• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKS

3. Pasca Produksi

Pasca produksi program merupakan tahap akhir dari rangkaian proses produksi program, di dalamnya terdapat pemilihan gambar hasil shooting di lapangan dan editing, seperti yang diungkapkan Fred Wibowo, yaitu12:

11

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.

12

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 100.

Riset lokasi dan melakukan perizinan terhadap petinggi setempat Cross check treatment atau segmentasi Melaksanakan liputan

a. Pemilihan gambar hasil shooting (logging), kemudian melakukan editing off line;

b. Hasil editing off line dibuat naskah, apabila dibutuhkan narasi, harus ditulis dalam naskah. Naskah lengkap yang berisi susunan gambar dan narasi disebut editing script;

c. Berdasarkan editing script kemudian dibuat editing on line. Dalam editing on line semua harus sudah pasti. Jadi, editing on line merupakan editing final;

d. Proses selanjutnya adalah mixing. Dalam mixing, narasi dan music ilustrasi dimasukkan dan dicampur di tempat yang sudah direncanakan dalam editing script.

Tahap pasca produksi Lentera Indonesia dikerjakan oleh reporter, VJ, editor, dan produser madya. Editor memiliki peran besar dalam tahap akhir ini, namun tak lepas dari kru Lentera Indonesia lainnya karena masing-masing memiliki tugas yang dilakukan dalam menyelesaikan setiap episode sebelum siap tayang.

Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil liputan (logging) atau dalam produksi

Lentera Indonesia disebut rough cut. Reporter kemudian membuat naskah untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing13.

Pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts atau dimasukkan ke dalam sebuah database yang memiliki kapasitas ribuan gigabyte yang disebut server dengan kode tertentu14.

Data yang telah diinjects ke server tersebut sudah berbentuk low rest kemudian disalurkan ke komputer rough cut yang berada di lantai 28 untuk diolah tim Lentera Indonesia15. Data yang masih terdiri dari gambar- gambar hasil liputan tersebut dipilah oleh VJ untuk keperluan editing, menyeimbangkan gambar dengan naskah. Pemilahan gambar dimaksudkan untuk menyaring gambar-gambar yang tidak mendukung, seperti gambar blur atau kurang pas hasilnya.

Reporter selanjutnya membuat naskah dan rincian penggunaan biaya selama proses produksi di lapangan. Naskah yang dibuat reporter tidak lepas dari segmentasi yang telah dibuat saat pra produksi karena

13

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

14

Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

15

Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

segmentasi tersebut yang menjadi acuan produksi. Pembuatan naskah tersebut, mengutip dari Khairil Hanan Lubis, berlangsung selama kurang lebih tiga hari namun jika deadline penyerahan naskah terlalu berhimpit dengan tanggal produksi, maka pengerjaannya bisa berlangsung selama satu hari penuh16.

Naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki17. Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit.

Editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit.

Proses editing di dalam program Lentera Indonesia tidak memiliki ketentuan khusus. Sebagaimana yang diungkapkan Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia,

“Kadang-kadang kalau memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar. Jadi nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini,

16

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

17

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

harus begitu, yang penting ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir..”18.

Namun hal tersebut tidak menjadikan proses editing Lentera Indonesia tidak memiliki alur. Keterampilan dan pengalaman editor dalam melakukan edit menjadi faktor pendukung kekuatan proses tersebut.

Jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa audio terdiri dari tiga hal, yaitu 19:

a. Natural Sound : athmosphere seperti suara angin;

b. Chit Chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang; c. Sound Bite : suara wawancara narasumber atau narator.

Ketiga komponen audio tersebut saling mendukung dan memberikan kelengkapan untuk video liputan. Terlebih dari itu, program televisi merupakan program yang menghadirkan video dan audio sehingga harus saling mendukung dan berhubungan.

Dubbing atau suara narator disesuaikan dengan naskah yang telah diedit oleh produser. Ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses

18

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

19

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara keseluruhan.

Ketika naskah, gambar atau video, dan dubbing telah siap, selanjutnya dapat dikerjakan oleh editor. Editor menggunakan software editing video bernama Velocity20. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing.

Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah video untuk kualitas Full High Definition (HD) yang memang menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. TV. Masing- masing program NET memiliki software tersendiri dalam melakukan editing. Software yang mampu digunakan untuk mengolah HD adalah Velocity, Adobe Premiere, dan Edius21.

Editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan jam22.

20

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

21

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

22

Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

Seluruh hasil liputan yang telah mengalami proses edit menjadi serangkaian video yang utuh menjadi sebuah tayangan, namun prosesnya tak berhenti sampai di situ. Rangkaian video liputan tersebut kemudian memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing.

Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit lebih.

Sebelumnya, durasi utuh siap tayang yaitu 26 menit, namun diperpendek menjadi 24 menit. Waktu tayangan di televisi yang disediakan untuk Lentera Indonesia adalah 30 menit, mulai pukul 14.30 WIB hingga 15.00 WIB, tiap Sabtu dan Minggu23.

Seperti yang dituturkan oleh Produser Madya Lentera Indonesia, Satria Purnatama, bahwa pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk.

“Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,”24.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia dikatakan sebagai program semi-dokumenter25. Sebuah program

23

Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

24

Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

dokumenter yang berada di bawah naungan industri akan mengalami pergeseran durasi karena sebuah perusahaan media pasti memiliki relasi terhadap iklan.

Proses editing secara keseluruhan berlangsung selama empat hari. Tiga hari digunakan untuk editing, sehari selanjutnya digunakan untuk preview dan finishing. Setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga master on air disimpan di master control room (MCR), atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi26.

Data-data yang dikerjakan selama proses editing kemudian didelete atau dibuang dari komputer yang digunakan di editing room. Data-data tersebut tersimpan di dalam server dalam bentuk timeline27.

Ketika editing, editor beberapa kali pernah mengalami kekurangan gambar dalam mengedit liputan. Misalnya dalam sutau liputan, seharusnya ada gambar orang berjalan namun yang ditekankan dalam shoot tersebut adalah kaki yang tengah berjalan agar lebih bermakna, tetapi gambar tersebut tak ada, maka editor akan menyiasatinya dengan menggunakan stock shot. Editor selalu menyimpan gambar-gambar yang bagus agar

25

Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

26

Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

27

Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

VJ memilah video-video hasil liputan (logging) Reporter membuat naskah Produser mengedit naskah Membuat dubbing Editor melaksanakan editing video Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master control room

(MCR)

Lentera Indonesia siap ditayangkan

pada Sabtu dan Minggu

kelak jika hal tersebut terjadi, maka dapat diatasi dengan stock shot tersebut untuk melengkapinya28.

Alur pasca produksi Lentera Indonesia digambarkan sebagai berikut:

Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia

B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model

Dokumen terkait