• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Upaya Pemerintah Adat Kajang Ammatoa dalam Pemberdayaan Masyarakat Adat Kajang Ammatoa

3. Pasang Ri Kajang Sebagai Hukum Yang Berlaku di Kawasan Adat Kajang Ammatoa

Hukum yang berlaku di kawasan adat Kajang Ammatoa adalah hukum adat yang berasal dari sumber hukum adat Kajang Ammatoa yaitu Pasang ri Kajang, dalam menjaga eksistensi masyarakat adat Kajang Ammatoa, ketua adat tidak memperbolehkan adanya aturan atau hukum yang berlaku di dalam kawasan adat selain dari hukum adatnya sendiri, meski hukum negara sekalipun.

Hukum negara yang formal di anggap tidak dapat di terapkan di dalam kawasan adat Kajang Ammatoa karena tidak relevan dengan pola hidup masyarakat adat Kajang Ammatoa, dan ini di atur oleh Pasang yang di kutip dari hasil wawancara dengan Galla’ Puto sebagai berikut ;

“Simula-mulanna lino narie todo’ i timbolo, simula-mulana rupa tau narie’ todo’i Ammatoa, ia minjo natoa’ ada’a nasaba rie’ I linoa rie’

todo;i ada’a”(hasil wawancara GP,21 September 2014) Artinya :

Pertama kali tercipta dunia adalah tombolo (hutan adat Kajang Ammatoa), pertama kali manusia dicptakan ialah Ammatoa yang hidup di

tombolo (hutan Tanah Toa), itulah sebabnya lebih d hormati adat istiadat karena pertama kali dunia tercipta atau ada, adat juga adat”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas yang dilakukan penulis dengan Galla’ Puto di simpulkan bahwa penolakan masyarakat adat Kajang Ammatoa terhadap pemberlakuan hukum formal di dalam kawasan adat Kajang Ammatoa, disadari oleh Pasang diatas karena menurut mereka hukum adat yang bersumber dari Pasang adalah hukum atau aturan yang terbaik bagi masyarakat adat Kajang Ammatoa karena bersumber dari tu rie’ a’ra’na (Tuhan) yang di ajarkan kepada Ammatoa yang pertama yag menjadi sumber asal mula Pasang dan diyakini sebagai aturan terbaik dan paling benar karena bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sedangkan hukum formal itu baru, dan di rumuskan oleh manusia sendiri yang senantiasa berubah-ubah karena banyak kekurangan dan kesalahan, dan ini sangat berbanding terbalik dengan Pasang ri Kajang yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Besar. Pasang ri Kajang bagi masyarakat adat Kajang Ammatoa diyakini kebenarannya dan relevan dengan pola hidup masyarakat adat Kajang Ammatoa yang menganut paham Tau Kamase-Masea.

Terbukti dengan keberadaan masyarakat adat Kajang Ammatoa yang mampu bertahan di tengah arus moderenisasi yang berkembang pesat saat ini, tapi masyarakat adat Kajang Ammatoa tetap hidup sederhana dengan mengikuti Pasang ri Kajang sehingga tetap hidup makmur dan berkecukupan serta hutan adat tempat tinggal Ammatoa yang pertama di dunia ini tetap terjaga dan terlestarikan sama seperti sejak dahulu tanpa ada perubahan sedikitpun.

70

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dari lokasi penelitian, penulispun menyimpulkan kesimpulan dari penelitian ini kedalam tiga poin yaitu:

1. Bentuk kerja sama antara pemerintah adat Kajang Ammatoa dan pemerintah Desa Tana Toa adalah dengan menjalin sebuah hubungan kerja sama berbentuk relasi yang diwujudkan dengan kebijakan pemerintah adat Kajang Ammatoa yang memberikan jabatan dalam sietem kelembagaan pemerintahan adat Kajang Ammatoa, yang bergelar Galla’ Lombo’ yang merupakan sebuah jabatan pemerintahan adat Kajang Ammatoa kepada yang menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Tana Toa yang memiliki tugas tersendiri secara fungsional yaitu sebagai orang bertugas mengutus masyarakat adat Kajang Ammatoa untuk menghadiri undangan dari luar kawasan adat Kajang Ammatoa, diantaranya menghadiri undangan pertemuan dari pemerintah Daerah atau Kabupaten Kota dalam rangka mementaskan tarian adat atau memperkenalkan budaya masyarakat adat Kajang Ammatoa, juga sebagai pemerintah adat yang berhak memberikan orang-orang yang berasal dari luar kawasan adat untuk memasuki kawasan adat Kajang Ammatoa dan sebagai mediator antara pemerintah adat Kajang Ammatoa dengan pemerintah Daerah khususnya pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam memusyawarahkan sebuah kebijakan baru yang ingin diterapkan di kawasan adat Kajang Ammatoa.

2. Bentuk peran pemerintah Desa Tana Toa dan pemerintah adat Kajang Ammatoa dalam pelestarian hutan adat Ammatoa ditunjukkan dengan pemerintah Desa Tana Toa yang meminta pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk membuat peraturan daerah sebagai payung hukum perlindungan kawasan adat Kajang Ammatoa yang memberikan wewenang secara utuh kepada pemerintah adat Kajang Ammaoa dalam mengelola segala aspek yang ada didalam kawasan adat Kajang Ammatoa baik dari pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya sesuai dengan aturan adat yang bersumber dari hukum adat yaitu Pasang Ri Kajang tanpa ada campur tangan dan intervensi dari pihak luar.

3. Bentuk upaya pemerintah adat Kajang Ammatoa dalam pemberdayaan masyarakat adat Kajang Ammatoa dan pelestarian hutan adat adalah dengan menjaga kebenaran dan keaslian Pasang Ri Kajang dengan tidak mengurangi atau menambahkan sesuatu kedalamnya karena fungsinya sebagai aturan adat yang berlaku dalam kawasan adat Kajang Ammatoa yang diwariskan dari leluhur mereka dan diyakini sebagai aturan yang paling benar oleh masyarakat adat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan berdampingan di kawasan adat Kajang Ammatoa, dengan eksistensinya yang mampu bertahan dari masa-kemasa tanpa ada perubahan sedikitpun meskipun hanya disampaikan secara lisan atau tersirat dari leluhur mereka.

B. SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan diatas penulis menyarankan yakni:

1. Bentuk kerja sama antara pemerintah adat Kajang Ammatoa dan pemerintah Desa Tana Toa ialah dengan tetap mempertahankan dan mejaga keharmonisan hubungan kerja sama antara kedua pihak agar terjalin huubungan emosional yang baik dan tetap besama-sama mewujudkan tujuan melestarikan hutan adat sebagai sebuah warisan leluhur yang sangat berharga yang tidak ternilai harganya juga agar hubungan kerja sama ini bisa dijadikan contoh oleh masyarakat ada yang lain bahwa pemerintah adat dan pemerintah formal bisa berdampingan dalam menjaga aset-aset adat yang dilindungi oleh adat.

2. Bentuk peran pemerintah Desa Tana Toa dan pemerintah adat Kajang Ammatoa dalam pelestarian hutan adat Ammatoa ialah pemerintah Desa Tana Toa harus lebih giat dalam mengevaluasi perkembangan rencana pembuatan peraturan daerah Kabupaten Bulukumba yang memberikan wewenang secara utuh kepada pemerintah adat Kajang Ammatoa dalam mengelola segala aspek dalam kawasan adat baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya agar cepat terealisasi.

3. Bentuk upaya pemerintah adat Kajang Ammatoa dalam pemberdayaan masyarakat adat Kajang Ammatoa dan pelestarian hutan adat ialah dengan pemerintah adat Kajang Ammatoa yang harus tetap menjaga kebenaran dan keaslian dari Pasang Ri Kajang tanpa ada sedikitpun perubahan baik dikurangi

maupun ditambah didalamnya, agar masyarakat adat Kajang Ammatoa tetap patuh dan taat terhadap aturan adat yang mampu menjaga dan melestarikan hutan adat Kajang Ammatoa yaitu Pasang Ri Kajang.

74

Hasanah, Awaiiyah., 20J3. Definisi Desa, Pedesaan, Kota, Dan Pericotaan, Jakarta: Erlangga

Halirna, Dwi., 2013. Hutan Adat, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Hadikusuma, Hilman., 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung:

Mandar Maju.

Keraf, A,S., 2010. Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Koesnoe, Moh., 2009. Cataian-Caiaian Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini, Jakarta: Airlangga.

Madani, Muhlis., 2013, Dimansi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moeliono, Moira., 2011. Hutan Adat, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ningrat, A,A., 2004. Karakteristik Kesatuan Adat, Jakarta: PT. Bina Aksara.

NurchoJis, Hanif., 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga.

Nugroho, Setiadi., 2011. Jenis Interaksi Sosial. Jakarta pada Nobember 2011 .(www.scribd.com/doc/34826071/46/B-Jenis-Hubungan-Sosial).

Pumama, Bagus., 2012. Pengertian Desa Memurut Ahli. Jakarta pada 10 Oktober 2012.(http://bagusspurnama.blogspot.com/2012/10/pengertian-tentang-desa.html).

Ramadhan., 2009. Pola Hubungan Relasi Sosial, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Sirajuddin, Munira., 2000. Mencermati Makna Pesan Di Kajang, Jakarta: Citra Adi Bangsa.

Subianto, 2014. Pengertian Desa. Desa Dan Kota, Jakarta pada 12 Agustus 2014.

(http://www.subiantogeografi.wordpress.com/2014/08/pengertiandesa).

Suhandi., 2002. Perilaku Masyarakat Adat, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

\Suhartono. 2000. Parlemen Desa Dinamika Kelurahan dan DPRK Gotong Royong, Yogyakarta: Lapera.

Sulkamain.. 2010. Masyarakat Adat Tradisional, Jakarta: Erlangga

Survadi. Suer., 2013. Eksistensi Hutan Adat Dalam Pembangunan Kehutanan Di Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, Sumandi,, 2003. Metodologi Penelitian, Jakarta: PTRaja Grafindo.

Taliziduhu, Ndraha., 2001. Dimensi-Dhnensi Pemerintahan Desa, Jakarta: PT.

Bina Aksara.

Widjaja, AW., 2002. Pemerintahan Desa dan Adnimistrasi Desa Menurut UU Nomor 5 Tahun 1979, Jakarta: PT. Raja Graftndo Persada.

---2003. Pemerintahan Desa / Marga Bedasarkan Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

---2012. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat Dan Utuh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.