BAB III METODE PENELITIAN
3.8 Biaya Penelitian
Biaya yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebesar Rp.840,000.
Sumber dana penelitian adalah dana mandiri. Uraian penggunaan data penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. RencanaAnggaranDanaPenelitian
No Rincian Biaya
1 Transportasi (Bahan bakar minyak kenderaan bermotor selama 8 minggu, @ 1 minggu, Rp.70,000,-)
Rp 560,000 2 Biaya Literatur
- Internet (Pencarian sumber) - Fotokopi
- Printing
Jelaskan jumlah satuannya
Uang untuk imbalan bagi relawan penelitian @ Rp 20.000,-/orang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada dua rumah sakit yaitu, Rumah Sakit Haji Adam Malik dan juga Rumah Sakit Dr.Pirngadi.
4.1.2 KARAKTERISTIK SUBYEK
Subyek penelitian adalah 157 orang dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronikdan memenuhi kriteria inklusi/eksklusiyang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 157 orang yang turut serta sebagai subyek penelitian, diperoleh data yang berkenaan dengan identitas subyek penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, dan status perkawinan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Identitas Subyek Penelitian
No. Identitas Subyek Penelitian Frekuensi Persentase Umur
No. Identitas Subyek Penelitian Frekuensi Persentase Status Perkawinan
1 Menikah 145 92.4
2 Duda/Janda 12 7.6
Total 157 100.0
Dari 4.1 di atas, diketahui bahwa distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan umur sebagian besar pasien berada di antara usia 51-80 tahun yaitu sebanyak 126 orang (80,2%), sedangkan usia 35-50 tahun ada 19 orang (12,1%) dan usia >80 tahun ada 12 orang (7,6%).
Distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah pasien laki-laki yaitu sebanyak 128 responden (81,5%) dan pasien perempuan ada 29 orang (18,5%).
Distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan suku sebagian besar pasien adalah suku batak yaitu sebanyak 122 orang (77,7%), suku Jawa sebanyak 24 orang (15,3%), suku Melayu ada 7 orang (4,5%), dan suku Aceh ada 4 orang (2,5%).
Distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan agama sebagian besar pasien beragama Kristen yaitu sebanyak 106 orang (67,5%) dan agama Islam ada 51 orang (32,5%).
Distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar pasien berpendidikan SMA yaitu sebanyak 88 orang (56,1%), Sarjana sebanyak 61 orang (38,9%), SMP ada 7 orang (4,5%) dan SD hanya 1 orang (0,6%).
Distribusi identitas subyek penelitian berdasarkan status pernikahan sebagian besar pasien menikah yaitu sebanyak 145 orang (92,4%) dan duda/janda ada 12 orang (7,6%).
4.1.3 DISTRIBUSI FAKTOR RISIKO
Distribusi faktor risiko pasien PPOK di Rumah Sakit Haji Adam Malik dan juga Rumah Sakit Dr.Pirngadi berdasarkan riwayat keluarga, pekerjaan, kebiasaan merokok dan faktor lain yang berkaitan dengan risiko PPOK.
4.1.3.1 Riwayat Keluarga
Distribusi subyek penelitian berdasarkan riwayat keluarga dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Riwayat Keluarga No Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit PPOK
1 Ada 157 100,0
2 Tidak ada 0 0,0
Anggota keluarga yang menderita penyakit PPOK
1 Orangtua 50 31.8
2 Saudara kandung 86 54.8
3 Anak 21 13.4
Total 157 100,0
Dari tabel 4.2 di atas distribusi subyek penelitian berdasarkan riwayat keluarga diketahui bahwa seluruh pasien (100%) memiliki keluarga yang menderita penyakit PPOK. Sebagian besar keluarga pasien yang menderita PPOK adalah saudara kandung yaitu sebanyak 86 orang (54,8%), orangtua sebanyak 50 orang (31,8%) dan anak ada 21 orang (13,4%).
4.1.3.2 Pekerjaan Subyek Penelitian
Distribusi subyek penelitian berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS/Pensiunan PNS 69 43.9
2 Pegawai Swasta 6 3.8
3 Petani 11 7.0
4 Pegawai Negeri 71 45.2
Total 157 100.0
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi subyek penelitian berdasarkan pekerjaan sebagian besar pasien bekerja sebagai Pegawai Negeri yaitu sebanyak 71 orang (45,2%), sebagai PNS/Pensiunan PNS sebanyak 69 orang (43,9%), petani ada 11 orang (7%) dan pegawai swasta hanya 6 orang (3,8%).
4.1.3.3 Kebiasaan Merokok
Distribusi subyek penelitian berdasarkan kebiasaan merokok terdiri dari klasifikasi perokok, ketergantungan fisik terhadap rokok, dan bekas perokok.
4.1.3.3.1 Klasifikasi Perokok
Distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan klasifikasi perokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Kebiasaan Merokok Subyek Penelitian berdasarkan Klasifikasi Perokok
No Klasifikasi Perokok Frekuensi Persentase Mempunyai kebiasaan merokok
Jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari
Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan klasifikasi perokok sebagian besar pasien mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 118 orang (75,2%) dan sudah berhenti ada 39 orang (24,8%).
Kebiasaan merokok pasien PPOK lamanya sebagian besar sudah >45 tahun sebanyak 90 orang (57,3%), antara 31-45 tahun sebanyak 42 orang (26,8%), antara 16-30 tahun ada 16 orang (5,7%) dan ≤15 tahun hanya 9 orang (5,7%).
Dari 157 pasien PPOK, sebanyak 39 pasien sudah berhenti merokok sebagian besar lamanya sudah >10 tahun yaitu sebanyak 22 orang (14,0%) dan antara 6-10 tahun sebanyak 17 orang (10,8%).
Banyaknya batang rokok yang pasien isap dalam sehari sebagian besar adalah 2 bungkus yaitu sebanyak 96 orang (61,1%), lebih dari 2 bungkus ada 33 orang (21%) dan 1 bungkus ada 28 orang (17,8%).
Berdasarkan klasifikasi perokok tersebut, maka pasien PPOK yang berobat ke RS Dr. Pirngadi dan RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2017 sebagian besar tergolong perokok aktif yaitu sebanyak 119 orang (75,2%) dan bekas perokok ada 39 orang (24,8%).
4.1.3.3.2 Ketergantungan Fisik terhadap Rokok
Distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan ketergantungan fisik terhadap rokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Kebiasaan Merokok Subyek Penelitian berdasarkan Ketergantungan Fisik terhadap Rokok
No Ketergantungan fisik Terhadap Rokok Frekuensi Persentase Klasifikasi perokok berdasarkan Indeks
Brinkman (IB)
1 Perokok sedang 16 10.2
2 Perokok berat 141 89.8
Jenis rokok yang dihisap
1 Rokok Kretek 87 55.4
2 Rokok campuran 23 14.6
3 Rokok putih 47 29.9
Cara mengisap rokok
1 Di mulut saja 28 17.8
2 Dihisap dangkal (begitu dihisap langsung dihembuskan)
Tetap merokok meskipun sakit dan harus beristirahat sepanjang hari
1 Ya 141 89.8
2 Tidak 16 10.2
No Ketergantungan fisik Terhadap Rokok Frekuensi Persentase Lebih sering merokok pada saat setelah
bangun tidur dibandingkan saat lain
1 Ya 117 74.5
2 Tidak 40 25.5
Lamanyajarak waktu, antara bangun pagi dengan rokok pertama yang dihisap
1 ≥5 menit 40 25.5
2 6-30 menit 73 46.5
3 31-60 menit 44 28.0
Saat/waktu yang dirasa sulit untuk menghilangkan aktivitas merokok
1 Pagi hari 133 84.7
2 Selain pagi hari 24 15.3
Ada kesulitan untuk tidak merokok, di tempat bebas rokok
1 Ya 157 100.0
2 Tidak 0 0,0
Golongan ketergantungan terhadap rokok
1 Tinggi 52 33.1
2 Sangat tinggi 105 66.9
Total 157 100.0
Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan ketergantungan fisik terhadap rokok dilihat dari Indeks Brinkman (IB), sebagian besar pasien tergolong perokok berat yaitu sebanyak 141 orang (89,8%) dan perokok sedang ada 16 orang (10,2%).
Jenis rokok yang digunakan pasien PPOK sebagian besar adalah jenis rokok kretek yaitu sebanyak 87 orang (55,4%), rokok putih sebanyak 47 orang (29,9%) dan rokok campuran ada 23 orang (14,6%).
Cara pasien menghisap rokok sebagian besar dihisap dalam sebanyak 104 orang (66,2%), dimulut saja ada 28 orang (17,8%) dan dihisap dangkal (begitu dihisap langsung dihembuskan) ada 25 orang (15,9%).
Pasien PPOK sebagian besar merokok setiap saat sebanyak 120 orang (76,4%), hanya pada saat istirahat ada 20 orang (12,7%) dan hanya ketika beraktivitas ada 17 orang (10,8%).
Pasien PPOK meskipun sakit dan harus beristirahat sepanjang hari sebagian besar tetap merokok yaitu sebanyak 141 orang (89,8%) dan tidak merokok hanya ada 16 orang (10,2%).
Pasien PPOK menjawab ya lebih sering merokok pada saat setelah bangun tidur dibandingkan saat lainyaitu sebanyak 117 orang (74,5%) dan menjawab tidak ada 40 orang (25,5%).
Berdasarkan jarak waktu antara bangun pagi dengan rokok pertama yang dihisap, sebagian besar rokok pertama pasien hisap antara 6-30 menit yaitu sebanyak 73 orang (46,5%), antara 31-60 menit sebanyak 44 orang (28%) dan ≥5 menit ada 40 orang (25,5%).
Pasien PPOK merasa sulit untuk menghilangkan aktivitas merokok sebagian besar pada pagi hari sebanyak 133 orang (84,7%) dan selain pagi hari ada 24 orang (15,3%).
Seluruh pasien PPOK merasa kesulitan untuk tidak merokok, di tempat bebas rokok (100%).
Berdasarkan skor yang diperoleh, pasien PPOK di RS Dr. Pirngadi dan RSUP HAM tergolong sangat tinggi sebanyak 105 orang (66,9%) dan tinggi ada 52 orang (33,1%).
4.1.3.3.3 Bekas Perokok
Distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan alasan pasien berhenti merokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Kebiasaan Merokok Subyek Penelitian Berdasarkan Alasan Pasien Berhenti Merokok
No Alasan Berhenti Merokok Frekuensi Persentase 1 Sakit (paru, jantung, stroke, dan lain-lain) 157 100.0
2 Niat (keinginan sendiri) 0 0,0
Total 157 100.0
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan alasan pasien berhenti merokok seluruh pasien menyatakan karena sakit, seperti paru, jantung, stroke dan lain-lain (100%) dan tidak ada pasien PPOK berhenti merokok karena niat atau karena keinginan sendiri.
4.1.3.4 Beberapa Pertanyaan lain yang Berkaitan dengan Faktor Risiko PPOK
Beberapa pertanyaan lain yang berkaitan dengan faktor risiko PPOK dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7. Beberapa Pertanyaan lain yang Berkaitan dengan Faktor Risiko PPOK
No Beberapa Pertanyaan lain yang Berkaitan
dengan Faktor Risiko PPOK Frekuensi Persentase Ada anggota keluarga/orang lain di sekitar
yangmempunyai kebiasaan merokok
1 Ya 157 100.0
2 Tidak 0 0,0
Anggota keluarga/orang lain di sekitar yang mempunyai kebiasaan merokok
1 Suami/istri 22 14.0
2 Teman dekat 46 29.3
3 Orangtua 20 12.7
4 Saudara kandung 34 21.7
5 Anak 35 22.3
Sering terpapar dengan asap/sisa pembakaran
1 Ya 157 100.0
2 Tidak
Asal paparan asap
1 Asap kendaraan bermotor 101 64.3
2 Asap dapur 19 12.1
3 Asap bakaran sampah 37 23.6
Lamanyaterpapar oleh asap
1 <10 tahun 0 0,0
2 >10 tahun 157 100.0
Riwayat Penyakit Penyerta
Selain menderita PPOK, ada riwayat penyakit lain
Lamanya mengidap penyakit
1 <10 tahun 0 0,0
2 >10 tahun 157 100.0
Total 157 100,0
Dari Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa faktor lain yang berkaitan dengan risiko PPK berdasarkan anggota keluarga/orang lain di sekitar pasien PPOK yang mempunyai kebiasaan merokok, seluruh pasien menyatakan ya (100%), yaitu sebagian besar teman dekat sebanyak 46 orang (29,3%), diikuti anak ada 35 orang (22,3%), saudara kandung ada 34 orang (21,7%), suami/istri ada 22 orang (14%) dan orangtua ada 20 orang (12,7%).
Berdasarkan pertanyaan apakah di lingkungan anda, anda sering terpapar dengan asap/sisa pembakaran, seluruh responden menjawab ya (100%). Sebagian besar pasien PPOK menjawab paparan asap tersebut berasal dari asap kendaraan bermotor yaitu sebanyak 101 orang (64,3%), asap bakaran sampah ada 37 orang (23,6%) dan berasal dari asap dapur ada 19 orang (12,1%).
Dari pertanyaan sudah berapa lama pasien PPOK terpapar oleh asap tersebut, seluruh pasien (100%) menjawab >10 tahun.
Berdasarkan riwayat penyakit penyerta, selain menderita PPOK, apakah pasien PPOK mempunyai riwayat penyakit lain? Seluruh menjawab ada (100%).
Dan sebagian besar pasien PPOK menyatakan jenis penyakit penyerta tersebut adalah penyakit asma yaitu sebanyak 117 orang (74,5%), jantung ada 28 orang (17,8%) dan hipertensi ada 12 orang (7,6%).
Lamanya pasien mengidap penyakit tersebut, seluruh pasien PPOK menjawab >10 tahun (100%).
4.1.4 GEJALA KLINIS/PERJALANAN PENYAKIT DAN RIWAYAT PENGOBATAN
4.1.4.1 Gejala Klinis
Gejala klinis pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8. Distribusi Gejala Klinis Pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM
No Gejala Klinis Frekuensi Persentase
Gejala klinis yang dialami saat mengidap penyakit PPOK
1 Sesak nafas 77 49.0
2 Batuk 48 30.6
3 Produksi dahak 32 20.4
Saatnya mengalami sesak napas
1 Saat melakukan aktivitas ringan (berjalan, mengenakan pakaian)
35 22.3
2 Saat melakukan aktivitas sedang (berjalan cepat, naik tangga)
66 42.0
3 Saat melakukan aktivitas berat (berlari atau olahraga berat lainnya)
56 35.7
Gejala sesak napas berkurang, bila:
Beristirahat 28 17.8
1 Sesudah mengeluarkan dahak 20 12.7
2 Sesudah menggunakan obat pelega 109 69.4
Saat batuk terjadi
1 Saat bangun tidur 73 46.5
2 Kapan saja 24 15.3
3 Bila terpapar udara berpolusi 60 38.2
Banyaknya dahak yang dikeluarkan dalam satu kali berdahak
1 1 sendok makan 40 25.5
2 >1 sendok makan 117 74.5
Warna dahak yang dikeluarkan
1 Putih 48 30.6
2 Hijau 20 12.7
3 Hijau kekuningan 89 56.7
Total 157 100.0
Dari tabel 4.8 distribusi gejala klinis pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM berdasarkan gejala klinis apa yang pasien alami saat mengidap penyakit PPOK, sebagian besar pasien menjawab sesak nafas yaitu sebanyak 77 orang (49%), batuk ada 48 orang (30,6%) dan produksi dahak ada 32 orang (20,4%).
Berdasarkan bila terjadinya sesak nafas, sebagian besar pasien menjawab saat melakukan aktivitas sedang (berjalan cepat, naik tangga) yaitu sebanyak 66 orang (42%), saat melakukan aktivitas berat (berlari atau olahraga berat lainnya)
sebanyak 56 orang (35,7%) dan saat melakukan aktivitas ringan (berjalan, mengenakan pakaian) ada 35 orang (22,3%).
Sebagian besar pasien PPOK menyatakan gejala sesak napas berkurang sesudah menggunakan obat pelega yaitu sebanyak 109 orang (69,4%), apabila beristirahat sebanyak 28 orang (17,8%) dan sesudah mengeluarkan dahak ada 20 orang (12,7%).
Pasien PPOK mengalami batuk, sebagian besar menjawab terutama terjadi saat bangun tidur yaitu sebanyak 73 orang (46,5%), bila terpapar udara berpolusi sebanyak 60 orang (38,2%), dan kapan saja ada 24 orang (15,3%).
Apabila pasien PPOK batuk berdahak, banyak dahak yang dikeluarkan dalam satu kali berdahak sebagian besar menjawab >1 sendok makan yaitu sebanyak 117 orang (74,5%), dan 1 sendok makan ada 40 orang (25,5%).
Apabila batuk pasien PPOK berdahak, sebagian besar pasien PPOK mengeluarkan dahak warna hijau kekuningan yaitu sebanyak 89 orang (56,7%), warna putih ada 48 orang (30,6%), dan warna hijau ada 20 orang (12,7%).
4.1.4.2 Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9. Distribusi Perjalanan Penyakit Pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM
No Perjalanan Penyakit Frekuensi Persentase Usia didiagnosa dengan penyakit paru
obstrukstif kronik (PPOK)
Pernah mengalami kekambuhan &
dirawat di rumah sakit, karena penyakit PPOK
1 Ya 157 100.0
2 tidak
Bila Ya. Perawatan yang dijalani
1 Perawatan biasa 52 33.1
2 Perawatan gawat darurat 105 66.9
Total 157 100.0
Dari tabel 4.9 perjalanan penyakit pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM diketahui bahwa berdasarkan usia pasien didiagnosa dengan penyakit paru obstrukstif kronik (PPOK) sebagian besar menjawab 46-60 tahun sebanyak 71 orang (45,2%), usia >60 tahun ada 58 orang (36,9%), dan antara 30 sampai 45 tahun ada 28 orang (17,8%).
Kondisi pasien PPOK saat ini sebagian besar tidak stabil sebanyak 63 orang (40,1%), makin parah ada 54 orang (34,4%), dan stabil ada 40 orang (25,5%).
Selama ini seluruh pasien PPOK (100%) pernah mengalami kekambuhan
& dirawat di rumah sakit, karena penyakit PPOK. Dan sebagian besar mendapat perawatan gawat darurat sebanyak 105 orang (66,9%) sedangkan perawatan biasa ada 52 orang (33,1%).
4.1.4.3 Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10. Distribusi Riwayat Pengobatan Pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM
No Perjalanan Penyakit Frekuensi Persentase Saatnya menggunakan obat untuk
keperluan penyakit PPOK
1 Saat serangan (kambuh) saja 102 65.0
2 Bila persediaan obat masih ada & berhenti bila obat habis
Dokter memberikan keterangan tentang obat PPOK
1 Ya 157 100.0
2 Tidak 0 0,0
No Perjalanan Penyakit Frekuensi Persentase Bila Ya, keterangan yang diberikan dokter
berkenaan dengan obat PPOK 1 Jenis, cara, waktu dan efek samping
penggunaan obat
28 17.8
2 Cara, waktu dan efek samping penggunaan obat
84 53.5
3 Cara dan waktu penggunaan obat 45 28.7
Bentuk sediaan obat yang diberikan oleh dokter/yang digunakan
1 Obat semprot 103 65.6
2 Obat makan 30 19.1
3 Obat suntik 24 15.3
Jenis obat semprot yang digunakan
1 Inhaler 48 30.6
2 Turbuhaler 85 54.1
3 Rotahaler 24 15.3
Dokter memberikan penjelasan mengenai penggunaan obat semprot
1 Ya 157 100.0
2 Tidak 0 0,0
Bentuk sediaan obat pelega yang diberikan
Pembiayaan pengobatan PPOK
1 Pribadi (sendiri) 15 9.6
2 Perusahaan tempat bekerja 20 12.7
3 BPJS 122 77.7
Total 157 100.0
Dari tabel 4.10 distribusi pemeriksaan spirometri pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM diketahui bahwa untuk mengobati penyakit PPOK yang dialami, pasien PPOK menggunakan obat untuk keperluan tersebut sebagian besar hanya pada saat serangan (kambuh) saja yaitu sebanyak 102 orang (65%), sepanjang hidup ada 35 orang (22,3%) dan bila persediaan obat masih ada &
berhenti bila obat habis ada 20 orang (12,7%).
Untuk mengobati penyakit PPOK yang dialami, pasien PPOK sebagian besar mendatangi Dokter Spesialis Paru yaitu sebanyak 113 orang (72%) dan Dokter Umum ada 44 orang (28%).
Berdasarkan pertanyaan Bila Anda berobat ke dokter, apakah dokter ada memberi keterangan tentang obat yang diberikan kepada anda?, seluruh pasien PPOK menjawab ya (100%). Keterangan yang diberikan dokter kepada pasien PPOK terkait dengan obat yang diberikan dokter tersebut sebagian besar pasien PPOK menjawab dokter memberikan keterangan seperti cara/teknik menggunakan obat, waktu/lama menggunakan obat yang diberikan dan efek samping obat yang diberikan dan cara menghindarinya yaitu sebanyak 84 orang (53,5%), cara/teknik menggunakan obat dan waktu/lama menggunakan obat yang diberikan saja ada 45 orang (28,7%) dan jenis &kegunaan obat yang diberikan (obat pelega atau obatpengontrol) cara/teknik menggunakan obat, waktu/lama menggunakan obat yang diberikan dan efek samping obat yang diberikan dan cara menghindarinya ada 28 orang (17,8%).
Untuk mengobati penyakit PPOK yang dialami, bentuk sediaan obat apa yang diberikan oleh dokter/yang pasien gunakan adalah sebagian besar obat semprot yaitu sebanyak 103 orang (65,6%), obat makan ada 30 orang (19,1%) dan obat suntik ada 24 orang (15,3%).
Obat semprot yang digunakan pasien PPOK sebagian besar merek Turbuhaler yaitu sebanyak 85 orang (54,1%), Inhaler ada 48 orang (30,6%), dan Rotahaler ada 24 orang (15,3%).
Seluruh pasien (100%) mengatakan bahwa pada saat menggunakan obat semprot, dokter memberikan penjelasan mengenai penggunaan obat semprot.
Pasien PPOK yang menggunakan obat pelega sebagian besar menggunakan LABA (Long Acting Beta-2 Agonist) dan LAMA (Long Acting Muscarinic Antagonist) + CORTICOSTEROID yaitu sebanyak 68 orang (43,3%), LABA saja ada 49 orang (31,2%) dan LAMA saja ada 40 orang (25,5%).
Obat diperoleh pasien PPOK sebagian besar dari praktek dokter yaitu sebanyak 101 orang (64,3%), apotik umum ada 36 orang (22,9%) dan rumah sakit ada 20 orang (12,7%).
Biaya pengobatan PPOK yang anda dialami pasien PPOK dilaksanakan oleh BPJS yaitu sebanyak 122 orang (77,7%), dari perusahaan tempat bekerja ada 20 orang (12,7%) dan dari pribadi (sendiri) ada 15 orang (9,6%).
4.1.4.4 Pemeriksaan Spirometri
Pemeriksaan spirometri pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11. Distribusi Pemeriksaan Spirometri Pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM
No Perjalanan Penyakit Frekuensi Persentase Pernah menjalani tes spirometri
1 Ya 157 100.0
1 Mengetahui kondisi/faali paru Anda 157 100,0 2 Mengetahui keparahan PPOK yang Anda alami 0 0,0 3 Mengevalusi keberhasilan/kemajuan pengobatan 0 0,0
4 Tidak tahu 0 0,0
Menjalani pemeriksaan spirometri sebelum mendapat pengobatan untuk PPOK yang dialami
1 Ya 117 74.5
2 Tidak 40 25.5
Bila Ya. Pada pemeriksaan spirometri, nilai VEP1 yang didapatkan
Setelah mendapat pengobatan pemeriksaan spirometri dilakukan kembali
1 Ya 121 77.1
2 Tidak 36 22.9
No Perjalanan Penyakit Frekuensi Persentase Bila Ya, kondisi PPOK menunjukkan:
1 Perbaikan 104 66.24
2 Tetap saja 36 22.93
3 Perburukan 17 10.83
Total 157 100.0
Dari tabel 4.11 distribusi pemeriksaan spirometri pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM diketahui bahwa seluruh pasien PPOK (100%) pernah menjalani pemeriksaan spirometri. Pasien PPOK sebanyak 129 orang (82,2%) mengetahui kegunaan pemeriksaan spirometri dan sebanyak 28 orang (17,8%) tidak mengetahui kegunaan pemeriksaan spirometri.
Berdasarkan kegunaan spirometri sebagian besar pasien PPOK mengetahui kondisi/faali paru yaitu sebanyak 57 orang (36,31%), mengetahui keparahan PPOK yang dialami pasien sebanyak 48 orang (30,57%), untuk mengevalusi keberhasilan/kemajuan pengobatan sebanyak 24 orang (15,29%) dan tidak mengetahui ada 28 orang (17,83).
Sebelum mendapat pengobatan untuk PPOK yang dialami pasien seluruh pasien (100%) menjalani pemeriksaan spirometri terlebih dahulu.
Pada pemeriksaan spirometri tersebut, nilai VEP1 yang didapatkan dari pasien >30% ada 92 orang (58,6%), >50% ada 41 orang (26,1%), dan <30% ada 24 orang (15,3%).
Selama pasien PPOK menjalani pengobatan, sebagian besar mengatakan menjalani pemeriksaan spirometri sudah >2 kali yaitu sebanyak 105 orang (66,9%), 1 kali ada 28 orang (17,8%) dan 2 kali ada 24 orang (15,3%).
Setelah mendapat pengobatan sebagian besar pasien PPOK dilakukan pemeriksaan spirometri kembali yaitu sebanyak 121 orang (77,1%) dan tidak dilakukan ada 36 orang (22,9%).
Dari pemeriksaan spirometri tersebut , kondisi PPOK yang dialami pasien menunjukkan sebagian besar menunjukkan perbaikan yaitu sebanyak 104 orang (66,24%), tetap saja ada 36 orang (22,93%) dan mengalami perburukan ada 17 orang (10,83%).
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Hasil penelitain pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur sebagian besar pasien berada di antara usia 51-80 tahun yaitu sebanyak 126 orang (80,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Allivia Firdahana (2010) dalam penelitiannya tentang Perbandingan Nilai Faal Paru Pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil Dengan Orang Sehat diperoleh hasil bahwa penderita PPOK sebagian besar berada dalam usia antara 66-75 tahun yaitu sebanyak 17 orang (56,67%). Dalam penelitiannya ini Allivia menggunakan responden sebanyak 30 orang. Menurut Djojodibroto dan R.Darmanto (2009) dalam Kemalasari (2017), karakteristik pasien PPOK juga lebih dominan pada kelompok usia di atas 50 tahun dikarenakan PPOK merupakan penyakit yang muncul setelah terpapar dengan berbagai macam iritan dalam waktu yang lama.
Menurut Hisyam, dkk (2001) dalam Kemalasari (2017) umumnya penderita PPOK kebanyakan berusia lanjut, karena terdapat gangguan mekanis dan pertukaran gas pada system pernapasan dan menurunnya aktifitas fisik pada kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien PPOK adalah pasien laki-laki yaitu sebanyak 128 responden (81,5%). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Permatasari (2015) dalam penelitiannya diketahui bahwa pasien laki-laki (96,9%) lebih mendominasi PPOK dengan sebaran usia terbanyak pada rentang usia 56-75 tahun (78,1%). Secara umum, karakteristik pasien PPOK lebih dominan pada jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa PPOK berhubungan dengan kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merokok perokok (PDPI, 2011 dalam Kemalasari, 2017).
Lebih lanjut dari hasil penelitian diperoleh pasien PPOK sebagian besar suku batak yaitu sebanyak 122 orang (77,7%), beragama Kristen yaitu sebanyak 106 orang (67,5%), tingkat pendidikan sebagian besar pasien berpendidikan SMA yaitu sebanyak 88 orang (56,1%), status pernikahan sebagian besar pasien adalah menikah yaitu sebanyak 145 orang (92,4%).
4.2.2 Faktor Risiko
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa faktor risiko pasien PPOK di RS Dr.Pirngadi dan RSUP HAM berdasarkan riwayat keluarga diketahui bahwa seluruh pasien (100%) memiliki keluarga yang menderita penyakit PPOK dan sebagian besar keluarga pasien yang menderita PPOK adalah saudara kandung yaitu sebanyak 86 orang (54,8%). Dari Tabel 4.3 pasien PPOK sebagian besar bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 71 orang (45,2%) dan PNS/Pensiunan PNS yaitu sebanyak 69 orang (43,9%). Menurut GOLD/Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (2011) dalam Kemalasari (2017) pasien PPOK juga dominan kepada yang bekerja dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Dalam hal ini GOLD menyebutkan bahwa itu terjadi karena adanya paparan dari lingkungan kerja. Serta hubungan yang konsisten antara paparan lingkungan kerja dan PPOK tersebut sudah diobservasi dengan penelitian epidemiologi multipel berkualitas tinggi.
Dari hasil penelitian pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan klasifikasi perokok sebagian besar pasien mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 118 orang (75,2%), lamanya >45 tahun sebanyak 90 orang (57,3%). Dan dari 157 pasien PPOK, sebanyak 39 pasien sudah berhenti merokok sebagian besar lamanya sudah >10 tahun yaitu sebanyak 22 orang (14,0%). Menurut Mukti (2017) berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi risiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit.
Banyaknya batang rokok yang pasien isap dalam sehari sebagian besar adalah 2 bungkus yaitu sebanyak 96 orang (61,1%). Berdasarkan klasifikasi perokok tersebut, maka pasien PPOK yang berobat ke RS Dr. Pirngadi dan RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2017 sebagian besar tergolong perokok aktif yaitu sebanyak 119 orang (75,2%).
Dari hasil penelitian pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok subyek penelitian berdasarkan ketergantungan fisik terhadap rokok dilihat dari Indeks Brinkman (IB), sebagian besar pasien tergolong perokok berat yaitu sebanyak 141 orang (89,8%). Jenis rokok yang digunakan pasien PPOK