• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Nelayan Dalam Pengelolaan Lingkungan Laut

Pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi.

Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Nasdian (2006) dalam Rosyida (2011) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.

Menurut Keith Davis dalam Maryuningsih (2014), Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijakan.

Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Nasdian (2006) dalam Rosyida (2011) juga memaparkan bahwasanya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida (2011) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yang menyatakan bahwa keseluruhan tingkatan partisipasi merupakan kesatuan integratif dari kegiatan pengembangan perdesaan, meskipun sebuah siklus konsisten dari kegiatan partisipatoris mungkin dinilai belum biasa. Berikut adalah penjelasan tahapan partisipasi yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk

sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil atau pemanfaatan, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat digambarkan dalam Tabel 1 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Rosyida, 2011) :

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Amstein

No. Tangga/Tingkatan

Partisipasi Hakekat Kesertaan

Tingkat Pembagian Kekuasaan 1. Manipulasi

(Manipulation)

Permainan oleh pemerintah

Tidak ada partisipasi 2. Terapi (Therapy)

Sekedar agar masyarakat tidak marah/Sosialisasi 3. Pemberitahuan

(Informing)

Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi

Tokenism/sekedar justifikasi agar

mengiyakan 4. Konsultasi (Consultation)

Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai

sarannya

5. Penentraman (Placation)

Saran Masyarakat diterima tapi tidak selalu

dilaksanakan 6. Kemitraan (Partnership) Timbal balik

dinegoisasikan

Tingkat kekuasaan ada di

masyarakat 7.

Pendelegasian Kekuasaan (Delegated

Power)

Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program) 8. Control Masyarakat

(Citizen Control)

Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat

Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang sifat simobilisasikan. Partisipasi swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertakan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertakan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.

Menurut Tjokroamidjoyo (1990) dalam Mardijono (2008), ada tiga faktor yang mempengaruhi peran serta atau partisipasi yaitu :

1. Kepemimpinan

Faktor pertama proses pengendalian usaha dalam pembangunan ditentukan sekali oleh kepemimpinan.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang memadai akan memberikan kesadaran yang lebih tinggi dalam berwarga negara dan memudahkan bagi pengembangan identifikasi terhadap tujuan-tujuan pembangunan yang bersifat nasioanal.

3. Komunikasi

Gagasan-gagasan, kebijaksanaan dan rencana-rencana akan memperoleh dukungan bila hal tersebut diketahui dan dimengerti oleh masyarakat.

Partisipasi yang baik adalah yang mendukung suksesnya suatu program.

Beberapa sifat dari partisipasi antara lain : positif, kreatif, kritis, korektif konstruktif dan realistis. Partisipasi dikatakan positif, bila partisipasi tersebut mendukung kelancaran usaha bersama dalam mencapai tujuan. Partisipasi kreatif, berarti keterlibatan yang berdaya cipta, tidak hanya melaksanakan instruksi atasan melainkan memikirkan sesuatu yang baru baik gagasan, metode maupun cara baru yang lebih efektif dan efisien. Partisipasi dapat dikatakan kritis, korektif-konstruktif bila keterlibatan dilakukan dengan mengkaji suatu jenis atau bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan bila ada dan memberikan alternatif yang lebih baik. Partisipasi yang realistis mempunyai arti bahwa keikutsertaan seseorang dengan memperhitungkan realitas atau kenyataan, baik kenyataan dalam masyarakat maupun realitas mengenai kemampuannya, waktunya yang tersedia dan adanya kesempatan ketrampilan (Gultom, 1985 dalam Mardijono, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat menurut Sastropoetro (1986), adalah keadaan sosial masyarakat, kegiatan program

pembangunan dan keadaan alam sekitarnya. Keadaan sosial masyarakat meliputi pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan sosial dalam sistem sosial. Kegiatan program pembangunan merupakan kegiatan yang direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi masyarakat dan tindakan kebijaksanaan. Sedangkan alam sekitar merupakan faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat tinggal masyarakat setempat. Tokoh masyarakat, pemimpin adat, tokoh agama adalah merupakan komponen yang juga berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat yang berperan serta dalam suatu kegiatan (Rahardjo, 1996 dalam Mardijono, 2008).

Menurut Dahuri (1996) dalam Erwiantono (2006) menyatakan bahwa, partisipasi masyarakat nelayan dalam pengelolaan lingkungan laut dapat diwujudkan dengan mengadakannya program pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dengan membutuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi dan setepat mungkin. Masyarakat yang hidup di sepanjang pantai dan telah memanfaatkan sumberdaya secara tradisional dapat terpengaruh oleh peraturan dan prosedur baru. Oleh karena itu, masayarakat harus diikutsertakan dalam pembentukan kebijaksanaan dan aturan terhadap pemanfaatan sumberdaya, jika aturan tersebut dibuat untuk mendukung kemajuan bagi masyarakat.

Tingkat pastisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengalaman masyarakat yang melihat masa lalu. Dengan melihat kondisi alam yang sekarang telah lebih baik, yang telah memberikan manfaat sehingga membuat masyarakat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Partisipasi masyarakat nelayan sebenarnya sangat tinggi terhadap pengelolaan lingkungan laut. Mereka sadar bahwa lingkungan laut perlu dijaga dan dilestarikan tetapi ada beberapa faktor yang mulai memunurunkan partisipasi masyarakat atau mulai bersikap acuh tak acuh. Sehingga disinilah peran pemerintah setempat dalam melakukan

pengendalian lingkungan laut melalui sistem pengelolaan berbasis masyarakat yang dapat meningkatkan partispasi masyarakat. Pemerintah harus melakukan pendekatan terhadap masyarakat yang akan berdampak positif pada kesejahteraan umum masyarakat.

Masyarakat harus merasa bertanggung jawab, berpartisipasi, dan turut menjaga kelestarian sumberdaya laut dari kegiatan-kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Inti dari permasalahan partisipasi masyarakat adalah dengan melakukan kerjasama antara pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memanfaatkan serta membiayai pembangunan karena masyarakat tidak dapat bekerja secara sendiri dalam mengatasi masalah lingkungan laut dan menjaga lingkungan laut, sehingga pemerintah harus ikut ambil peran dalam menjaga lingkungan dan mengatasi masalah yang terjadi.

Dokumen terkait