• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKS

2. Produksi

Memroduksi sebuah acara harus memiliki persiapan yang matang dan mendalam agar program yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang bagus, bukan hanya dari segi jenis tayangan tetapi juga gambar yang memberikan keindahan yang selaras bagi penonton.

Tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa di daerah-daerah terpencil. Awalnya, Lentera Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mengajar sehingga lokasi pengambilan gambar pun dilakukan sesuai dengan lokasi pengajaran dari Indonesia Mengajar sehingga tema pun tentang metode-metode belajar4.

Kemudian tema tersebut dikembangkan, meski bentuknya tetap sama, yaitu anak muda yang mengajar, namun kerjasamanya yang melebar ke institusi lain tetapi masih di lingkup pendidikan pula seperti Stasiun 3T, Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa. Melihat bahwa sudah terlalu banyak tema tentang pendidikan di episode-episode sebelumnya, maka tim pun mencoba topik lain selain pendidikan, yaitu kesehatan,

4

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

bekerjasama dengan sebuah organisasi di bawah naungan pemerintah bernama Pencerah Nusantara5.

Setelah kontrak dengan lembaga-lembaga non profit tersebut, Lentera Indonesia kemudian mengubah konsep yang semula hanya fokus pada anak muda pengabdi bangsa, beralih ke warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi bangsanya, tak hanya pada bidang pendidikan atau kesehatan, tetapi hingga semua sektor pengabdian yang mulia bagi masyarakat Indonesia yang membtuhkan uluran tangan, misalnya seorang pria berusia sekitar 40 tahun yang berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri dan membangun yayasan untuk menampung orang-orang yang memiliki kelainan jiwa.

Perluasan konsep tersebut membuat tim mencari narasumber- narasumber baru yang lebih luas dan di luar kelembagaan. Seperti yang telah di bahas dalam tahap pra produksi, riset yang dilakukan reporter dan video journalist (VJ) lebih luas karena tim mencari sendiri narasumber yang memiliki dedikasi dan perjuangan yang patut diliput dan memberi inspirasi.

Pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Menurut Kahiril Hanan Lubis selaku reporter Lentera Indonesia, waktu dua minggu tersebut harus dimanfaatkan semaksimal

5

Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

mungkin karena terbatas lokasi dan biaya. Repoter dan VJ dapat meliput dua kegiatan dalam satu daerah sekaligus untuk mengatasi keterbatasan waktu6.

Ketika meliput di lapangan, reporter dan VJ harus kembali melakukan riset di lokasi pengambilan gambar, guna menyamakan persepsi dengan narasumber dan warga di sekitar lokasi tersebut, serta melakukan perizinan kepada petinggi daerah setempat.

Hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi.

Beberapa kesempatan dalam melakukan peliputan, hal yang ditemui di lapangan tidak sama dengan wishlist. Wishlist merupakan daftar harapan atau susunan rencana yang digunakan oleh reporter dalam melakukan liputan. Proses pendekatan yang dilakukan reporter seringnya tidak sama persis dengan harapan ketika di tahap pra produksi dan mengharuskan mencari narasumber pengganti dan tak jarang menemukan narasumber yang jauh lebih menarik dari yang telah direncanakan semula7.

Secara umum, peliputan yang dilakukan tidak mengubah tema, hanya mengubah hal-hal tertentu yang tidak dapat dipaksakan untuk diliput.

6

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.

7

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.

Ketika sampai di lapangan, menurut Khairil Hanan Lubis, tim akan membuat kembali segmentasi sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan gambar, setelah segmentasi sesuai, maka kegiatan liputan pun dapat dikerjakan. Tidak menutup kemungkinan untuk reporter dan VJ meliput dua orang sekaligus sebagai tokoh utama yang nantinya akan dilakukan pemilihan pada tahap pasca produksi8.

Proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar9.

Selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan10.

Hal tersebut seperti diungkapkan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia dalam wawancara dengan penulis,

“Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12 hari, nggak mungkin

8

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

9

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

10

Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015

dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua,11”

Tuntutan dan situasi tersebut membuat reporter dan VJ harus menyusun strategi sebaik mungkin agar produksi di lapangan berjalan lancar dan tidak banyak kekurangan.

Alur produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia

Dokumen terkait