• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia Di Net

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia Di Net"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Dewi Apriani

NIM: 1111051100059

KONSENTRASI JURNALISTIK

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Dewi Apriani

1111051100059

Pembimbing:

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP: 19710412 200003 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 Juni 2015

(4)

dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Jurnalistik.

Jakarta, 7 Juli 2015

Sidang Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Roudhonah, M. Ag Dra. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 19710412 200003 2 001 NIP. 19580910 198703 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Kholis Ridho, M. Si Umi Musyarrofah, MA

NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Pembimbing

(5)

i

Dewasa ini, televisi menjadi media yang kerap diakses masyarakat. Tiap stasiun televisi berlomba menyajikan acara yang segar dan menarik. Program yang pasti disajikan tiap televisi ialah berita. Program berita menjadi ciri khas sebuah stasiun televisi, termasuk NET dalam menyajikan berita dokumenter Lentera Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan mayornya adalah apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia? Kemudian pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Milles dan Huberman, analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.

Program acara televisi merupakan “ujung panah” bagi sebuah stasiun televisi, termasuk program berita. Selain menghadirkan berita langsung, NET juga menghadirkan berita features dan dokumenter. Berita dokumenter Lentera Indonesia menyajikan konsep pengabdian anak bangsa terhadap Indonesia, di mana seorang atau sekelompok warga menjadi ‘lentera’ bagi kaum yang membutuhkan. Lentera Indonesia berupaya mengajak Indonesia untuk membuka mata dan mengulurkan tangan terhadap mereka yang membutuhkan. Produksi program tersebut terdiri dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. tahap pra produksi dimulai dari penentuan tema, riset issue, dan rapat ide. Tahap produksi dilakukan di luar daerah maupun di Jakarta. Pasca produksi terdiri dari logging oleh video journalist, pembuatan naskah, editing, pemotongan durasi, dan siap siar. Dalam proses produksi terdapat kendala dan tantangan yang dihadapi oleh tim produksi, di antaranya yaitu kota terpencil yang jauh, proses editing yang mengalami gangguan, dan lain sebagainya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Lentera Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding program dokumenter lainnya, yaitu mengangkat kondisi rakyat yang jauh dari kemakmuran dan produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia memiliki tiga tahap utama, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta memiliki kendala dan tatangan tersendiri.

(6)

ii

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah Yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang yang telah memberikan segala nikmat, karunia, dan

anugerah yang tak terhingga bagi seluruh umat manusia di bumi. Tiada cinta yang

melebihi cinta-Nya kepada seluruh makhluk cipataan-Nya.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah SWT yang

telah memperjuangkan Islam sebagai penerang dan petunjuk pengikutnya di

seluruh muka bumi untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat, Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, serta seluruh pengikutnya

yang tetap istiqomah di jalan Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini

banyak mengalami kesulitan, hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun, cinta,

motivasi, semangat, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak

membuat penulis tetap bersiaga menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena hal tersebut, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan

rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I Bidang

(7)

iii

Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, MA, sekaligus dosen

pembimbing yang selalu siap memberikan bantuan dan saran kepada penulis.

3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis.

4. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karyawan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan karyawan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi

kemudahan penulis untuk memperoleh referensi selama kuliah dan

penyelesaian skripsi ini.

5. Pihak NET, Kak Farabi, Mas Bayu, Mbak Decil, Mas Hanan, Mas Ryan, Mas

Satria, Mas Erwin, Mbak Anis, serta seluruh tim Lentera Indonesia yang

selalu membantu penulis dalam penelitian.

6. Special thanks to Arieza Nanda Aulia Muzaki, lelaki istimewa, suami yang

selalu siap dalam apa pun, terutama bantuan, doa, semangat, dan dukungannya

dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

7. Kepada Ibuku tercinta, Mama Annisa, yang selalu berdoa, memotivasi dan

mendukung tanpa henti, dan Bapakku tersayang, Alm. Bapak Alwi, terima

kasih untuk seluruh doamu. Juga untuk orangtuaku, Ayah Zain dan Mama

(8)

iv

8. Sahabat-sahabatku, Fitriyah, Dita Amelia, Fitri Wahyuningsih, Hizkia, Andre,

Yosua, Alm. Devitho, Ferdina, Vierca, Hana, dan Dina yang menyayangiku.

Juga sahabat kecilku, Lina Aminah dan Asri Legani.

9. Keluarga Besar Jurnalistik A dan B 2011. Kalian begitu istimewa untukku.

Semangat dan terus berjuang demi meraih masa depan dan impian.

10.Keluarga besar HMK Jurnalistik, Jurnalistik 2010, 2012, dan 2013. Kalian

sungguh rekan yang luar biasa. Teruslah berjuang untuk masa depan.

11.Teman-temanku, Maulana, Umamah, Keluarga DnK TV, Keluarga CorCom

Dompet Dhuafa 2014, Kawan-kawan Daarul Qur’an Media 2015,

kawan HMI Komfakda, Keluarga Besar KKN Valensi 2014, dan

kawan-kawan Litbang Harian Kompas Jakarta.

Akhir kata, semoga segala bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamin.

Jakarta, 29 Juni 2015

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka……. ... 12

F. Sistematika Penulisan… ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Analisis Deskriptif……… . 16

1. Pengertian Analisis ... 16

2. Pengertian Deskriptif ... 16

3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan Huberman ... 19

4. Produksi Siaran ... 24

(10)

vi

c. Pasca Produksi ... 31

B. Siaran Berita………. . 33

1. Pengertian Siaran ... 33

2. Pengertian Berita... 34

3. Berita Dokumenter ... 36

a. Pengertian Dokumenter ... 36

b. Tingkatan Dokumenter ... 38

4. Jenis Berita Televisi ... 40

a. Berita Keras (Hard News) ... 41

b. Berita Lunak (Soft News) ... 42

C. Nilai Berita………. 44

BAB III GAMBARAN UMUM NET. DAN LENTERA INDONESIA A. NET.. .. ... 47

1. Sejarah Berdirinya NET ... 47

2. Profil NET ... 48

3. Logo NET. TV ... 55

4. Struktur Organisasi NET ... 57

(11)

vii

3. Redaksi Lentera Indonesia ... 63

4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” ... 64

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI A. Pelaksanaan Produksi ... 66

1. Pra Produksi ... 66

2. Produksi……… 69

3. Pasca Produksi ... 73

B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman ... 81

C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia... 99

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan……….. . 104

B. Saran……… . 108

DAFTAR PUSTAKA………. .... 110

(12)

viii

Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia ... 63

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir ... 19

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ... 24

Gambar 3. Visi Misi NET ... 51

Gambar 4. Founder NET ... 51

Gambar 5. Co-Founder NET……….... 53

Gambar 6. Logo NET …... 55

Gambar 7. Logo Lentera Indonesia ... 63

Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia ... 68

Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia ... 73

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, dunia semakin dikuasai oleh kecanggihan teknologi dan

informasi. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang

berkembang pesat. Teknologi-teknologi yang berkembang tersebut pun

berlomba menghadirkan fitur-fitur mewah dan lengkap agar dapat bertahan di

tengah masyarakat. Kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan untuk

penyebaran informasi-informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh

masyarakat.

Media massa, baik cetak maupun elektronik, berlomba menyajikan

informasi-informasi kepada masyarakat dengan medianya masing-masing.

Setiap hari, tak terhitung berapa banyak informasi yang dapat diakses

masyarakat dengan mudah melalui media-media tersebut. Selama itu pula,

media-media mencoba memberikan informasi-informasi atau pun sajian

tayangan yang menarik dan informatif bagi publik.

Media-media, baik yang cakupannya lokal maupun nasional, mengikuti

perkembangan zaman yang semakin pesat. Jika tidak demikian maka

(14)

acuan utama publik dalam mendefinisikan sebuah perkara ataupun realitas1.

Menurut Denis McQuail (2000) seperti dikutip Morissan, media massa

memiliki sifat dan karakteristik yang luas sehingga dapat menjangkau massa

dalam jumlah besar, serta bersifat publik dan mampu memberikan popularitas

kepada siapa saja yang muncul dalam media tersebut2. Media berperan besar

bagi masyarakat. Sejak pertama kemunculannya, media telah menarik

perhatian masyarakat atas kegunaan dan manfaatnya. Sudut pandang

masyarakat terhadap segala sesuatu pun dibentuk oleh media. Terlebih hingga

saat ini, media-media semakin menarik untuk dikonsumsi lebih jauh oleh

masyarakat. Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat.

Membicarakan media, tentu tak lepas dari bentuk-bentuk yang hadir di

tengah masyarakat, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, radio, internet,

dan lain sebagainya. Masyarakat tentu telah merasakan manfaat-manfaat dari

media-media tersebut karena begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tak

hanya itu, kehadiran media-media tersebut juga dengan mudah dapat diakses

oleh masyarakat. Media-media tersebut seolah menjadi hal yang wajib

dimiliki oleh masyarakat, tentu fenomena tersebut timbul karena kecanggihan

teknologi.

Banyaknya media massa yang berkembang tersebut, televisi sebagai salah

satu yang digemari oleh masyarakat. Sifatnya yang audio visual dapat dijamah

oleh semua kalangan. Bagi mereka yang tuna netra dapat mengaksesnya

1

Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. Hal. 1

2

(15)

melalui audio dan sebaliknya bagi yang tuna aksara dapat mengaksesnya

melalui gambar dan audio. Kelebihan tersebutlah yang menjadikan televisi

sebagai primadona bagi masyarakat. Hampir setiap rumah, rumah makan, dan

tempat lainnya, dapat dipastikan memiliki televisi, setidaknya satu buah.

Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang mengalirkan

muatan proyeksi gambar yang terbentuk dengan pendekatan sistem lensa dan

suara. Pancaran sinyal tersebut diterima oleh antena televisi yang kemudian

diubah kembali menjadi gambar dan suara. Penyelenggaraan siaran televisi

tersebut harus didukung tiga komponen yang disebut trilogi televisi, yaitu

studio dengan sarana-sarana yang menunjang, pemancar atau transmisi, dan

pesawat penerima, yaitu televisi3.

Televisi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa

lainnya. Pakar komunikasi, John N. Bailey dalam artikelnya “Internal

Communication Media” (1983), seperti yang dikutip Purnama Suwardi,

mengatakan beberapa keunggulan televisi dalam kehidupan modern, di

antaranya4:

1. Media audio-visual mampu mempersembahkan pemikiran maupun gagasan yang melibatkan gerakan yang tidak digambarkan secara fisik oleh media cetak;

2. Media audio-visual mengombinasikan pengaruh dari visual, suara, drama, gerakan, warna, dan musik;

3. Mampu menarik secara terus menerus perhatian khalayak yang captive terhadap pesan-pesan yang disampaikan meskipun waktunya panjang; 4. Mampu mengetengahkan peristiwa maupun catatan yang lebih dipercaya; 5. Mampu mempertunjukkan proses kejadian yang dalam kenyataannya tidak

bisa dilihat dengan mata telanjang;

3

Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 2

4

(16)

6. Mampu mempersingkat jarak dan waktu;

7. Mampu memperbesar, memperkecil, atau memnyederhanakan objek melaluiilustrasi penggunaan teknik fotografi, kartun, dan grafik;

8. Mampu mempersilahkan khalayak untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri dalam arti “seeing is believing”.

Televisi yang berperan sebagai penyampai informasi dan cakupannya luas

tentunya menjadi andalan bagi masyarakat untuk memperoleh segudang

informasi yang terbaru atau pun ulasan-ulasan lama yang dikemas dengan

konsep baru.

Perusahaan media televisi kini telah banyak berkembang sehingga

sekarang timbul sebuah istilah konglomerasi media, di mana penguasaha

media membentuk kerajaan media. Pembaharuan dunia media televisi telah

memberikan warna baru bagi dunia pertelevisian Indonesia. Kini telah muncul

stasiun-stasiun televisi baru yang lebih segar dan menarik untuk ditonton.

Setiap televisi memiliki program berita sebagai sebuah identifikasi stasiun

televisi tersebut. Program berita tersebut sebagai bentuk paket informasi yang

dianggap penting untuk disuguhkan kepada khalayak atau masyarakat luas.

Semakin baik berita yang disajikan oleh sebuah stasiun televisi maka

penonton pun akan tetap bertahan menyimak berita di stasiun televisi tersebut.

Berita pun memiliki jenis yang berbeda. Secara garis besar, berita

dikelompokkan menjadi dua, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak

(soft news). Berita keras (hard news) terdiri dari straight news, feature, dan

infotainment. Sedangkan berita lunak (soft news) dibagi atas current affair,

magazine, dokumenter, dan talk show5.

5

(17)

Semua stasiun televisi, baik lokal maupun nasional, memiliki program

berita hard news atau pun soft news. Namun, tiap stasiun televisi memiliki ciri

yang berbeda dalam menyajikan suguhan informasi bagi khalayak. Ciri

tersebut sebagai sebuah identitas atau identifikasi stasiun televisi tersebut.

Mereka berupaya untuk memberikan sajian informasi yang menarik dan

berbeda agar penonton betah berlama-lama menonton stasiun televisi tersebut.

Salah satu stasiun televisi yang memiliki sajian menarik dan segar adalah

News and Entertainment Television (NET). Televisi berbasis high definition

television (HD TV) yang mengudara sejak 26 Mei 2013 ini menyajikan

program-program yang dikemas menarik dan rapi. Berdasar pengamatan

sehari-hari, program-program NET dikemas dengan konsep yang menarik dan

segar serta lebih dinamis.

Salah satu program yang menarik bagi penulis untuk diteliti yaitu program

Lentera Indonesia. Program yang ditayangkan tiap akhir pekan pukul 14.30

WIB ini merupakan salah satu program berita berjenis soft news dengan

kategori dokumenter. Sejauh pengamatan penulis selama ini, belum ada

program dokumenter yang disajikan dengan konsep yang dimiliki oleh Lentera

Indonesia.

Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET yang diangkat dari

kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang

karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar

di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun6.

6

(18)

Lentera Indonesia menyajikan sebuah berita dalam bentuk dokumenter

mengenai anak bangsa yang mengabdi kepada bangsa Indonesia. Sebagai

upaya pencerahan bangsa Indonesia, bahkan hingga ke daerah perbatasan yang

terpencil. Penyampaiannya yang menyejukkan mata karena menyuguhkan

pemandangan yang asri dan elok di daerah tersebut sehingga menarik untuk

disimak lebih lanjut7.

Lentera Indonesia hadir dengan konsep yang segar dan mendidik.

Memberikan informasi kepada khalayak bahwa masih ada anak bangsa yang

patut dibanggakan. Selain itu, Lentera Indonesia tiap tayang memiliki judul

yang berbeda, sesuai dengan apa yang akan disajikan dalam episode tersebut.

Beberapa episode dengan judul yang menarik, di antaranya Paradoks Negeri

Bahari, Surat dari Tapal Batas-Tentara di Perbatasan, Tentara Wanita-Melati

Pagar Bangsa, dan lain sebagainya8.

Lentera Indonesia memiliki tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat”

berusaha memberikan tayangan yang bermutu dan mendidik untuk dapat

dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat dan segala jenis usia. Penyampaiannya

yang santai namun mendalam, memberikan inspirasi bagi khalayak untuk turut

serta menyimak perjuangan-perjuangan dan dedikasi serta semangat yang

tinggi dari para pegiat sosial tersebut.

Program televisi, terlebih berita dokumenter, pastinya memiliki

perencanaan dan proses produksi. Tiap stasiun televisi, pasti memiliki

7

http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29

8

(19)

standard operational procedur (SOP) masing-masing. Namun, tentunya

secara garis besar diperlukan langkah mendalam untuk menciptakan sebuah

program berita yang menarik, mendalam, dan berkualitas. Hal tersebut bisa

mencakup sarana produksi (equipment), materi produksi, hingga biaya

produksi.

Berdasarkan hal tersebut, pentingnya mengetahui tahapan dan

upaya-upaya produksi suatu program berita dokumenter yang sangat jarang disajikan

televisi lain, maka penulis melakukan penelitian proses produksi dengan judul

Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera

Indonesia di NET”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penelitian ini membutuhkan batasan masalah agar lebih terarah dan

mempermudah proses. Maka, batasan masalahnya berada pada bagaimana

proses produksi berita dokumenter, mulai dari pra produksi, produksi,

hingga pasca produksi atau siap siar.

2. Rumusan Masalah

Proses produksi siaran berita dokumenter tentu memiliki tahapan yang

diterapkan di dalam kinerja tim, di mana tahapan tersebut merupakan

langkah sistematis yang dilakukan oleh tim produksi untuk menghasilkan

(20)

hingga penayanangannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka rumusan

masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia?

2. Bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra

produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan

tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis melakukan

penelitian ini dengan tujuan:

1. Mendapatkan ilmu secara aplikatif bagaimana proses produksi,

dimulai dari pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi hingga siap

tayang, sebuah berita dokumenter yang menggunakan konsep

pengabdian pemuda-pemudi Indonesia di desa-desa yang belum

merata kesejahteraannya;

2. Mengkaji proses produksi siaran berita dokumenter Lentera

Indonesia di NET secara aplikatif.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

(21)

televisi, khususnya berita dokumenter. Maka dari itu, pemaparan

dalam penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang jurnalistik

televisi, terutama mengenai proses produksi berita dokumenter.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

menambah wawasan dan menginformasikan bagaimana produksi

berita dokumenter dibuat. Selain itu, bagi praktisi jurnalistik untuk

dapat memahami bagaiman prosedur yang baik dalam melakukan kerja

jurnalistik, terutama dalam bidang televisi, agar dapat menciptakan

berita yang berkualitas dan mendidik penonton.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis yang

menganggap bahwa media adalah saluran pertukaran pesan dan berita

adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu berita haruslah

sama dan sebangun dengan fakta yang dipilihnya, opini dan pandangan

subjektif dari pembuat berita harus disingkirkan9.

2. Metode dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

jenis deskriptif. Metode deskriptif merupakan eksplorasi dan klarifikasi

9

(22)

atas sebuah fenomena atau gejala sosial dengan cara menggambarkan atau

mendeskripsikan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti10. Penulis memaparkan sebuah fenomena yang terjadi secara

alamiah atau apa adanya. Metode ini dilakukan melalui pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi terkait subjek dan objek penelitian.

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang hendak menjelaskan

proses terjadinya suatu gejala termasuk sebab dan akibatnya11.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penelitian ini menggunkan teknik pengumpulan data dengan

observasi. Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan

mendatangi kantor stasiun televisi NET. TV guna mendapatkan

gambaran yang jelas melalui pengamatan langsung mengenai proses

produksi yang dilakukan oleh tim Lentera Indonesia.

b. Wawancara

Melengkapi pengamatan penulis, maka dilakukan wawancara

untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari pihak yang

bersangkutan. Penulis akan mewawancarai tim produksi Lentera

Indonesia, mulai dari kepala produksi, editor, hingga camera person.

10

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262

11

(23)

Teknik yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak

terstrukur, namun tetap mengacu kepada permasalahan utama dari

penelitian ini.

c. Dokumentasi

Peneliti akan mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian, berupa catatan, buku, naskah, foto,

teks wawancara atau pun arsip-arsip lain yang mendukung penelitian.

Dokumentasi tersebuta kan diolah sebagai bahan analisis dan

pemaparan hasil penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu cara melaporkan data

dengan menggambarkan atau menjabarkan mengenai proses produksi

program siaran berita dokumter Lentera Indonesia yang ditayangkan di

NET. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data lapangan melalui

pemilihan data “mentah” yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara penulis dengan narasumber yang kemudian ditransformasi

menjadi “sari” bahan analisis pertama. Kemudian mengumpulkan

data-data yang telah ditelaah dan dianggap penting untuk mendukung penelitian

penulis. Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut, penulis

(24)

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dimulai dari 11 Mei 2015 hingga 04 Juni

2015 dan tempat penelitian dilaksanakan di Gedung NET, The East

Tower, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Kav. E No. 1, Lantai 27-30,

Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka

guna mendapatkan pemetaan kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan

topik yang penulis angkat di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan

Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beberapa skripsi yang penulis temui dengan topik tentang analisis proses

produksi, antara lain:

1. Analisis Produksi Program Dialog TVRI Pada Tema “Penanganan

Terorisme”. Skripsi oleh Abdul Aziz (109051100061), Mahasiswa

konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.

Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian peneliti, yaitu mengenai

proses produksi yang terdiri dari tahap pra-produksi, produksi, dan

pasca-produksi. Namun, berbeda dalam penggunaan teori. Jika skripsi Abdul

Aziz tersebut menggunakan teori Fred Wibowo dan mengetahui peran

program tersebut dalam menangani masalah terorisme, sedangkan penulis

(25)

tentang peran program Lentera Indonesia atas media sebagai fungsi

jurnalistik.

2. Analisis Produksi Program Teras Tina Talisa di Indosiar. Skripsi oleh

Rini Pertiwi (18051100024), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut mengenai proses

produksi program talkshow yang membahas isu-isu para tokoh di

Indonesia dengan format acara bincang-bincang, sedangkan penulis lebih

menitikberatkan pada karya jurnalistik dokumenter yang menayangkan

dedikasi pemuda-pemudi Indonesia untuk negaranya.

3. Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran

Program Berita Reportase Minggu di Trans TV). Skripsi oleh

Nurhasanah (107051102311), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian yang dilakukan oleh

Nurhasanah tersebut menggunakan teori model komunikasi Bass (Arus

Berita) yang menjelaskan tentang proses pencarian dan pengumpulan

bahan berita dan proses produksi yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

pencarian berita dan pengolahan berita, sedangkan penulis menggunakan

teori model Miles dan Huberman yang menjelaskan tentang tahapan

analisis data dengan tiga alur, yaitu reduksi data, display data, dan

penarikan kesimpulan.

Sejauh pengamatan tersebut, belum ada yang meneliti program siaran

(26)

Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera

Indonesia NET”.

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Penulis menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

ini. Teori yang digunakan adalah teori produksi yang terdiri dari

pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sedangkan penelitian

penulis dalam menyusun karya ilmiah berlandasakn teori analisis

data Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman. Selain itu

terdapat pemaparan tentangsiaran berita, berita dokumenter, jenis

berita televisi, dan nilai berita.

BAB III GAMBARAN UMUM NET DAN LENTERA INDONESIA

Bab ini mengenai sejarah berdirinya stasiun televisi NET, visi-misi

(27)

NET. Selain itu, akan dijabarkan pula tentang profil program

Lentera Indonesia.

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI

Penulis memaparkan pelaksanaan produksi program Lentera

Indonesia yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap

pra-produksi, pra-produksi, dan pasca-produksi dan analisis produksi

program Lentera Indonesia dengan menggunakan analisis data

model Miles dan Huberman.

BAB V PENUTUP

Penulis menarik kesimpulan atas temuan dan analisis penelitian

yang didapatkan dan memberikan saran-saran sebagai masukan

(28)

16 A. Analisis Deskriptif

1. Pengertian Analisis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis adalah

penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,

dsb); 2Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan1.

2. Pengertian Deskriptif

Deskriptif secara bahasa berarti menggambarkan.Penelitian deskriptif

(descriptive research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan

menjelajah dan menglarifikasi sebuah fenomena sosial kemudian

menggambarkan melalui tulisan beberapa variabel yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti tersebut.

Ardial (2014:262) mengutip penuturan Nawawi (2003:63) tentang

penelitian deskriptif, sebagai berikut:

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah,yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,

1

(29)

dan lain-lain) pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya2.

Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengembangkan teori dengan

cara mendeskrispsikan fakta-fakta dan gejala yang terjadi agar

memperoleh data-data yang jelas mengenai hal tersebut.

Penelitian dengan metode deskriptif, mengutip dari Nawawi, Ardial

menyebutkan bahwa metode deskriptif dapat dikatakan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian yang dapat berupa

seseorang, lembaga, ataupun masyarakat dalam cakupan yang luas, pada

saat ini berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat.

Deskripsi fakta-fakta merupakan kegiatan permulaan dalam usaha

mengemukakan gejala-gejala sosial secara lengkap di dalam aspek yang

diteliti agar jelas kedaan yang terjadi di dalamnya. Penemuan gejala-gejala

tersebut tak hanya menunjukkan distribusinya, tetapi juga usaha

menemukan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.

Metode ini dilakukan untuk mengembangkan dan memberikan

penafsiran yang kuat dan sesuai terhadap fakta-fakta yang ditemukan

dalam penelitian. Metode deskriptif ini tak semata berbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data saja, melainkan juga menganalisis dan

menginterpretasi makna yang ada di dalam data penelitian tersebut.

2

(30)

Penelitian dengan analisis deskriptif ini dapat diwujudkan sebagai

usaha pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan

perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala,

mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar,

menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan, dan lain

sebagainya.

Jadi, secara singkat, analisis dengan metode deskriptif merupakan

kegiatan yang memiliki langkah-langkah dalam melakukan representasi

objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang

diteliti3.

Ciri metode deskriptif menurut Nawawi (2003) yang dikutip Ardial

adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian atau masalah-masalah yang bersifat aktual;

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti

sebagaimana adanya, diiringi interpretasi dan pencarian makna

yang rasional4.

Ada tiga bentuk pokok dari metode deskriptif, yaitu:

a. Survei

3

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263

4

(31)

Penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang

gejala-gejala yang timbul di dalam sebuah permasalahan.

b. Studi hubungan

Menemukan hubungan fakta-fakta secara objektif.

c. Studi perkembangan5

3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman

Sumber : https://insanajisubekti.files.wordpress.com/2013/03/reduksi.jpg

Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman memiliki pandangan

bahwa analisis kualitatif memiliki data-data yang yang berwujud kata-kata

dan bukan rangkaian angka. Data-data yang diperoleh dari lapangan

dikumpulkan dengan banyak macam cara, di antaranya melalui

wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan lain sebagainya, kemudian

diproses dengan pencatatan, penyuntingan, atau alih-tulis.

5

(32)

Analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa

analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan

perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif

yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk

penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa

menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.

Analisis Miles dan Huberman menggunakan model alir, yaitu analisis

dengan melalui tiga kegiatan yang terdiri dari reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi6.

Alur pertama adalah reduksi data yang dapat diartikan sebagai proses

pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data “mentah” yang muncul

dari catatan-catatan lapangan ketika penelitian. Data mentah di sini

merupakan data yang sama persis dengan yang ada di lapangan dan belum

mengalami proses pengolahan data. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadi tahapan reduksiselanjutnya yang berupa membuat

ringkasan, pengodean data, menelusuri tema-tema, dan membuat

kelompok-kelompok data7.

Reduksi data merupakan bagian dari kegiatan analisis. Dalam alur

reduksi data, terjadi proses pemilihan-pemilihan atas data yang didapat

dari lapangan.Kegiatan pemilahan data tersebut adalah tentang bagian data

6

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16

7

(33)

mana yang dikode, mana yang harus dibuang, bagaimana meringkas

sejumlah data yang tersebar, membuat pola-pola data, dan memilih

cerita-cerita yang sesuai dan mendukung penelitian.Reduksi data merupakan

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan

mengorganisasi data agar dapat menghasilkan kesimpulan yang utuh dan

kuat.Reduksi data dapat ditransformasikan dengan banyak cara, di

antaranya melalui seleksi halus, rangkuman atau parafrase, menjadikannya

pola yang besar, dan lain sebagainya8.

Reduksi data yang diartikan oleh Miles dan Huberman tentang data

kualitatif dalam penelitian sebagai berikut:

Secara sederhana dapat dijelaskan: Dengan “reduksi data” kita tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakandan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi yang ketat,melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu polayang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam angka-angka atau peringkat-peringkat (misalnya, seorangpenganalisis memutuskan untuk memandang kondisi wilayah penelitian ke dalam suatu kategori “tinggi” atau “menengah” dalam pemusatanadministrasinya), tetapi tindakan seperti itu tidak selalu bijaksana9.

Alur kedua adalah penyajian data atau model data.Kegiatan penyajian

data ini sebagai sebagai sekumpulan informasi yang telah tersusun dan

8

Emzir.Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012). Cet. 3.Hal. 129-130

9

(34)

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan10.

Penyajian data yang paling banyak digunakan pada penelitian kualitatif

adalah teks naratif. Ketika seorang peneliti melakukan penelitian maka ia

akan memperoleh data teks dalam jumlah yang banyak. Manusia

cenderung memiliki ketidakmampuan dalam memroses data dengan

jumlah besar dan berpencar-pencar, maka peneliti harus membuat data

lapangan tersebut menjadi praktis karena kecenderungan kognitif manusia

adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk

data yang mudah dipahami. Data-data yang berpencar dan tidak teratur

harus disusun dengan baik agar memudahkan peneliti dalam meng-coding

data.Menurut Faust (1982) dalam Miles dan Huberman (1992), teks naratif

dalam hal ini, melebihi beban kemampuan manusia dalam memroses

informasi dan mengurangi kecenderungan dalam menemukan pola-pola

yang sederhana.

Penyajian data (display data) hasil penelitian dipaparkan ke dalam

pembagian-pembagian data hasil reduksi dengan bentuk matriks, grafik,

jaringan, dan bagan. Rancangan dan pembagian tersebut dilakukan guna

memudahkan peneliti dalam melihat apa yang terjadi dan dapat

menentukan kesimpulan segera atau harus melakukan analisis lanjutan

yang berguna dalam penelitian yang tengah dilakukan.

10

(35)

Kegiatan analisis ketiga adalah penarikan kesimpulan/verifikasi.

Kegiatan ini merupakan konfigurasi utuh dari rangkaian kegiatan

penelitian, di mana peneliti akan menganalisis secara keseluruhan dengan

menemukan arti-arti sebuah keteraturan, pola-pola, penjelasan,

sebab-akibat, dan proposisi data lapangan yang telah diperoleh11.

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan

konfigurasi yang utuh.Kesimpulan-kesimpulan dapat ditemukan selama

penelitian tersebut berlangsung. Kegiatan penelitian tentu akan

menimbulkan persepsi bagi peneliti atas data temuannya di lapangan. Hal

tersebut yang membuat peneliti dapat melihat kesimpulan seperti apa yang

akan ditarik nanti. Penemuan kesimpulan di tengah penelitian terjadi

ketika peneliti mulai dapat memaknai data-data yang diperoleh, namun

makna-makna tersebut harus diteliti kebenarannya melalui uji validitas.

Jika tidak dilakukan maka peneliti hanya akan mendapatkan makna-makna

kosong yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.

Analisis data model Miles dan Huberman ini merupakan sebuah proses

yang memiliki siklus yang interaktif dan saling berkaitan. Tiga hal utama,

reduksi data, penyajian data (display data), dan verifikasi, sebagai sumbu

dalam melakukan penelitian. Ketiga tahapan tersebut harus saling

memiliki korelasi antar data yang diperoleh. Misal, ketika melakukan

pengkodean data dalam tahap reduksi data, peneliti harus menjuruskan

11

(36)

data yang direduksi tersebut sebagai gagasan baru guna dimasukkan ke

dalam suatu matriks atau bagan dalam penyajian data (display data).

Kemudian setelah matriks dan bagan tersebut terisi maka kesimpulan awal

dapat ditarik, tetapi hal tersebut harus menggiring pada pengambilan

keputusan, apakah akan menambah kolom pada matriks untuk menguji

kesimpulan tersebut atau melanjutkan melakukan analisis kembali.

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

4. Produksi Siaran

1. Pengertian Produksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi adalah

proses mengeluarkan hasil. Demikian maka produksi berarti sebuah

runtutan atau rangkaian kegiatan yang menghasilkan sebuah produk.

Sama halnya dalam produksi berita televisi, di dalam kegiatan tersebut

memiliki tujuan, yaitu menghasilkan suatu informasi yang dikemas dengan

(37)

2. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu tahap dalam tindakan yang runtut

dan selaras dalam menghasilkan atau membuat sebuah produk. Pembuatan

sebuah program televisi harus mengikuti prosedur yang biasa dilakukan

untuk menghasilkan sebuah produk jurnalistik yang berkualitas. Proses

produksi program televisi melibatkan banyak orang dan seluruh jabatan

dalam tim produksi, dari produser hingga juru kamera (camera person).

Membuat program televisi pasti melalui tahapan yang panjang dan rumit,

karena hal tersebutlah perlu adanya tim produksi dan standar operasional

prosedur (SOP).

Departemen produksi berita pada umumnya memiliki desain produksi

sesuai dengan target yang ingin dicapai. Rancangan produksi program

televisi didesain oleh tim kreatif berdasarkan dengan konsep yang dituju

dan visi misi stasiun televisi tersebut.

Strategi pengembangan desain program yang dilakukan tim kreatif

merupakan salah satu kegiatan Departemen Programming. Setelah tim

keratif mendesain program, kemudian didistribusikan kepada tim

programming untuk menjadi panduan produksi.

Tahapan-tahapan produksi berita televisi harus dilakukan secara

berurutan.Tahapan pertama harus diselesaikan sebelum berlanjut ke tahap

(38)

dan efisien serta menghasilkan produk yang matang dan berkualitas untuk

disajikan kepada audience.

Secara garis besar produksi program televisi memiliki tiga tahap, yaitu

pra produksi, produksi, dan pasca produksi :

a. Pra Produksi

Perencanaan dan detail petunjuk pelaksanaan produksi konten

audio visual harus dibuat terlebih dahulu. Perencanaan pengambilan

gambar, story board, sehingga memiliki panduan dalam mengambil

shot. Pada program berita televisi, cukup membuat riset dan daftar

harapan (wishlist) yang berisi urutan visual dalam pengambilan

gambar.

Ide peliputan dibahas dalam rapat redaksi yang terdiri dari produser

program, koordinator liputan, koordinator daerah, koordinator juru

kamera, penyiar, dan produser eksekutif membicarakan setiap ide

liputan dan mempertimbangkan dari banyak sisi12.

Secara garis besar, pra produksi program televisi memiliki tiga

bagian, yaitu13:

1. Penemuan Ide

12

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investgasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 18.

13

(39)

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide

atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau

meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi

naskah sesudah riset.

Setiap jenis program televisi yang disajikan harus diawali

dengan ide atau konsep. Mengolah sebuah idea tau konsep

bukanlah perkara mudah. Produser harus kreatif dan cerdas

dalam berpikir dan mengembangkan ide. Ide harus dicari karena

jika hanya menunggu ide itu muncul, maka stasiun televisi

tersebut akan tertinggal oleh stasiun televisi lain. Ide yang dibuat

pun harus unik, menarik, dan baru sehingga dapat memberikan

nuansa baru dalam pertelevisian Indonesia dan tentunya dapat

menarik minat pemirsa14.

Dalam produksi dokumenter di tahap persiapan memiliki

tiga teknis yang disebut sinopsis, treatment, dan skenario.

Sinopsis adalah cerita ringkas. Dalam dokumenter, orang

tidak menggunakan istilah tersebut melainkan menyebutnya

sebagai kerangka gagasan atau pemikiran. Program dokumenter

bukan sebuah cerita melainkan susunan kejadian. Langkah

pertama yang dilakukan produser adalah menyusun bagaimana

14

(40)

kejadian-kejadian tersebut yang selanjutnya menjadi ringkasan

cerita atau sinopsis.

Treatment merupakan istilah yang dipakai dalam program

dokumenter ataupun program produksi televisi lainnya.

Treatment berarti implementasi dari kerangka pemikiran atau

sinopsis. Jika dalam kerangka pemikiran atau sinopsis belum ada

susunan adegan secara rinci, maka di dalam treatment sudah ada

perincian adegan (sequence) meskipun belum ada dialog-dialog.

Indikasi lokasi (tempat adegan), tokoh-tokoh yang terlibat, dan

perlengkapan khusus yang diperlukan sudah tertulis di dalam

treatment15.

Skenario merupakan naskah lengkap dan rinci dari sebuah

produksi cerita. Program dokumenter tidak selalu perlu skenario

untuk memulai syuting di lapangan, cukup menggunakan

treatment untuk syuting di lapangan. Berbeda dengan program

cerita yang mutlak menggunakan skenario ketika syuting di

lapangan16.

Tata laksana produksi dokumenter adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama adalah menentukan tema;

b. Kedua adalah melakukan riset, baik riset kepustakaan maupun lapangan berdasarkan tema yang dipilih;

c. Ketiga, menetapkan tesis atau menyusun bahan dan membuat kerangka. Dalam sinetron disebut pembuatan

15

Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal. 98

16

(41)

sinopsis, namun dalam dokumenter berbentuk kerangka pemikiran;

d. Keempat, kerangka pemikiran selanjutnya dibuat treatment. Treatment terdiri dari seluruh perencanaan dan rincian setiap sekuen dan dipakai untuk panduan pengambilan gambar17.

2.Perencanaan

Tahap ini meliputi penepatan jangka waktu kerja (time

schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan

crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana

alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat

secara hati-hati dan teliti.

3.Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan

dan surat-menyurat. Semua persiapan ini paling baik

diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang

sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program

televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan

dan persiapan.

b. Produksi

Ide yang dibuat dalam wishlist yang telah disepakati bersama

dalam redaksi bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Redaksi dan

jurnalis akan terus memantau perkembangan isu yang terjadi di

lapangan. Realitas narasumber yang tidak sesuai bayangan,

17

(42)

perkembangan di lapangan yang jauh lebih menarik, atau hambatan tak

terduga, harus dapat diatasi oleh tim produksi, terutama jurnalis.

Jurnalis harus cerdas dalam melihat isu di lapangan agar proses

produksi tetap berjalan sesuai rencana.

Pada tahapan produksi ada tiga elemen yang paling mendasar dan

menjadi sebuah perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu18:

1. Tata Kamera jauh dan ukurannya lebih pendek dari ELS;

c. Long Shot merupakan ukuran pengambilan gambar manusia dari ujung kepala hingga ujung kaki;

d. Medium Shot, mengambil gambar objek orang dari perut hingga kepala.

2. Tata Cahaya

Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya, yaitu key

light (sinar utama pada subyek), fill light (untuk mengurangi

bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar yang gelap),

base light (penyinaran yang menyebar dan rata), dan over exposure

18

Data diunduh pada Kamis, 6 Maret 2015 dalam situs http://ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/12/JURNAL%20DINA%20%2812-05-13-02-55-40%29.pdf

19

(43)

(pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan

yang lama.

3. Tata Suara

Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam

produksi televisi karena tata suara mampu mengekspresikan situasi

secara jelas dan sebagai pendukung elemen yang lain, seperti tata

artistik.

c. Pasca Produksi

Saat produksi berita televisi memasuki tahap pasca produksi,

menjelang on air berita, diadakan rapat redaksi guna mengevaluasi

hasil produksi sebelum ditayangkan. Rapat evaluasi ini membahas

urgensi berita dalam rundown (akan ditayangkan), kesesuaian dengan

rapat redaksi awal ketika pada tahap pra produksi.

Tahap ini mempertimbangkan gambar yang akan ditayangkan

kepada pemirsa, apakah memenuhi standar kelayakan atau tidak.

Proses editing naskah dan editing gambar dilakukan secara bersamaan

oleh editor.

Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh kru prduksi dalam tahap

pasca produksi adalah sebagai berikut20:

a. Camera person dan reporter menyerahkan kaset/card hasil shooting kepada news editor dengan data shooting (shooting list);

b. Proses editing;

20

(44)

c. Membuat grafik untuk mendukung materi berita;

d. Reporter membuat naskah berita yang disesuaikan dengan gambar atau suara yang ada pada berita;

e. Proses dubbing;

f. Naskah diserahkan kepada pimpinan redaksi (editor in chief); g. Naskah yang sudah dicek oleh pimpinan redaksi selanjutnya

diserahkan kepada editor atau penata gambar (editor berita). Dalam pelaksanaan editing, reporter dan juru kamera sebaiknya mendampingi editor untuk keteraturan gambar dan statement yang akan ditampilkan.

1. Capturing

Proses capture gambar terjadi pada editing nonlinier, yaitu

mentransfer hasil rekaman (audio-visual) dari kaset digital ke

dalam harddisk komputer, sehingga materi editing sudah dalam

bentuk file dan memudahkan dalam proses editing. Apabila

menggunakan model editing linier, maka langsung pada proses

logging gambar;

2. Logging

Logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari

kaset hasil shooting secara detail disertai dengan pencatatan time

code serta di kaset berapa atau nama file apa gambar hasil shooting

itu berada.

3. Editing Pictures

Penyuntingan adalah kata kunci dalam tahap ini.Seluruh

footage telah dikumpulkan selama produksi berlangsung untuk

(45)

4. Editing Sound

Penyuntingan suara disesuaikan dengan gambar serta

menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik latar.

5. Final Cut

Penggunaan perlatan dan kompleksitas ilustrasi musik

(soundtrack) menentukan bahwa materi program sudah dapat

membaur (mix) pada tahap online.Dibutuhkan studio untuk

membaurkan suara akhir (final mixing).Program yang sudah

lengkap disebut master21.

B. Siaran Berita

1. Pengertian Siaran

Penyiaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa berita dan

informasi kepada khalayak menggunakan fasilitas frekuensi yang

dikerjakan oleh sekelompok orang yang terbentuk dalam team.Team

produksi dituntut untuk dapat menyajikan program yang kreatif dan

menarik22.

Jadi, siaran berarti produk yang ditayangkan dari hasil penyiaran yang

dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung menjadi sekelompok

21

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 3

22

(46)

tim produksi. Hasil produk tersebut berupa program acara yang disiarkan

lewat televisi untuk diketahui khalayak luas.

2. Pengertian Berita

Sebuah peristiwa baru dianggap berita jika memiliki keunikan, jarang

terjadi, dan menarik perhatian khalayak. Ungkapan dari Charles A. Dana

(1996), “when a dog bites a man is not news, but when a man bites a dog

that is news”, merupakan kata-kata yang populer di dunia jurnalistik ketika

menggambarkan pengertian berita23.

Berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio,

dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak

setiap fakta merupakan berita.Berita biasanya menyangkut orang-orang,

tetapi tidak setiap orang dapat dijadikan berita.Berita merupakan sejumlah

peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang

dilaporkan.24Sedangkan definisi berita menurut situs Wikipedia.com,

berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang

terjadi, disajikan melalui media cetak, elektronik, atau bahkan mulut ke

mulut kepada orang ke tiga atau banyak orang.

23

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 46.

24

Diunduh pada Kamis, 5 Maret 2011 dalam situs

(47)

Berita adalah informasi yang penting dan menarik bagi khalayak atau

audiens25.Informasi yang penting dan menarik bagi khalayak harus

memenuhi beberapa kriteria yang menjadikan berita tersebut penting untuk

disiarkan kepada khalayak. Ada dua aspek yang memengaruhi suatu

informasi untuk menjadi berita yang baik, yaitu:

a. Aspek Penting

Suatu berita dapat dikatakan penting jika memiliki nilai berita dan

memberikan dampak bagi masyarakat.Semakin besar dampak yang

dirasakan masyarakat, maka semakin penting berita tersebut untuk

disiarkan. Beberapa hal yang memiliki dampak besar bagi masyarakat

dalam sebuh pemberitaan di antaranya:

1. Nyawa manusia. Nyawa adalah harta berharga yang pernah

dimiliki manusia, maka pemberitaan mengenai sebuah peristiwa

yang dapat merenggut nyawa seseorang atau sekelompok manusia

akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang

menyaksikan, terlebih ancaman peristiwa itu berada di kota tempat

penonton tinggal.

2. Uang. Berita yang berpengaruh terhadap keuangan masyarakat

merupakan berita yang penting. Berita kenaikan bahan bakar

minyak (BBM) atau kenaikan harga barang dapat membuat

masyarakat memberikan perhatian lebih kepada berita tersebut.

25

(48)

3. Gangguan. Penonton dapat terpengaruh dengan berita yang

mengganggu pikiran dan kenyamanan mereka. Misalnya, berita

tentang pembegalan motor. Pemberitaan tersebut tentu akan

mengusik pikiran dan kenyamanan masyarakat yang pulang tengah

malam.

b. Aspek Menarik

Berita dikatakan menarik jika dapat menyedot perhatian

masyarakat.Berita yang menarik adalah jika informasi yang

disampaikan mampu membangkitkan rasa kagum dan bersifat aneh

atau unik serta merupakan peristiwa yang tidak biasa.

Menurut Arifin S. Harahap, berita televisi adalah laporan tentang

fakta dari sebuah peristiwa atau pendapat manusia atau keduanya yang

disertai dengan gambar (visual) actual, menarik, berguna, dan

disiarkan melalui media massa televisi secara periodik26.

3. Berita Dokumenter

A. Pengertian Dokumenter

Dokumenter adalah program informasi yang memiliki tujuan untuk

memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada penonton dengan

sajian yang menarik27.

26

Arifin S. Harahap. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. (Jakarta: PT Indeks, 2007). Hal. 4.

27

(49)

Program dokumenter adalah program yang menyajikan suatu

kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial

dan eksistensial, menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi

nyata28. Objektivitas dokumenter tidak sepenuhnya sesuai realitas, ada

kebijakan dari tim produksi.

Istilah dokumenter pertama kali diperkenalkan oleh John Grierson di

Koran NewYork Sun pada 8 Februari 1926 dengan kutipan penggalan

kalimat “A Creative Treatment of Actuality” yang berarti perlakuan

kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada29.

Produksi dokumenter memiliki dua unsur pokok yang dipadukan,

yaitu unsur gambar atau visual dan unsur suara atau sound. Unsur

gambar atau visual terdiri dari beberapa materi, yaitu30:

1.Rangkaian kejadian : suatu peristiwa atau kegiatan dari

suatu lembaga;

2.Kepustakaan : potongan arsip, majalah atau

mikrofilm;

3.Pernyataan : individu yang berbicara secara

sadar di depan kamera;

4.Wawancara : pewawancara boleh kelihatan,

boleh tidak;

5.Foto still : foto-foto bersejarah;

6.Dokumen : gambar, grafik, kartun;

7.Pembicaraan : suatu diskusi atau pembicaraan

segerombolan orang;

8.Layar kosong / silhouette : memberi perhatian pada sound atau silhouette karena pribadi yang

28

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 96.

29

A. Asrul Sani Fauzan. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana: Penulisan Naskah Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id.

30

(50)

berbicara dibahayakan

nya jika wajahnya kelihatan.

Sedangkan materi untuk suara atau sound, ialah31:

1.Narasi / reporter : dengan narrator atau suara reporter

/ suara voice over;

2.Synchronous sound : dengan suara sebagaimana adanya

dalam gambar yang di-relay secara

tersendiri, kemudian dipersatukan;

3.Sound effect : suara latar belakang;

4.Musik lagu : suara musik pengiring;

5.Kosong-sepi : memberikan kesempatan penonton

memperhatikan detil.

B. Tingkatan Dokumenter

Tingkatan dokumenter, secara umum, dapat dikatakan bahwa

dokumenter di televisi Inggris mendeskripsikan berdasarkan

seragkaian kategori yang diidentifikasi berdasarkan isi dan bentuk.

Berikut ini beberapa kategori dokumenter32:

1. Current Affairs

Program-program dengan kategori ini merupakan program yang dibuat berdasarkan isu-isu yang berhubungan dengan topik sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan.Realisme dalam bentuk kombinasi antara wawancara, opini pakar, narator yang kompeten, footage aktualitas, serta pengabsahan terhadap isu-isu melalui kemunculannya dalam agenda berita. Program ini dapat dideskripsikan sebagai dokumenter investigatif, selama program tersebut menginvestigasi latar belakang peristiwa berita dan bukti-bukti yang ada di sekitar persoalan yang memicu debat publik. 2. Alam

Kategori ini mengungkapkan fakta-fakta tak terduga perihal alam dan lingkungan.Program dalam kategori ini menawarkan tontonan yang menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam seperti kelangsungan dalam kondisi yang terasa mustahil.Realisme membawa penonton masuk ke dalam realitas yang berisi penjelajah

31

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97.

32

(51)

alam yang mengombinasikan rekaman narator dan suara alam yang merdu.

3. Ilmu Pengetahuan

Program dokumenter tentang ilmu pengetahuan cederung mengombinasikan antara perkembangan ilmiah dengan analisis konsekuensi sosial ekonomi dari perkembangan tersebut.Program ini juga membentuk asumsi masyarakat tentang kebenaran dan validitas perkembangan sebuah teknologi terhadap kehidupan manusia.

4. Historis

Program dokumenter tentang sejarah banyak diproduksi oleh masyarakat, baik secara kelompok maupun personal.Sejarah adalah sebuah pandangan tentang fakta dan merupakan makna dari informasi tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ada.Dokumenter tentang sejarah menjadi menarik untuk dipertontonkan kepada masyarakat karena memiliki nilai historis terkait fakta dan bukti yang ada di sekitar masyarakat.

5. Mainstream

Dokumenter yang menggunakan perangkat realisme mainstream. Perangkat tersebut berupa natural sound, shot kamera long held (kamera yang diletakkan pada satu tempat dan dibiarkan bekerja dalam waktu lama), lokasi kerja, dan shot presenter sekaligus narator yang menghadap lurus ke kamera menyajikan fakta-fakta di tempat tersebut.

6. Fly-on-the-wall / Vérité

Dokumenter dalam kategori ini mengusung realisme yang lebih natural dan ‘apa adanya’ terhadap sebuah peristiwa. Kamera seolah mengintai secara detil setiap peristiwa yang terjadi. Dokumenter ini mirip dengan investigasi, mengintai pelaku di tempat sesungguhnya. Penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang dekat dengan peristiwa dan mereka pun melupakan bahwa program tersebut tidak lepas dari proses seleksi dan editing, bentukan dari tim produksi.

7. Dramadoc

Realisme dalam dokumenter jenis ini adalah menonjolkan sisi dramatis. Graeme Burton mengatakan bahwa dramadoc berbeda dengan docudrama, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut: Dramadoc berbeda dengan docudrama, di mana praktiknya saling berkebalikan: pencangkokan perangkat dokumenter dalam basis fiksi..bagaimanapun realisme secara keseluruhan merupakan ilusi, ada kalanya sulit untuk meyakini mana yang merupakan basis awal dan rangkaian kovensi mana yang menonjol.

Gambar

Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
gambar, story board, sehingga memiliki panduan dalam mengambil
gambarsetiap sekuen dan dipakai untuk panduan pengambilan17.
+7

Referensi

Dokumen terkait