• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kawasan Jl. Mojopahit Medan Petisah

3. Plot Pattern ( pola kapling )

Pola kapling sebagai salah satu elemen kunci dalam morfologi ruang pada kawasan Jl. Mojopahit ini berdasarkan teori Johannes (2014) tentang morfologi pola kapling pada suatu kawasan yang dikaji melalui aspek dimensi yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan lahannya dan sebaran kapling di kawasan Jl.Mojopahit.

a. Aspek Dimensi

Pola kapling pada kawasan Jl.Mojopahit dari sisi aspek dimensi pemanfaatan lahannya dapat dilihat melalui morfologi ruang kawasan tersebut. Pada morfologi I (1986-1989) pemanfaatan lahan untuk setiap bangunan masih memiliki ruang terbuka yang dimanfaatkan sebagai perkarangan rumah. Pemanfaatan ruang terbuka sebagai perkarangan rumah pada saat ini hanya terdapat di beberapa titik perumahan saja, dan difungsikan sebagai hunian rumah tinggal.

Gambar 4.24

Fungsi hunian yang dialih fungsikan sebagai hunian campuran (Sumber: Peneliti, 2015)

Seiring berkembangnya industri kuliner di kawasan Jl.Mojopahit ini, pemanfaat lahan 90% bahkan mencapai 100% dari kapling yang dimiliki dengan tanpa menyisakan lahan untuk ruang terbuka merupakan perwujudan dari meningkatnya nilai ekonomi di kawasan tersebut yang difungsikan sebagai area komersil.

Gambar 4.25

Fungsi hunian berderet yang dialihfungsikan sebagai hunian campuran dan berbentuk rumah toko

(Sumber: Peneliti, 2015)

Fungsi hunian rumah tinggal pada kawasan Jl.Mojopahit ini awalnya memiliki ruang terbuka untuk setiap bangunannya, namun dengan adanya penambahan ruang fisik bangunan secara horizontal sebagai wujud dari aktivitas kreatif industri kulinernya menyebabkan pemanfaatan lahan untuk setiap

kaplingnya Selain pertumbuhan fisik bangunan secara horizontal juga terjadi secara vertikal. Industri kuliner di Jl.Mojopahit yang merupakan produk dari home industry membutuhkan penambahan ruang secara vertikal yang digunakan sebagai area hunian, dan lantai dasar dipergunakan sebagai area untuk pemasaran dan produksi.

b. Sebaran Pola Kapling

Berdasarkan teori Fadhillah (2013) tentang morfologi sebaran pola kapling di kawasan Jl.Mojopahit ini dipengaruhi adanya pengurangan akibat adanya pemisahan, perpindahan, penghapusan, pertukaran, pembagian kapling, ataupun penambahan akibat penggabungan kapling.

Gambar 4.26

Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase I (Sumber: Peneliti, 2015)

Kapling pada kawasan Jl. Mojopahit secara fisik mengalami perubahan bentuk. Hal ini dapat dilihat pada morfologi kawasannya yaitu perubahan fisik hunian tunggal menjadi deretan rumah-rumah toko yang dapat dilihat perkembangnannya pada morfologi fase I sampai dengan morfologi fase III.

Pada fase I morfologi pola kapling di kawasan Jl.Mojopahit merupakan jenis hunian tunggal yang diawali dengan pertumbuhan industri kuliner bika ambon Ratna

Keterangan : Bika ambon

Gambar 4.27

Perkembangan fisik pola kapling karena penggabungan kapling (Sumber: Peneliti, 2015)

Penyebaran pola kapling yang berbentuk grid mempengaruhi pembentukan jaringan penghubung berupa jalan lingkungan yang digunakan untuk mengakses unit-unit rumah tinggal di kawasan tersebut.

Gambar 4.28

Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase II (Sumber: Peneliti, 2015)

Gambar 4.29

Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase III (Sumber: Peneliti, 2015)

Pada fase III morfologi pola kapling terlihat pada pertumbuhan toko-toko industri dengan aneka jenis kuliner lainnya

Pada fase II morfologi pola kapling mulai terbentuk sebagai bangunan berderet yang diperlihatkan melalui pertumbuhan industri kuliner di koridor Jl.Mojopahit. Keterangan : Bika ambon Keterangan : Bika ambon Kuliner lainnya

4. Street Pattern (pola-pola jalan/sirkulasi)

Berdasarkan teori yang dikemukakan Fadhillah (2014) tentang morfologi pola jalan/ srikulasi pada kawasan Jl. Mojopahit sebagian merupakan kelanjutan dari pola yang sudah ada, dan ada pula yang terbentuk dengan pola baru.

a. Jalan Utama Kawasan

Jl.Mojopahit sebagai jalan utama pada kawasan industri kuliner tersebut juga difungsikan sebagai jalur utama menuju kawasan pusat kota juga akses ke tempat lainnya yang berada di sekitar kawasan tersebut. Jl.Mojopahit tersebut memiliki lebar 4 meter sebagai jalur kendaraan dengan bahu jalan selebar 1 meter. Jalur pedestrian berada di sisi kanan dan kiri jalan dengan material paving block dengan pola penyusunan basket weave. Penggunaan sirkulasi kendaraan satu arah ditetapkan pemerintah melalui Dinas Perhubungan Kota Medan pada tahun 1990 sebagai kebijakan mengurangi kemacetan di kawasan tersebut sebagai dampak dari tingginya aktivitas yang terjadi.

Dilihat dari fungsinya sebagai jalan utama pada kawasan ini yang dapat diakses oleh kendaraan dengan fasilitas parkir on street menjadikan koridor ini sebagai area yang strategis untuk memasarkan produk kuliner dari para pelaku home industry tersebut. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya toko-toko industri kuliner di sepanjang koridor Jl.Mojopahit pada puncak era tahun 2000an.

Gambar 4.30

Jl. Mojopahit sebagai jalan utama dengan lebar 6 meter (Sumber:Peneliti, 2015)

Gambar 4.31

Potongan Jl. Mojopahit sebagai Jalan Utama Kawasan (Sumber: Peneliti, 2015)

b. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan pada kawasan Jl. Mojopahit memiliki dimensi yang bervariasi yaitu sekitar 3-4 meter, dengan material yang digunakan juga berbeda-beda. Fungsi jalan lingkungan pada kawasan Jl.Mojopahit ini yaitu sebagai penghubung antar unit-unit rumah tinggal yang berada di kawasan tersebut.

Gambar 4.32

Jalan lingkungan yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki karena adanya perubahan fungsi lahan sebagai area hunian.

(Sumber: Peneliti, 2015)

Jalan lingkungan yang terbentuk di kawasan Jl.Mojopahit ini sebagian mengikuti pola jalan yang sudah ada, namun ada pula yang merupakan pola baru yang terbentuk karena adanya perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut. Seperti halnya pada Gambar 4.33 yang awalnya merupakan jalan utama kawasan yang dapat menghubungkan Jl.Mojopahit dengan Jl.S.Parman kini beralih fungsi menjadi jalan lingkungan yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki, hal ini disebabkan oleh beralih fungsinya penggunaan lahan menjadi kawasan perumahan.

Gambar 4.33

Jalan lingkungan dengan material paving block lebar 3 meter (Sumber: Peneliti, 2015)

Jalan lingkungan dengan ukuran 3 meter menggunakan material paving block sebagai akses menuju unit-unit rumah tinggal sebagai perwujudan dari penataan massa bangunan sehingga mempengaruhi pola jalan yang terbentuk pada kawasan yang berbentuk grid ini.

Gambar 4.34

Jalan lingkungan dengan material cor beton lebar 4 meter (Sumber: Peneliti, 2015)

Gambar 4.35

Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase I (Sumber: Peneliti, 2015)

Pada fase III morfologi pola kapling terlihat pada pertumbuhan toko-toko industri dengan aneka jenis kuliner lainnya

Keterangan :

Jalan utama (4 m) Jalan lingkungan

Jl.Mojopahit sebagai jalan utama dengan sirkulasi 2 arah

Jl.Mojopahit sebagai jalan utama dengan sirkulasi 1 arah

Gambar 4.36

Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase II (Sumber: Peneliti, 2015)

Gambar 4.37

Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase III (Sumber: Peneliti, 2015)

Pada fase III morfologi pola kapling terlihat pada pertumbuhan toko-toko industri dengan aneka jenis kuliner lainnya

Pada fase III morfologi pola kapling terlihat pada pertumbuhan toko-toko industri dengan aneka jenis kuliner lainnya Keterangan : Jalan utama (4 m) Jalan lingkungan Sirkulasi kendaraan Keterangan : Jalan utama (4 m) Jalan lingkungan Jalan lingkungan - ukuran bervariasi (3-4m) - material paving block dan

Gambar 4.38

Aksesibilitas menuju kawasan Jl. Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

Sistem transportasi kendaraan di kawasan ini menggunakan sistem satu arah yang diterapkan sejak tahun 1990-an oleh Dinas Perhubungan Kota Medan (Wawancara Kelurahan Petisah tengah, 2015) sebagai pembuat kebijakan dalam menata sistem transportasi di Kota Medan dan juga sebagai solusi dari permasalahan kemacetan yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat kota Medan maupun luar kota yang hendak berbelanja oleh-oleh khas Medan di kawasan tersebut, karena selain sebagai pusat oleh-oleh khas Kota medan, kawasan ini juga berdekatan dengan bangunan yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi, seperti sekolah, mall, dan aktivitas dari fungsi bangunan komersial lainnya.

Akses 1

Akses 2

Akses 3

Jl. Jend. S. Parman merupakan jalan satu arah yang dapat diakses dari Jl. Gajahmada dan

Jl.Mojopahit Jl. Gajahmada merupakan jalan satu arah yang dapat diakses dari Jl. Iskandarmuda

Jl. Perpustakaan merupakan jalan dua arah yang dapat diakses melalui Jl. Rotan dan Jl. Mataram

Jl. Rotan

merupakan jalan dua arah yang dapat diakses melalui Glugur

Jl. Glugur merupakan jalan satu arah yang dapat diakses melalui Jl Jend. S. Parman Akses 3

Gambar 4.39

Signage bertanda “satu arah” di Jl. Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

Berdasarkan fungsinya, Jl. Mojopahit merupakan jalan lokal primer dengan ketentuan sebagai berikut :

Gambar 4.40

Potongan Jl. Mojopahit sebagai jalan lokal primer (Sumber: Peneliti, 2015)

Jenis transportasi yang melintas di sepanjang koridor Jl. Mojopahit ini hanya dilalui oleh kendaraan-kendaraan pribadi seperti mobil, sepeda motor, sedangkan kendaraan umum yang melintas di kawasan ini dibatasi hanya untuk kendaraan umum seperti becak motor, taksi, maupun bus pariwisata. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemacetan di kawasan ini melalui pengurangan tingkat volume kendaraan yang melintas di jalur tersebut (Wawancara Kelurahan Petisah Tengah, 2015).

Gambar 4.41

Jenis transportasi yang melintas di Jl. Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

Gambar 4.42

Peta eksisting alur sirkulasi kendaraan di Jl. Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas, morfologi ruang pada kawasan Jl. Mojopahit sebagai pusat industri kuliner di Kota Medan yang dikaji melalui keempat elemen kuncinya dapat dirangkum seperti pada tabel dibawah ini.

Keterangan : Menuju ke Jl. Mojopahit Meninggalkan Jl. Mojopahit Jl. Gajahmada (jalur 1 arah) Jl. S. Parman (jalur 1 arah) Jl. Glugur (jalur 1 arah) Jl. Rotan (jalur 2 arah)

Jalur menuju kawasan Jl. Mojopahit dapat diakses melalui Jl. Gajahmada; Jl. S. Parman; Jl. Rotan.

Tabel 4.6 Perkembangan Keruangan, Sirkulasi, dan Penggunaan Lahan Jl.Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner Kota Medan

Fase I (1986-1989) Fase II (1990-2004) Fase III (2005-2015)

Skem a Pengg unaa n Laha n Skem a Per ke m bang an Ti pe dan M as sa Bangun an kawasan Jl . Mo jopah it

Tipe dan massa bangunan yang direncanakan sebagai fungsi hunian komersil (Toko Zulaikha) Keterangan : Rumah tinggal Area Komersil Pendidikan Hunian campuran Keterangan : Rumah tinggal Area Komersil Pendidikan Hunian campuran Keterangan : Rumah tinggal Area Komersil Pendidikan Hunian campuran

Per ke m ba ngan Ru ang Ka w as an J l. M oj o pah it S ke ma Per ke mbanga n S irkula si (Sumber: Peneliti, 2015) Keterangan : Bika ambon Keterangan : Bika ambon Kuliner lainnya Keterangan : Bika ambon Keterangan : Jalan utama (6 m) Jalan lingkungan Keterangan : Jalan utama (6 m) Jalan lingkungan Keterangan : Jalan utama (6 m) Jalan lingkungan Tabel 4.6, sambungan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait