• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORETIS

F. Partisipasi Politik …

Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Dalam negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilakukan berdasarkan kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggara kekuasaan politik yang absah oleh rakyat.

Demokratisasi yang mapan secara umum dianggap karena tingginya partisipasi politik dari masyarakat. Tingginya tingkat partisipasi ini menunjukan bahwa warga negara mengikuti dan memahami masalah politik serta ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pengambilan kebijakan. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya pemberian suara dalam pemilihan umum atau kegiatan lain, merupakan dorongan kesadaran oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka itu akan

tersalurkan atau sekurang-kurangnya akan diperhatikan, dan sedikit banyak masyarakat dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek, dan ini dinamakan political efficacy.51

Adapun fungsi partisipasi politik itu sendiri menurut Lane yang dikutip Rush dan Althoff, terdapat empat fungsi. Yaitu:52

1. Sebagai sarana mengejar kebutuhan ekonomis.

2. Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan penyesuaian sosial. 3. Sebagai sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus.

4. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dan psikologis tertentu.

Secara umum definisi partisipasi meiliki perbedaan dalam mengartikannya. Yakni sebagai berikut :

1. Herbert Mc. Closky yang dikutip oleh Miriam Budiardjo (1998), mendefinisikan partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.53

2. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson mendefinisikan partisipasi politik adalah kegiatan seorang warganegara atau kelompok yang

51

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 3.

52

Michael Rush dan Philip Althoff. Pengantar Sosiologi Poiltik, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2000, hal. 181

53

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 2.

bertujuan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Tindakan-tindakan partisipasi politik yang negatif juga pada dasarnya dapat dikatakan sebagai tindakan partisipasi politik 54

3. Pendapat lain diajukan oleh Norman H. Nie dan Sidney Verba dimana Nie dan Verba yang juga dikutip oleh Miriam Budiardjo (1998), menjelaskan partisipasi politik sebagai kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-tindakan yang diambil mereka.55

Uraian diatas mengenai partisipasi politik dilihat dengan perilaku seseorang yang melakukan patisipasi politik atau tidak dan dari motivasi atau keberadaan daya pendorong dan faktor-faktor pengaruh bagi seseorang tersebut. Artinya partisipasi politik masyarakat dapat terpengaruh oleh kondisi dan lingkungan masyarakat itu sendiri.

Masing-masing masyarakat memiliki perbedaan partisipasi politik, yang disertai dengan kadar politik yang juga bervariasi. Dalam hal ini, Milbrath yang mengemukakan 4 (empat) faktor yang mendorong orang berpartisipasi politik, yang dikutip oleh Toto Pribadi sebagai berikut:56 (1). Adanya perangsang, (2). Faktor karakteristik pribadi seseorang yang berwatak sosial dan punya kepedulian besar terhadap problem masyarakat biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik, (3). Faktor karakter sosial seseorang yang menyangkut status sosial ekonomi yang

54

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, Partisipasi Politik: Tak Ada Pilihan Mudah, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 3.

55

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 2.

56

Toto Pribadi, dkk. Sistem Politik Indonesia, Jakarta, Universitas Terbuka. 2006, hal. 34.

akan ikut mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku seseorang dalam politik, (4). Faktor situsai dan lingkungan politik yang kondusif membuat orang dengan senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam proses politik menurut Myron Weiner yang dikutip Arifin Rahman mengungkapkan ada lima faktor penyebab timbulnya partisipasi yaang luas:57

1. Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi, intelektualitas, pendidikan, dan pengembangan media komunikasi.

2. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial.

3. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern.

4. Konflik antara kelompok-kelompok pemimpin politik; kompetisi perebutan kekuasaan dalam mempresentasikan partisipasi masyarakat. 5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan

kebudayaan.

Apabila dilihat dari bentuknya, Partisipasi politik memiliki dua ketegori bentuk. Pertama, ada yang sifatnya mandiri/otonom. Yaitu individu dalam melakukan kegiatannya atas dasar inisiatif dan keinginan sendiri-sendiri, atau individu yang sudah cerdas dalam politik yang merasa memiliki tanggung jawab politik sebagai warga Negara. Yang Kedua, disebut dengan Mobilized Political

57

Participation. Yaitu, partisipasi yang dilakukan karena diminta atau digerakan oleh orang lain dan bahkan dipaksa oleh kelompoknya.58

Menurut Samuel P. Huntington, partisipasi politik dapat dikategorikan kedalam bentuk-bentuk sebagai berikut :59

1. Electoral actifity, adalah kegiatan yang secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta memberikan dana sebuah kampanye partai politik, memberikan suara, dan mengawasi perhitungan pemilihan suara.

2. Lobbying, tindakan seseorang atau kelompok menemui seseorang dengan masksud mempengaruhi seseorang untuk turut serta dalam masalah tertentu.

3. Organizational Actifity, keterlibatan warga masyarakat kedalam berbagai organsasi sosial dan politik baik sebagai anggota.

4. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh warga Negara dengan langsung mendatangi maupun menghubungi lewat media.

5. Violence, adalah cara yang ditempuh melalui jalan kekerasan untuk mempengaruhi kebijaakan.

Bentuk-bentuk partisipasi seseorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya dan memiliki perbedaan bentuk dan intensitasnya. Orang yang melakukan partisipasi secara tidak intensif yaitu kegiatan kegiatan yang tidak

58

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, Partisipasi Politik: Tak Ada Pilihan Mudah, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 8.

59

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, Partisipasi Politik: Tak Ada Pilihan Mudah, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 1998, hal. 17.

banyak menyita waktu dan biasanya tidak berdasarkan prakarsa sendiri, aeperti memberikan suara dalam pemilu. Sebaliknya, orang yang secara aktif dan melibatkan diri secara penuh dalam politik jumlahnya sangat sedikit dan terbatas. Seperti meencalonkan diri sebagai Presiden, anggota legislatif, dan sebagainya.60 Pernyataan tersebut dideskripsikan Miriam Budiarjo dan Rafael Raga Maran secara klasifikasi piramida pada lampiran ke-3. Dimana pada puncak kelas teratas terdapat orang-orang menduduki jabatan politik maupun jabatan birokratis, karena mereka dianggap mempunyai kepentingan langsung dengan pelaksana kekuasaan politik formal.61

Partisipasi dalam bentuk partai politik dan kelompok kepentingan dapat bersifat aktif maupun pasif. Partisipasi aktif merupakan kegiatan seseorang dalam aktivitas politik dengan menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam suatu organisasi politik, memberikan dukungan keuangan, atau membayar iuran anggota dan aktif menjaga melaksanakan Anggaran Dasar Partai.62

Mochtar Mas’oed mengutip Collin Andrews membagi partisipasi menjadi

dua bentuk yang Konvensional dan Non-Konvensional.63 kegiatan konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern, yang dapat berupa : pemberian suara (Voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan, dan komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. Sedangkan partisipasi

60

Miriam Budiarjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003, hal. 8

61

Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Rineka Cipta. 2001, hal.149. 62

Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Rineka Cipta. 2001, hal.149. 63

Mochtar Mas’oed, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta, Suara Bebas, 2006 hal. 46.

konvensional adalah kegiatan yang dilakukan secara legal maupun illegal dan revolusioner yang bisa berbentuk : pengajuan petisi, demonstrasi, konfrontasi, aksi mogok, kekerasan politik dan anarkhisme politik.

Dokumen terkait