• Tidak ada hasil yang ditemukan

Streptococcus agalactiae PADA IKAN NILA (Oreochromis

niloticus)

Abstrak

Karakteristik hasil ko-infeksi buatan dari bakteri Aeromonas hydrophila

dan Streptococcus agalactiae dapat dilihat dengan menggunaan parameter gambaran hematologi dan pola kematian ikan. Pengujian ko-infeksi melalui injeksi pada ikan Nila ukuran 15±0,5 g menggunakan dosis mematikan (LD100) dan dosis mematikan (LD50) menyebabkan kematian bervariasi antara 20-90% dalam waktu 1-12 hari masa inkubasi. Bakteri A. hydrophila lebih mematikan untuk ikan Nila pada dosis LD100. Pola kematian yang terjadi menunjukkan bahwa infeksi MAS bersifat akut dan kronis, sedangkan infeksi Streptococcosis bersifat sub-akut. Perubahan pertahanan non spesifik ikan terhadap infeksi patogen dilihat dengan mengamati level hematokrit, neutrofil, limfosit, monosit, dan indeks fagositik darah ikan Nila yang diambil dari arteri caudalis pada hari ke-3, ke-6, ke-9, ke-12, dan ke-15 setelah infeksi. Hasil analisis perubahan level hematokrit dan limfosit lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, level neutrofil lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, dan level monosit dan indeks fagositik fluktuatif selama masa perlakuan memperlihatkan adanya homeostasi gambaran darah ikan terhadap serangan infeksi antigen.

Kata kunci : Aeromonas hydrophila, S. agalactiae, ko-infeksi, hematologi

Abstract

Characteristic of co-infection from A. hydrophila and S. agalactiae were assessed by analyzing hematological parameters and pattern of death. Nile Tilapia (Oreochromis Niloticus) sized 15 g were infected by intraperitoneal injection with

A. hydrophila and S. agalactiae using LD100 and LD50 dose. Mortality of fish was 20-90% in day one until day twelve post infections. The mortality patterns of Nile Tilapias showed sub-acute infection to Streptococcocis, acute and chronic infections to Motile Aeromonas Septicemia. Bacterium A. hydrophila more virulent for Nile Tilapias at lethal dose (LD100) compared to S. agalactiae, this matter was anticipated caused by endotoksin A. hydrophila had the character of toxic lethal. The different administration co-infection stimulated hematological responsse in Nile Tilapia post-infection. Infected fish groups presented higher hematocrit, number of neutrophils, number of lymphocytes, number of monocytes, and phagocytic ability on 3, 6, 9, 12, and 15 days after infection than the non-infected group. The result of this study suggested that there was a homeostatic balances on hematological response during co-infection.

Pendahuluan

Motile Aeromonas Septicemia (MAS) adalah infeksi A. hydrophila

komplek yang mengakibatkan hemoragik septisemia pada beberapa spesies ikan budidaya maupun spesies ikan di alam. Tiga spesies penyebab penyakit MAS adalah dari jenis A. hydrophila, A. sobria, A. caviae, jenis bakteri strain A. hydrophila merupakan predominan patogen pada ikan. Aeromonas juga merupakan spesies oportunis dan merupakan penyebab infeksi sekunder. Wabah MAS biasanya terjadi apabila ada stresor lingkungan, infeksi parasit dan perubahan fisiologis tubuh yang mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap serangan infeksi Aeromonas (Toranzo et al. 2009).

Infeksi streptokokal menjadi aspek infeksi baru dalam kegiatan akuakultur. Bakteri S. agalactiae awalnya menyerang ikan rainbow trout (Salmo gardnieri) dan Nila di Israel. Ikan Nila yang terinfeksi streptokokal menunjukkan gejala adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala yang spesifik yaitu gerakan renang berputar (whirling) dan eksoptalmi (Kohler 2007). Tahun 2008 S. agalactiae berhasil diisolasi dari ikan Nila pada sistem budidaya di Indonesia oleh Lusiasti et al. (2008), sehingga menjadi perhatian utama dalam kegiatan riset untuk melihat aspek epidemiologi dan penanggulangannya.

Hasil uji pertumbuhan bakteri pada media cair maupun media padat menunjukkan bahwa kedua jenis bakteri ini dapat tumbuh bersinergi (tidak saling menghambat), akan tetapi kemampuan tumbuh antigen dalam tubuh ikan secara langsung belum diketahui. Pengaruh infeksi bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae terhadap gambaran hematologi dan kematian ikan dapat dilihat dengan melakukan uji kerentanan ikan Nila terhadap kedua jenis penyakit ini, yang dilakukan secara in-vitro untuk melihat kompetisi antigen dan ko-infeksi dari kedua jenis bakteri penyebab penyakit.

Bahan dan Metode 1 Uji Patogenesis

Uji patogenesis bakteri A. hydrophila, S. agalactiae dan gabungan keduanya pada ikan Nila (O. niloticus) dilakukan dengan cara injeksi intra

peritoneal (IP) bakteri A. hydrophila LD100 (1012 cfu/mL) dan LD50 (107 cfu/mL) (Sugiani et al. 2010) dan S. agalactiae LD100 (108 cfu/mL) dan LD50 (103 cfu/mL) (Taukhid & Purwaningsih 2011) 0,1 mL/ekor untuk melihat dampak infeksi bakteri pada ikan Nila. Ikan dipelihara selama 1-14 hari untuk melihat gambaran darah dan kematian ikan.

Tabel 3 Perlakuan infeksi LD100

Perlakuan Tipe bakteri dan media tumbuh Lama inkubasi (jam) Kode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Aeromonas hydrophila TSB Aeromonas hydrophila TSB Aeromonas hydrophila TSB Streptococcus agalactiae BHI Streptococcus agalactiae BHI Streptococcus agalactiae BHI A. hydrophila+S. agalactiae TSB A. hydrophila+S. agalactiae TSB A. hydrophila+S. agalactiae TSB Aeromonas hydrophila TSA Aeromonas hydrophila TSA Aeromonas hydrophila TSA Streptococcus agalactiae BHIA Streptococcus agalactiae BHIA Streptococcus agalactiae BHIA A. hydrophila+S. agalactiae BHI A. hydrophila+S. agalactiae BHI A. hydrophila+S. agalactiae BHI TSB BHI 24 48 72 24 48 72 24 48 72 24 48 72 24 48 72 24 48 72 - - A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 Kontrol Kontrol

Sediaan bakteri bakteri A. hydrophila diinkubasi pada media TSA dan TSB selama 24, 48, dan 72 jam pada suhu 28 oC, sedangkan S. agalactiae

diinkubasi pada media BHIA dan BHI broth selama 24, 48, dan 72 jam pada suhu 28 oC (Tabel 3). Inokulan dari media agar sebanyak 1 cawan petri dipanen ke dalam 10 mL salin 0,845%, kemudian dari masing-masing sediaan dilakukan pengenceran seri untuk mendapatkan dosis yang diharapkan.

Perlakuan infeksi LD50 menggunakan isolat bakteri dari media tumbuh dengan lama waktu inkubasi yang menimbulkan kematian terbanyak serta waktu

tersingkat pada hasil perlakuan LD100, dengan rincian kode untuk masing-masing inokulan bakteri sebagaimana tertera pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 4 Perlakuan infeksi LD50

Perlakuan Tipe bakteri Perbandingan volume bakteri Kode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A1 + B1 A1 + B1 A1 + B1 A1 + B1 A1 + B1 D1 + E3 D1 + E3 D1 + E3 D1 + E3 D1 + E3

Tryptic Soy Broth Brain Heart Infusion

50 : 50 75 : 25 25 : 75 0 : 100 100 : 0 50 : 50 75 : 25 25 : 75 0 : 100 100 : 0 - - A B C D1 D2 E F G H1 H2 Kontrol Kontrol A. hydrophila dalam TSB dengan masa inkubasi 24 jam (A1), S. agalactiae dalam BHI dengan masa inkubasi 24 jam (B1), A. hydrophila dalam TSA dengan masa inkubasi 24 jam (D1), S. agalactiae dalam BHIA dengan masa inkubasi 72 jam (E3).

2 Gambaran Hematologi

Analisis gambaran hematologi dan sistem imun dilakukan dengan mengamati sampel darah yang diambil dari ikan perlakuan kemudian diukur kadar hematokrit menurut metode Anderson dan Siwicki (1995), differensial leukosit menurut metode Blaxhall dan Daisley (1973), dan indeks fagositik menurut metode Zhang et al. (2008).

Hasil dan Pembahasan

Ikan dapat membentuk pertahanan diri terhadap serangan infeksi bakteri. Apabila terjadi suatu serangan patogen atau benda asing pada ikan maka akan terjadi respons imun alami yang melibatkan sirkulasi dan perbaikan jaringan melalui respons fagosit granulosit (neutrofil dan eosinofil sel granular) monosit, dan sel makrofag. Respons imun alami ini hanya dapat bertahan dan berfungsi dengan baik pada beberapa hari atau minggu setelah adanya invasi bakteri ke dalam tubuh dan berfungsi sebagai respons imun anti-infeksi fase awal.

Gambar 11 Total hematokrit ikan Nila hasil ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae.(A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan Kontrol.

Hasil perlakuan ko-infeksi (Kode A, B, C, E, F, dan G) dengan perbandingan komposisi cfu/mL bakteri yang berbeda antara A. hydrophila dan S. agalactiae menunjukkan adanya penurunan kadar hematokrit. Hematokrit darah diukur dengan melihat proporsi volume darah yang terdiri dari sel darah merah, plasma atau komponen cairan, dan sel-sel lainnya. Perlakuan infeksi bakteri dapat menurunkan jumlah hemosit (sel darah merah) dan meningkatkan plasma darah pada setiap perlakuan, terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan control (P<0,05), namun tidak berbeda nyata (P>0,05) jika dibandingkan dengan perlakuan infeksi tunggal A. hydrophila (Kode D2 dan H2) dan infeksi tunggal S. agalactiae (Kode D1 dan H1) (Gambar 11).

Aktifitas makrofag atau sel mast oleh adanya invasi bakteri dapat mempengaruhi pembentukan mediasi inflamasi dan merangsang transfer serta akumulasi leukosit ke daerah yang terinfeksi. Selama infeksi bakteri sedang berlangsung, adanya respons pertahanan ikan ditandai dengan banyaknya leukosit

0 50 100 150 A B C D1 D2 E F G H1 H2 Kontrol H em at ok ri t (% ) Perlakuan

48 jam (Plasma darah) 48 jam (sel darah) 96 jam (Plasma darah) 96 jam (sel darah) 144 jam (Plasma darah) 144 jam (sel darah) 192 jam (Plasma darah) 192 jam (sel darah) 240 jam (Plasma darah) 240 jam (sel darah)

yang ditransfer sehingga akan nampak adanya peningkatan jumlah leukosit dalam darah yang berfungsi untuk mengeliminasi serangan bakteri (Caruso et al. 2002).

Gambar 12 Total monosit ikan Nila hasil ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae. (A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan Kontrol.

Jumlah monosit, neutrofil, dan limfosit mengalami fluktuasi membentuk suatu homeostasi total leukosit dengan rata-rata terlihat adanya peningkatan jumlah limfosit dan monosit serta adanya penurunan jumlah neutrofil jika dibandingkan dengan kontrol (Gambar 12, 13, dan 14). Hal ini menunjukkan adanya aktifitas pertahanan non spesifik dari ikan berupa peningkatan monosit darah yang berfungsi sebagai sel fagosit (makrofag) yang akan memfagositosis antigen bakteri dalam tubuh ikan (Gambar 15).

Peningkatan jumlah limfosit menunjukkan bahwa ada aktifitas pertahanan selular spesifik yang memungkinkan adanya pembentukan antibodi atau memori pada ikan yang dapat bertahan dari serangan ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae. Nilai indeks fagositik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol pada setiap perlakuan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan aktifitas fagositik dari ikan terhadap adanya serangan infeksi bakteri.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 D L (M onosi t % ) Perlakuan

Gambar 13 Total neutrofil ikan Nila hasil ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae. (A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan Kontrol.

Gambar 14 Total limfosit ikan Nila hasil ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae. (A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan Kontrol.

Menurut Pan (1999), selama masa infeksi akan terjadi peningkatan yang signifikan dari aktifitas fagositosis oleh neutrofil. Hasil penelitian Zhang et al.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 D L ( N eut rof il % ) Perlakuan

48 jam 96 jam 144 jam 192 jam 240 jam

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 D L (Li m fosi t % ) Perlakuan

(2008), injeksi A. hydrophila 5,2x106 cfu/mL terhadap Bullfrog menunjukkan trend penurunan secara gradual dari presentasi tingkat fagositosis darah, total leukosit dan eritrosit lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, serta aktifitas antibakterial meningkat. Infeksi A. hydrophila dapat mempengaruhi reaksi imun non-spesifik pada Bullfrog.

Gambar 15 Indek fagositik ikan Nila hasil ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae. (A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan Kontrol.

Kematian ikan Nila yang terjadi setelah diinfeksi dengan A. hydrophila

menunjukkan kematian lebih cepat yaitu jam ke-6 pascainjeksi dengan jumlah kematian mencapai 100%. Hal ini disebabkan karena adanya toksin mematikan dari produk ekstraselular bakteri A. hydrophila yang menjadi salah satu faktor virulensi dari jenis bakterin tersebut, karena jumlah bakteri yang diinjeksikan sangat tinggi yaitu 1012 cfu/mL.

Kematian ikan setelah diinjeksi bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae

dengan perbedaan waktu tanam dalam media yang berbeda sesuai dengan hasil kurva tumbuh pada tahap satu, diperoleh hasil bahwa yang paling mematikan dari isolat bakteri A. hydrophila adalah yang ditanam dalam media TSB dan TSA umur inkubasi 24 jam, sedangkan untuk isolat S. agalactiae adalah yang ditanam

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 Indek s fag osi ti k ( % ) Perlakuan

dalam media BHI umur inkubasi 24 jam dan dalam media BHIA umur inkubasi 72 jam (Gambar 16).

Gambar 16 Kematian ikan Nila pada perlakuan infeksi LD100. A1 (A. hydrophila TSB 24 jam), A2 (A. hydrophila TSB 48 jam), A3 (A. hydrophila

TSB 72 jam), B1 ( S. agalactiae BHI 24 jam), B2 ( S. agalactiae

BHI 48 jam), B3 ( S. agalactiae BHI 72 jam), C1 (A. hydrophila+S. agalactiae TSB 24 jam), C2 (A. hydrophila+S. agalactiae TSB 48 jam), C3 (A. hydrophila+S. agalactiae TSB 72 jam), D1 (A. hydrophila TSA 24 jam), D2 (A. hydrophila TSA 48 jam), D3 (A. hydrophila TSA 72 jam), E1 (S. agalactiae BHIA 24 jam), E2 (S. agalactiae BHIA 48 jam), E3 (S. agalactiae BHIA 72 jam), F1 (A. hydrophila+S. agalactiae 24 jam), F2 (A. hydrophila+S. agalactiae

48 jam), F3 (A. hydrophila+S. agalactiae 72 jam), dan kontrol. Perbedaan tingkat virulensi ini diduga karena adanya perbedaan kandungan komponen penyusun media tumbuh yang dapat mempengaruhi tingkat kematangan bakteri dan ekspresi virulensi dari masing-masing bakteri.

Pengujian ko-infeksi dilakukan melalui injeksi intra peritoneal pada ikan Nila menggunakan dosis LD100 dan dosis LD50, di mana masing-masing ikan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 3 6 12 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 Pengamatan jumlah ikan (jam)

K em at ian ikan (ekor ) A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 Kontrol

diinjeksi 0,1 mL inokulan bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae dengan masa inkubasi berbeda yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Perlakuan ko-infeksi dengan dosis 50:50 (A. hydrophila:S. agalactiae) menunjukkan kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis ko-infeksi 25:75 maupun 75:25. Hasil ko- infeksi menyebabkan kematian bervariasi antara 33-50% dalam waktu inkubasi 2- 12 hari.

Gambar 17 Kematian ikan Nila pada perlakuan infeksi LD50. (A) Tipe bakteri A1+B1 50:50, (B) Tipe bakteri A1+B1 75:25, (C) Tipe bakteri A1+B1 25:75, (D1) Tipe bakteri A1+B1 0:100, (D2) Tipe bakteri A1+B1 100:0, (E) Tipe bakteri D1+E3 50:50, (F) Tipe bakteri D1+E3 75:25, (G) Tipe bakteri D1+E3 25:75, (H1) Tipe bakteri D1+E3 0:100, (H2) Tipe bakteri D1+E3 100:0, dan kontrol.

Hasil uji LD50 (Gambar 17) yang mematikan ikan Nila sebesar 50% dari ko-infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae adalah pada perlakuan B dan E. Perlakuan B adalah campuran 75:25 bakteri A. hydrophila dalam TSB (24 jam) dengan S. agalactiae dalam BHI (24 jam). Perlakuan E adalah campuran 50:50

0 5 10 15 20 25 30 35 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 K em at ian ikan (ekor )

pengamatan jumlah ikan (jam)

A B C D1

D2 E F G

bakteri A. hydrophila dalam TSA (24 jam) dengan S. agalactiae dalam BHIA (72 jam).

Kematian yang berbeda diduga karena adanya keterbatasan sistem imunologi ikan yang hanya mampu mengenali finite clonal dari suatu antigen dalam satu waktu sekitar 105 sel, dan bahwa setiap antigen memiliki karakter berbeda dalam pengenalan dengan sistem imun non spesifik dari ikan. Setiap antigen yang masuk ke dalam tubuh ikan, ada yang berhasil dieliminasi oleh sistem imun namun untuk yang lolos dari eliminasi akan menyebabkan kerusakan sel dan menimbulkan penyakit pada inang. Ikan memiliki keterbatasan di dalam memberikan respons imun dan respons pengenalan multi antigen. Keterbatasan kapasitas finite clonal dan proteksi imunitas (rata-rata terbatas pada 5x105 sel antigen yang dapat dikenali vektor imun ikan sebagai antigen pada satu waktu) akan mempengaruhi efektifitas respons imun ikan (Busch 1997).

Infeksi tunggal bakteri A. hydrophila maupun bakteri S. agalactiae

ternyata lebih mematikan daripada hasil ko-infeksi dengan tingkat kematian 13- 100%. Bakteri A. hydrophila lebih mematikan untuk ikan Nila pada dosis tinggi (LD100) dibanding dengan bakteri S. agalactiae, hal ini diduga karena adanya endotoksin yang dimiliki bakteri A. hydrophila yang bersifat sangat toksik (lethal toxic). Kebalikannya dengan dosis mematikan (LD50) bakteri S. agalactiae ternyata lebih virulen dibandingkan dengan bakteri A. hydrophila pada ikan Nila. Dilihat dari pola kematian yang terjadi menunjukkan bahwa infeksi Streptococcosis bersifat sub-akut di mana rata-rata kematian terjadi 3-8 hari pascainfeksi. Sedangkan infeksi MAS bersifat akut dan kronis, di mana kematian akut terjadi hari ke-1 sampai hari ke-3 pascainfeksi dan kematian kronis terjadi > 8 hari pascainfeksi, dengan kematian ikan antara 20-100%.

Mian et al. (2009) menyatakan bahwa pada suhu perairan hangat lebih dari 27 oC S. agalactiae cenderung lebih bersifat virulen. Setelah uji tantang dengan LD50 (strain SA 20-06 LD50 pada 6,14x107 cfu/mL) menyebabkan kematian 90- 100%. Gejala klinis muncul 24 jam pascainfeksi, dengan gerakan renang tak menentu merupakan gejala yang umum terjadi apabila terjadi infeksi pada bagian

otak. Kematian terjadi pada 72 jam pascainfeksi, namun beberapa ikan mati setelah 14 hari pascainfeksi.

Penyakit biasanya timbul dalam tipe infeksi akut dengan kondisi klinis munculnya peradangan yang sistemik dan mengakibatkan kematian dalam waktu 24 sampai 48 jam. Tipe infeksi kronis ditandai dengan kerusakan pada bagian sirip, lesi pada kulit, gerakan renang lemah, dan menyebabkan kematian 10 sampai 70% dari total populasi di kolam budidaya (Ibrahem et al. 2008). Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi A. hydrophila digolongkan dari yang bersifat akut hingga bersifat laten dengan membentuk infeksi septisemia (Ismail et al. 2010).

Simpulan dan Saran

Hasil dari uji patogenesis ko-infeksi bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae

dapat disimpulkan bahwa :

1. Injeksi secara intra peritoneal dari kedua jenis bakteri tersebut pada ikan Nila dapat merangsang homeostasi respons imun non-spesifik (monosit, neutrofil, limfosit, dan hematokrit) dan meningkatkan kemampuan fagositosis darah. 2. Pola kematian yang terjadi menunjukkan bahwa infeksi MAS bersifat akut dan

kronis, sedangkan infeksi Streptococcosis bersifat sub-akut.

3. Ko-infeksi buatan dari gabungan bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae

menyebabkan kematian ikan Nila sebesar 33-50% dalam waktu 2-12 hari pascainfeksi.

Ikan Nila sangat rentan terhadap infeksi tunggal maupun ko-infeksi dari bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae. Karakter dari patogenesis infeksi A. hydrophila dan S. agalactiae yang berisfat akut dan kronis, maka diperlukan kewaspadaan pada kegiatan budidaya ikan yang baik dan benar dalam manajemen sistem budidaya maupun sistem pengelolaan lingkungannya, agar tidak terjadi wabah penyakit MAS dan Streptococcosis.

Dokumen terkait