• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2014: Gambaran Statistik Elektoral Pemilu 2014 di Jawa Tengah

TINGKAT PARTISIPASI PEMILIH PADA PILEG DAN PILPRES: KASUS JAWA TENGAH

3.2. Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2014: Gambaran Statistik Elektoral Pemilu 2014 di Jawa Tengah

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2015 tercatat sebesar 33,27 juta jiwa atau sekitar 13,52 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 98,34 persen. Umumnya penduduk banyak menumpuk di daerah kota dibandingkan kabupaten. Secara rata-rata kepadatan penduduk Jawa Tengah tahun 2012 tercatat sebesar 1.022 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan lebih dari 11 ribu orang setiap kilometer persegi.81

Piramida penduduk Jawa Tengah di dominasi dengan angka usia produktif (24-50 tahun). Dengan kompisisi penduduk yang demikian maka potensi penduduk yang memiliki hak pilih cukup besar.

Tabel 3.2.

Komposisi Usia Penduduk jawa Tengah yang Memiliki Potensi Memilih dalam Pemilu 2014

Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

15 - 24 2.710.998 2.617.007 5.327.995 25 – 34 2.466.369 2.579.395 5.045.764 35 - 44 2,408.059 2.507.342 4.915401 45 - 49 2.117.600 2.211148 4.328748 50 - 59 1.803.574 1.807.931 3.611.405 .>60 1.050. 117 1.960,.659 3.010.776

Sumber: Data BPS Jateng 2015 yang sudah diolah

81

77

Dari data tersebut di atas terlihat bahwa potensi penduduk Jawa Tengah yang memiliki hak pilih pada pemilu 2014 sekitar 8,11 %. Namun demikian pada pemilu 2014, DAK2 Kemendagri menunjukkan jumlah penduduk Jawa Tengah sebesar 32.578.357, dan ini berarti ada penambahan cukup signifikan kurang lebih enam juta jiwa. Namun demikian berdasarkan penjelasan yang dikemukan Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Kemendagri mensinyalir terdapat sekitar 7 juta data penduduk ganda. Bila sinyalemen itu benar, maka keanehan angka jumlah penduduk Jawa Tengah dapat dijelaskan, yaitu sesungguhnya yang bertambah bukan jumlah penduduk, namun jumlah identitas kependudukan (KTP atau KK).

Ini masih menyisakan pertanyaan apakah naik turunnya jumlah penduduk terdapat indikasi kepentingan politik untuk menaikkan atau menurunkan jumlah alokasi kursi di daerah tertentu? Sekedar contoh apa yang terjadi di 7 kabupaten di Jawa Tengah (Kabupaten Banjarnegara, Boyolali, Wonogiri, Sragen, Semarang, Kendal, Pekalongan). Berdasarkan data DAK2 Kemendagri 6 Desember 2012 jumlah penduduk 7 kabupaten tersebut berjumlah lebih dari 500.000 namun kurang dari 1.000.000, sehingga alokasi kursi DPRD Kabupaten adalah 45 kursi. Sementara berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 470/2012 (21/11/2012) jumlah penduduk 7 kabupaten tersebut lebih dari 1.000.000, sehingga alokasi kursi DPRD Kabupaten adalah 50 kursi. Sinyalemen ini juga patut ditelusuri lebih jauh kemungkinan terjadi di daerah lain sebagaimana temuan Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik Dalam Pileg 2009 yang dibentuk Komnas HAM.82

Dengan demikian pula diperlukan keterbukaan Kemendagri, terutama berkaitan dengan metode kerja dan sumber data yang digunakan dalam kegiatan pemutakhiran data kependudukan (sistem informasi administrasi kependudukan). Selain itu, diperlukan kejelasan parameter tertentu dalam pemutakhiran data kependudukan, yaitu derajat cakupan (comprehensive), kemutakhiran (up to date), dan akurasi (accuracy).

Dalam pengawasan pemuktahiran data pemilih Bawaslu Provinsi Jawa Tengah menggunakan metode analisis komprehensif mengidentifikasi sejumlah data temuan dengan total masalah 366.109, guna mengukur validitas data pemilih yang diperoleh dari pengawasan 35 Panwaslu Kabupaten/Kota berupa temuan dari daftar pemilih yang sudah ditetapkan (DPT) oleh KPU Provinsi Jawa Tengah sampai dengan proses perbaikan Jilid IV (empat)

82

Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik Dalam Pemilu Legislatif 2009, (Jakarta: Komnas HAM, 2009).

78

pada Rekapitulasi Perbaikan Daftar Pemilih Tetap oleh KPU Provinsi Jawa Tengah tanggal 10 Maret 2014, berdasarkan pada klasifikasi/kategori antara lain:

1. Pemilih dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tidak standard (lebih/kurang dari 16 Digit) sejumlah 14.564;

2. Pemilih dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) kosong sejumlah 36.960; 3. Pemilih dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) Ganda sejumlah 25.148; 4. Pemilih dengan Nomor Kartu Keluarga (NKK) Kosong sejumlah 268.148;

5. Pemilih yang belum dihapus dari daftar pemilih dengan kategori sudah meninggal dunia sejumlah 8.688;

6. Pemilih tanpa tanggal lahir sejumlah 897; 7. Pemilih dengan alamat kosong sejumlah 631;

8. Pemilih yang belum dihapus dari daftar pemilih dengan kategori Usia di bawah 17 Tahun sejumlah 647;

9. Pemilih yang belum dihapus dari daftar pemilih dengan kategori Anggota TNI/Polri sejumlah 65;

10. Pemilih yang belum terdaftar dengan kategori status perkawinan sejumlah 1.694; 11. Pemilih yang memenuhi syarat tapi belum terdaftar sejumlah 765;

12. Pemilih dengan nama dan alamat ganda sejumlah 7.008; 13. Pemilih dengan kebutuhan khusus (Disabilitas) sejumlah 275; 14. Pemilih dengan kategori fiktif sejumlah 673.

Pada tahapan penyusunan daftar pemilih, terdapat 12 dugaan pelanggaran yang diterima atau ditemukan oleh jajaran pengawas Pemilu di Provinsi Jawa Tengah. Dugaan pelanggaran tersebut berasal dari 2 laporan dan 10 temuan Pengawas Pemilu yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu di Kabupaten Blora (1 laporan), Kabupaten Jepara (4 temuan), Kabupaten Karanganyar (1 temuan), Kabupaten Kendal (4 temuan), Kabupaten Sragen (1 laporan) dan Kabupaten Temanggung (1 temuan).

Dari 10 dugaan pelanggaran tersebut, berdasarkan kajian Pengawas Pemilu terdapat 9 dugaan yang dinyatakan sebagai pelanggaran administrasi karena belum memasukkan nama orang yang telah memenuhi syarat dalam daftar pemilih atau masih memasukkan daftar nama orang yang tidak memuhi persyaratan. Terhadap pelanggaran tersebut, Pengawas Pemilu merekomendasikan kepada jajaran KPU untuk melakukan perbaikan. Sementara 1 dugaan

79

dinyatakan sebagai pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, ini terjadi di Kabupaten Blora, di mana tandatangan dalam surat penetapan DPSHP merupakan scan atau bukan tandatangan asli, dan terdapat 1 komisioner (pelapor) yang menolak hal tersebut. Terhadap pelanggaran tersebut, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah meneruskannya ke DKPP. Berdasarkan hasil pemeriksaan materil pengaduan oleh DKPP, DKPP meminta persoalan tersebut diselesaikan secara internal oleh KPU Provinsi Jawa Tengah.83

Tabel 3.3.

Daftar Pemilih (DPK, DPT, DPKTb) Pileg 2014 di Jawa Tengah

No. Jenis Persebaran

Jumlah Pemilih Kecamatan % Desa/Kelurahan % TPS % 1. DPK 545 95,11 3.901 45,48 11.289 14,53 27.375 2. DPT 573 100 8.578 100 77.693 100 27.126.060 3. DPKTb 573 100 8.578 100 77.693 100 178.496 Sumber: Data KPUD Jawa Tengah yang sudah diolah.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pemilih dalam DPT sebanyak 27.126.060 pemilih, jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) sebanyak 27.375 pemilih, dan jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) sebanyak 178.496. Persebaran pemilih dalam DPK bila dibandingkan dengan DPT adalah tersebar hampir di semua kecamatan (95,11%), tersebar hampir separuh jumlah desa/kelurahan (45,48%), dan tersebar di 14,53% jumlah TPS. Persebaran pemilih dalam DPKTb bila dibandingkan dengan DPT adalah tersebar di semua kecamatan, desa/kelurahan, dan TPS, artinya bahwa pemilih yang belum terdaftar dalam DPT dan hadir di TPS pada hari pemungutan suara terdapat di semua kecamatan, desa/kelurahan dan TPS di Jawa Tengah

Secara umum, rata-rata tingkat partisipasi dalam menggunakan hak pilihnya pada Pileg tahun 2014 di Jawa Tengah cukup tinggi yakni di angka 73,24 %. Namun demikian ada fenomena yang menarik di mana rata-rata angka partisipasi daerah Jawa Tengah yang berada di pantai utara seperti Kabupaten Brebes, Tegal, dan Pemalang angka partisipasi pemilihnya di bawah 65%. Sedangkan wilayah Tengah seperti Wonosobo, Temanggung dan Salatiga angka partisipasi pemilihnya di atas 80%. Adapun daerah dengan partisipasi tertinggi

83

Lihat lebih jauh Hasyim Asyari dan Andreas Pandiangan, Dari Pemilu Gubernur ke Pemilu Nasional; Catatan Evaluasi Pemilu 2014 di Jawa Tengah, ERI, Jakarta 2014.

80

adalah Kabupaten Temanggung (84,54%), sedangkan daerah dengan angkan partisipasi terendah adalah Kabupaten Tegal (64,12%).84

Tingginya angka partisipasi dalam pileg pada wilayah-wilayah pedalaman (Selatan) menurut pandangan dari beberapa nara sumber hal ini dikarenakan daerah-daerah pedalaman (selatan) merupakan kantong politik PDIP. Sementara itu rendahnya angka partisipasi pada wilayah utara yang merupakan basis partai-partai Islam dikarenakan selain karena adanya kekecewaan terhadap kader mereka yang terjerat korupsi juga akibat konflik internal yang terjadi di dalam partai mereka.

―...Pada Pemilu 2014, konflik di PPP dan PKB serta banyaknya kader mereka yang terjerat masalah korupsi seperti di PKS, menjadikan masayarakat cenderung untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pileg...‖85

Gafik 3.1.

Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014 di Jawa Tengah

Sumber data KPU 2014 yang sudah diolah

Sementara itu dalam pemilu presiden pada tahun 2014, tingkat partisipasi masyarakat di Jawa Tengah dalam menggunakan hak pilihnya mengalami penurunan. Angka partisipasi masyarakat pada pemilu presiden hanya mencapai rata-rata 71,25%. Penurunan angka partisipasi ini tidak hanya terjadi di satu dua daerah saja melainkan terjadi di hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah. Namun sebagaimana dengan pileg, pada pilres angka partisipasi tertinggi terjadi di Kabupaten Temanggung (83,37%), sedangkan angka terendah terjadi di Kabupaten Tegal (61,53%). Sebagaimana dengan pileg, dalam pilprespun angka partisipasi di

84

Data dari KPUD Jateng yang telah diolah. 85

Wawancara dengan Joko Pitaryanto, seorang akademisi sekaligus konsultan politik di Semarang Jawa

Tengah, 3 November 2015.

81

daerah-daerah di wilayah selatan (pedalaman) mencapai rata-rata di atas 70%, sedangkan di wilayah pesisir (utara) angka rata-rata di bawah 70%.86

Grafik 3.2. Angka Partisipasi Pemilu Presiden di Jawa Tengah 2014

Sumber: data KPU yang sudah diolah

Tingginya angka partisipasi masyarakat pada Pileg dibandingkan dengan pemilu presiden lantaran kontak langsung antara kandidat dengan masyarakat jauh lebih tinggi akibat konvergensi daerahnya lebih terjangkau.

Namun demikian, baik angka partisipasi masyarakat dalam memilih pada pileg dan pilres tahun 2014 jauh lebih tinggi jika dibandingkan angka partisipasi memilih masyarakat Jawa Tengah pada pemilihan Gubernur pada tahun 2013 yang hanya mencapai angka 58,46%.

Berikut tabel perbandingan angka partisipasi masyarakat antara pemilu legislatif, pemilu oresiden dan pemilu gubernur.

Grafik 3.3. Perbandingan Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Gubernur,

Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif di Jawa Tengah 2013-2014

86

82

Kedekatan kontak ternyata tidak bisa digunakan dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi memilih pada anggota DPD. Dari data yang ada terlihat bahwa rata-rata partisipasi masyarakat Jawa Tengah dalam menggunakan suaranya untuk memilih anggota DPD mencapai angka 83.9 %. Menurut seorang nara sumber anomali ini dikarenakan jumlah kandidat yang harus dipilih dalam surat suara untuk DPD jauh lebih sedikit sehingga memudahan mereka untuk menetapkan pilihanya.

―...Dalam pencoblos kartu suara DPD masyarakat cenderung memberikan pilihannya karena calonnya lebih sedikit sehingga mereka mudah memberikan pilihannya. Biasanya mereka langsung melihat daerahnya...‖87