• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi sering diberi makna keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah. Partisipasi pada dasarnya adalah kerelaan, tetapi bagaimana dapat menyalurkan kerelaan tersebut apabila salurannya sendiri tidak jelas.3

Partisipasi didefinisikan baik deskriptif maupun normative, terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat dan pembangunan masyarakat merupakan proses yang hanya bisa berhasil jika dijalankan buka saja bagi tetapi juga bersama dan dengan oleh rakyat sendiri.4

Dalam program pengembangan masyarakat partisipasi sangat penting. Karena partisipasi ini akan menentukan keberhasilan suatu program pengembangan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat itu haruslah bersifat substansi yakni, mereka bener-bener berpartisipasi dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring serta evaluasi program tersebut. Sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar karena sejak awal sudah terlibat dalam program tersebut. Partisipasi dapat diartikan juga sebagai sikap keterbukaan pada persepsi dan perasaan pihak lain; partisipasi berarti, perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu proyek sehubungan dengan kehidupan masyarakat; partisipasi kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak-pihak lain untuk suatu kegiatan.5

3

Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Prtisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan

Partisipatif di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), Cet ke-2, h. 188-189

4

Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 256

5

22

Menurut pandangan penulis partisipasi adalahalat dan juga tujuan untuk terlaksananya setiap program yang ada dimasyarakat, karna tanpa adanya partisipasi masyarakat, program kegiatan tidak akan berjalan lancar dalam jangka waktu yang lama.

Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian partisipasi menurut Mikkelsen dalam Soetomo (2006), ada enam tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi. Pertama, partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan. Ketiga, partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait dalam mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Keempat, partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staff dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial. Kelima, partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. Keenam, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkunggan mereka.6

Dari beberapa pengertian partisipasi yang telah dipaparkan oleh para ahli, sedangkan partisipasi menurut penulis adalah sebuah

6

Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 438.

sukarelawan atau kerjasama masyarakat terhadap suatu kegiatan, untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi diri. Dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga melakukan kegiatan pemberdayaan lingkungan yaitu berupa pendaur ulangan sampah anorganik tanpa adanya paksaan, tidak mengharapkan imbalan atau sesuatu yang menguntungkan bagi diri sendiri melainkan hanya untuk menyalamatkan lingkungannya.

Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program serta dalam evaluasi dan menikmati hasil.7

2. Tujuan Partisipasi

Dalam proses kegiatan ada beberapa tujuan yang diharapkan dalam berpartisipasi, diantaranya:

a. Berupaya memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi dalam

pembangunan mereka sendiri secara lebih berarti

b. Berupaya untuk menjamin peningkatan peran rakyat dalam inisiatif-inisiatif pembangunan

c. Fokus pada peningkatan kemampuan rakyat untuk berpartisipasi bukan

sekedar mencapai tujuan-tujuan proyek yang sudah ditetapkan sebelumnya

d. Partisipasi dipandang sebagai suatu proses jangka panjang

7

Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 440

24

e. Partisipasi sebagai tujuan relative lebih aktif dan dinamis8

f. Melibatkan masyarakat dalam mendisain proses pengambilan

keputusan dan sebagai hasilnya meningkatkan kepercayaan mereka, sehingga masyarakat dapat menerima keputusan dan menggunakan dalam sistem yang ada ketika mereka menghadapi suatu problem-problem dibidang kemasyarakatan

g. Menyalurkan dan menfasilitasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna meningkatkan rasa kebersamaan dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.9

3. Tahapan-tahapan Partisipasi a. Tahap Perencanaan

Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dalam pemberdayaan, indikatornya dapat dilihat, pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam musyawarah penentuan program, identifikasi dan

masalah, ataupun pembuatan formula kegiatan/ program

kemasyarakatan tersebut.10 b. Tahap Pelaksanaan

Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun pemanfaat program.

8

Jim Ife & Frank Tesoriero, Community Development: Sebagai Alternatif Pengembangan

Masyarakat Di Era Globalisasi, h. 296

9

Tantan Hermansyah dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, h. 33

10

c. Tahap Pelembagaan Program

Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan program. Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam merumuskan dan membuat

model-model pendanaan program, penguat lembaga-lembaga

pengelola program dan melakukan pengkaderan anggota masyarakat sebagai pengatur SDM bagi program tersebut. Partisipasi pada tahap ini memiliki makna penting, karena masyarakat yang akan melanjutkan program ini perlu dipersiapkan agar mereka dapat berbuat, berkarya dan bekerja bagi kesinambungan program tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat terbiasa dan sudah memiliki kapasitas serta jaringan dalam melakukan operasionalisasinya.

d. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Pada tahap monitoring dan evaluasi, masyarakat ikut serta mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut dapat memiliki kinerja administrasi artinya tata pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dengan dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya berlaku atau sesuai dengan perundang-undangan.

Tedapat empat tahapan dalam partisipasi, yaitu tahap perencaan, pelaksanaan, pelembagaan dan monitoring dan evaluasi program, dari keempat tahap tersebut saling berkaitan dan harus beraturan, karena dalam tahapan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Dalam tahap perencanaan awal, menjelaskan bagaimana

26

masyarakat dalam pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Pada tahap pelaksanaan program, tahap ini merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini seperti partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, materi, serta keterlibatan anggota dalam melaksanakan program. Lalu tahap pelembagaan, pada tahap ini anggota masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan program. Selanjutnya yang terakhir tahap MONEV, tahap ini dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Dokumen terkait