• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih Pak Kepala.

Yang saya hormati Bapak Pimpinan dan Bapak/Ibu Anggota Komisi VIII yang sangat.

Dapat saya sampaikan bahwa dana dari 3,9 triliun itu di antaranya 3,4 triliun itu adalah dana siap pakai dan sudah kami Salurkan ke Kemenkes 2,4 triliun dan ke Mabes TNI 60 triliun. Eh 60 miliar sorry. Kemudian dana ini sudah beralih apa pertanggungjawabannya dari KPA ke PPK penyalurannya.

Kadi kalau kita salurkan ke Kemkes PPK Kemenkes bahwa tanggung jawab mutlaknya itu ada di sana Pak, administrasinya, pertanggungjawaban fisik dan keuangan itu sudah beralih ke PPK. Begitu Pak. Jadi di sini sesuai dengan PMK 105 KPA itu hanya menyalurkan jadi sebagai menyalurkan dana ke pengguna lain itu Pak.

Dan tadi tercatat bahwa 3,13% itu tercatat ini secara virtual ya itu sistemnya di Kementerian Keuangan yang seperti itu. Jadi sistem akuntansi satkernya. Namun dana yang sudah kita salurkan itu 80,46% dan ini sesungguhnya hanya menyelesaikan administrasi kalau masih belum selesai berarti belum tercatat di Sisasnya Pak sistem akuntansi satker yang ada di Kementerian Keuangan. Jadi kami laporkan apa adanya dan ini kami sudah berkali-kali meminta dan mungkin dalam waktu singkat ini bisa Keu nihil kan namanya Pak. Kalau sudah di-Keunihil-kan tu artinya sudah bisa dipertanggungjawabkan secara dana yang disalurkan. Sekali lagi kita sampaikan bahwa dana ini menjadi tanggung jawab dari PPK.

Kemudian tadi yang disampaikan kami akan laporkan nanti ada lagi tahapan-tahapan yang kami salurkan kami permintakan dana kepada DCA.

Nanti kami sampaikan ke Bapak/Ibu sekalian. Tapi dasar dari permintaan DSP ini tergantung dengan kejadian bencana atas dasar permintaan tentunya. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan meminta kepada Gugus Tugas karena sesuai dengan Keppres 7 atau dirubah lagi ke Keppres 9 itu

- 46 -

dibebankan Gugus Tugas sehingga walaupun ada Kepres ada refocusing, realokasi dana masing-masing namun menentukan itu DJA Pak di mana posisinya karena ini perlu cepat. Makanya satu-satunya itu dengan mekanisme-mekanisme DSP. Karena seluruhnya harus cepat disalurkan jadi semuanya kita minta ke DJA, kita minta dari DSP tapi DCA yang mengatur bagaimana ini DSP saja ini dari refocusing, ini reaalokasi anggaran, Nah seperti itu Pak.

Namun tadi segala yang disampaikan tadi kami tentunya harus bermitra yang baik dengan Komisi VIII. Itu Pak kami akan lakukan seperti itu.

Dan tadi banyak hal tentang revisi undang-undang juga luar biasa pak kami sangat senang sekali. Kalau dapat 2% seluruhnya mungkin dapil-dapil jatuh kita pun bisa kita coba untuk melihat. Tapi dana ini memang jauh sekali dari yang kita harapkan. Namun tidak mau menutup kemungkinan bagi kami semua untuk selalu ya bisa bekerja sama dengan baik. Ini kemarin itu semuanya serba mendesak Pak. Jadi kita juga diundang mendesak bagaimana posisi dana siap pakai ini harus segera kita belanjakan untuk seluruh Alkes. Ya tapi tadi Pak Kepala sudah sampaikan bahwa dana setelah disalurkan ke PPK itu juga menjadi tanggung jawab mutlak dari PPK, itu Pak.

Ini kira-kira saya sampaikan.

Anggota Komisi VIII DPR RI:

Jawab mutlak dari PPK itu artinya misalnya seperti Kementerian Kesehatan?

SESTAMA BNPB:

Iya Mabes seperti itu. Jadi dia beralih tanggung jawabnya ke mereka.

Makanya juga administrasi semua ... hilang itu ada di mereka kita belum kalau sudah selesai Keunihilnya sudah selesai 80,46% gitu Pak. Kira-kira seperti itu. Kemudian juga kalau itu targetnya kapan Pak kalau bisa dipertanggungjawabkan penyerapannya. Itu segera Pak... kita minta juga sebenarnya. Tapi kita akan saya akan kejar kesekjennya. Kejar kesekjennya mungkin besok atau lusa saya akan kejar ke sana supaya ini kelihatan di SAS di Sistem Akuntasi Satker Kementerian Keuangan itu kelihatan bahwa kita sudah belanja. Begitu Pak. Sudah belanja menghabiskan duit ini sehingga tapi mereka sudah tahu. Saya sudah lapor secara secara lisan telepon ke Pak Dirjen Anggaran sudah. Kira-kira itu tambahnya Pak terima kasih.

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Ya sedikit tambahan Pak.

KETUA RAPAT:

Ya silakan Pak.

- 47 -

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Kementerian keuangan cukup kooperatif Pak. Jadi sejauh ini kalau ada kesulitan anggaran saya langsung menghadap kepada Ibu Menteri Keuangan dan beliau langsung respons Pak. Jadi walaupun secara nominal dana yang dialokasikan untuk BNPB ini memang kelihatannya tidak terlalu besar tetapi ketika ada bencana maka hampir semua yang kita usulkan itu dipenuhi Pak oleh Kementerian Keuangan. Jadi secara apa namanya operasional kami tidak terlalu khawatir Pak untuk apa namanya ikut memberikan dukungan optimal kepada seluruh daerah Pak. Dan nyaris tidak ada yang ditolak oleh Kementerian Keuangan ketika usulan itu berasal dari BNPB Pak. Termasuk juga tambahan-tambahan dari tiap-tiap daerah yang setelah dilakukan verifikasi, dilakukan validasi ini langsung direspons positif oleh Kementerian Keuangan demikian Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya kira kita langsung ke ini ya ke kesimpulan Pak. Oke ditayangkan kan. Draf kesimpulan Rapat Kerja Komisi VIII ... saya kira kalau dengan badan bukan rapat kerja dengan badan rapat kerja rapat.

Draf kesimpulan Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2019-2020 Selasa, 23 Juni 2020. Pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan agenda membahas pembahasan pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021 dan RKP tahun 2021; evaluasi pelaksanaan anggaran tahun anggaran 2019; dan evaluasi kinerja dan pelaksanaan anggaran tahun 2020 disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Komisi VIII DPR RI dapat menerima pagu indikatif BNPB tahun 2021 sebesar Rp.715.431.113.000 yang terdiri dari program:

a. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya sebesar Rp.238.719.462.000.

b. Program ketahanan bencana sebesar Rp.476.711.651.000 termasuk dana siap pakai sebesar 250 miliar.

2. Komisi VIII DPR RI mendukung usulan penambahan anggaran BNPB sebesar Rp.51.238.881.000 yang dipergunakan untuk:

a. Program dukungan manajemen sebesar Rp.2.259.870.000.

b. Program ketahanan bencana sebesar Rp.48.979.011.000.

3. Komisi VIII DPR RI dapat memahami realisasi anggaran BNPB tahun 2019 yang mencapai Rp.8.170.092.979.850 atau 99,809% dari pagu akhir yaitu Rp.8.178.834.974.000.

4. Komisi VIII DPR RI mendorong realisasi serapan anggaran tahun 2020 yang masih rendah yakni Rp.123.034. 775.297 atau hanya 3,13% dari total pagu anggaran sebesar Rp.3.926.128.774.000. Meskipun dana

- 48 -

siap pakai yang telah tersalurkan sebesar 3,06 triliun yang masih dalam proses pertanggungjawaban.

5. Komisi VIII DPR RI mendesak BNPB untuk membahas secara rinci penggunaan dana siap pakai agar lebih transparan dalam realisasinya.

6. Komisi VIII DPR RI meminta Kepala BNPB untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan menindaklanjuti pandangan Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI sebagai berikut:

a. Penguatan mitigasi bencana dengan program-program kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana meliputi (sebetulnya ini penyusunan-penyusunan) : kurikulum bencana di sekolah-sekolah, simulasi menghadapi bencana, dan protokol pencegahan bencana yang disesuaikan dengan kondisi daerah-daerah di Indonesia.

b. Penguatan kelembagaan tidak hanya di BNPB melainkan juga BPBD BPBD dalam menghadapi banyaknya bencana alam bencana non alam dan bencana sosial di Indonesia.

c. Mempercepat pembahasan RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

d. Memperhatikan asuransi bagi personil BNPB dan BPBD yang bertugas dalam upaya penanganan bencana penanggulangan bencana.

e. Memastikan ketersediaan alat pencegahan penyebaran Covid-19 seperti: alat uji Covid-19 rapid tes dan spesial swab test termasuk masker, hand sanitizer, dan disinfektan untuk lembaga-lembaga pendidikan terutama pesantren.

f. Melibatkan tenaga-tenaga profesional untuk membantu meningkatkan kapasitas BNPB dalam penanggulangan bencana di Indonesia.

g. Menyusun program dan anggaran sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia harus bersahabat dengan bencana.

Saya kira demikian sebelum diserahkan kepada Pak Kepala BNPB kami persilakan terlebih dahulu kepada Anggota. Apakah ada yang perlu dikoreksi atau perlu ditambahkan? Sudah cukup?

SELLY Pimpinan terkait dengan mitigasi dengan risiko bencana itu mungkin berbeda Sestama ya? Jadi mungkin saya juga menginginkan bukan hanya penguatan mitigasi bencana tetapi juga mengenai resiko bencana daerah kan masih sangat tinggi Pak. Karena ketidakpedulian masyarakat bahkan yang lebih mengerikan akademisi dan swasta pun mereka tidak terlalu aware terhadap penanggulangan mungkin itu bisa jadi penguatan juga.

KETUA RAPAT:

Jadi penguatan mitigasi dan risiko bencana begitu ya. Tambahkan aja.

Oke. Ada yang lain dari Anggota? Kalau tidak ya, Pak Iskan silakan.

- 49 - F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Yang bagian e itu perlihatkan. Saya menginginkan di sini rincian tugas ya bukan punya dia memastikan kerja tapi juga menganggarkan karena dana-dana on call yang dimiliki Kementerian Keuangan atau dana-dana siap pakai itu bagaimana Pak Doni bisa menganggarkan ke TNI bisa mengantarkan ke Menteri Kesehatan bisa juga menganggarkan ke pesantren karena tidak dapat sama sekali. Jadi saya meminta supaya menganggarkan itu. Jadi dana dana, dana dana siap pakai itu.

KETUA RAPAT:

Oke jadi kalau begitu bisa dia dimasukkan menganggarkan dan memastikan gitu ya.

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Supaya lebih pasti.

KETUA RAPAT:

Sebetulnya Pak kalau sudah memastikan tak perlu diaanggarkan lagi Pak kan barangnya udah ada kan begitu

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Ini bahasa politik ini siapa.

KETUA RAPAT:

Jadi menganggarkan dan memastikan ketersediaan.

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Karena menganggarkan tugas ini dia punya akses Pak dia bukan yang seperti Menteri Agama dia punya arti presiden Menteri Keuangan karena dia Gugus Tugas jadi dia bisa melakukan koordinasi lintas kementerian dan lintas personal. Itu makanya kuat ini dia tapi jangan sampai Pak Doni mana lupa Komisi VIII gitu Pak Jenderal.

KETUA RAPAT:

Oke saya kira mungkin saya kira perlu juga ditambahkan ya terutama pesantren, dengan berkoordinasi. Dengan berkoordinasi dan berkoordinasi dan berkoordinasi dengan kementerian terkait lah. Kita kan nanti kan ada juga kan lembaga pendidikan kan bukan hanya kementerian. Oke cukup Pak?

F- PKS (H. ISKAN QOLBA, M.A):

Cukup.

KETUA RAPAT:

Saya persilakan Bapak Kepala.

- 50 -

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Terima kasih Pak itu menyangkut masalah asuransi ini masih dalam proses pembahasan di tingkat Menteri Keuangan Pak.

KETUA RAPAT:

Pak kalau Bapak udah dapat ini semakin kuat ke Kementerian Keuangan Bapak kasih ini barang disebutnya kita memberikan dukungan dengan kesimpulan ini Pak.

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Cukup Pak? Cukup. Cukup ya oke. Bapak/Ibu sekalian, demikianlah kesimpulan rapat kita kali ini ya tentu Semoga apa yang kita lakukan ini memberikan manfaat bagi upaya kita semua untuk menjadikan BNPB sebagai lembaga yang sekarang dipercaya menjadi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19. Sebelum merapat ini ditutup ada closing statement dari Pak Kepala untuk itu kami persilakan.

KEPALA BNPB (LETJEND DONI MONARDO):

Terima kasih.

Bapak Pimpinan Bapak Ace Hasan Syadzily dan juga Bapak Wakil Ketua Komisi VIII serta seluruh Anggota Komisi VIII yang kami banggakan kami muliakan.

Terima kasih banyak atas masukan dan juga arahannya kepada jajaran di BN{B sehingga tugas-tugas yang dibebankan kepada BNPB bisa terlaksana menjadi lebih baik kami juga memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Komisi VIII yang telah berinisiatif untuk melakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 karena sebenarnya ke depan ini akan menjadi salah satu langkah bangsa kita agar Indonesia menjadi negara tangguh bencana. Hampir semua jenis bencana ada di negara kita dan korban jiwa yang terjadi setiap tahun sangat banyak bahkan dalam beberapa tahun paling tidak 2004 ketika tsunami di Aceh dan tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat pertama korban jiwa di seluruh dunia. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memikirkan masalah aspek kebencanaan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Bappenas telah merancang dan mungkin untuk pertama kali merumuskan bahwa program kebencanaan itu sudah masuk menjadi program prioritas Pemerintah. Nah tinggal nanti ke depan bagaimana kami mendapatkan dukungan dari segenap kementerian/lembaga yang lain sehingga BNPB bisa ditempati atau diisi oleh para pihak atau pejabat atau anak bangsa yang memiliki kompetensi di bidangnya. Sehingga seluruh persoalan yang terjadi di berbagai daerah di negara kita yang setiap tahun terjadi yang rutin kebakaran hutan dan lahan,

- 51 -

banjir, banjir bandang, tanah longsor dan sejumlah bencana lainnya seperti gunung berapi, gempa, dan tsunami yang rutin dalam kurun waktu puluhan ratusan bahkan ribuan tahun ini semuanya harus bisa kita antisipasi. Tugas kita ke depan adalah bagaimana kita bersama mengurangi risiko bencana dan ketika terjadi maka kita seluruh bangsa Indonesia harus tangguh menghadapinya dan sekali lagi terima kasih.

Komisi VIII telah memberikan dukungan APBN dan juga APBD di tingkat kabupaten kota dan provinsi memiliki sumber pendanaan untuk kebencanaan dan ini memang merupakan persoalan yang terjadi setiap tahun di mana tiap daerah sangat minim bahkan ada daerah yang tadi Pak pimpinan sampaikan hanya punya dana Rp.150.000.000 saja untuk penanganan bencana padahal daerah tersebut hampir setiap tahun terjadi bencana geologi. Sekali lagi terima kasih atas seluruh dukungan kami serahkan kepada BNPB. Demikian terima kasih wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Kepala dengan demikian maka berakhirlah sudah rapat kita hari ini. Terima kasih kami sampaikan kepada Pak Kepala dan seluruh jajaran BNPB yang telah hadir dalam acara rapat ini. Semoga masukkan, pendapat, dan pandangan-pandangan yang strategis anggota dapat menjadi perhatian BNPB dan tentu kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan Yang Maha Kuasa agar bencana non wabah, bencana alam wabah Covid-19 segera berakhir dan juga bencana-bencana lainnya dari negara kita ini. Demikian acara ini kami tutup dengan membacakan hamdalah alhamdulillahirobbilalamin.

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP)

Jakarta, 23 Juni 2020 a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si.

NIP. 197309261997031001

Dokumen terkait