jadi, berapa Pak? 5,7 triliun rupiah dan Perum Bulog sebesar 0,56 triliun, benar Pak ya? 0,56 triliun. Jadi, 560 miliar rupiah sebagai piutang subsidi pemerintah atas penugasan public service obligation atau PSO.

Untuk itu kami persilakan untuk meminta Saudara Dirut PT Pupuk Indonesia dan Perum Bulog untuk menyampaikan penjelasan secara singkat dan jelas. Kami persilakan, siapa yang duluan. Silakan, Kang Aas.

DIREKTUR UTAMA PT PUPUK INDONESIA (AAS ASIKIN IDAT):

Terima kasih, Bapak Pimpinan Rapat Komisi VI.

Yang kami hormati Bapak Ketua dan Anggota Komisi VI DPR RI, juga Para peserta rapat yang hadir dalam rapat ini.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Menindaklanjuti hasil rapat yang seminggu yang lalu, kami akan menyampaikan penjelasan, menyampaikan penjelasan atau bahan yang akan dibahas dalam rapat dengar pendapat ini dan sesuai dengan permintaan, mungkin kami tidak akan menyampaikan secara menyuruh, kami akan yang apa yang disampaikan saja, yang sering yang kami selalu sampaikan di Komisi VI, mungkin kami apa kami lewat-lewat saja, Pak. Nah jadi, bahan sudah kami sampaikan Pak ke Bapak yang merepresentasikan ini, sudah ya.

Baik, Pak kami akan menyampaikan beberapa hal yang terkait, khususnya yang terkait dengan masalah apa masalah perusahaan, terkait dengan masalah piutang-piutang subsidi yang masih tertahan di mana di pemerintah yang belum dibayar kepada apa kepada Pupuk Indonesia.

(5)

Sudah masuk? Oh, langsung Pak ya. Oke. Iya, betul Pak. Piutang subsidi saja langsung. Itu nggak bisa masuk? Mohon maaf, Bapak Pimpinan.

Ini teknisnya lagi di ini dulu, Pak untuk penampilannya. Iya, oke, oke pupuk piutang katanya, Pak. Emang, ini yang dibahas Pak ya, jadi saya tidak perlu menjelaskan apa-apa yang dan apa dan lain-lain, Pak. Atur, baik Pak.

Jadi, posisi piutang subsidi pupuk 2020 ini bisa apa bisa terlihat dalam apa dalam tampilan. Secara total, Pak adalah sebanyak 17,1. Jadi, tagihan- tagihan Pupuk Indonesia kepada apa kepada pemerintah ini 17,1 yang terdiri dari Petropedrosix sekitar 10,8, Pupuk Kaltim 1,8 triliun, pupuk Sriwijaya 2,1, pupuk kujang 2,3 dan pupuk Iskandar muda 1,054. Nah, tagihan ini adalah tagihan untuk realisasi tahun 2018 eh 2017, 2018, 2019 dan tahun 2020, Pak tahun 2020. Hanya yang tahun 2020 ini, ini sifatnya masih unaudited, Pak karena tahun berjalan. Yang sudah di audit oleh BPK, Pak oleh BPK itu yang tahun 2017, 2018, 2019.

Nah, kebutuhan pendanaan akibat dibayarkannya piutang subsidi tersebut, sebagian besar ini ditutup dari penarikan pinjaman modal kerja dari perbankan, Pak. Jadi, karena ini uangnya tertahan di pemerintah, makanya untuk apa untuk tagihan ini agar perusahaan masih tetap bisa berjalan, kami pinjam dulu Pak dalam bentuk modal kerja. Nah, hanya ini akan berdampak, Pak. Ini akan berdampak, ini akan menyebabkan meningkatnya beban bunga perusahaan, Pak dari 17 triliun kalau 10%nya sekitar 1,7 triliun per satu apa, satu-satu apa satu tahun itu, Pak. Yang pada akhirnya ini akan meningkatkan juga subsidi pupuk, Pak. Karena, secara kelas ini masih menjadi apa menjadi biaya lagi, Pak. Nah ini, apa Pak Herman. Ini akan menambah apa biaya- biaya. Jadi, sekali lagi kita ada 17, Pak.

Nah, pencairan hutang pemerintah kepada PT Pupuk Indonesia untuk tahun 2020, Pak. Pertama adalah untuk meningkatkan likuiditas kondisi keuangan perusahaan, Pupuk Indonesia ini telah mengusulkan Pak pencairan utang pemerintah berupa pembayaran utang subsidi untuk periode 2017-2020 sebanyak 17,1 triliun, ini termasuk PPN. Dasar pembayaran adalah Pupuk Indonesia telah menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai penugasan pemerintah serta telah diaudit oleh BPK RI, baik untuk 2017 sampai dengan tahun 2019.

Namun, sesuai dengan rencana pemerintah dari nilai yang 17,1 tadi, Bapak Pimpinan yang 17,1 itu. Upaya yang tersedia yang akan dilakukan pada tahun 2020 oleh pemerintah hanya baru 5,7, Pak. Jadi, dari 17 ini baru akan dibayar, tapi ini juga belum dibayar, Pak. Rencananya akan dibayar sebanyak 5,7 triliun, gitu Pak. Harapan kami sih tadinya yang 17, karena kami bunganya sangat apa, sangat tinggi gitu, Pak.

Nah, tujuan dan dampak positif pencairan piutang pemerintah bagi Pupuk Indonesia, yang pertama adalah akan digunakan langsung untuk melunasi pinjaman kredit modal kerja kepada perbankan. Karena, semua yang 17 itu pinjam ke perbankan, Pak juga untuk mengurangi beban bunga perusahaan, juga untuk menurunkan beban subsidi pupuk yang ditanggung oleh pemerintah, Pak. Juga menurunkan HPP pokok nonsubsidi. Karena, dengan adanya pinjaman dan bunga, nonsubsidi kita juga, HPP lebih tinggi.

Sehingga, kita jadi sulit bersaing gitu Pak dengan apa dengan pihak luar.

Juga untuk meningkatkan daya saing pupuk nonsubsidi.

(6)

Mungkin, yang terkait dengan apa dengan piutang apa Pupuk Indonesia adalah itu, Pak. Jadi kami ulangi lagi, tagihan kita adalah per Mei, per bulan Mei sekarang itu adalah ada 17,1. Nah, berdasarkan pemberian dari pemerintah, dari Kementerian Keuangan, kita direncanakan di tahun 2020 ini akan dibayar sebanyak 5,7 triliun.

Mungkin, itu Pak secara singkat dari summary yang kami sampaikan.

Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Silakan lanjut, Pak Buwas.

DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG (BUDI WASESO):

Terima kasih.

Bissmillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang.

Salam sejahtera buat kita sekalian.

Yang kami hormati Pimpinan Komisi VI DPRRI.

Yang kami hormati Anggota Komisi VI DPRRI, dari PT Pupuk Indonesia.

Bapak, Ibu sekalian, hadirin yang kami hormati.

Memenuhi undangan Sekretaris Jenderal Nomor AG07324 DPRRI VI 2020, tanggal 26 Juni 2020 dengan undangan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI dengan ini kami sampaikan penjelasan Perum Bulog mengenai pencairan hutang pemerintah kepada Perum Bulog Tahun Anggaran 2020, serta realisasi penggunaan PMN Perum Bulog Tahun Anggaran 2016.

Bapak Ibu Pimpinan serta Anggota Komisi VI DPR RI yang kami hormati.

Berkenaan dengan agenda rapat hari ini, dapat kami sampaikan sebagai berikut. Yang pertama mengenai pencairan hutang pemerintah. Realisasi pembayaran hutang pemerintah kurun waktu Januari sampai Juni 2020 sebesar 566 miliar rupiah yang mencakup pembayaran atas pelaksanaan CSHP gula 2018 dan sebagian penyaluran CBP 2019.

Namun demikian, masih terdapat saldo hutang pemerintah kepada Perum Bulog tahun 2020 yang belum dibayarkan sampai dengan Juni 2020 sebesar 2,61 triliun rupiah yang terdiri dari penyaluran CBP sebesar 1,26 triliun rupiah dan CSHP gula 2019 sebesar 1,35 triliun rupiah.

Mengingat pencairan hutang pemerintah terhadap Perum Bulog, sangat penting dan berdampak pada pengurangan arus kas perusahaan. Kami

(7)

sangat berharap dukungan agar pelunasan utang pemerintah kepada Perum Bulog dapat segera dilakukan.

Yang kedua, realisasi PMN dan dana talangan 2020. Kami laporkan bahwa dapat dipastikan bahwa Perum Bulog tidak akan menerima dana PMN dan dana talangan tahun 2020. Namun selanjutnya, Perum Bulog berencana mengajukan proposal pengajuan PMN tahun 2021, ini pun kita melihat bagaimana nanti situasi keuangan negara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2016, Perum Bulog mendapatkan penambahan penyertaan modal negara atau PMN tahun 2016 sebesar 2 triliun rupiah. Yang ditunjukkan untuk pembangunan sarana produksi dan tempat penyimpanan komoditas. Pada tahun 2020, telah dilaksanakan akselerasi percepatan penyerapan dana PMN tahun 2016 tersebut di mana telah dilakukan proses lelang kontraktor pelaksana dengan nilai sebesar 1,6 triliun rupiah atau 80,18% dari total dana PMN tahun 2016.

Selain itu juga dilakukan pendampingan oleh Kejaksaan Agung dan BPK agar penyerapan dana PMN dapat memenuhi aspek good corporate governance dan tertib administrasi.

Bapak Ibu Pimpinan, Anggota Komisi VI DPR RI yang kami hormati.

Demikian yang bisa kami sampaikan. Selanjutnya, kami mohon petunjuk dan arahan.

Wabillahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Iya, wah sebentar kita ini. Saya salah waktu tadi tuh. Ini gara-gara Pak Herman Khaeron.

Pak Dirut, itu menurut catatan sekretariat, itu dari kementerian dapatnya memang angkanya bulat, 6 triliun.

DIREKTUR UTAMA PT PUPUK INDONESIA (AAS ASIKIN IDAT):

Alhamdullilah, Pak.

KETUA RAPAT:

Ini menurut catatan sekretariat itu, coba nanti dicocokkan lagi ya.

Karena, pengajuan Bapak juga tidak bulat, jadi kita tidak bulat juga. Nggak berani kita menyetujui yang bulat di sini. Nanti kena nanti.

DIREKTUR UTAMA PT PUPUK INDONESIA (AAS ASIKIN IDAT):

Harapan kami lebih sering, Pak.

(8)

KETUA RAPAT:

Kalau boleh, kalau di kita keputusannya saya tambahin lagi, Pak.

Apalagi kalau melihat angkanya tadi 17 hanya dapat 5 koma berapa tadi tuh, 5,8 ya sama dengan dirut apa. Kalau yang Bulog dari rapat kami kemarin dengan BUMN tidak ada diajukan untuk persetujuan PMN untuk Bulog di tahun 2000, usulan-usulan PMN di tahun, tambahan dari Kementerian BUMN, itu Bulog kelihatannya tidak masuk, Pak. Belum masuk, Pak. Nggak, 21.

Iya, waktu kemarin waktu rapat pendahuluan tentang indikatif, mereka belum, belum mencantumkan di sini. Karena. yang dicantumkan di sini usulan PMN nya itu 53 triliun sama tambahan usulan PMN 19,95 triliun. Jadi, sekitar 73 triliun. Itu di Hutama Karya, PLN, PAL Indonesia, Adhi Karya, Pelindo III, Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Bahana BPUI, Perumnas dan PPA, Pak. Ya, mungkin nanti selanjutnya ada rapat lagi, barangkali bisa di dibicarakan kembali, Pak Dirut nanti. Mudah-mudahan nanti setelah rapat di ke depan. Mei kita, 2 Juli kita rapat lagi, Pak Kamis.

ANGGOTA KOMISI VI DPRRI:

Ketua, sedikit Ketua.

Katanya, Pak Dirut Bulog tadi ada ingin mengajukan PMN tahun 2021, ada? Kalau bisa disampaikan, Pak. Ada permohonan itu.

DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG (BUDI WASESO):

Mohon izin, Pak.

Awalnya kan kami, tadinya mau dikasih dana talangan, Pak. Tapi kemudian, tidak jadi karena itu dialokasikan untuk membantu Menteri Sosial, Pak jadi tidak jadi ke kita. Padahal tadinya yang kita ajukan waktu kami menyampaikan Pak Presiden dan waktu itu disetujui, Pak. Kita mendapatkan dana talangan untuk penyerapan, Pak tahun ini dan yang akan kita gunakan untuk CBP, Pak. Karena, yang selama ini yang menjadi masalah adalah pendanaan CBP, Pak. Karena memang, CBP ini perintah negara, milik negara, tapi pendanaannya, pinjaman dari bank dengan bunga komersial. Ini yang menjadi masalah.

Sekarang, penyalurannya juga ada tidak ada jaminan bahwa itu akan digunakan, Pak. Sehingga, ini menjadi beban Bulog. Oleh sebab itu, kami berpendapat bahwa kami lebih baik mengajukan, Pak untuk CBP itu didanai oleh APBN, Pak. Sehingga, Bulog hanya menyimpan, merawat dan nanti kalau ada perintah untuk mendistribusikan, Bulog tinggal mendistribusikan.

Jadi, tidak terbebani oleh bunga tadi, Pak. Itu yang tadi pemahaman kami.

Maka, begitu kami tidak dapat, tidak jadi dapat, Pak. Kami ada rencana Pak, tapi itu juga nanti lihat keuangan negara. Karena, apakah ia masih setujui bahwa CBP itu memang milik negara atau bagaimana, Pak. Nanti kita memang akan rapatkan kemudian. Saya kira itu, Pak.

(9)

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, kita pendalaman ya. Pendalaman yang dangkal-dangkal saja. Di sini ada Pak Mufti Anam, Pak Herman Khaeron, Pak Mukhtaruddin, Bu Nevi. Ada yang daftar lain lagi? Berjalan saja nanti ya. Mufti Anam.

F-PDIP (dr. H. MUFTI A. N. ANAM):

Bissmillahirrahmanirrahim.

Terima kasih, Pimpinan atas kesempatan yang diberikan.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pak Dirut Pupuk Indonesia, Kang Aas, Pak Dirut Bulog, Jenderal Buwas, luar bias.

Kopinya terima kasih, Pak ya nggih.

Pertama, kami mengapresiasi kerja keras dan kerja cerdas dari panjenengan semua. Karena, di tengah pandemi yang sangat luar biasa ini, kita tentu tidak semua pemimpin, Pak mampu keluar dari situasi ini. Kalau kata (suara tidak jelas), pandemi Covid 19 ini adalah uji leadership dari seluruh pemimpin di dunia dan Kang Aas dan Pak Jendral Buwas lolos dari uji ini, Pak. Ini luar biasa.

Dan yang kedua, kami dukung untuk segera bagaimana hutang terhadap Pupuk Indonesia bisa terbayangkan, agar kemudian staminanya bisa pulih kembali, begitu juga PMN untuk Bulog ini. Karena, integritas Pak Buwas ini kita tidak meragukan lagi.

Saya dulu SMA sering dengar apa namanya kontroversi kebijakan- kebijakan dari beliau. Jadi, insya Allah bisa dipercayalah, kita tidak perlu tanya untuk apa itu. Insya Allah, Beliau orang yang amanah begitu.

KETUA RAPAT:

Katanya pertengahan Juli ini ada reshuffle juga di.

F-PDIP (dr. H. MUFTI A. N. ANAM):

Oh gitu ya?.

Iya, tapi tentu sebagai fungsi kami di DPR untuk melakukan fungsi pengawasan, ada beberapa hal yang kami tanyakan, Pak. Pertama untuk Pupuk Indonesia, ini bagaimana sih keberlanjutan bisnis dari Indonesia ke depan, Pak. Karena, kalau dari diliat dari portofolionya kan 85% hingga 90%

ini kan dari subsidi pemerintah begitu.

Kalau kita mau jujur, ini subsidi dicabut, ini mati jenengan ini apa pupuk ini mati maksudnya, tidak akan bisa bangkit begitu. Nah, ini bagaimana sih ke depan roadmap nya ini bagaimana. Kapan disiapkan pupuk ini bisa beralih ke non-subsidi begitu. Karena, ini kan sudah dicanangkan. Kami di Banggar itu sudah mewacanakan itu bagaimana ini nanti bisa beralih langsung ke rakyat,

(10)

Pak. Agar rakyat punya pilihan beli ke pupuk atau ke mana. Karena, selama ini dengan adanya subsidi juga, masyarakat tidak bisa mengakses pupuk ini dengan merata begitu.

Nah, maka, ke depan harus bersiap ketika ini tidak ada subsidi ini apa yang akan dilakukan? Kami ingin tahu atas roadmap. Maka, kami tidak sepakat sebenarnya kalau di pupuk ini dilakukan perombakan secara terus menurut gitu. Tahun lalu baru-baru mengadakan direksi ini, terus kami dengar minggu depan ada perombakan lagi. Kami tidak sepakat, ini tidak membuat perusahaan itu sehat. Itu bukan solusi menurut kami. Solusinya adalah memberikan kepercayaan untuk bagaimana menyiapkan roadmap ini ke depan bisa tetap berjalan dengan baik, begitu.

Nah, kemudian yang kedua, untuk Bulog. Ya, kami apresiasi kerja Bulog sangat luar biasa, artinya apalagi di tengah pandemi, orang susah mengakses terhadap kebutuhan bahan pokok sangat luar biasa. Tapi pak, kami sendiri merasakan, merasakan di lapangan, ketika konstituen kami membutuhkan bahan pokok. Saya itu bukan minta, beli. Ini kan maksudnya kita cerita, Pak ya. Artinya, biar ada perbaikan ke depan. Saya ini bukan mau minta, mau beli waktu itu di Bulog di Jawa Timur. Beli, Pak saya mau beli 10.000 paket beras dan sebagainya. Kan dia punya paket-paket tuh Pak ya.

Tapi kenyataannya, hampir 1 bulan baru dikirim. Saya dengar bahkan ada orang, orang beli. kalau ini nggak tahu ya apa karena mereka lebih mahal atau bagaimana, itu bisa lebih cepat begitu. Saya juga nggak minta murah, saya nggak minta murah, juga saya nggak minta gratisan, tapi kenyataannya juga lama. Itu pun itu bukan untuk bisnis, tapi kami bagian ke konstituen kami di dapil gitu.

Artinya, ke depan harapan kami, hal-hal demikian bisa diperbaiki agar kalau kita saja susah beli, apa lagi masyarakat umum, Pak. Apalagi ini untuk kegiatan sosial, apalagi ini untuk kami berikan ke konstituen kami yang merupakan Mitra dari Bulog begitu.

Mungkin, sedikit dari kami. Kurang lebihnya kami mohon maaf.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Kasih nomor telepon (rekaman tidak jelas), Pak. Biar agak mudah Beliau, Pak. Jadi, kalau ada masalah, telepon dirutnya, kan begitu. Untuk demi rakyat nggak apa-apa.

Pak Heru.

F-PD (DR. Ir. H.E. HERMAN KHAERON, M.Si.):

Terima kasih, Pak (rekaman tidak jelas) yang gagah perkasa.

Bapak Ibu sekalian yang saya hormati.

Mitra kerja, Pak Buwas.

Pak Aas, beserta

(11)

Seluruh direksi yang hadir.

Pertama, saya menyikapi terhadap apa yang disampaikan oleh Dirut PT Pupuk Indonesia yang saya kira secara prinsip semestinya bukan 5,757945 triliun tetapi, semestinya ya dilunasi 17121800 triliun ini ya semestinya selesai di tahun berikutnya. Karena, di dalam nota kesepahaman, bukan nota kesepahaman barang kali, di dalam arahan atau peraturan menteri dituangkan bahwa itu akan dibayar pada tahun berikutnya. Ternyata, tahun berikutnya itu diartikan ya tahun berikutnya nggak terbatas gitu loh.

Semestinya, kalau tahun berjalan, maka akan diselesaikan pada tahun, sebenarnya tiap tahun ada not baru gitu ya. Nah, sehingga, ada batasan waktu. Tapi, memang karena akan dibayar di tahun berikutnya, ya berikutnya nggak terbatas kapan saja barang kali dibayarnya.

Namun, memang ini menjadi kerugian negara. Kerugian negara itu dalam arti bukan penyalahgunaan. Karena, memang ada timbul bunga dan kewajiban lainnya, sehingga pada akhirnya juga akan menjadi beban terhadap keuangan negara.

Sehingga memang sebagainya, karena ini hubungannya antara uang negara terhadap pinjaman komersial. Pupuk Indonesia menggunakan permodalan dari bank komersial, sedangkan negara harus menanggung pada setiap bunga dan kewajiban lain yang timbul karena kurang bayar itu.

Kalau, Pupuk Indonesia, kemudian Pertamina, PLN sebenarnya lebih enak dibandingkan Bulog. Karena, Bulog ketika mendapatkan dulu ya anggaran Raskin dan CBP, itu tidak termasuk bunga dan kewajiban lainnya.

Maka itu, tadi disampaikan oleh Pak Buwas, ada tanggungan yang harus dibayarkan oleh korporasi. Itu yang dari dulu, sehingga kemudian kompensasinya dulu ada namanya margin fee, yang itu diberikan pada setiap satuan kilogram Raskin yang disalurkan termasuk biaya-biaya yang ditimbulkan oleh karena penyimpanan distribusi dan lain sebagainya.

Sebetulnya, itu clear gitu ya. Tapi, persoalan baru akan muncul.

Pada waktu kami rapat dengan Menteri BUMN, saya ada beberapa pertanyaan yang tidak percaya secara langsung. Misal, bagaimana sebenarnya Kementerian BUMN untuk men-treatment terhadap perusahaan- perusahaan ataupun BUMN yang bergerak di bidang pangan yang saat ini ya hampir seluruhnya rugi. Seluruhnya rugi itu bukan management bukan. Tapi, tidak diberikan prioritas di dalam berusaha, di dalam meningkatkan perusahaannya atau meningkatkan korporasinya.

Saya kasih contoh, Bulog Pak Buwas. Bulog bagaimana mungkin bisa untung. Disuruh stock banyak, disuruh serap gabah masyarakat, jualnya dibatasi harganya, kalau lebih sedikit nanti kena penalti, kena-kena tim satgas pangan gitu. Pak Buwas jangan sampai kena satgas pangan, itu repot nanti itu, ya toh.

Artinya bahwa pada sisi lain kepalanya dilepas tapi ekornya ditebang, ya tidak akan untung gitu. Makanya, saya selalu memberikan apa masukan Pak Bos jangan kecil hati, Pak Budi. Karena, siapa pun yang memimpin Bulog itu dipastikan akan rugi, kalau kemudian tidak ada penugasan seperti halnya dulu penugasan Raskin.

(12)

Nah, oleh karena itu, dalam pembahasan hari ini baik terhadap Pupuk Indonesia maupun terhadap Perum Bulog, menurut saya harus ada kesimpulan yang untuk mendorong. Karena, sampai kemarin rapat. Pertama, untuk 73 triliun PMN yang akan diajukan pada tahun 2021, itu tidak ada Bulog dan dana talang yang sudah muncul sebelumnya 18 triliun untuk Bulog, itu juga tidak ada di realisasi 2020. Yang ada adalah realisasi terhadap 566 triliun itu dan itu pun saya sampaikan dalam satu tahun ini, mungkin tidak cukup untuk turn over nya Bulog dengan infrastruktur yang begitu luas, karena Bulog lahir bukan untuk. Bulog itu lahir untuk penugasan pemerintah, untuk penugasan negara. Dia harus stabilisasi harga, dia harus punya stock nasional di seluruh negara dimana pun negara pasti punya stock pangannya dan Bulog sebagai institusi yang dibentuk oleh negara untuk stock beras.

Dulu kan, salah satu argumentasinya supaya tidak terjadi kelangkaan pangan dan kemudian banyak masyarakat yang meninggal dalam antrean, seperti tahun 70-an pernah terjadi. Maka, Bulog dibentuk untuk bisa menyiapkan pada saat-saat tertentu, Bulog bisa menyediakan pangan secara cukup terhadap masyarakat.

Kemudian, stabilisasi harga. Ini juga tidak mudah, karena apa, banyak instrumen cost yang akan timbul di sana. Karena apa, harganya tidak pasti.

Padahal bisa saja saat kekurangan pangan, di pasaran itu pangan akan naik gitu. Kalau pasaran naik, Bulog menjual dengan harga yang telah ditetapkan oleh patokan harga pemerintah. Maka yang terjadi, Bulog harus mengeluarkan cost untuk itu. Nah, kalau seluruh isinya penugasan, maka negara harus menyiapkan anggaran.

Maka itu, pada waktu rapat sebelumnya, coba Pak Buwas dan kawan- kawan di direksi menghitung, berapa sih kebutuhan sebetulnya untuk mempertahankan stock pangan, untuk suatu saat menjadi penyangga ataupun (rekaman tidak jelas) stock apa stabilisator harga. Terus, berapa kebutuhan untuk distribusi yang merata ke setiap daerah.

Mana ada PT nya Pak Mukhtaruddin misalkan, PT Beras Maju begitu.

Pada saat di NTT tidak ada beras, Pak Mukhtaruddin suruh ngirim, nggak mau. Kalaupun ngirim harganya pasti tinggi. Tapi, Bulog disuruh ngirim beras ke Jayawijaya ke puncak Jayawijaya, harus dengan harga misalkan 7.300 HPP ya pasti harga itu atau 8.300 ya pasti harga itu, gitu.

Nah oleh karenanya, negara harus menyiapkan anggaran. Jangan dibiarkan ini Bulog untuk membangun Bulog ini tidak mudah, perjalanannya sangat panjang dan sudah beberapa periode ini akuntabilitasnya dapat kita percayai gitu loh. Dulu memang banyak hal terjadi di Bulog, tapi kan sekarang sudah kembali ke jalan yang benar, gitu. Nah, kalau sudah akuntabilitasnya baik, keuangan publiknya bagus, kemudian transparansinya bagus, kinerjanya bagus, ya negara bagaimana menyiapkan anggaran yang cukup untuk Bulog supaya Bulog ini tetap jalan, tetap sesuai dengan penugasan, apalagi dibebani oleh serapan gabah masyarakat. Ini tidak mudah juga.

Berat gabah masyarakat karena melimpahnya gabah, supaya harga tidak jatuh, Bulog wajib beli dan kalau kapasitas Bulog di daerah yang tidak mampu untuk mengolah atau barangkali pada saat yang sama kualitas yang

(13)

dijual oleh petani tidak memadai, kan tetap harus dibeli. Kerugian oleh siapa ditanggung, ya oleh Bulog.

Nah, kalau kemudian penugasannya banyak seperti itu, sangat wajar lah Pak Dammer kalau kemudian Bulog diberikan PMN. Jadi, saya usul saya usul pada forum yang terhormat ini, pada 2021 karena 2020 tidak mendapatkan, saya kira proporsional saja berapa kebutuhan untuk menjalankan penugasan.

Paling tidak sampai kepada sesuai amanah yang tertuang di dalam Undang- Undang 2 tahun 2020 atau Perpu 1 tahun 2020 yang di dalamnya memang untuk memenuhi terhadap penanganan Covid-19. Sehingga, menurut saya Bulog bisa survive itu yang penting, jangan sampai kemudian sudah kondisi hutangnya juga sangat memprihatinkan, kemudian tidak ada keuntungan alias rugi dan kemudian negara membiarkannya. Kalau membiarkannya saya akan berani berpihak melawan kebijakan Menteri BUMN, kalau tidak ada perhatian untuk itu.

Kenapa, ini sangat penting. Tidak ada BBM, tinggal di rumah bagi yang kerja senang. Bu Rita, senang kalau tinggal di rumah, nggak pergi gitu ya, pengantin baru maksudnya. Tetapi, kalau tidak ada beras, tidak ada nasi Pak gitu. Ya sudah, tidak bisa apa-apa. Masyarakat sekarang kalau tidak ada beras, tidak nasi ya susah. Kalau nggak ada Bulog, nggak ada stock. Lantas bagaimana kalau di suatu daerah ada kekeringan, ada bencana. Siapa yang akan bertanggung jawab, pasti Bulog. Terus kalau Bulognya lemah, Bulognya tidak punya kekuatan financial, kemudian dengan 2-3 juta harus komersial, itu impossible Pak, gitu. Kalau jualnya hanya 100-200 ribu ton, (rekaman tidak jelas) itu, cepat itu. Tapi, kalau 2 juta – 3 juta suruh jual beras medium, aduh itu siapa pun menurut saya tidak mampu.

Saya agak panjang sedikit, mohon maaf Pak Dammer. Karena ini, apa namanya penting bagi kehidupan bangsa dan negara kita. Bahkan kalau pangannya tidak cukup, ya Bung Karno sudah mengamanatkan. Hidup mati negara ini juga sangat tergantung pada pangan. Jadi, ini harus dijaga keniscayaan ini. Menurut saya, keniscayaan ini harus di jaga oleh kemampuan negara untuk men support terhadap Bulog.

Yang kedua, yang di sampaikan oleh menteri bahwa pembayaran hutang terhadap korporasi utamanya adalah Pupuk Indonesia, ini juga untuk melakukan transisi terhadap PT Pupuk Indonesia yang mekanisme ke depannya akan dilakukan secara subsidi langsung kepada masyarakat, supaya banyak pilihan untuk membeli pupuk. Pupuk itu bukan pilihan menurut saya, gitu loh. Pupuk itu bukan pilihan, pupuk itu hanya ada, tersedia, terjangkau, memadai bagi masyarakat sesuai dengan waktu, sesuai dengan, kalau nggak sesuai dengan waktu, ya nggak bisa juga mereka menggunakan pupuk, lewat barang itu. Nggak bisa lagi memupuk lagi kalau sudah lewat masanya.

Nah, yang kedua, kan ada alternatif di dalamnya. Pupuk Iskandar Muda kalau tidak ada subsidi, itu adalah pabrik pupuk pertama yang akan tutup.

Pak Zaki betul ya Pak Zaki ya. Alasan bagaimanapun tetap bahwa Pupuk Iskandar Muda itu tidak visible untuk memproduksi pupuk. Tapi karena, ini ada apa namanya kemauan politik kita untuk tetap mempertahankan pabrik Pupuk Iskandar Muda untuk tetap hidup. Sehingga apa, salah satunya adalah

(14)

subsidi ini memang menopang terhadap kehidupan dan produksinya PT Pupuk Iskandar Muda.

Kedua, Kujang juga menurut saya akan kerepotan juga kalau dicabut, gitu Pak Mukti. Jadi, bukan serta merta bahwa ini ke subsidi kepada korporasi ini tidak efisien. Kemudian, selalu salah sasaran, bukan itu konteksnya.

Banyak sekali kegunaan yang kalau dibedah sebetulnya merah putih kita ada di dalam dada kita, pasti (rekaman tidak jelas) lanjut, gitu ya. Kalau kemudian di pindahkan, lantas pabrik pupuk dengan harga pupuk yang lebih kompetitif, karena dia beli gasnya dengan murah.

Misalkan, di Cina gasnya berapa, Pak Aas? Berapa? 3 Dolar. Harga gas di Cina 3 Dolar, dia bisa menjual urea mungkin dengan harga 3.500, tapi Pak Aas seluruh pabriknya beli-beli harga gasnya itu 6 US Dolar per matriks ton eh per Mbpt, Mbptu.

Nah, sehingga, kalau kemudian harga gasnya saya sudah tidak kompetitif, pasti tidak kompetitif. Kalau kemudian secara perlahan, pabrik pupuk kita akan mati, kebutuhannya tetap harus disediakan, lantas impor memenuhi kebutuhan pupuk itu, ya suatu saat kita akan sangat mudah dimatikan dari berbagai sisi gitu. Dari sisi pertahanan, kita sangat mudah dimatikan dan kalaupun kita angkat esensi bahwa kedua institusi ini, baik Bulog maupun Pupuk Indonesia, ini adalah bagian dari sistem pertahanan nasional yang harusnya dijaga gitu. Nah, kalau tidak dijaga, semakin lemah, kemudian orang bisa memainkan pasar, ya kita siap-siap saja menjadi negara yang lemah gitu.

Ini maksud saya, saya ingin mengangkat ini dan ya saya tahu percis gitu ya, kenapa, karena saya 8 tahun gitu ya mengawal Bulog, mengawal pabrik pupuk. 8 tahun saya menjadi Pimpinan. Jadi, saya tahu persis situasinya.

Nggak bisa main-main ini dengan 2 institusi ini. Kalau 5, rata-rata 5 ton setiap panen, setiap panen, itu karena ditopang oleh pupuk. Kalau nggak pakai pupuk, maksimum 3 ton gitu.

Nah, oleh karena itu, Pak Dammer saya kira per tahun bukan hanya serta merta kita mendukung ini karena menghidupi korporasi, bukan. Ini adalah institusi korporasi bagian dari system pertahanan nasional, yang harus kita jaga, kita rawat. Selebihnya, para direksi inilah yang akan mengurusnya.

Terima kasih.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Jadi, itu intisari dari 8 tahun Pak. Sehingga, agak panjang. Tapi, yang hebat ini Pak Buwas sama Kang Aas ini. Ilmu karate taici namanya.

Mempergunakan kekuatan lawan untuk menyerah. Ya, di penjelasan singkat di sebelah sana detailnya di sebelah sini.

Tapi, karena tadi karena mantan, saya soliditas Pimpinan saja. Karena, mantan-mantan pimpinan, jadi satgas pimpinan tidak saya batasi waktunya tadi. Tolong yang lain, karena belum pernah pimpinan, jangan merasa bahwa tidak dibatasi begitu,

(15)

Pak Hendrik kelihatan masih sibuk, saya ke Pak Nusron.

F-PG (NUSRON WAHID):

Terima kasih, Pak Ketua.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama, saya ingin meneruskan terminologi dulu. Ini sesungguhnya bukan hutang pemerintah kepada Bulog, bukan hutang pemerintah kepada Pupuk. Tapi, ini hutang pemerintah kepada rakyat. Karena, ini semua dana- dana PSO, berasnya juga beras subsidi dan sudah dan di-river. Jadi, ini sesungguhnya hutang pemerintah kepada rakyat yang berdampak kepada cash flow daripada Bulog, sangat berdampak terhadap cash flow daripada pupuk. Karena, kebetulan alur mekanisme penyalurannya itu lewat Bulog maupun lewat Pupuk Indonesia. Kan begitu ini, judul-judul cerita ini.

Karena itu, Pak Ketua. Ini urusan ini nggak usah diperpanjang. Ini pemerintah wajib membayar plus dengan bunganya. Harus ada cost of fund.

Karena, Bulog ketika membeli kan pakai dana bank, pakai dana pinjaman. Di dalamnya pasti ada hitung-hitungan cost of fund dan kemudian kan harusnya COD. Pemerintah kan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, yang namanya beban keuangan baik subsidi maupun PSO yang berlaku pada tahun itu, harusnya dibayar pada akhir tahun itu maksimal.

Ini terjadi akibat ketidak-disiplinan. Bisa jadi ketidak-disiplinan daripada Menteri Keuangan.

Karena itu, Bapak-bapak sekalian kalau kemarin kita rapat dengan Meneg BUMN, saya tagih. Apa manfaatnya Meneng BUMN itu menempatkan orang (suara tidak jelas) jadi komisaris-komisaris di tempat-tempat BUMN yang ada di PLN, di Pertamina termasuk di Bulog. Ini kalau nggak mampu menagih beban-beban lama, menambah beban kalau kayak gitu.

Karena itu, Pak Ketua saya usul hutang ini wajib dibayar dan nggak boleh terulang plus cost of fund. Mohon di-bikin cost of fund nya, karena itu Pak Dirkeu, itu cost of fund nya, Pak yang harusnya dibayar pada tahun 2000 berapa ini? Yang Bulog ini? 18 baru dibayar tahun 2020, kalau cost of fund nya berapa itu? Supaya Menteri Keuangan juga tahu kalau duit itu muter, termasuk juga Pupuk begitu. Karena, ini sebelumnya utangnya bukan kepada Bulog, tapi utangnya juga kepada apa namanya kepada rakyat, yang kebetulan nempel di Bulog sama nempel di Pupuk Indonesia.

Nah, yang kedua, kebetulan Pak Aas, ini sohib lama ini. Topik RKP pemerintah tahun 2021, yang sudah disampaikan oleh Bapak Menteri Bappenas dan Menkeu. Itu adalah mempercepat proses recovery dan reformasi sosial dan fokus program prioritas nasional salah satunya yang poin lima adalah prioritas untuk reformasi sistem perlindungan sosial. Nah, nanti kaitannya dengan juga sistem perlindungan sosial di bidang pangan.

Yang paling pertama, yang paling perlu di, menurut saya yang perlu di clear kan adalah satu, mengenai data penerima manfaat terutama pupuk. Ini dari dulu menjadi tera incognita, sisi gelap dalam dunia pupuk. Alasannya, kalau dulu menggunakan berbasis RDKK kan, rencana definitif kebutuhan kelompok. Tetapi kan, dalam perkembangan sawah berubah. Harusnya

(16)

subsidi itu karena sawahnya itu mengecil, harusnya kan berkurang. Tetapi, kenapa sawahnya mengecil, RDKK nya mengecil, subsidi alokasi pupuknya nambah. Nah, ini perlu ada reformasi di bidang data penerima manfaat.

Yang nomor dua adalah reformasi di bidang model penyaluran subsidi yang tepat. Saya dapat informasi sejak saya duduk di DPR sampai saya ninggalin DPR, sampai balik DPR lagi, reformasi tentang rencana subsidi input menjadi subsidi output itu dari sejak pertama kali tahun 2004 saya duduk di sini, Pak Aas masih direktur di PT Kujang sampai jadi Dirut Holding, itu nggak pernah tuntas tentang reformasi subsidi input menjadi subsidi output. Ini harus dituntaskan, karena problem-nya di situ. Nah, yang ketiga, juga subsidi mekanisme penghitungan, reformasi mekanisme penghitungan.

Yang keempat termasuk hari ini, reformasi system pembayaran. Apakah nanti ke depan cukup yang namanya petani dikasih kartu. Nggak pula ada pupuk subsidi. Barang siapa yang megang kartu itu, dia beli pupuk, dia dapat isinya duit begitu atau bagaimana. Tetapi, yang paling penting ada supaya tidak terjadi dispute perhitungan. Saya nggak ingin ada kejadian seperti ini lagi terus menerus.

Yang ketiga untuk Pak Buas, Pak Bulog. Ini yang bikin masalah ini pemerintah juga yang menanam pakan Bulog, terutama Kemsos. Ini momen sama, momentumnya reformasi di bidang pangan. Saya usul konkret di rapat ini, bubarkan itu e-warung-e-warung itu. Kalau toh ada e-warung, dari pada dibuat mohon maaf, e-warung itu keberadaannya dibuat bancaan oleh (suara tidak jelas). Katanya itu, mengambil resources tempat nggak ada, nggak ada yang punya ternak-ternak nggak ada ternak telur di desa Sengo Candi, tapi ngambilnya di Blitar sana saja.

Karena itu, saya usul konkret untuk memperkuat Bulog lagi penugasannya adalah bubarkan e-warung. Kalau toh masih ada e-warung, bubarkan supplier e-warung, ganti semua Bulog kayak dulu. Cuma, ya memang mohon maaf. Ini semua akibat hukuman, Pak hukuman Bulog dulu.

Dulu kan ketika dikasih Raskin mohon maaf, berasnya itu ono uwoni, ada bulunya, ada ininya. Sekarang dengan masuknya Pak Jendral Bakhtiar sama Pak Jendral Buas, nggak boleh ada jangankan tumo, semut satu pun nggak boleh, harus bersih dan saya yakin dengan komitmen dan integritas yang dimiliki oleh Pak Buwas sama Pak Jendral Bakhtiar itu untuk menghapus semua tumo- tumo yang ada di situ itu. Iya, ya tumo- tumo nggak boleh masuk di dalam itu.

Karena itu, saya usul konkret bubarkan e-warung, kalau toh e- warungnya masih di pakai, ganti semua supplier nya itu menjadi Bulog lagi supaya Bulog itu kokoh berdiri.

Yang terakhir, Pak. Ini yang 2,6 mau dibayar kapan sama pemerintah, Pak? Hah? Tawakalauhullah. Ya, ini kan nggak ada kepastian seperti ini, nah ini nggak boleh juga terjadi. Ini bukan hutang kepada Bulog, hutang kepada rakyat. Ini tugas kewajiban kita untuk ini semua.

Yang terakhir, yang paling terakhir, kita kembalikan Bulog sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 sebagai, stabilisator harga.

Contoh pak, saya kemarin rapat sama Menteri Perdagangan. Kenapa yang dikasih kuota impor gula, itu pemain rafinasi untuk stabilisasi pangan.

(17)

Kemudian, datangnya telat. Harga gula petani jadinya jatuh sekarang. Kalau kayak gitu siapa yang tanggung jawab? Apakah importir-importir asing mau tanggung jawab mau beli gula petani, nggak mungkin pak. Saya minta semua di full stabilisasi harga, baik ditingkat konsumen maupun petani kembalikan pada Bulog. Itu amat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012. Apalagi sudah ada Pak Jendral Bakhtiar, saya yakin akan cepat selesai.

KETUA RAPAT:

Budi, Pak Budi Waseso.

F-PG (NUSRON WAHID):

Pak Budi Waseso sama Pak Bakhtiar.

KETUA RAPAT:

Oh gitu.

F-PG (NUSRON WAHID):

Yang satu Ketua Umum Pramuka, yang satu Setjen Pramuka. Salam Pramuka. Terima kasih.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Ini bisa saja nih.

Jadi intinya, kutu dan kutu dan apa lagi itu tuh dan ulat-ulatnya sudah hilang. Tungau dan lainnya sudah hilang. Tapi, saya dengar juga tikusnya masih ada 100 mau dibereskan juga. Ada lagi 100 tikusnya akan dibereskan oleh Pak Buwas nanti.

Oke Bu, Pak Mukhtaruddin duluan.

F-PG (Drs. MUKHTARUDIN):

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Waktunya agak terbatas ya, Pak Mukhtaruddin. Karena, tadi kita janjian agak terbatas.

F-PG (Drs. MUKHTARUDIN):

Iya, siap Ketua. Kalau Pimpinan Poksi saya ini saya perintah taat.

(18)

Terima kasih, Pimpinan dan Anggota Komisi VI.

Dirut Bulog dan jajaran; dan

Dirut Pupuk Indonesia beserta jajarannya.

Saya singkat saja, yang pertama untuk Bulog. Yang pertama, saya selalu sependapat dengan Pak Herman, Pak Nusron. Jadi, bagaimana cara memperkuat Bulog, kembalikan kepada tugas pokok dan fungsinya sebagai undang-undang bahwa Bulog ini adalah sebagai stabilisasi harga, sebagai stok pangan nasional. Betul, negara-negara itu bisa hancur kalau perang pangan, pak perang pangan. Apalagi kita menghadapi pasca Covid-19.

Seluruh dunia juga saat ini bagaimana mempertahankan perut rakyatnya.

Sementara sektor produksi juga masih belum.

Satu-satunya ke depan, maka pemerintah meningkatkan bantalan- bantalan sosialnya, salah satunya adalah bagaimana subsidi kepada masyarakat. Artinya, kalau memang masih belum bekerja masyarakat sebelumnya ada. Sehingga, tidak menimbulkan gejolak sosial yang lain, gejolak-gejolak yang lain bisa berimbas.

Oleh karena itu, maka peran Bulog menjadi penting ke depan. Sebagai stok pangan nasional dan stabilisasi harga. Pemerintah kasih duit BLT dan lain-lain, Bansos untuk belanja, barangnya ada dan harganya stabil bisa terkendali. Nah, di sini lah peran Bulog yang harus kita kedepankan.

Oleh karena itu, pemberdayaan Bulog ke depan menjadi sangat penting.

Saya sependapat dengan Pak Herman. Kalau begini terus perhatian pemerintah Bulog, lama-lama Bulog ini habis. Tugasnya berat, pekerjaan banyak, infrastruktur luas, tapi dananya sudahlah hutang dan lain-lain dan penggabungan komersial, beban, sementara juga tugasnya juga besar.

Terus terang, kalau di kampung apa-apa kalau, apa-apa kalau beras mahal. Bagaimana ini Bulog. Kalau ada barang langka begini, bagaimana ini Bulog, orang nanya kan gini itu-itu. Jarang ada inovasi lain agar Bulog segera melakukan aktivitas lain-lain.

Oleh karena itu, saya sependapat dengan Pak Herman dan Pak Nusron mungkin juga yang lain, agar ada keputusan politik kita di Komisi VI ini agar kita memberikan perhatian khusus bagaimana Bulog ini kembali pada Undang-Undang 18. Kemudian yang kedua adalah pemberdayaan Bulog ini ke depan agar betul-betul bisa menjadi penyangga pangan nasional dan stabilisasi harga. Jangan main-main dengan perut rakyat. Kalau memang stok kita 2 juta ya 2 juta.

Jadi, ini jangan main-main. Jangan sampai nanti gejolak masalah pangan menimbulkan gejolak yang lain. Ini soal perut, ini bahaya sekali.

Negara-negara lain hanya hancur bukan karena perang, tapi perang pangan Pak. Sejarah membuktikan itu. Akibat panganlah negara itu hancur. Saya kira 98 juga krisis kita juga pangan sebenarnya. Baru lari ke politik. Oleh karena itu, ini jangan main-main. Peran kita di Komisi VI untuk memberikan perhatian khusus pada masa pangan ini.

Kemudian, saya menyambut baik apresiasi kepada ada informasi yang kita terima di media bahwa Pak Dirut akan melakukan penertiban di internal Bulog. Saya kira penting ya, saya kira penting untuk melakukan reformasi

(19)

perbaikan di internal dalam rangka melaksanakan tugas-tugas Bulog ke depan. Salah satunya ada 100 kutu, tadi kata Pak Dammer, dia yang beritanya sudah muncul akan dibersihkan-dibersihkanlah.

Kualitas beras juga di masyarakat agar ditingkatkan. Meskipun, setelah ini masih ada juga yang masih kurang. Tapi, ke depan masih diperbaiki. Apa stok Bulog bagaimana agar beras itu menjadi kuat dan tahan. Sehingga, ini perlu ada teknologi reformasi terus, reformasi teknologi di Bulog untuk meningkatkan kualitas itu.

Kemudian, terkait dengan masalah rencana food estate pemerintah di Kalimantan Tengah. Ini kan pemerintah sudah memutuskan adalah food estate. Membangun food estate di Pulau Pisau dan Pulau Kapuas di dapil saya. Bagaimana ini peran Bulog di sana. Tentu, harus juga terlibat dalam konteks. Sekarang kan baru ditugaskan Menko Perekonomian, terus kemudian PR-PR untuk infrastrukturnya dan Menko PR BUMN juga turun.

Bahkan sedangkan Menhan juga mungkin TNI juga terlibat dalam food estate ini sebagai ketahanan pangan. Karena, pemerintah juga melihat bahwa ke depan ini ancaman pangan ini juga sangat serius. Oleh karena, peran dari pada Bulog, peran dari PT Pupuk yang merupakan stakeholder perusahaan pangan ini menjadi penting.

Jadi, betul kata betul kata Pak Presiden dalam Youtube yang berkembang bahwa agar, agar kita punya perasaan yang sama dalam krisis.

Ada sense of, sense of crisis yang sama. Jadi, kita punya perhatian yang sama. Jangan sampai, benar kata Pak Presiden, jangan menganggap ini biasa-biasa saja. Dunia akan terkoreksi sampai minus 7. Jadi, kalau sampai minus juga, ya kita bisa membayangkanlah, ya Pak. Oleh karena itu, maka ini adalah kita menghadapi social crisis.

Untuk Pupuk, saya kira bagaimana subsidi ini agar tepat sasaran.

Kembali pada perdata, Pak. Dari dulu saya pernah Komisi IV 2004-2009, Bapak masih Pupuk Kujang. Nggak pernah beres-beres soal distribusi pupuk ini, Pak. Jadi, saya kira memang transformasi, perbaikan-perbaikan terus dilakuan ke depan. Sehingga, tepat sasaran dan benar kata Pak Nusron tadi, studi input-output ini sampai hari ini pernah kita naung, tapi belum selesai dengan baik.

Saya itu saja. Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Iya, panjang juga ternyata. Pak Andre, coba tolong kasih bagaimana yang pendek itu, Pak Andre.

F-P. GERINDRA (ANDRE ROSIADE):

Siap. Wajar, mau jadi Wakil Menteri. Puji-puji Presiden kan. Siapa tahu reshuffle jadi Wakil Menteri, Bang Mukhtaruddin. Jangan lupa sama Ade, Bang.

(20)

Baik, terima kasih Pak Dammer.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan yang saya hormati, lalu juga Teman-teman sekalian, dan juga Jajaran Dirut Pupuk Indonesia, Bulog dan seluruh jajarannya.

Pertama pupuk dulu ya, untuk Kang Aas ya. Tadi, teman-teman sebenarnya sudah menjelaskan banyak hal ya. Bahwa memang permasalahan pupuk ini ya selalu itu saja, ya soal subsidi, lalu Pupuk Indonesia dan seluruh jajarannya anak perusahaannya, saya selalu disalahkan kalau pupuk subsidi itu hilang. Padahal memang, anggaran pupuk subsidi itu yang selalu terbatas jumlahnya.

Nah, ini memang PR besar Pak. Tapi, saya tidak ingin masuk ke situ, saya ingin ke depan bagaimana Pupuk Indonesia Grup bisa fokus membangun bisnis petrokimia. Ini yang perlu menjadi catatan ya. Karena memang, bisnis pupuk ke depan semakin sulit kita berkompetisi ya. Ke depan, seperti yang disampaikan oleh Bang Khaeron, kalau AHY jadi presiden, sudah pasti jadi menteri itu. Bung Heru itu. Tapi, Pak Prabowo dulu jadi presiden, baru AHY belakangan. Jadi, jadi ngantri dulu. Jadi, ngantri dulu.

Jadi, yang disampaikan itu bahwa memang bisnis pupuk kita sangat sulit bahwa harga gas di luar negeri jauh lebih murah dari Indonesia. Meskipun, Pak apa Pak Rifqin Tahyan ya, Arifin Tasrif Menteri ESDM kita sudah mengeluarkan Permen ESDM Nomor 8 Tahun 2020. Tapi memang, faktanya gas yang didapat oleh Pupuk Indonesia Grup jauh lebih mahal tetap daripada gas yang didapat oleh pabrik-pabrik pupuk swasta, eh luar negeri ya.

Nah, untuk itu, saya minta fokus Pupuk Indonesia Grup ke depan bagaimana membangun industri petrokimia dan dipastikan kita tetap mayoritas. Mayoritas dalam kepemegangan saham. Jangan sampai kita menjadi, mencari strategi partner tapi, kita menjadi minoritas. Ini penting.

Karena, saya tahu secara likuiditas Pupuk Indonesia Grup punya uang yang cukup dan mampu menjadi mayoritas. Ini penting ya. Karena, masa depan industri itu adalah petrokimia. Bahkan, tadi dirut Pertamina dalam presentasi di kami, setiap kilang mereka membangun 5 kilang. 4 kilang di up grade, di Nanggrek. 1 kilang baru di Tuban. 5 kilang itu ada industri Petrokimia. Karena memang, untuk membangun kilang ya, harus digabung dengan bisnis petrokimia, supaya IRR nya menarik.

Nah, Pertamina saja sudah siap menyambut bisnis masa depan. Nah, saya harapkan pupuk juga fokus di situ, Kang Aas. Ini bisnis yang jangan sampai kita tertinggal, bahkan saya ingatkan Kang Aas, kalau ada nih catat nih, pejabat negara Republik Indonesia yang mengancam Pupuk Indonesia agar partner nya itu mayoritas, lalu Pupuk Indonesia disuruh minoritas, laporkan ke Komisi VI, kita gebuk pejabat negara itu. Itu penting itu. Betul nggak, Bung Herman Khaeron?

(21)

Karena, penting itu. Ini penting, Bang. Jangan sampai ini bisnis yang menarik masa depan Indonesia, itu kita dipaksa oleh oknum-oknum pejabat agar Pupuk Indonesia ini menjadi minoritas, itu penting, itu satu.

Kalau soal hutang, kita semua tahu. Tadi, teman-teman sudah sampaikan. Memang, PR besar. Harapan saya tentu, Komisi VI membahas khusus ini dengan Menteri BUMN. Jangan sampai, hutang-hutang yang sudah jatuh tempo ini terus menjadi masalah-masalah dari tahun ke tahun.

Nah, untuk Pak Buwas ya, cukup untuk Pupuk. Karena, Pak Dammer sudah pegang mic, saya harus pindah ke Bulog segera. Daripada di cut nanti sama duda keren ini.

Nah, untuk Bulog. Untuk Bulog, untuk Bulog Pak Buwas. Saya mengapresiasi bahwa Bapak dan manajemen sudah terus melakukan perbaikan. Tapi memang, sebenarnya saya ingin melihat. Ada contoh BUMD di DKI, Pak food station. Mirip-mirip dengan Bulog, Bulog ukuran kecil. Nah, ini PR bagi Bulog. Food station itu, ini BUMD DKI ini mampu menjadi stabilizer, stabili, menjaga stabilitas harga di DKI, tapi mereka juga bisa mendapatkan pendapatan sebesar 2,1 triliun ya. Mereka mendapatkan pendapatan 2,1 triliun setahun.

Nah, kenapa food station ya, itu mampu hanya BUMD di DKI, Bulog yang jauh lebih besar ya, lalu fasilitasnya jauh lebih besar dalam segala hal kewenangannya lebih besar, itu tidak mampu mendapatkan keuntungan, tapi terus merugi. Dan tentu Pak, yang perlu menjadi catatan di sini, apa sih strategi Bapak dengan hutang dipotong triliun ini, Pak. Ini perlu Bapak sampaikan kepada kami. Mohon maaf, mungkin tadi sudah, saya telat tadi datang. Dengan 10 miliar per hari, mungkin kalau saya jadi bapak sudah botak saya Pak. Sekarang, saya sudah botak, mungkin tambah botak lagi saya kerja di Bulog. 10 miliar per hari bunganya. Nah, apa strategi Bapak dan teman-teman management Bulog, supaya ke depan harapan saya, Bulog ini ya, kalau food station bisa untung, bisa bermanfaat bagi DKI.

Harapan saya Bulog itu jauh lebih hebat dari food station. Bapak bisa produktif ya memberikan keuntungan kepada negara, menyetor deviden, harapannya. Lalu, memastikan Bapak bisa menjaga stabilitas harga nasional.

Harapan kita seperti itu dan kami pastikan mayoritas Anggota Komisi VI, mungkin seluruh Anggota Komisi VI ada di belakang Bulog.

Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Ya, cukup singkat. Contohnya lumayan singkatlah. Cuman, yang masalah, cuman yang masalah presiden itu sebaiknya menteri dulu, lalu Menko atau pernah DPR, baru jadi presiden. Itu sebaiknya, kan begitu. Jadi, jadi yang sebaiknya itu tuh DPR, kemudian jadi menteri, kemudian jadi Menko, jadi presiden.

(22)

F-PG (NUSRON WAHID):

Kalau nggak, minimal jendral dulu. Pak Ketua, minimal jendral dulu.

KETUA RAPAT:

Selanjutnya ke kiri, Bu Nevi.

F-PKS (Hj. NEVI ZUARIANA):

Makasih,

Pimpinan dan Anggota Dewan Komisi VI yang kami hormati;

Bapak-Bapak Direktur Bulog dan Pupuk.

Langsung ke Bulog, Pak. Jadi memang, kami mengapresiasi Pak Direktur, Pak Buwas untuk tidak main-main mengurus lembaga negara kita ini. Tadi disampaikan oleh teman-teman, penting sekali salah satunya terkait rencana pemecatan 100 orang karyawan Bulog, Pak yang terkait dengan isu mafia beras. Jadi, bersih-bersih di lembaga Bapak ini penting sekali, Pak.

Karena memang, tadi kita sangat miris sekali dengan hutang yang Bapak memiliki. Ya, waallahhu alam ya, di situ ya. Wallahu alam, hanya Tuhan yang tahu.

Untuk itu memang, Bapak juga harus hati-hatilah, harus lihat celah yang merugikan dalam pangan beras di Bulog ini ya. Terus, bagaimana melakukan tindakan preventif ke depan agar tidak menjadi masalah yang sama di ke depan ini. Mudah-mudahan di bawah Pimpinan Pak Buwas semua akan dibayar hutangnya sampai 28 triliun ini, Pak. Itu yang pertama.

Yang kedua, Pak tentang tadi sudah disampaikan oleh teman-teman, stok cadang beras pemerintah meningkat sejak ada perubahan skema beras sejahtera (Rastra) ke skema bantuan pangan nontunai, BPMT tahun 2017 ya.

Sehingga, peran Bulog dalam penyelenggara semakin berkurang dan stok beras Bulog meningkat ya, sehingga beras Bulog kurang diminati.

Jadi, skema BPMT ini kan sebetulnya kan, kalau saya lihat kan kebijakan kelembagaan ya Pak ya, kementerian dan kelembagaan lain. Ini nih apa, kenapa tidak ada kerja sama, kenapa nggak diserap gitu kan beras Bulog yang begitu. Kita sampai akhir tahun nih kita sudah aman nih, pak berasnya, saya dengar. Jadi, kadang-kadang ego sektoral ini Pak ya, mungkin lebih perlu diperhatikan ya dan dievaluasi kenapa, dengan adanya BPMT ini bagaimana bisa overstock ini bisa terminimalisir, terminimalisir. Itu yang kedua, Pak.

Lalu yang ketiga, Pak tentang penyaluran Bansos bagi warga Jabotabek. Dapil saya ya, pak ya. Jadi, kalau untuk penyaluran-penyaluran Bansos beras ini Pak ya, dari Bapak Presiden. Ini kita mau Pak dengan tepat sasaran, Pak ya. Artinya, jangan sampai dalam kasus-kasus yang ada, kita dengar di lapangan yang tumpang tindih, tapi mendapatkan penyaluran Bansos dan sebagainya.

Untuk itu, kami mengharapkan di tahun 2020 ini, katanya ada juga ke penyaluran Bansos nya. Nah, ini kita harapkan Bapak direktur untuk apa

(23)

namanya, data-datanya itu jangan sampai (suara tidak jelas). Kasihan masyarakat, mereka harus mendapatkan bantuan sampai akhir tahun ini. Itu Pak untuk Bulog.

Lalu, untuk pupuk. Tadi sudah banyak disampaikan oleh teman-teman.

Insya Allah, setuju saja masalah pupuk ini. Ya, cuman kok kita ada ini Pak, ada pupuk berbahan batu bara yang dikembangkan oleh warga negara Indonesia, Umar Hasan Saputra. Sudah dapat hak paten pupuk, Pak. Dirut dari Amerika Serikat. Apakah PT Pupuknya Indonesia ini bisa mengoptimalkan inovasi pupuk ya. Sehingga, efisiensi produksi dan untuk produksi pupuk yang eco-friendly, sekaligus apresiasi untuk putra terbaik bangsa untuk inovasi pupuk organik ini.

Itu saja. Terima kasih, Pak.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Saya masih punya dua, Pak Deddy sama Pak Kang Daeng.

Namun, ada Pak La Tinro ini dari tadi menunggu. Kita selingan dulu, Pak ke yang virtual. Yang virtual, yang bertanya virtual Pak. Kalau bisa sih, kita ini sekarang lagi bahas anggaran. Jadi, fungsi kita kan ada tiga tuh. Nah, fungsi yang sekarang ini lagi fungsi anggaran.

Silakan, Pak La Tinro.

F-P.GERINDRA (Ir. H. LA TINRO LA TUNRUNG):

Terima kasih banyak.

Pimpinan yang saya hormati.

Teman-teman Anggota Komisi VI yang saya hormati.

Pak Dirut, beserta seluruh jajaran yang saya hormati.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Langsung saja, Pak Ketua. Tadi, juga sudah ditanyakan teman kita mengenai piutang Bulog khususnya masalah hutang-hutang Bulog, yang sudah terpenuh besar dan tentu membayar bunga juga yang tentu besar.

Salah satu juga penugasan dari Bulog yang kita ketahui adalah penyaluran.

Dan tentu, sekarang stok bulak yang, stok Bulog yang sangat besar, di sisi lain penyaluran mereka belum dilaksanakan.

Persoalannya adalah kami ingin tanyakan, kenapa ini belum terlaksana yang kami tahu adalah bahwa Bansos Rastra yang sampai 10 juta KPM dan tentu ini juga merusak cash flow, kasihan dari pada Bulog dan mudah- mudahan bisa diselesaikan. Pertanyaannya simple bahwa apakah ini sudah dilaksanakan dan kalau belum, kenapa terjadi dilaksanakan penyaluran tersebut.

Kemudian yang kedua, selama ini kita ketahui bahwa Bulog juga biasanya melakukan impor. Yang sering ditanyakan, pada tahun 2020 ini,

(24)

apa-apa saja yang sudah diimpor oleh Bulog, jenisnya apa dan jumlahnya berapa dan apakah masih ada, ada lagi yang mau diimpor pada tahun 2020 nanti dan jika bagaimana dengan impor yang jagung biasanya dilaksanakan Bulog, termasuk kedelai.

Maksudnya kesimpulannya adalah apa yang sudah, impor yang dilakukan oleh Bulog sampai hari ini dan kira-kira sampai tahun 2020, apalagi yang akan impor yang dilakukan oleh Bulog.

Kemudian, khusus untuk PT Pupuk Indonesia, hanya satu pertanyaan karena ini menyangkut aspirasi dari dapil kami bahwa ada distributor- distributor yang diberikan baik dari pupuk (rekaman tidak jelas) maupun Pupuk Petro, itu sebenarnya tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan- ketentuan yang ada, yang menjadi distributor.

Oleh karena itu, harapan kami bahwa mungkin nanti distributor- distributor tersebut yang tidak sebenarnya memenuhi persyaratan tetapi, tetap diberikan izin yang akan kami laporkan khusus kepada PT Pupuk Indonesia.

Terima kasih, Pak Ketua.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

F-PDIP (Ir. DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, M.A.):

Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Sebelum Pak Deddy saya lupa. Saya perkenalkan ini baru, Pak Rapsel Ali. Ini Anggota baru kita menggantikan Ibu Percha. Beliau ini menantunya Pak Wapres, Pak.

F-PDIP (Ir. DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, M.A.):

Sudah bisa, oke.

Tadi banyak dibahas, tapi saya kan melihat ya namanya pupuk sama Bulog ini kan bukan institusi pengambil keputusan. Mereka ada di hilir ya dan dua-duanya berperan penting dalam ketahanan nasional. Nah, cuma ini yang menurut saya policy yang belum clear ini. Karena apa, Bulog ini apa namanya masih abu-abu.

Tadi penting apa namanya, soal bagaimana melaksanakan fungsinya begitu ya. Tapi, ini mungkin diskusi di kita. Karena kan, terkait Bulog dan pupuk ini kita bicara tentang Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Sosial. Yang ini kalau kita semua tidak beresin urusannya ya. Ya, saya kira tetap seperti sekarang, kompartemen-kompartemen dan semua bisa dibilang divergen ya. Jadi,

(25)

susah mengkonsolidasi, mengkonsolidasikannya menjadi sebuah sinergi yang baik. Karena, mau bicara gula, mau bicara beras, mau bicara sawit, ini dua- dua kan ada di hilir gitu ya.

Nah, ini yang saya kira perlu Komisi VI nanti juga dengan kementerian- kementerian terkait. Kita bicara ekspor ini bagaimana kita bisa membuat dua, apa namanya, komponen ini benar-benar berfungsi sebagai ujung tombak ketahanan nasional kita. Ya, ini problem kita semua.

Nah, saya kira, saya ingin melihat Bulog itu menjadi katakanlah fundamen bagi bangsa ini di sektor pangan, Pak. Sehingga tentu, berpikir harus keluar dari kotak yang selama ini ada, yang memenjarakan inovasi- inovasi yang dimungkinkan. Karena, karena apa saya melihat sebenarnya banyak potensi yang bisa di apa namanya, dikembangkan oleh Bulog ini.

Sehingga apa namanya, benar kuat Pak.

Saya kira tidak ada salahnya membangun kerja sama dengan swasta yang lain untuk komoditas tertentu atau dan sebagainya, apa untuk logistik, apa untuk pergudangan atau memanfaatkan resi gudang dan seterusnya, koperasi-koperasi yang gedungnya ada dimana-mana di seluruh Indonesia, ini semua kan sebenarnya apa namanya pecahan-pecahan kekuatan yang di sektor pangan yang harusnya dimobilisasi, Pak semuanya dengan baik. Nah, ini tentu perlu kerja sama banyak pihak. Kementerian UMKM dan seterusnya dan seterusnya.

Nah, yang menjadi tantangan kita semua ya. Jadi, saya kira ada swasta kita, tapi Bulog kita ini harus berperan sebagai buffer nya, yang paling kuat, gitu ya. Karena kan, nggak mungkin pemerintah yang mengurusi yang sebegini luas. Saya berharap sebenarnya, Pak. Bulog ini punya kemampuan proyeksi, punya kemampuan early warning ya untuk segala hal gitu ya dalam sektor pangan, gitu.

Saya kira sudah banyak teknologi yang bisa digunakan. Melihat apa namanya, proyeksi panen pun sekarang sudah bisa dengan satelit. Melihat proyeksi kesuburan tanah, sudah bisa dengan satelit. Saya kira Bulog harus berperan sebagai katakanlah rujukan gitu ya, dari kegiatan bisnis dan pangan yang kuat gitu, Pak. Karena, ini kan menyangkut bagaimana Bulog bisa memetakan seluruh daerah ya, untuk menjamin adanya ketahanan pangan yang baik. Nah, ini yang belum ya.

Ada satu hal, tadi sudah disinggung sebenarnya sejarah kita dengan Bulog, Pak. Itu bukan sejarah yang menyenangkan dan saya kira ini tantangan bagi bapak. Karena, menurut saya perubahan organisasi apa pun di Indonesia ini tidak boleh tergantung pada individu, Pak pada orang. Tapi, pada sistem yang harus kita bangun. Sumber daya manusianya yang harus kita bangun, roadmap nya jelas, ukurannya jelas, sehingga siapa pun pemerintahnya, siapa pun Kepala Bulognya itu tidak menjadi masalah lagi, Pak.

Nah, ini yang perlu bagaimana kita putting place system nya, Pak.

Sistem SDM-nya, sistem manajemennya yang baik, Pak. Ya, karena sampai sekarang kita mimpi kalau bicara misalnya bagaimana Bulog melawan mafia rafinasi misalnya. Ya, mimpilah sama-sama kita tahu gitu ya. Tapi, kalau ada sistem yang baik, ada koordinasi yang baik antara Kementerian. Saya kira

(26)

lama, tidak lama itu akan hilang dengan sendirinya. Karena, semakin kita persempit ruang geraknya.

Nah, ini yang saya kira harus dibangun dan komitmen pemerintah sebenarnya cukup kuat, Pak. Jadi, ini saatnya saya kira Pak Buwas untuk melihat, Pak Budi lihat. Bahwa sebenarnya kekuatan itu ada dan besar.

Tinggal bagaimana kita memobilisasi tenaga ke arah itu, Pak dan ini saya kira kesempatan untuk legacy bapak di Bulog.

Dan saya senang mendengar bahwa kemarin akhirnya Kementerian Sosial sudah bekerja sama dengan Bulog, Pak ya. Tidak semata-mata lagi di sana dan itu cukup bagus saya kira dan saya harap ke depan mungkin lewat Komisi VI. Pimpinan, kita harus bicara soal ini dengan kementerian- kementerian terkait dan duduk bareng.

Untuk Pupuk, tadi gugatan teman saya itu soal data dan sebagainya.

Saya kira pupuk ini kan cuma pelaksana saja. Urusannya kan, karena kita nggak bisa mendumel sama Menteri Sosial, Menteri Pertanian bukan partner kita, kita bicaranya di sini.

Tapi, yang menjadi pertanyaan kita adalah Pak, apakah pupuk kita ini mau begitu-begitu saja nih ya. Hanya bicara subsidi, ada uangnya, kerjakan.

Lalu, sisanya kita ekspor atau jual ke swasta. Problem kita itu, Pak, rakyat kita kalau nggak disubsidi, pupuknya nggak bisa, Pak. Ini kan problem kita, Pak.

Bagaimana sebenarnya pupuk itu bisa sampai terjangkau oleh masyarakat, tidak langka pada saat dibutuhkan, tidak mahal saat dibutuhkan.

Sederhananya, kita selalu menyalahkan harga gas, Pak. Ya, itu kan paling tidak, saya tidak tahu. Apakah nanti kalau harga gasnya ditekan sampai 6, benar nggak pupuk ini bisa tercapai di pedalaman-pendalaman pedesaan kita. Harganya lebih murah daripada katakanlah, saya di Kalimantan Utara, beli pupuk itu lebih murah dari punya Malaysia, dari Tawang sana. Ini kan tantangan semua, Pak ya.

Saya kira pupuk juga harus bicara hulu, Pak. Ya, hulu apa, hulu itu berarti on farm. Saya pingin melihat pupuk Indonesia kerja sama dengan PTPN membangun pabrik-pabrik kecil di banyak tempat yang memang skalanya puluhan ribu hektar, why not? Janganlah terus menerus, apa namanya bussiness as usual. Ini saya kira tantangan buat pupuk, Pak.

Saya sedih, daerah saya, pemilihan saya di Kalimantan Utara, Pak dan setiap hari orang mengeluh soal harga pupuk. Produksi mereka itu kecil sekali, karena nggak mampu beli pupuk, langka pula lagi, kalaupun ada mahal, gitu ya. Nah, ini kan tantangan buat kita, buat pupuk. Bagaimana sebenarnya. Apakah (suara tidak jelas) pupuk Indonesia membangun katakanlah di e-warung, bukan e-warunglah, kelompok-kelompok apa namanya yang mampu berswasembada pupuk, why not, ya kenapa tidak? Ini kapan kita mikirin ke sana, kapan kita bicara itu. Jangan karena tugas kita di pupuk, kita mikirin pupuk saja. Kita berada dalam satu ekosistem, Pak dalam satu ekosistem untuk kedaulatan pangan kita, melihatnya ke sana dong kalau menurut saya.

Apalagi sekarang strategi holding ya. Ya pak ya, strategi holding di di apa namanya di anak-anak itu tidak banyak direksinya kan. Nah, ini kan sebenarnya bisa berpikir lebih-lebih ini pak ya, apa namanya eksplor,

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang ditemukan ketika penulis melaksanakan praktik kerja magang di PT Dynaplast selama kurang lebih 3 bulan salah satunya adalah susahnya mendapatkan persediaan fleet

Segala dokumen yang berkaitan dengan perjanjian reksa dana sertifikat dan aset harus disimpan oleh bank kustodion agar aman.Bank kustodion hanya berkewajiban mengawasi

Meskipun penelitian mengenai kadar timbal dalam darah pada petugas SPBU telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun penelitian ini berfokus pada dampak

Terima kasih Pimpinan. Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Komisi X yang berbahagia.. Mas Menteri beserta seluruh jajaran. Tema yang yang akan

Oleh karena itu, perlu dibangun orientasi baru kebijakan perumahan dan permukiman untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan rumah dengan dukungan prasarana dasar yang

Kami mempunyai harapan yang besar, bahwa Saudara sekalian yang telah membangun kompetensi dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar, akan memiliki kecintaan, tanggung jawab,

Namun lebih dari itu, saya sangat berharap, Anda dapat berkontribusi untuk terus menghidupkan, membesarkan, dan mencitrakan ISI Yogyakarta sebagai Perguruan Tinggi Seni yang

Terima kasih pimpinan. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Pimpinan, saya merespon dari apa yang disampaikan oleh Pak Fahri