• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi Orang Tua 1. Pengertian partisipasi

Banyak pengertian partisipasi telah dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakekatnya memiliki makna yang sama. Menurut Willie Wijaya ( 2004:208 ) mengatakan bahwa :

“Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian”

Pengertian yang sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), mengatakan bahwa :

Partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

Individu merupakan bagian terkecil dari masyarakat sedangkan orang tua itu sendiri merupakan bagian dari Keluarga. Masyarakat terdiri dari beberapa keluarga yang ada di dalamnya.

Keluarga secara umum ialah rumah tangga, dan keluarga adalah satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga

8

menyuburi (nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat.

Utamanya pembinaan orang tua pada anaknya.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatanya.

2. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:

708) antara lain :

“Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dll), orang-orang yang dihormati (disegani). “

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian orang tua tidak terbatas pada ayah dan ibu kandung dari seorang anak namun bisa bermakna orang yang lebih tua usianya sehingga dihormati ataupun disegani dalam arti orang tua adalah orang yang punya lebih banyak pengalaman daripada anak. Namun, dalam hal ini orang tua kandung merupakan pendidik yang pertama dan paling utama, sedangkan guru di sekolah hanya merupakan pendidik setelah orang tua.

8

Berkaitan dengan kedudukan orang tua sebagai pendidik anak mencakup perhatian orang tua dalam tingkat keseringan perhatian orang tua yang ditujukan pada kegiatan belajar anak, memberikan bimbingan belajar, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan alat-alat penunjang pembelajaran, memberikan dorongan untuk belajar memberikan pengawasan, pengarah, dan lain sebagainya supaya siswa mencapai prestasi belajar yang memuaskan.Naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia dan binatang. Allah swt. menjadikan naluri itu sebagai landasan kehidupan alamiah, keluarga dalam hal ini orang tua bertanggung jawab memberikan kasih sayang kepada anak. ( Markas Iskandar, 2008 : 45 )

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi orang tua adalah berkenaan dengan bagaimana keadaan atau keikutsertaan orang tua apakah yang berkaitan dengan pemberian motivasi atau sebagai penunjang dan penggiat dalam suatu kegiatan.

3. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah swt. yang harus di pertanggung-jawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya. Diantaranya bertanggung jawab dalam pendidikan ,kesehatan,kasih sayang,perlindungan yang baik,dan berbagai aspek lainnya.

a) Memperhatikan Pendidikan Anak

Pendidikan perlu dilihat sebagai suatu proses yang berterusan,berkembang,dan serentak dengan perkembangan individu seorang anak yang mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.Dengan kemahiran yang diperolehnya anak akan mengaplikasikannya dalam konteks yang bermacam-macam dalam hidup kesehariannya di saat itu ataupun sebagai persiapan untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

Anak-anak diperingkat awal usianya,mereka dibentuk dan di didik sejak dari awal.Islam dan barat mempunyai perspektif yang sama dalam hal ini. Apa yang membedakannya ialah Islam menekankan pembentukan dasar (ketauhidan) seorang anak bukan hanya kelakuan fisikal dan intelektualnya saja,tetapi pemantapan akhlak juga perlu diterapkan seiring dengan penerapan keimanan di dalam ruh dan jiwa anak.Kalau suatu informasi yang diterima oleh seorang anak itu hanya diatas pengetahuan tanpa adanya penanaman aqidah dan pemantapan akhlak akibatnya generasi yang dihasilkan mungkin bijaksana dan tinggi tahap perkembangan intelektualnya tetapi dari aspek-aspek yang lain (aqidah dan akhlaknya) ia pincang dan tiada keseimbangan. ( Abdul Malik , 2003 : 87 )

Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya,yaitu keimanan kepada Allah Swt.Fitrah ini merupakan kerangka dasar operasional dari proses penciptaan

manusia.Di dalamnya terkandung kekuatan potensial untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan penciptaannya.Konsep dasar keimanan ini telah digambarkan dalam Al-Qur‟an ketika Luqmanul Hakim memberikan pendidikan dasar terhadap anaknya.

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :



Dan Ketahuilah Bahwa Hartamu Dan Anak-Anakmu Itu Hanyalah Sebagai Cobaan Dan Sesungguhnya Disisi Allahlah Pahala Yang Besar.(Departemen Agama RI :2000:180).

Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan.Jika anak yang di didik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.

Namun,fenomena yang ada menunjukkan masih banyak orangtua yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya.Masih banyak anak-anak yang tidak memperoleh haknya dari orangtua mereka seperti;hak mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang,hak memperoleh pendidikan yang baik dan benar,hak menerima nafkah yang halal dan baik,dan sebagainya.

b) Membina Karakter Anak Sejak Dini

Ratna Megawangi (2003:17) menyatakan bahwa :

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini.

Usia dini merupakan usia kritis bagi pembentukan karakter seseorang.

Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan menanamkan karakter pada anak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral pada generasi muda adalah usaha yang strategis.

Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.

Orang yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15).

Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter.

Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah swt.

Dalam QS Asy-Syam ayat 8-10 yang berbunyi :



ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

(Departemen Agama RI, 2000:595)

Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.

Pada penjelasan di atas disinggung masalah pendidikan karakter yang identik dengan akhlak. Maka kita perlu tahu apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak secara lebih dalam. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu

“mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila” (Amirulloh Syarbini,2012:16).

c) Memperhatikan Perkembangan Anak

Di tengah peradaban zaman modernisasi yang serba instan dan

semakin populer, kaum Islam sekarang lebih memfokuskan diri untuk mendapatkan kesenangan duniawi dibanding mengedepankan nilai agama sebagai kekuatan iman untuk mendapat rakhmat Allah SWT.

Tidak jarang sebagaimana kita ketahui kehidupan generasi muda muslim dimasa sekarang menunjukan seakan-akan akhlak itu tak penting.

Walaupun dari segi sarana pendidikan, media cetak dan elektronik, busana, masjid, kuantitas ahli agama bahkan kegiatan dakwah sekalipun yang semakin maju dan berkembang, justru perkembangan itu sebagian besar dipengaruhi oleh modernisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ala Barat.

Sering kita jumpai, corak budaya remaja Islam masa kini, walaupun banyak remaja muslimah yang berbusana panjang tertutup jilbab namun model busana yang dicapai tidak semata-mata diniatkan untuk menutup aurat malah mereka hanya mengikuti trend fasion yang aneh-aneh agar bertujuan terlihat menarik, gaul dan exis bagi orang lain khususnya lawan jenis.

Karakter ini sudah sangatlah parah sebagaimana melanggar perintah Allah swt. Berfirman dalam QS. An-Nur (24) ayat 31-32 yang berbunyi :





Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera-putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Departemen Agama RI. 2000:353).

Kerusakan lain pada remaja misalnya mengenai pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tindak kriminal dan lain-lain. pengaruh lingkungan dari pergaulan teman sepermainan maupun ketidakharmonisan dalam keluarga sangat berefek negatif bagi kepribadian remaja muslim. Apalagi anak yang diusianya mulai dewasa ini biasanya suka mencoba hal yang baru dan populer di komunitas lingkungannya. Faktanya dalam kehidupan sekarang

banyak orang menganggap saat ini adalah zaman gila-gilaan sehingga jika tidak ikut gila tidak kebagian.

Dalam upaya memperbaiki masalah tersebut, keluarga adalah peran utama dalam membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia. Sebagai orang tua harus mampu mendidik anaknya agar lebih baik dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif untuk membentuk pendidikan yang berkarakter. Selain peran orang tua, sekolah juga sebagai sarana untuk mendidik siswa-siswanya agar mempunyai pendidikan yang berkarakter.

Sekolah merupakan wadah yang sangat efektif untuk membentuk siswa yang berbudi pekerti dan berkarakter tinggi.

Masalah selanjutnya adalah lingkungan pergaulan. Seseorang dapat baik jika di dalam lingkungannya dia bergaul dengan orang-orang yang baik.

Satu orang yang mempunyai akhlak baik berada di dalam seratus orang yang tidak baik dia akan menjadi tidak baik dan sebaliknya, jika ada satu orang yang bermoral buruk berada di antara orang-orang yang baik dia akan menjadi baik.

Dalam upaya ini keluarga harus mampu mencari lembaga pendidikan yang kiranya dapat menunjang anak untuk bisa mendapat ilmu umum sekaligus mengasah agamanya. Contohnya seperti menyekolahkan anak disekolah-sekolah umum tetapi juga mengikut sertakan dalam kegiatan TPQ (Taman Pendidikan Qur‟an) , sekolah diniah atau di masjid terdekat atau sekaligus memasukan anak ke pesantren yang memiliki sarana sekolah.

4. Kedudukan Orang Tua dalam Islam

Keluarga pada umumnya terdiri dari orang tua yakni ibu, ayah, kakak, adik, nenek , kakek dan lain-lainnya. Masyarakat terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil dan keluarga merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya kehidupan manusia. Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional. Unit ini ibarat landasan sebuah komunitas dan ketahanannya akan mendorong ketangguhan sebuah masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Keluarga memiliki peran fundamental dalam menjaga bangsa-bangsa dari dekadensi dan kehancuran. Karena itu, undang-undang juga harus disusun untuk mempermudah terbentuknya keluarga, memelihara kesuciannya, dan memperkuat hubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak dan etika Islam. Dari segi psikologi, keluarga juga punya peranan penting dalam meredam emosi, mencegah depresi, dan memberi dampak-dampak psikis lain bagi seseorang. Anak-anak yang kehilangan orang tuanya akan

larut dalam kesedihan, diliputi rasa takut, bersikap emosi, dan kehilangan rasa tenang. Dari sini terlihat kontribusi positif keluarga dalam menjaga kesehatan mental dan memberi ketahanan terhadap tekanan-tekanan jiwa dan depresi.

Kedua orang tua sebagai poros keluarga mendapat perhatian dan perlakuan khusus dalam Islam. Al-Quran setelah memberi perintah menyembah Allah Swt dan larangan menyekutukan-Nya, juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

a) Kedudukan Ibu

Dalam perspektif agama Islam, pendidikan anak merupakan sebuah tugas berat dan sosok yang paling tepat untuk menunaikan tanggung jawab ini adalah perempuan. Dalam masalah ini, peran perempuan tampak lebih penting dari laki-laki. Jelas bahwa salah satu prioritas seorang perempuan adalah menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Agama Islam memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap peran ibu bagi seorang perempuan, sebab Islam menilai masa depan masyarakat ada di tangan para ibu. Mereka dianggap sebagai unsur utama pertumbuhan dan kemajuan manusia di masyarakat.

Penguatan pondasi rumah tangga dan penghormatan kepada perempuan di lingkungan rumah sebagai dua hal penting yang sangat mendesak dan diperlukan oleh masyarakat. Beliau menambahkan, Seluruh anggota keluarga harus memperlakukan perempuan dengan hormat dan penuh penghargaan. Lingkungan keluarga harus dibuat sedemikian rupa sehingga anak-anak mencium tangan ibu mereka. Jika budaya menghormati perempuan sudah mengakar kuat, maka banyak persoalan di tengah masyarakat akan teratasi dan perempuan tidak lagi menjadi korban penindasan.

Kata ibu biasanya mengisyaratkan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anak, pemenuhan kebutuhan material dan emosional, dan rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas itu. Faktor utama yang membuat perempuan memikul peran sebagai seorang ibu adalah kodrat dan karakteristik fisik mereka. Menurut pandangan Islam, dari sisi penciptaan, masing-masing dari laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan yang khusus.

Tapi, persepsi yang benar dalam masalah perempuan adalah dengan memandangnya sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan dan mengenal nilai-nilai mulia yang bisa meninggikan derajatnya.

Perempuan dari segi biologis memiliki potensi untuk mengandung dan menjaga janin sampai melahirkan dan kemudian memberi asupan gizi

kepada bayi setelah ia lahir. Ibu tidak hanya membesarkan fisik seorang bayi, tapi juga membentuk jiwa dan psikisnya. Kondisi dan perilaku ibu pada masa-masa itu sangat berpengaruh pada karakter anak di masa-masa sekarang dan di masa depan. Tujuan utama Islam adalah mendidik umat manusia, sementara tugas utama perempuan adalah berperan sebagai seorang ibu dan mendidik anak-anak sebelum melakukan kegiatan lain. Imam Khomeini ra mengatakan, "Tahapan pertama pendidikan adalah mendidik anak di pangkuan seorang ibu agar cinta seorang anak terhadap ibunya melebihi dari kecintaan kepada yang lain dan tidak ada cinta yang lebih tinggi dari cinta di antara keduanya."

Ibu adalah sumber yang memberi kekuatan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Seorang perempuan diciptakan memiliki karakter yang siap untuk menerima tanggung jawab mendidik anak. Motivasi keibuan yang merupakan motivasi paling lembut dan sekaligus kuat hanya diletakkan dalam diri perempuan. Itulah mengapa perempuan menjadi simbol kelembutan, kesenangan, perhatian dan, cinta bagi anak. Ibu adalah pribadi yang mewarnai kepribadian anaknya, bahkan ia pembuatnya. Perbuatan seorang ibu begitu indah sekaligus sensitif. Dengan tangannya, ia mengelus sang anak dan dengan hatinya yang penuh kasih sayang, ia menciptakan pertumbuhan dan revolusi dalam hati sang anak.

Pada dasarnya, proses pemberian ASI kepada bayi merupakan sebuah bentuk interaksi mesrah dan penuh kasih sayang antara ibu dan anak. Perilaku dan sifat-sifat ibu akan tertular secara intensif kepada anak melalui cara ini. Dalam pendidikan akhlak, Islam memberi kedudukan istimewa kepada ibu dan mengingatkan manusia tentang jerih payah yang mereka tanggung sepanjang hidupnya. Allah swt. Berfirman dalam QS.

Luqman (31) ayat 14 berbunyi :



Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya;

ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusuinya), dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada

dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

( Departemen Agama RI, 2003 : 413)

Kasih sayang dan kehangatan tidak terbatas untuk seorang bayi bersumber dari ibu. Seorang bayi senantiasa membutuhkan sebuah sumber kekuatan agar ia merasa aman, nyaman, dan kuat. Sumber itu terutama hingga tiga tahun usia balita adalah ibu. Kebanyakan pakar psikologi percaya bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang anak di kemudian hari kembali pada masa-masa sebelum usia tiga tahun, khususnya jika ia hidup terpisah dari ibunya. Sebagian dari gangguan fisik dan mental anak-anak

seperti, perasaan minder, penakut, dan suka menyendiri, sebenarnya berhubungan dengan ketidakamanan yang dirasakan tempo dulu. Oleh sebab itu, ibu memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian seimbang anak.

Peran penting lain seorang ibu adalah mentransfer nilai-nilai dan moralitas. Sebagian besar proses pengajaran anak terjadi dengan meniru perilaku kedua orang tuanya, terutama ibu. Orang-orang yang memiliki interaksi dengan anak, mereka akan menjadi teladan bagi anak tersebut.

Anak-anak akan menyesuaikan perilakunya dengan orang-orang di sekitar mereka. Untuk itulah, kehadiran seorang ibu mendampingi anaknya akan membantu mereka untuk meraih cita-citanya di masa depan.

Pendidikan manusia sedemikian penting dalam Islam sehingga memilih seorang ibu sebagai pemain kunci dalam pendidikan itu. Islam juga memberikan kedudukan istimewa kepada kaum ibu atas segala dedikasi mereka dalam membangun sebuah masyarakat yang sehat. Ada tiga macam kepayahan yang dipikul oleh seorang ibu, pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah.

b) Kedudukan Ayah

Ayah dan ibu mutlak memiliki peran penting dalam keluarga. Ayah

dan ibu juga memiliki peran yang berbeda karena memiliki wilayah masing–

masing. Ibu sebagai madrasah awal bagi anak–anaknya maka peran ibu mulai dari dalam kandungan hingga umur 5 tahun, sedangkan ayah memiliki peran memberikan pendidikan serta nafkah yang halal bagi anak–anaknya.

Ayah senantiasa dituntut untuk memberikan pelajaran hidup bagi anaknya agar mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat yang ada di sekitarnya tentu saja dengan jalan yang sesuai. Salah satu ayat yang sarat dengan nilai tersebut yaitu pada QS. An-Nahal(16) ayat 125 :



Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Departemen Agama RI, 2000:281)

Seorang ayah dalam islam bukan hanya berperan sebagai seorang yang diamanahkan untuk membesarkan anaknya saja, tapi ayah diharuskan membentuk anaknya menjadi generasi–generasi islam yang saleh.

Karenanya, anak merupakan perhiasan. Dikatakan perhiasan karena anaknyalah yang nanti akan bersaksi dihadapan Allah atas apa yang telah diajarkan seorang ayah pada anaknya. Jadi para ayah tak risau sebab

karena anaknya yang insya Allah akan menyelamatkannya karena telah menjadi generasi islam yang saleh.

Dua hal yang harus dilakukan seorang ayah agar anaknya bisa menjadi generasi islam yang saleh yakni:

1. Memberikan pelajaran tentang pendidikan akhlaq.

Akhlaq seorang anak adalah cerminan akhlaq ibu bapaknya. Imam Al – Ghazali mengatakan dalam sebuah kitabnya, jika seorang anak mempunyai akhlaq yang baik maka sejahteralah hidupnya dunia akhirat. Tapi jika mempunyai akhlaq yang buruk, tidak dipedulikan sebagai mana hewan, maka ia akan hancur dan binasa.

Perilaku manusia tidak terlepas dari perbuatan baik atau buruk maksudnya jika perbuatan yang dilakukan bukan perbuatan baik maka dengan kata lain perbuatan tersebut adalah perbuatan buruk. Yang demikian itulah yang disebut dengan akhlaq.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa akhlak merupakan budi pekerti atau perbuatan yang dilakukan seseorang baik atau buruk. Sedangkan moral adalah sikap tenang baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.

Jika seorang ayah tidak bisa mendidik akhlaq anaknya maka sudah diwajibkan baginya untuk mencarikan sebuah lembaga yang dapat mendidik dan membentuk akhlaq anaknya dengan baik, karena misi dakwah silam

Jika seorang ayah tidak bisa mendidik akhlaq anaknya maka sudah diwajibkan baginya untuk mencarikan sebuah lembaga yang dapat mendidik dan membentuk akhlaq anaknya dengan baik, karena misi dakwah silam