• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. VALUASI PATEN LIPI

3.6 Paten Biskuit Untuk Penyandang Autis

Penderita autis biasanya hanya menyukai makanan yang sangat terbatas nilai gizinya. Bahkan hanya sebagian kecil penderita yang suka mengkonsumsi sayuran dan makanan bergizi lainnya, mungkin juga tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan otaknya karena ketidakmampuan penderita untuk mencerna, menyerap, dan memfungsikan nutrisi yang masuk kedalam tubuhnya dengan baik

Telah banyak ditemukan makanan untuk penderita autis dari bahan dekstrin, akan tetapi dari formula dan komposisi bahan yang terungkap masih mengandung unsur gluten dan kasein yang tidak dapat dicerna oleh penderita autis. Teknologi ini berusaha memproduksi biscuit yang memiliki karakter yang berbeda dengan biscuit lain pada umumnya, sehingga dibutuhkan formulasi yang memadai demi kelangsungan dari penderita autism, sehingga dibutuhkan berbagai bahan baku yang disesuikan dengan kebutuhan.

Adapun bahan utama dari pembuatan biscuit ini diantaranya Tepung Pisang siam dan dextrin garut yang memiliki keutamaan yang dapat diperoleh bagi para penderita autisme. Pati garut adalah hasil olahan utama dari umbi garut, yang merupakan salah satu bentuk karbohidrat alami yang murni dan memiliki kekentalan yang tinggi. Kekentalan ini sangat dipengaruhi oleh keasaman air yang digunakan dalam proses pengolahannya (Kay, 1973). Kandungan pati umbi garut lebih dari 12% dan protein 1 - 2% berdasarkan bobot kering (Rubatzky et al., 1995).

48

Kegunaan umbi garut adalah untuk dibuat pati yang bermanfaat sebagai bahan makanan untuk orang sakit atau bayi, yang disajikan dalam bentuk biskuit, kue atau puding (Kay, 1973), menghasilkan pati yang sangat mudah dicerna (Rubatzky et al., 1995). Pati garut dapat digunakan juga sebagai alternatif pengganti terigu dalam penggunaan bahan baku olahan seperti aneka macam kue, mie, roti kering, bubur bayi, glukosa cair dan diet pengganti nasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Susanty (2002), Puspowati (2003), dan Sitorus (2004) bahwa pati garut dapat dimanfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi pada anak-anak usia 6 sampai 36 bulan melalui pembuatan makanan sapihan.

Kandungan protein dan lemak dalam pisang sangat rendah, yaitu sekitar 1,2%, dan biasanya kekurangan asam amino metionin dan triptofan. Tetapi pisang kaya akan mineral, terutama kalium, magnesium dan fosfor, dan cukup kandungan besi dan kalsium. Apabila dibandingkan dengan jenis makanan nabati yang lainnya, besi yang terdapat di dalam pisang seluruhnya (100%) dapat dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain itu, buah pisang sangat tinggi kandungan vitamin A-nya, yaitu sekitar 0,03 – 1,00 mg/100 gr, terutama pada pisang tanduk (Satuhu et al., 1999). Juga merupakan sumber vitamin B6 yang paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan dan sayuran yang lainnya (Manore et al., 1990; Setiawan et al., 1999).

Menurut Winarno (1990) bahwa sejak tahun 1924 telah banyak dilaporkan khasiat pisang untuk pengobatan bagi anak-anak yang menderita celiac, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh terganggunya daya absorpsi usus kecil secara kronis. Pada saat ini, penyebab terjadinya gejala tersebut dapat diketahui, yaitu disebabkan karena bayi tersebut menderita penyakit hipersensitif terhadap gluten, yaitu suatu protein yang terdapat dalam terigu atau rye. Pisang merupakan sumber gula alami serta sumber pati dengan kadar serat rendah serta bebas dari gluten.

Teknologi ini berupa suatu makanan olahan campuran, khususnya berupa biskuit(cookies) untuk penderita autis, dengan formulasi menggunakan bahan dasar dari tepung campuran dekstrin garut dan tepung pisang. Selain bahan dasar tersebut, juga terdapat kadar air 7,71%, kadar protein 9,52%, dan kadar abu 1,80%, ditambah bahan penunjang berupa telur ayam, margarin,dan gula, EFA (asam lemak esensial), corob. Dekstrin garut yang digunakan berwarna putih kekuningan,

49

sedangkan tepung pisang yang digunakan terbuat dari pisang siam, keadaan bau dan rasanya normal.

Tahapan proses pembuatan biscuit penyandang autis ini sebegai berikut:

 Dekstrin garut diperoleh dari pati garut dengan cara konversi kering

menggunakan alat dekstrinator;

 Pati garut dicuci dahulu dengan menggunakan air dan dilakukan perendaman

selama 2 jam. Hal ini dilakukan selama 3 kali;

 Air rendaman dibuang dan pati garut dikeringkan di bawah sinar matahari

sampai kering, di mana waktu yang dibutuhkan 2 – 3 hari;

 Pembuatan dekstrin dilakukan dengan cara konversi kering, yaitu dengan

penambahan HCl yang akan menembus granula-granula pati garut tersebut;

 Setelah terbentuk dekstrin, dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan

100 mesh;

Tepung pisang dibuat melalui proses pengeringan dengan alat cabinet dryer.

 Pembuatan tepung pisang diawali dengan seleksi jenis pisang yang memenuhi

syarat yang baik, dimana pada dasarnya, semua jenis pisang dapat dibuat menjadi tepung;

 Pada proses pembuatan tepung pisang ditambahkan natrium bisulfit dan

dilakukan proses blanching dengan uap panas untuk mendapatkan warna tepung pisang yang putih;

 Pengayakan tepung pisang menggunakan ayakan 60 mesh;

 Setelah pembuatan dekstrin garut dan tepung pisang, selanjutnya adalah proses

Enkapsulasi Vitamin B6. Produk enkapsulasi berbentuk bubuk (powder);

 Dengan bahan yang digunakan berupa dekstrin dan CMC, dimana produk

enkapsulasi berbentuk bubuk (powder) agar produknya mudah untuk direkonstitusi menjadi minuman atau diformulasikan dalam ingredien makanan lain, mempunyai kestabilan yang tinggi terhadap kondisi penyimpanan dan proses pemanasan.

50

b. Gambaran Umum Industri

Autisme adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pada proses tumbuh kembang balita, gangguan ini meliputi gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, gangguan sosialisasi dan gangguan emosional. Kondisi khusus ini berhasil dideteksi sejak anak berumur kurang dari 3 tahun.

Autisme umumnya bisa diatasi dengan terapi khusus untuk melatih perkembangannya yang terhambat. Sebagian anak autis akan memberi reaksi yang positif apabila penangananya ditunjang pengaturan pola makan yang menghindari aneka makanan mengandung kasein dan gluten.

Makanan anak autis yang dianjurkan adalah Sumber karbohidrat yang tidak mengandung gluten, misalnya kentang, beras, singkong, ubi jalar, dan arerut. Sedangkan makanan anak autis yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung gluten atau kasein karena diperkirakan sebagai salah satu pemicu munculnya sikap agresif di otak. Contohnya, berbagai jenis makanan yang berasal dari serealia, terutama gandum. Banyak peneliti menyatakan makanan mengandung gluten dan kasein memicu sikap agresif, dan tidak baik untuk anak autis.

Makanan anak autis tidak boleh sembarangan, perlu dilakukan diet khusus untuk meemnuhi kebutuhannya. Diet makanan anak autis khusus ini sebenarnya cukup membantu karena sekitar 90% anak autis alergi susu sapi, terigu dan ada juga yang alergi protein. Sehingga diet CFGF ini dapat membantu anak-anak autis yang untuk lebih sehat, cukup gizi dan bebas dari masalah pencernaan

Jenis diet ini mungkin tidak terdengar asing bagi ibu-ibu yang memiliki anak dengan gangguan sprektrum autisme. Dalam diet makanan anak autis ini, sang ibu wajib menjauhi Casein atau susu sapi dan Gluten atau sejenis protein yang biasanya terdapat dalam tepung-tepungan dianggap cukup berpengaruh pada pola perilaku anak autis.

Jumlah anak autis juga meningkat di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari data perkiraan persebaran autisme di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Penelitian Statistik (BPS) sejak 2010 dengan perkiraan hingga 2016, terdapat sekira 140 ribu anak di bawah usia 17 tahun menyandang autisme. Namun angka penderita tersebut dalam beberapa tahun belakangan semakin meningkat, sehingga untuk saat ini tidak dapat dipastikan jumlah sebenarnya dari penderita autism tersebut.

51

Makanan khusus untuk penderita autis yang bebas dari gluten dan kasein masih jarang didapatkan. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan untuk mengembangkan formula makanan untuk penderita autis yang memenuhi kebutuhan gizi dan persyaratan lain yang dibutuhkannya. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dan pengembangan biskuit yang dibuat berasal dari bahan dasar campuran dekstrin garut dan tepung pisang yang difortifikasi dengan vitamin B6. Menurut hasil penelitian Puspowati (2003) bahwa biskuit garut yang sumber karbohidratnya 100% berasal dari dekstrin garut memiliki daya cerna pati sebesar 87,01% dan daya cerna protein sebesar 86%, sedangkan tepung pisang selain tidak mengandung gluten, juga berkhasiat untuk pengobatan bagi anak-anak yang menderita celiac (Winarno, 1990) dan mengandung vitamin B6 yang paling tinggi di antara buah-buahan lainnya (Manore et al, 1990; Setiawan et al., 1999).

Bentuk produk yang dipilih adalah biskuit, karena formulasi produk biskuit mudah divariasikan melalui perubahan komposisi bahan penyusunnya, serta fortifikasi oleh berbagai vitamin dan mineral (Hill, 1998). Selain itu, biskuit telah diterima oleh masyarakat luas, mudah diproduksi dalam skala rumah tangga dan

industri, mempunyai umur simpan yang relatif lama ( 1 tahun), bentuk yang praktis

untuk dibawa kemana-mana, bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah, serta harganya yang terjangkau (Marlina, 2001).

c. Analisa Porter’s 5 forces

Threat of New Entrants

Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di Five Forces Model. Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu industri mengalami penurunan profitabilitas dengan cepat karena semakin meningkatnya persaingan di antara perusahaan dalam satu industri. Sebaliknya dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang tinggi, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang panjang

Pada kasus pengembangan produk Biskuit untuk Penderita Autisme, produk ini dapat dikatakan merupakan produk baru dengan segmen pasar yang cukup spesifik. jika dilihat dari peta konsumen, jumlah penderita autisme tidak dapat dikatakan

52

banyak namun demikian, data rinci dari keberadaan penderita autism pula tidak tersedia dengan akurat. Biskuit ini, bukan hanya dapat dikonsumsi oleh penderita autism namun juga bagi konsumen penderita alergi gluten, sehingga besaran pasar bertambah.

Produk dari Biskuit untuk Penderita Autisme pada saat memasuki pasar harus menetapkan entry barrier yang cukup tinggi selain tidak ada kesamaan dengan yang lain, juga telah dilindungi kekayaan intelektualnya. Hal yang perlu dilakukan adalah mempertahankan kualitas, memenuhi ekspektasi konsumen dari sisi harga dan pengembangan teknologi lain.

Bargaining Power of Suppliers

Dalam Five Forces Model Pemasok memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) yang berbeda-beda terhadap perusahaan. Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of supplier and firms in the industry, presence of substitute inputs, supplier concentration, importance of volume to supplier, cost relative to total purchases in the industry, impact of inputs on cost or differentiation, threat of forward integration. Apabila perusahaan dapat memperoleh pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila perusahaan bergantung hanya kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat dan dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan.

Ketersediaan bahan baku menjadi hal yang perlu direncanakan dengan baik, karena dua komponen utama dari bahan baku, termasuk bahan baku yang tidak dapat dikatakan tidak mudah untuk dijumpai di pasar. Dengan kondisi seperti ini, penjaminan ketersediaan bahan baku utama seperti tepung pisang siam dan dextrin garut, sangat dibutuhkan.

Belum secara spesifik data mengenai produksi tepung pisang siam dan dektrin garut. Dengan informasi seperti ini, menggambarkan bahwa penyedia atau supplier bahan baku utama dalam proses tidak memiliki banyak pilihan, dan hal ini

53

berdampak pada posisi tawar yang rendah dibandingkan dengan penyedia. Pada saat terjadi hal yang tidak diinginkan, maka akan mudah untuk tidak cukup mudah beralih kepada pihak penyedia lainnya dengan batasan kualitas dan harga yang disetujui. Bargaining Power of Buyers/Consumers

Dalam Porter’s Five Forces, pembeli memiliki posisi penting terhadap keberlangsungan hidup perusahaan karena sales revenue yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada buyer. Posisi tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity.

Telah diungkap sebelumnya bahwa posisi dari produk Biskuit untuk Penderita Autisme dibandingkan dengan produk Biskuit untuk Penderita Autisme yang telah ada adalah terletak dari bahan baku dan proses komersialnya. Bahan baku utama yang dibuat adalah tepung pisang siam dan dextrin garut. Pada kebanyakan makanan atau biscuit yang ditujukan kepada para penderita autism masih menggunakan produk tepung free-gluten. Bahan baku tepung pisang siam yang digunakan memilki kelebihan dengan banyaknya terkandung mineral lebih tinggi dibandingkan dengan tepung yang beredar di masyarakat.

Untuk keluarga penderita autism, biasanya memiliki tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi dalam memberikan atau menyiapkan hidangan sehingga dalam melakukan edukasi produk akan semakin mudah untuk diterima sepanjang informasi yang disampaikan dapat dengan jelas.

Threat of Subtitute Products

Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dapat dikatakan belum terbentuk pasar yang baik, artinya produk untuk penderita autism yang saat ini beredar merupakan produksi rumahan yang menggunakan strategi pemasaran word to mouth, sehingga keberhasilan dari pemasaran produk sangat tergantung dari sisi keahlian, pemilihan bahan baku dan time delivery.

Competitive Rivalry Within the Industry

Persaingan sebenarnya sangat dibutuhkan dalam memicu pertumbuhan pasar. Pada kasus produk ini, persaingan produk sejenis belum terjadi begitu ketat karena secara harfiah, belum ada perusahaan besar yang memposisikan sebagai produsen

54

free gluten yang ditujukan untuk penderita autism yang biasanya melakukan diet gluten free casein free (GFCF). Ketika produk ini diluncurkan maka produk in dapat dikatakan sebagai produk yang akan bersaing dengan produk impor.

Secara garis besar analisis porter’s 5 forces paten biskuit untuk penyandang autis dapat dirangkum pada figur 17. Kondisi pasar cenderung moderat untuk komersialisasi invensi ini, sehingga besaran fee royalti dapat dipatok pada angka 3%.

55

d. Perhitungan DCF

Perhitungan DCF untuk biskuit untuk penyandang autis dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan :

 Produk dijual dengan kemasan toples dengan berat bersih 800 gram.

 Kapasitas produksi mempertimbangkan kemampuan perusahaan pemula yakni

80 toples per hari.

Perhitungan Rugi Laba Tahunan

Dari perhitungan ini diketahui prosentase EBIT terhadap pendapatan rata-rata sebesar 28%. TAHUN 0 1 2 3 4 ... 10 Kapasitas 75% 90% 100% 100% 100% 100% Kapasitas produksi 14,400 17,280 19,200 19,200 19,200 19,200 Pendapatan - Pendapatan 80,000 1,152,000,000 1,382,400,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,152,000,000 1,382,400,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 Biaya Produksi Bahan Baku 446,184,000 535,420,800 594,912,000 594,912,000 594,912,000 594,912,000 Utilitas 52,380,000 62,856,000 69,840,000 69,840,000 69,840,000 69,840,000 Tenaga Kerja 94,575,000 113,490,000 126,100,000 126,100,000 126,100,000 126,100,000 Packaging 25,920,000 31,104,000 34,560,000 34,560,000 34,560,000 34,560,000 Maintenance 9,971,280 11,965,536 13,295,040 13,295,040 13,295,040 13,295,040 Technical Supervision 19,500,000 23,400,000 26,000,000 26,000,000 26,000,000 26,000,000 Asuransi - - - - - -Laboratorium 4,365,000 5,238,000 5,820,000 5,820,000 5,820,000 5,820,000 Payroll overhead 4,365,000 5,238,000 5,820,000 5,820,000 5,820,000 5,820,000 Overhead 9,971,280 11,965,536 13,295,040 13,295,040 13,295,040 13,295,040 667,231,560 800,677,872 889,642,080 889,642,080 889,642,080 889,642,080 Biaya Usaha

GSA 10.00% 115,200,000 138,240,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 Royalti Accum Royalty 3.00% 34,560,000 41,472,000 46,080,000 46,080,000 46,080,000 46,080,000 444,672,000 Pengiriman 200 2,880,000 3,456,000 3,840,000 3,840,000 3,840,000 3,840,000 152,640,000 183,168,000 203,520,000 203,520,000 203,520,000 203,520,000 Depresiasi Peralatan Utama 10 11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 Peralatan Bantu - - - - - -Utilitas - - - - - -Bangunan - - - - - - -11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 11,870,000 TOTAL BIAYA 831,741,560 995,715,872 1,105,032,080 1,105,032,080 1,105,032,080 1,105,032,080 EBIT 320,258,440 386,684,128 430,967,920 430,967,920 430,967,920 430,967,920 EBIT Avr. % EBIT 27.800 27.972 28.058 28.058 28.058 28.058 28.02 Biaya Lainnya Bunga KI 9,300,600 8,370,540 7,440,480 6,510,420 5,580,360 -Bunga KMK 26,683,862 26,683,862 26,683,862 26,683,862 26,683,862 2,668,386 35,984,462 35,054,402 34,124,342 33,194,282 32,264,222 2,668,386 EBT 284,273,978 351,629,726 396,843,578 397,773,638 398,703,698 428,299,534 Bagi hasil 10.0% 28,427,398 35,162,973 39,684,358 39,777,364 39,870,370 42,829,953 Pajak 1% 2,842,739.78 3,516,297.26 3,968,435.78 3,977,736.38 3,987,036.98 4,282,995.34 Net Profit 253,003,840 312,950,456 353,190,784 354,018,537 354,846,291 381,186,585

TOTAL BIAYA USAHA

TOTAL DEPRESIASI TOTAL BIAYA PRODUKSI

TOTAL PENERIMAAN

56

Discounted Cash Flow

Dari perhitungan ini diketahui nilai NPV sebesar Rp. 747.192.900

Resume

c. Perhitungan Nilai Teknologi

Perhitungan Lisensi

Rule of 25% dari prosentase rata-rata EBIT terhadap pendapatan: 25% x 28% = 7% 7% x NPV : 7% x Rp. 747.192.900= Rp. 52.303.503

Pembulatan = Rp. 52.300.000 Perhitungan Akumulasi Royalti

Analisis menunjukkan kondisi pasar, persaingan dan resiko bisnis cenderung moderat sehingga nilai royalti dapat dipatok pada 3% dari penjualan. Secara

TAHUN 0 1 2 3 4 ... 10

Peneri ma a n Penjua l a n - 1,152,000,000 1,382,400,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 1,536,000,000 Moda l Inves tas i (516,700,000)

Moda l Kerja (296,487,360) Total modal (516,700,000) (296,487,360) - - - - -Biaya-Biaya - Bi a ya Produks i - 667,231,560 800,677,872 889,642,080 889,642,080 889,642,080 889,642,080 - Bi a ya Us a ha - 101,760,000 152,640,000 203,520,000 203,520,000 203,520,000 203,520,000 - Bi a ya Keua nga n - 104,394,596 110,200,111 113,791,436 112,954,382 112,117,328 2,668,386 Total biaya 873,386,156 1,063,517,983 1,206,953,516 1,206,116,462 1,205,279,408 1,095,830,466 Net Cashflow (516,700,000) (17,873,516) 318,882,017 329,046,484 329,883,538 330,720,592 440,169,534

Net Cashflow Accumulated (516,700,000) (534,573,516) (215,691,499) 113,354,985 443,238,523 773,959,114 2,545,381,556

IRR 41.92%

NPV 15% 747,192,900

INVESTASI SDM

Peralatan Utama Rp 118,700,000 Jumlah Tenaga Kerja 6 orang

Utilitas Rp 31,000,000 Biaya bulanan Rp 9,700,000

Shipping equipment Rp 142,000,000 Biaya tahunan Rp 126,100,000

Tanah dan Bangunan Rp 225,000,000 Biaya pra-operasional Rp

-516,700,000 Rp

PRODUKSI PER BULAN KAPASITAS PRODUKSI

Bahan Baku Rp 49,576,000

Utilitas Rp 5,820,000 perhari 0 toples/hari

Labor Rp 9,700,000 perhari 80 toples/hari

Packing Rp 3,840,000 perbulan 1,600 toples/bulan

Maintc., As., Lab, o.head, dll Rp 1,107,920 pertahun 19,200 toples/tahun

70,043,920 Rp

BREAK EVEN POINT ANALYSIS PENDAPATAN

BEP 17.31% Harga Pokok Produksi Rp 46,326.15 /bibit

ROI 24.77% Harga jual Rp 80,000.00 Rupiah/toples

SDP 15.01% Pendapatan Rp 128,000,000 /bulan

PAY BACK PERIOD IRR & NPV

Total investasi modal kerja Rp 516,700,000 IRR 41.92%

POT 17.44 bulan NPV Rp 747,192,900

1.5

57

akumulatif perkiraan nilai royalti teknologi ini selama 10 tahun adalah Rp. 444.672.000

Total Nilai Paten

Total nilai paten minuman berenergi berbahan dasar tepung pisang adalah : Nilai fee lisensi + Nilai perkiraan royalti akumulatif :

Rp. 52.300.000 + Rp. 444.672.000= Rp. 496.972.000

3.7 Paten Pembuatan Susu Dan Susu Kental Manis Rendah Lemak dari Kacang Hijau Serta

Dokumen terkait