• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan secara sadar. Menurut Ndraha (1990) dalam Slamet 2003, mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama Kegagalan dalam mencapai hasil dari program pembangunan tidak mencapai sasaran karena kurangnya partisipasi masyarakat.

Menurut Depkes RI (2007), partisipasi terwujud dari adanya pemberdayaan yang merupakan salah satu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung yang bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat, penyuluhan individu, penyuluhan kelompok, konseling, penyuluhan kelompok sebaya, orientasi, life skill education dan partisipasi masyarakat. Gerakan/Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya kesehatan.

Menurut Craig dan Mayo dalam Yustina (2008) dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah cara untuk berpartisipasi, artinya bahwa masyarakat yang berpartisipasi karena telah diberdayakan yang dilakukan melalui berbagai cara yang melibatkan unsur pemberdaya dan masyarakat.

Menurut Hardjono (2000), partisipasi didefenisikan sebagai mengetahui apa yang dibutuhkan, ikut memikirkan dan merencanakan langkah-langkah yang akan dikerjakan, ikut berupaya dalam pelaksanaan, ikut menilai keberhasilan serta ikut menikmati hasil pembangunan. Pada hakekatnya, partisipasi bertitik pangkal dari sikap dan perilaku. Melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, harus dilakukan atas dasar kemauan masyarakat sendiri. Apabila rasa tanggung jawab dan rasa memilki tidak ada, masyarakat hanya akan berperan sebagai objek yang pasif atau sebagai penonton yang pasif.

Menurut Collins dalam Hikmat (2004), ada beberapa alasan untuk memfokuskanpartisipasi masyarakat (community participation) dalam hal manajemen danperencanaan kesehatan, yaitu :

1. Efektivitas program lebih mudah dicapai, hal ini dimungkinkan oleh karenamanajemen dan perencanaan lebih mengarah kepada kebutuhan masyarakat lokal,selain itu masyarakat dapat memberikan kontribusi yang penting dalam prosesmonitoring dan evaluasi program.

2. Melalui partisipasi masyarakat sustainabilitas kesehatan dapat diperoleh denganlebih mudah.

3. Dengan proses community participation yang efektif dapat merupakan prinsipakuntabilitas dari masyarakat terutama pembiayaan pelayanankesehatan. 4. Dengan community participation tingkat penerimaan program kesehatan

olehmasyarakat dapat lebih mudah diperoleh yang akan meningkatkanutilitas dan cakupan pelayanan kesehatan.

5. Pada situasi dengan keterbatasan sumber daya yang ada, masyarakat dapatberperan dalam hal kontribusi tenaga, lahan, material dan bahkan pembiayaan.

Menurut Conyers dalam Soetomo (2006), mengemukakan bahwa partisipasimasyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara sukarela yang didasari olehdeterminan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan.Terdapat Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu :

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi.

2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar pelaksanaan tugasnya sebagai agenpembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalamperencanaan.

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yangsemakin besar kepada masyarakat unutk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pengembangan komunitas (community development). Sutton dan Kolaja dalam Notoatmodjo (2005), membagi peran-peran dalampartisipasi program menjadi tiga, yaitu : (1) Pelaku adalah pihak yang mengambil peran dan tindakan yang aktif dalam program, (2) Penerima adalah pihak yang nantinya akan menerima manfaat dari program yangdijalankan, dan (3) Publik adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaanprogram, tetapi dapat membantu pihak pelaku.

Menurut Mardikanto (2003), menyatakan bahwa bentuk kegiatan partisipasiyang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa :

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkanpartisipasi masyarakat yang lain.

4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi :

1. Kesempatan atau Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang konstruktif untuk program.

3. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam program.

Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama. Bila orang mau dan mamputetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak akan berpartisipasi.

Menurut Depkes RI (2006), mengemukakan bahwa partisipasi adalahkeadaan di mana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut sertabertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakatlingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu adasuatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah.Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat sebenarnya tidak laindari pada mengembangkan mekanisme atau proses pemecahan masalah tersebut agarberlangsung lebih rasional. Sayangnya seringkali apa yang rasional menurut petugaskesehatan, tidak selamanya dianggap rasional pula oleh masyarakat.

Perbedaanpersepsi tersebut menyebabkan hambatan dalam perkembangannya mekanisme atauproses pemecahan masalah tersebut, sehingga berpengaruh pula terhadapperkembangan dan pembinaan partisipasi itu sendiri. Sesuai dengan tahap- tahap dalam pemecahan masalah, maka tahap-tahap partisipasi juga dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas masalah. 2. Partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan alias tahap perencanaan. 3. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan, termasuk penyediaan sumber daya. 4. Partisipasi dalam tahap penelitian dan pemantapan.

Setiap tahap partisipasi ini jelas bahwa setiap tahap, bentuk ikut sertanyamasyarakat bertanggung jawab dalam perencanaan, dan sebagainya.

Menurut Mardikanto (2003), menyatakan tumbuh danberkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan olehtiga unsur pokok, yaitu : (1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, (2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan (3) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Sumodiningrat (1999), faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.

Dokumen terkait