• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI INDUSTRI KULINER DALAM MEMBENTUK LINGKUNGAN KREATIF

(Studi kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

SKRIPSI

OLEH

ASTRI NINGSIH 110406019

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)

KAJIAN POTENSI INDUSTRI KULINER DALAM MEMBENTUK LINGKUNGAN KREATIF

(Studi kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASTRI NINGSIH 110406019

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

KAJIAN POTENSI INDUSTRI KULINER DALAM MEMBENTUK LINGKUNGAN KREATIF

(Studi kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

Penulis

(4)

Judul Skripsi : Kajian Potensi Industri Kuliner Dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

Nama Mahasiswa : Astri Ningsih Nomor Pokok : 110406019 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc)

Koordinator Skripsi,

(Dr.Ir.Dwira N.Aulia, M.Sc)

Ketua Program Studi,

(Ir. N. Vinky Rahman, MT)

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 04 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

(6)

KATA PENGANTAR

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

“KAJIAN POTENSI INDUSTRI KULINER DALAM MEMBENTUK

LINGKUNGAN KREATIF”

(Studi kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah) Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang berperan penting yaitu:

1. Ibu Dr.Ir.Dwira N Aulia, M.Sc selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Wahyu Utami S.T., M.Sc dan Ibu Wahyuni Zahra, S.T., M.S. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang sangat membangun utuk skripsi ini.

3. Bapak Ir.Vinky Rahman MT selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Departemen Arsitektur serta Bapak/Ibu staff pengajar Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Kepada keluarga penulis, Ayah dan Bunda tercinta yang selalu mendoakan, menyemangati, dan selalu memberikan yang terbaik sehingga bisa seperti sekarang ini. Serta Kakak, Abang, Mbak tersayang dan juga Pak Beacukai Tezza  atas doa dan dukungannya yang banyak membantu dalam penyempurnaan srkipsi ini, Love you all ...

6. Kepada Team 7 ( Dede, Nurul, Nova, Ridwan, Ary dan Susi) terima kasih sudah berbagi suka dan duka bersama, begadang bersama, seru-seruan bersama, semoga kita tetap utuh guys .. Untuk Ary terima kasih banyak karena bersedia menemani sepanjang survei untuk kelengkapan skripsi ini. Serta kawan-kawan seperjuangan Arsitektur USU angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya. Perjuangan kita belum selesai teman, Keep fighting!!! ....

7. Kepada Bapak Sekretaris Kelurahan Petisah Tengah serta Bapak-bapak Kepala Lingkungan kawasan Jl.Mojopahit atas informasinya dan Bapak Ibu pelaku home industry di kawasan Jl.Mojopahit terima kasih banyak atas informasi dan kerja samanya.

(8)

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 28 Juli 2015 Penulis

(9)

ABSTRAK

Kota kreatif merupakan salah satu konsep pengembangan kota dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pemanfaatan kekreativitisan untuk memecahkan permasalahan bersama yang terwujud dalam sebuah aktivitas industri yaitu industri kreatif. Jl.Mojopahit merupakan kawasan pusat industri kreatif yang bergerak di sektor industri kuliner yang terkenal dengan pusat oleh-oleh khas Kota Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lingkungan kreatif kawasan Jl.Mojopahit melalui konsep parameter kota kreatifnya, yaitu ekonomi, kelas, dan lingkungan kreatif dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dimana penjabaran dari hasil wawancara dan observasi sebagai studi dokumentasinya dan kemudian diuraikan dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan kreatif di kawasan ini terbentuk dari sisi aspek historisnya yang mempengaruhi aktivitas masyarakat di kawasan tersebut, sehingga terciptalah suatu lingkungan kreatif dengan aktivitas masyarakatnya sebagai penghasil industri kuliner bika ambon untuk pengembangan ekonomi di wilayah tersebut. Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan acuan bagi pemerintah atau perancang kota dalam mengembangkan kawasan ini dengan tidak meninggalkan identitas kawasan berupa pola-pola lokal dari proses terbentuk dan terbangunnya kawasan tersebut.

Kata Kunci: Konsep kota kreatif, industri kreatif, dan lingkungan kreatif

ABSTRACT

The concept of creative city is one of city development concept for increase public welfare by using creativity to solve the problem as together solutions. This creativity usually made from industrial activities which is called creative industries. Mojopahit street in Medan Petisah district is the center of creative industries region which active in culinary industry sector which is now famous with central souvenirs in Medan City. The purpose of this research is to review the creative environment of Mojopahit street through its parameter creative city by economy, class, and creative environment. Data collection was conconducted by observation, interview and documentation. Data obtained were analyzed in qualitative descriptive where the elaboration of the interview’s results and observations as the study documentation and then elaborated in the form of descriptive. Based on such analysis can be aware that creative environment in the region formed historical aspects that affect the comunity activities in the area, and resulting in a creative environment with its comunity activity as a producer of the bika ambon culinary industry for economic development in the region. The bnefits of this research are refereable to the Goverment or city planners in developing the area with do not left the area’s identity in the form of local patterns of harmonius process and formed the area.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.5Kerangka Berfikir ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Hubungan Aktivitas, Kreativitas, dan Ruang Manusia ... 6

2.2Konsep Kota Kreatif ... 7

2.3Parameter Kota Kreatif ... 7

2.3.1 Ekonomi Kreatif ... 8

(11)

B. Sektor Industri Kreatif... 8

C. Klasifikasi Industri Kreatif ... 8

2.3.2 Kelas Kreatif ... 9

A. Anatomi Kota Kreatif ... 10

B. Proses Pembentukan Lingkungan Kreatif ... 11

2.3.3 Lingkungan Kreatif ... 13

A. Kampung Kreatif ... 13

B. Morfologi Ruang ... 15

2.4Diagram Kepustakaan ... 17

2.5Studi Kasus Sejenis ... 17

2.5.1 Pengembangan Pertanian Organik terpadu di Kawasan Organik Dusun Serut ... 17

2.5.2 Morfologi Kampung Kalengan Kel.Bugangan ... 24

2.6Penelitian yang Sudah Dilakukan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1.Jenis Penelitian ... 29

3.2.Variabel penelitian ... 30

3.3.Populasi dan Sampel ... 31

3.4.Metode pengumpulan data ... 31

3.5.Kawasan penelitian ... 33

3.6.Metode Analisa Data ... 35

(12)

4.2Ekonomi Kreatif pada Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit ... 40

4.3Kelas Kreatif pada Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit ... 45

4.3.1 Anatomi Lingkungan Kreatif ... 45

4.3.2 Proses Pembentukan Lingkungan Kreatif ... 47

4.4Lingkungan Kreatif Industri Kuliner di Kawasan Jl.Mojopahit ... 49

4.4.1 Sejarah Kawasan Jl.Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner .. 49

4.4.2 Sosial Budaya ... 53

4.4.3 Morfologi Kawasan Jl.Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner ... 54

1. Land Uses ... 56

2. Structures ... 60

3. Plot Pattern ... 67

4. Street Pattern ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1Kesimpulan ... 81

5.2Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerjanya... 9

2.2 Kriteria U/MKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM .... 9

2.3 Perkembangan Kampung Kalengan ... 26

2.4 Perkembangan sirkulasi dan Penggunaan Lahan ... 26

2.5 Penelitian yang sudah dilakukan ... 27

3.1 Variabel Penelitian... 30

4.1 Industri kuliner di Jl.Mojopahit Medan Petisah ... 40

4.2 Klasifikasi industri kuliner di Jl.Mojopahit berdasarkan omset ... 43

4.3 Klasifikasi industri kuliner di Jl.Mojopahit berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 43

4.4 Urutan peristiwa terkait perkembangan kawasan Jl.Mojopahit sebagai Pusat industri kuliner ... 54

4.5 Tabel RUTRK Wilayah Kota madya Daerah Tingk II Medan ... 60

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Kota Kreatif ... 11

2.2 Kampung Kreatif Kota Bandung ... 14

2.3 Kampung Kreatif Kota Surabaya ... 14

2.4 Diagram Kepustakaan (Literature Map) ... 17

2.5 Padi organik pandan wangi di Dusun Serut ... 19

2.6 Pabrik pengelolaan pupuk kompos oleh kelompok diffable ... 20

2.7 Skema pertanian organik terpadu di Dusun Serut ... 20

2.8 Plang identitas Kampung Kalengan ... 24

2.9 Aktivitas di Kampung Kalengan ... 25

2.10 Skema lingkungan, ruang jalan, dan tipe rumah kamp. Kalengan ... 25

3.1 Kawasan Jl.Mojopahit sebagai lokasi penelitian ... 34

4.1 Peta kawasan Medan Petisah ... 39

4.2 Industri di kawasan Jl. Mojopahit Medan Petisah ... 44

4.3 Anatomi Lingkungan Kreatif di Kawasan Jl.Mojopahit ... 46

4.4 Industri kuliner di Jalan Mojopahit ... 50

(15)

4.6 Kemasan produk yang aman dan nyaman untuk di perjalanan ... 52

4.7 Jajanan kuliner yang dibekukan dan kue kering ... 52

4.8 Rumah asli pada thn 1980an yang berada diantara bangunan baru yang menunjukkan transformasi fungsi (hunian–hunian campuran) ... 56

4.9 Penggunaan lahan di Jl. Mojopahit pada fase I ... 57

4.10 Kegiatan produksi pada kawasan Jl.Mojopahit ... 58

4.11 Kegiatan pemasaran pada kawasan Jl.Mojopahit ... 58

4.12 Penggunaan lahan di Jl. Mojopahit pada fase II ... 58

4.13 Kepadatan bangunan sebagai fungsi hunian campuan-komersil ... 59

4.14 Penggunaan lahan di Jl. Mojopahit pada fase III ... 59

4.15 Kondisi kepadatan bangunan pada Fase I (1986-1989) ... 61

4.16 Kondisi kepadatan bangunan pada Fase II (1990-2004) ... 62

4.17 Kondisi kepadatan bangunan pada Fase III (2005-2015) ... 62

4.18 Tipikal hunian rumah tinggal berderet dan hunian rumah tinggal di Kawasan Jl. Mojopahit ... 63

4.19 Tipikal bangunan toko bika ambon Ratna yang direnovasi sebagai Wujud fisik ruang (hunian-hunian campuran) ... 64

4.20 Tipe dan massa bangunan di Jl. Mojopahit pada fase II-III ... 64

(16)

4.23 Langgam arsitektur fasad bangunan di Jl. Mojopahit ... 67

4.24 Fungsi hunian yang dialihfungsikan sebagai hunian campuran ... 68

4.25 Fungsi hunian berderet yang dialihfungsikan sebagai hunian... 68

4.26 Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase I ... 69

4.27 Perkembangan fisik pola kapling karena penggabungan kapling ... 70

4.28 Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase II ... 70

4.29 Pola kapling di Jl. Mojopahit pada Fase III ... 70

4.30 Jl. Mojopahit sebagai jalan utama dengan lebar 6 meter ... 72

4.31 Potongan Jl. Mojopahit sebagai Jalan Utama Kawasan ... 72

4.32 Jalan lingkungan yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki karena adanya perubahan fungsi lahan sebagai area hunian ... 73

4.33 Jalan lingkunngan dengan material paving block lebar 3 meter ... 73

4.34 Jalan lingkungan dengan material cor beton lebar 4 meter ... 74

4.35 Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase I ... 74

4.36 Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase II ... 75

4.37 Pola-pola jalan/sirkulasi di Jl. Mojopahit pada Fase III ... 75

4.38 Aksesibilitas menuju kawasan Jl. Mojopahit ... 76

4.39 Signage bertanda “satu arah” di Jl. Mojopahit ... 77

(17)

4.41 Jenis transportasi yang melintas di Jl. Mojopahit ... 78

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lamp.1 Peta Kawasan Jl.Mojopahit ... 87

Lamp.2 Pedoman Wawancara Pemerintah (Kel.Petisah Tengah) ... 88

Lamp.3 Pedoman Wawancara Pemilik Usaha (Toko Kuliner) ... 90

Lamp.4 Data Informan Kelurahan Petisah Tengah... 92

(19)

ABSTRAK

Kota kreatif merupakan salah satu konsep pengembangan kota dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pemanfaatan kekreativitisan untuk memecahkan permasalahan bersama yang terwujud dalam sebuah aktivitas industri yaitu industri kreatif. Jl.Mojopahit merupakan kawasan pusat industri kreatif yang bergerak di sektor industri kuliner yang terkenal dengan pusat oleh-oleh khas Kota Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lingkungan kreatif kawasan Jl.Mojopahit melalui konsep parameter kota kreatifnya, yaitu ekonomi, kelas, dan lingkungan kreatif dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dimana penjabaran dari hasil wawancara dan observasi sebagai studi dokumentasinya dan kemudian diuraikan dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan kreatif di kawasan ini terbentuk dari sisi aspek historisnya yang mempengaruhi aktivitas masyarakat di kawasan tersebut, sehingga terciptalah suatu lingkungan kreatif dengan aktivitas masyarakatnya sebagai penghasil industri kuliner bika ambon untuk pengembangan ekonomi di wilayah tersebut. Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan acuan bagi pemerintah atau perancang kota dalam mengembangkan kawasan ini dengan tidak meninggalkan identitas kawasan berupa pola-pola lokal dari proses terbentuk dan terbangunnya kawasan tersebut.

Kata Kunci: Konsep kota kreatif, industri kreatif, dan lingkungan kreatif

ABSTRACT

The concept of creative city is one of city development concept for increase public welfare by using creativity to solve the problem as together solutions. This creativity usually made from industrial activities which is called creative industries. Mojopahit street in Medan Petisah district is the center of creative industries region which active in culinary industry sector which is now famous with central souvenirs in Medan City. The purpose of this research is to review the creative environment of Mojopahit street through its parameter creative city by economy, class, and creative environment. Data collection was conconducted by observation, interview and documentation. Data obtained were analyzed in qualitative descriptive where the elaboration of the interview’s results and observations as the study documentation and then elaborated in the form of descriptive. Based on such analysis can be aware that creative environment in the region formed historical aspects that affect the comunity activities in the area, and resulting in a creative environment with its comunity activity as a producer of the bika ambon culinary industry for economic development in the region. The bnefits of this research are refereable to the Goverment or city planners in developing the area with do not left the area’s identity in the form of local patterns of harmonius process and formed the area.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konsep kota kreatif pertama kali dicetuskan oleh Charles Landry (1995) dalam Manisyah (2009) sebagai pakar tata kota di Inggris dalam bukunya yang berjudul The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators yang mengatakan bahwa kota kreatif merupakan kota yang menciptakan lingkungan yang memfasilitasi seseorang untuk memikirkan, merencanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam memanfaatkan kesempatan menjadi pemecahan suatu masalah . Konsep Kota Kreatif ini sendiri merupakan konsep yang terbilang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan cara menjual kekreativitisan yang terwujud dalam sebuah aktivitas industri yang disebut industri kreatif yang diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan dan informasi.

(21)

dikembangkan. Di kota Medan sendiri telah berkembang beberapa komunitas kreatif lainnya dari berbagai industri kreatif seperti komunitas Kampung Programmer, Komunitas Plankton, KPLI Medan, dan komunitas-komunitas kecil di USU (Portal Medan Kreatif, 2013)

Dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, kecamatan Medan Petisah lebih tepatnya kawasan Jl. Mojopahit memiliki potensi industri kuliner yang sudah menjadi pusat oleh-oleh khas Kota Medan. Ditinjau dari sisi historisnya, industri ini memiliki sejarah yang kental dan unik untuk dikaji, selain itu kekhasan dan keunikannya juga tercermin melalui lingkungan industri kreatifnya, yaitu disepanjang Jl. Mojopahit ini masyarakatnya memproduksi produk home industry yang homogen, keunikan ini yang melatar belakangi peneliti untuk mengkaji kawasan ini dengan mengangkat judul” Kajian Potensi Industri Kuliner Dalam Membentuk Lingkungan Kreatif” dengan studi kasus kawasan

Jl.Mojopahit Kecamatan Medan Petisah yang ditinjau melalui parameter kota kreatif berupa ekonomi kreatif, kelas/ golongan kreatif, dan lingkungan kreatifnya. Potensi lingkungan kreatif yang terbentuk dari industri kuliner ini dapat menjadi pemicu munculnya lingkungan-lingkungan kreatif lainnya di Kota Medan dengan produk kreatifitas yang berbeda pula.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Berapa nilai ekonomi industri kuliner di kawasan Jalan Mojopahit?

2. Apa saja parameter lingkungan kreatif yang terbentuk di kawasan Jalan Mojopahit?

3. Apa saja faktor-faktor pembentuk lingkungan kreatif di kawasan Jalan Mojopahit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi nilai ekonomi industri kuliner di kawasan Jalan Mojopahit.

2. Untuk mengetahui parameter lingkungan kreatif yang terbentuk di kawasan Jalan Mojopahit.

3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk lingkungan kreatif di kawasan Jalan Mojopahit.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi dunia akademik, menambah literatur mengenai konsep kota kreatif yang nantinya dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(23)

Kota Medan dalam hal ini kawasan Jalan Mojopahit agar ditata kembali untuk menjadikannya lebih produktif.

(24)

1.5 Kerangka Berfikir

Latar Belakang : Kawasan Jl. Mojopahit Kecamatan Medan Petisah terbentuk

sebagai lingkungan kreatif dengan imagenya sebagai pusat industri kuliner oleh-oleh khas Kota Medan

Judul

Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif ( Studi Kasus: Kawasan Jl. Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

Rumusan Masalah

1) Berapa nilai ekonomi industri kulinerdi kawasan Jl. Mojopahit?

2) Apa saja parameter lingkungan kreatif yang terbentuk di kawasan

Jl.Mojopahit?

3) Apa saja faktor-faktor pembentuk

lingkungan kreatif di kawasan Jl.Mojopahit? Tujuan Penelitian 1) Untuk mengidentifikasi nilai ekonomi industri kuliner 2) Untuk mengetahui

parameter

lingkungan kreatif 3) Untuk mengetahui

faktor-faktor pembentuk

lingkungan kreatif.

Manfaat Penelitian

1) Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya. 2) Sebagai pertimbangan pemerintah untuk menunjang industri kreatif. 3) Menyadarkan masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan kota

Metode Penelitian Teori dan Konsep:

- Konsep Kota Kreatif - Industri Kreatif - Teori Morfologi

Data Skunder Data dokumentasi/arsip dan perkembangan kawasan Jl.Mojopahit sebagai fokus penelitian

Data Primer

Data fisik lapangan, sosial ekonomi dan sosial budaya

Pencarian Literatur :  RUTRK Kota Medan  Peraturan Pemerintah

tentang UMKM Metode Survey :

Wawancara  Observasi

Analisis Data

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Kreativitas, Aktivitas, dan Ruang bagi Manusia

Secara etimologi kata “kreatif” mengandung makna kegiatan atau kemampuan menciptakan, untuk menghasilkan sesuatu yang baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia online, 2015). Kreativitas berarti kemampuan menciptakan/ daya cipta, yang berkaitan dengan kreasi. Kreativitas, aktifitas dan ruang memilki kaitan yang cukup erat, karena untuk merealisasikan suatu gagasan kreatif, manusia akan melakukan kegiatan kreatif. Sedangkan untuk melakukan kegiatan kreatif tersebut dibutuhkan wadah berupa ruang sebagai tempat bagi manusia untuk beraktivitas (Manisyah, 2009).

2.2 Konsep Kota Kreatif

(26)

2.3 Parameter Kota Kreatif

Menurut Landry (2006) dalam Manisyah (2009) parameter yang dapat dijadikan tolak ukur dalam mengkategorikan suatu kota berpotensi menjadi kota kreatif adalah dengan memperhatikan ketiga hal berikut:

1. Potensi ekonomi kreatif (creative economy) 2. Individu atau golongan kreatif (creative class)

3. Pengembangan dan perencanaan lingkungan kreatif (creative milieu)

Dari ketiga parameter yang dikemukakan Landry tersebut, beberapa kota di Eropa yang telah memenuhi kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai kota kreatif, diantaranya adalah Bilbao, Glasgow, Berlin, London, Manchester, dan Barcelona. Beberapa manfaat dari konsep Kota Kreatif tersebut adalah:

 Membangun citra dan identitas lokal

 Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan

 Menciptakan iklim bisnis yang positif

 Berbasis kepada sumberdaya yang terbarukan

 Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif

 Memberikan dampak sosial yang positif

2.3.1 Ekonomi Kreatif

(27)

lunak, hiburan interaktif, mainan, seni pertunjukan, serta riset dan pengembangan. Industri kreatif merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan ekonomi kreatif. A. Industri Kreatif

Industri kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama (Wikipedia, 2013).

B. Sektor Industri Kreatif

Lingkup kegiatan dari industri kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan mengidentifikasi setidaknya 15 sektor yang termasuk dalam ekonomi /industri kreatif (Indonesia Kreatif, 2013), yaitu:

1) Periklanan 2) Arsitektur

3) Pasar barang seni 4) Kerajinan

5) Desain

6) Riset dan pengembangan 7) Fashion

8) Film, video, dan fotografi

9) Permainan interaktif 10) Seni pertunjukan 11) Musik

12) Penerbitan dan percetakan 13) Radio & TV

14) Layanan komputer & piranti lunak

15) Kuliner

C. Klasifikasi Industri Kreatif

(28)

(Industri Kreatif, 2013).Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerjanya (Portal UKM, 2014)

Tabel 2.1 Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerjanya

No. Industri Jumlah Tenaga Kerja

1. Industri Rumah Tangga 1-4 orang

2. Industri Kecil 5-9 orang

3. Industri Sedang 10-99 orang

4. Industri Besar 100orang keatas

(Sumber: Portal UKM, 2014)

Klasifikasi industri berdasarkan omzetnya :

Tabel 2.2 Kriteria U/MKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

No. Usaha Omzet

1. Usaha Mikro Maks 300 juta

2. Usaha Kecil >300 juta – 2,5 Milliar 3. Usaha Menengah >2,5 Milliar – 50 Milliar (Sumber: Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM)

2.3.2 Kelas Kreatif

(29)

A. Anatomi Kota Kreatif

Menurut Cohendet ( 2010) anatomi kota kreatif didefenisikan dalam tiga kluster yang berbeda yang berperan sebagai komponen dasar dari proses kreatif dalam suatu lingkungan kreatif. . Middleground adalah esensi dari kota kreatif dan landasan untuk memahami bagaimana industri kreatif, seni dan budaya di satu sisi, dan disisi lain individu yang memproduksi berinteraksi di proses kreatif.

a. Upperground

Upperground adalah lapisan atas kota kreatif. Organisasi formal ini berkontribusi untuk proses kreatif dengan cara membiayai dan menyatukan ekspresi yang berbeda-beda menjadi bersama-sama, dengan mengintegrasi dan mengevaluasi produk-produk kreativitas. Perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga yang berada di Upperground ini bertanggung jawab sebagai distributor (penyalur) produk-produk kreativitas tersebut.

b. Middleground

Middleground muncul sebagai pengantara struktur kritis yang menghubungkan Underground dan Upperground. Middleground berperan sebagai peneliti, pelatih, dan konsultan (Cohendet, 2010).

c. Underground

(30)
[image:30.595.109.503.99.402.2]

Gambar 2.1 Anatomi Kota Kreatif (Sumber: Cohendet, 2010)

B. Proses Pembentukan Lingkungan Kreatif

Proses pembentukan kota maupun kampung kreatif dapat diakukan dengan konsep The Cycle of Urban Creativity. Menurut Landry (2008) dalam Utami (2014) konsep tersebut merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kekuatan dan kelemahan proyek-proyek kreatif pada suatu kota di berbagai tahapan perkembangan. Konsep siklus ini disebutkan sebagai salah satu strategi yang bisa digunakan dalam pembangunan perkotaan.

UPPERGROUND Fokus pada pendayagunaan

MIDDLEGROUND Fokus pada proyek Pemaduan Keberagaman

Identitas Pembangunan Ketegangan antara Eksplorasi dan

Eksploitasi

UNDERGROUND Fokus pada pengeksplorasian Masyarakat dan kolektif

dapat mengembangkan hubungan kontrak dengan

Upperground

Perwakilan dari pihak pendukung pengembangan

Individu yang terlibat dalam proses produksi

(31)

Kelima tahapan konsep the cycle of urban creativity ini adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan ide kreatif

Yaitu tahapan pengenalan dan pengembangan kreativitas pada masyarakat sebagai solusi permasalahan. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat mengenai program kegiatan yang akan dilakukan. Masyarakat diikut sertakan dalam mendiskusikan kegiatan yang akan dilakukan dan mengemukakan permasalahan dan potensi yang dimiliki. 2. Realisasi ide kreatif

Yaitu tahapan realisasi ide kreatif di masyarakat menjadi produk-produk yang dapat dipasarkan. Pada tahap ini mulai dilakukan fasilitasi terhadap kreativitas masyarakat dan munculnya produk hasil kreatif masyarakat. Upaya yang dilakukan adalah pelatihan dan workshop yang diadakan oleh komunitas-komunitas.

3. Penguatan sistem pendukung

(32)

4. Penyediaan barang basis aktivitas kreatif

Yaitu tahapan penyediaan ruang basis pengembangan kreativitas. Pembentukan lingkungan kretif ditandai dengan adanya ruang yang digunakan sebagai basis kegiatn kreatif.

5. Evaluasi penyebaran aktivitas kreatif

Yaitu tahapan evaluasi penyebaran aktivitas kreatif pada lokasi yang diperuntukkan sebagai ruang kreatif. Dalam evaluasi juga membahas apa saja solusi kreatif yang sudah masyarakat dapatkan dan terapkan.

2.3.3 Lingkungan Kreatif

Menurut Utami (2014) untuk membentuk suatu kota kreatif dibutuhkan adanya ruang-ruang kreatif serta kalangan-kalangan yang mampu mengekspresikan kekreativitasannya, baik melalui ide-ide kreatif, maupun kegiatan kreatifnya. Menurut Patton dan Subbanu (1988) dalam Utami (2014) wilayah kampung yang dijadikan sebagai ruang pengembangan kreativitas terdiri dari dua macam, yaitu:

a.Wilayah yang terus menerus mengalami kemiskinan, sangat padat penduduk, terletak di tengah kota

b.Tidak terlalu padat penduduk, terletak di pinggiran kota, dan masyarakatnya berpendapatan lebih tinggi

A. Kampung Kreatif

(33)

merupakan bagian dari pengembangan ekonomi wilayah dan juga upaya penyelesaian yang menghasilkan solusi permasalahan (Utami, 2014).

KAMPUNG KREATIF DI KOTA BANDUNG

Kampung Kreatif Dago Pojok, dengan

potensi kesenian tradisional sundanya;

Cicukang dengan potensi sumber daya

bahan baku eksperimen kreatifnya;

Cicadas Bandung, dengan potensi

akustiknya

Gambar 2. 2

Kampung Kreatif Kota Bandung (Sumber: Utami, 2014)

KAMPUNG KREATIF DI KOTA SURABAYA

Kampung Kreatif

Morokrembangan, dengan potensi industri kreatif tasnya; Rusun Penjaringan Sari

dengan potensi kulinernya; Pakal

dengan potensi industri pavingnya;

Walingon dengan potensi sendal dan

sepatunya

Gambar 2. 3

(34)

B. Morfologi Ruang

Pembentukan ruang kampung dengan pembahasan morfologi ternyata memiliki keterkaitan seperti yang dikemukakan oleh Carmona,dkk (2003) dalam bukunya yang berjudul “Public Places Urban Spaces” yang mendefenisikan morfologi sebagai sebuah kajian tentang bentuk dan proses terbentuknya suatu permukiman yang ditinjau dari perkembangan dan perubahan pola kapling pada suatu permukiman tersebut.

Menurut Conzen (1960) dalam Carmona, dkk (2003) ada beberapa elemen kunci yang dapat digunakan dalam mengkaji morfologi suatu permukiman, yaitu:

1. Land uses ( penggunaan lahan )

Dibandingkan elemen kunci lainnya, penggunaan lahan lebih bersifat temporer, dapat dijadikan dasar dalam pembangunan kembali dan merencanakan fungsi-fungsi baru dari suatu bangunan yang akan didirikan (Carmona dkk, 2003). Menurut Kaiser (1995) dalam Johannes (2014) penggunaan lahan dianggap sebagai generator sistem aktivitas yang sangat menentukan pola dan arah pertumbuhan kawasan, dan penggunaan lahan tersebut memiliki temporalitas yang sangat tinggi dalam hal dapat literatur dengan mudah berubah, terutama dikaitkan dengan nilai ekonomi yang dimilikinya.

2. Building structures (tipe dan massa bangunan )

(35)

melalui kepadatan dan intensitas bangunannya dan arsitektur bangunan melalui perwujudan fisik ruangnya (Johannes, 2014).

3. Plot pattern ( pola kapling )

Pola kapling dapat berubah karena adanya aktivitas jual beli kapling. Pengurangan akibat pembagian kapling, atau penambahan akibat penggabungan kapling biasa terjadi dalam suatu kawasan (Fadhillah, dkk, 2013). Menurut Johannes (2014) pola kapling dapat dibahas dari aspek ukuran (dimensi) yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan lahannya dan sebaran plot akan mempengaruhi pembentukan jaringan penghubung.

4. Street pattern ( pola-pola jalan/ sirkulasi)

Jaringan jalan merupakan elemen morfologi yang cukup mudah terlihat perkembangannya, baik melanjutkan pola yang sudah ada, atau terbentuk pola baru melalui suatu proses (Fadhillah, dkk, 2013)

(36)
[image:36.595.112.532.90.539.2]

2.4 Diagram Kepustakaan

Gambar 2.4

Diagram Kepustakaan (Literature Map) (Sumber: Peneliti, 2015)

2.5 Studi Kasus Sejenis

2.5.1Pengembangan Pertanian Organik terpadu di Kawasan Organik Dusun Serut (Setyawan, 2014)

Dusun Serut seluas 57,2 hektar ini terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Dusun yang pernah mengalami dampak yang parah

Konsep Kota Kreatif Landry, 1995; Howkins 2002;

Manisyah 2010 Kampung Kreatif Utami, 2014 Parameter Kota Kreatif Landry, 2006; Ekonomi Kreatif Howkins, 2002; Kelas Kreatif Florida, 2005 Lingkungan Kreatif Utami, 2014

Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif

Astri Ningsih, 2015 Proses Pembentukan Kota Kreatif Landry, 2008; Anatomi Kota Kreatif Cohendet, 2010 Sektor Industri Kreatif IK, 2014 Hubungan Ruang, Aktivitas & Kreativitas Manisyah 2009 Morfologi Ruang Carmona dkk 2003;

(37)

akibat bencana alam gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 tersebut saat ini menjadi salah satu daerah referensi pertanian organik di Indonesia karena pengembangan pertanian organik di dusun ini terbilang baik. Mata pencaharian sebagian besar warga Dusun Serut adalah petani dan buruh tani. Pengembangan pertanian organik yang berjalan baik di Dusun Serut tidak terlepas dari inisiatif dan peran Kepala Dusun Serut yang memiliki pemikiran yang maju, kreatif, dan inovatif.

Pertanian organik di Dusun Serut mulai dirintis oleh Kepala Dusun Serut pada tahun 2003 namun sudah diterapkan di Dusun Serut sebelum tahun 1971. Ketertarikan Kepala Dusun Serut terhadap pertanian organik berawal dari keprihatinannya melihat kondisi ekonomi petani di wilayahnya dan juga kondisi ekologi sawah setempat. Penerapan pertanian konvensional selama puluhan tahun memberikan efek rusaknya lahan sawah yang ditandai dengan tanah yang keras dan berkurang kesuburannya sehingga memerlukan asupan pupuk kimia yang semakin tinggi.

Pengembangan pertanian organik di Dusun Serut dilakukan secara bertahap. Pertanian organik diintegrasikan dengan peternakan sapi dan ayam, penanaman pohon, dan pengolahan sampah organik. Dengan demikian, model pertanian organik yang diterapkan di Dusun Serut dikembangkan dalam bentuk pertanian terpadu (integrated farming) sehingga aktivitas pertanian yang satu dapat mendukung aktivitas pertanian lainnya.

(38)

lingkungan. Kepala Dusun mendorong setiap kepala keluarga untuk memelihara ternak sapi dan ayam sehingga kotorannya dapat diolah menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan untuk memupuk tanaman padi. Di samping itu, setiap kepala keluarga juga dihimbau oleh Kepala Dusun untuk menanam berbagai tanaman, terutama tanaman buah di lahan pekarangannya sehingga dedaunan yang gugur dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, sedangkan buahnya dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Kebijakan tersebut diambil oleh Kepala Dusun agar pertanian organik di Dusun Serut dapat disuplai dengan pupuk organik dan pestisida organik yang dapat dibuat sendiri secara mandiri oleh petani dan warga di wilayahnya dan tidak bergantung pada pupuk organik dan pestisida organik dari luar dusun. Padi organik yang dikembangkan di Dusun Serut adalah varietas lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan varietas hibrida. Salah satu varietas lokal yang dibudidayakan adalah pandan wangi. Dengan konsep pertanian organik terpadu, pengembangan pertanian organik yang semula diawali dari tanaman padi, kini telah meluas pada buah dan sayuran organik serta sapi dan ayam organik.

Gambar 2.5

Padi organik pandan wangi di Dusun Serut (Sumber: Setyawan, 2014)

(39)
[image:39.595.126.507.319.581.2]

dibantu oleh lembaga konsultan yaitu Housing Resources Center.Pengolahan kompos dikoordinir oleh Kelompok Ngudi Mandiri dan dikelola oleh kelompok difabel yang merupakan korban pasca gempa bumi tahun 2007.

Gambar 2.6

Pabrik pengelolaan pupuk kompos oleh kelompok diffable (Sumber: Setyawan, 2014)

Gambar 2.7

Skema pertanian organik terpadu di Dusun Serut (Sumber: Setyawan, 2014)

(40)

koperasi lumbung pangan. Lumbung pangan ini berguna sebagai penjaga ketahanan pangan warga Serut dimana persediaan gabah di lumbung pangan dapat digunakan untuk menghadapi musim paceklik. Sebagian gabah organik digiling menjadi beras organik untuk dipasarkan. Sistem pemasaran beras organik dilakukan dengan dua cara, sebagai berikut.

a Penjualan langsung kepada masyarakat yang umumnya sudah memesan, baik dilakukan oleh petani langsung maupun melalui Kelompok Tani Harapan.

b Penjualan melalui koordinasi Kelompok Tani Harapan kepada PT MAS yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasok beras organik. Beras organik ditampung oleh PT MAS untuk dikemas, kemudian dipasok ke toko-toko sembako, swalayan, dan sebagainya.

Keberhasilan pengembangan pertanian organik di Dusun Serut sangat terkait dengan tata kelola efektif yang melibatkan interelasi antara Kepala Dusun, warga masyarakat, serta berbagai aktor di luar dusun baik pemerintah maupun non pemerintah. Visi Kepala Dusun rupanya sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Bantul dan visi para aktor lainnya sehingga pembangunan pertanian organik di Dusun Serut tidak hanya menjadi visi warga Dusun Serut, tetapi menjadi visi bersama para aktor yang memiliki perhatian pada pembangunan dan pengembangan pertanian organik.

(41)

Kelompok yang berbeda menjalankan aktivitas yang berbeda tetapi mendukung visi yang sama. Berbagai kelompok tersebut juga saling berinteraksi secara baik karena adanya keterkaitan antar kelompok dalam mengembangkan pertanian organik. Kelompok-kelompok yang ada di Dusun Serut, antara lain :

1. Kelompok Tani Harapan yang menangani pertanian padi organik;

2. Kelompok Wanita Tani Harapan Subur yang menangani sayur dan buah organik;

3. Kelompok Sidodadi yang menangani peternakan sapi;

4. Kelompok Hanggoro Manis yang menangani peternakan ayam buras; 5. Kelompok Ngudi Mandiri yang menangani pengolahan sampah organik

dan kotoran ternak menjadi pupuk kompos;

6. Kelompok Harapan Makmur yang menangani lumbang pangan.

Pengembangan pertanian organik yang berjalan baik di Dusun Serut tidak terlepas dari jejaring-jejaring yang dibangun secara aktif oleh Kepala Dusun Serut dengan berbagai aktor, baik pemerintah, swasta, maupun NGO. Beberapa aktor yang menjadi mitra dalam pengembangan pertanian organik di Dusun Serut antara lain sebagai berikut.

1. PT MAS, perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasok beras organik yang membantu pemasaran beras organik dari petani Dusun Serut.

2. INOFICE (Indonesia Organic Farming Inspection and Certification) lembaga sertifikasi produk organik yang berlokasi di Bogor yang melakukan sertifikasi terhadap padi organik dari Dusun Serut.

(42)

Pemerintah Bantul memiliki rencana untuk mewujudkan GO ORGANIC di Kabupaten Bantul. Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Pertanian melaksanakan program sertifikasi lahan sawah yang salah satu lokasinya adalah lahan sawah di Dusun Serut. Sertifikasi lahan sawah ini sangat penting bagi petani karena memberikan kepastian hukum atas kepemilikan lahan sawah sehingga sertifikat dapat memudahkan akses untuk mendapatkan kredit produktif dari lembaga keuangan.

4. MAPORINA (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia) merupakan organisasi profesi yang berperan sebagai sarana komunikasi, kerja sama, dan menghimpun pemikiran untuk pengembangan dan kemajuan pertanian organik di Indonesia. MAPORINA memiliki kantor cabang, salah satunya di Yogyakarta. MAPORINA telah memfasilitasi terjalinnya hubungan antara petani warga Serut dengan INOFICE.

5. Housing Resource Center (Bale Daya Perumahan) merupakan lembaga konsultan bidang pembangunan perumahan dan perkotaan berlokasi di Yogyakarta yang telah memfasilitasi studi banding pembuatan pupuk kompos berbahan baku sampah organik, membantu penyusunan peta tata ruang pengembangan Kawasan Organik Dusun Serut serta penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dusun Serut tahun 2006 – 2011

(43)

2.5.2Morfologi Kampung Kalengan Kelurahan Bugangan Kota Semarang (Arief Fadhillah, T. Woro Murtini, dan Bambang Supriyadi, 2013)

Kampung Kalengan adalah kampung kota di Semarang, yang masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Bugangan, Kecamatan Semarang Timur yang sudah dikenal oleh masyarakat sebagai sebuah kumpulan industri rumah tangga dengan kerajinannya yang berbahan kaleng/logam. Cikal bakal Kampung Kalengan ini bermula ketika Mbah Pon dan Mbah Saleh, warga lingkungan Bugangan membuat produk kebutuhan rumah tangga seperti ember, angklo, dan kompor sumbu Penduduk sekitar sebagian tertarik untuk belajar membuat produk yang sama, dan akhirnya menjadi pengrajin perkalengan dengan membuka usaha mandiri. Perkembangan pesat Kampung Kalengan ditandai dengan kunjungan wakil presiden Adam Malik pada tahun 1982.

Gambar 2.8

Plang identitas Kampung Kalengan (Sumber: Fadhillah, 2013)

(44)

Gambar 2.9

Aktivitas di Kampung Kalengan (Sumber: Fadhillah, 2014)

Perkembangan Kampung Kalengan dibagi ke dalam 5 fase yang memiliki kekhasan dan pertimbangan masing-masing, yaitu:

 Morfologi Fase I (1950-1965)

Mbah Pon dan Mbah Saleh sebagai perintis lingkungan kampung kalengan Bugangan.

 Morfologi Fase II (1966-1973)

Pembongkaran rumah-rumah di tepi Banjir Kanal Timur Semarang yang menyebabkan berubahnya struktur keruangan.

 Morfologi Fase III (1974-1987)

Pembangunan Jalan Barito (1974) mulai mengubah struktur aktivitas penduduk dan pengrajin.

Gambar 2.10

(45)
[image:45.595.121.508.331.636.2]

Tabel 2.3 Perkembangan Kampung Kalengan

(Sumber: Fadhillah, 2013) Tabel 2.4 Perkembangan sirkulasi dan Penggunaan Lahan

(46)

 Morfologi Fase IV (1988-1994)

Tahun 1992, terjadinya penertiban unit-unit usaha Kampung Kalengan sesuai Perda Semarang dengan melakukan pembagian kapling usaha dan pembuatan trotoar sebagai batas kapling usaha dengan jalan.

 Morfologi Fase V ( 1995-2013)

Unit-unit usaha tumbuh sampai memenuhi tepi Jalan Barito dengan menyisakan beberapa ruang terbuka untuk beberapa fungsi.

[image:46.595.108.515.375.745.2]

2.6 Penelitian Yang Sudah Dilakukan

Tabel 2.5 Penelitian yang sudah dilakukan

Judul, Tahun, Wilayah, Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian &Pendekatan Teknik Analisis & Bahan Penelitian Hasil Penelitian Creative City: Penelusuran terhadap Konsep Kota Kreatif melalui Pendekatan Studi Kasus 2009.Kota Bandung. Miranti Manisyah. -Untuk mengetahui peran komunitas kreatif BCCF -Mengidentifikasi munculnya BCCF sebagai kekuatan kolaboratif -Mengidentifikasi bagaimana interaksi BCCF Studi literatur dengan pendekatan kualitatif-kuantitatif Metode Analisis Data Kualitatif (reduksi, Interpretasi) dengan teknik analisis isi dan Analisis Ringkasan BCCF mampu mendongkrak perkembangan Kota Bandung melalui ide-ide kreatif komunitasnya, maupun berupa gagasan/ ide kreatif Proses Pembentukan Kampug Kreatif. 2014. Kota

Bandung. Sekar

(47)

(Sumber: Analisa Peneliti, 2015)

berperan. masyarakatn

[image:47.595.106.513.67.648.2]
(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi nilai ekonomi industri kuliner serta mengkaji parameter lingkungan kreatif di kawasan Jl.Mojopahit, dan mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk lingkungan kreatifnya, peneliti mendeskripsikan dan mengklasifikasikan suatu fenomena dengan cara membuat sejumlah variabel yang berhubungan dengan masalah dan unit yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengeksplorasi aspek-aspek yang yang perlu dikembangkan di kawasan Jl.Mojopahit sebagai lingkungan kreatif yang memiliki produk unggulan.

3.1. Jenis Penelitian

(49)

terbentuk sebagai kawasan pusat industri kuliner, serta penjabaran tentang perkembangan ekonomi kreatif di kawasan tersebut.

3.2.Variabel Penelitian

[image:49.595.116.512.305.676.2]

Dari hasil studi pustaka mengenai konsep kota kreatif ada 3 (tiga) parameter yang akan digunakan dalam mengkaji lingkungan kreatif di Jl.Mojopahit Medan Petisah, dari ketiga parameter tersebut dapat disimpulkan variabel yang akan diteliti dan metode penelitian yang akan digunakan, yaitu:

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Sumber Variabel Sub Variabel (Indikator) Metoda Pengumpulan Metoda Analisa Ekonomi Kreatif Landry (1995) Nilai Ekonomi

Omset dan tenaga

kerja Observasi &

Wawancara Tabulasi Sektor

Industri

Industri kuliner

Kelas Kreatif

Utami (2014) Proses Tahapan Pembentukan Lingkungan Kreatif

- Teori The Cycle of Urban Creativity Observasi & wawancara Analisis Deskriptif Kulitatif Aktor- aktor

yang berperan

- Upperground - Miidleground - Underground

Wawancara Analisis Stakeholder Lingkungan Kreatif

Carmona (2003)

Land Uses - Guna lahan Observasi

Analisis Deskriptif

Kualitatif Building

structures

- Penataan massa

- Arsitektur Observasi

Plot pattern - Dimensi pemanfaatan kapling

- Sebaran kapling

Observasi

Street pattern - Jalan utama

- Jalan lingkungan Observasi

(50)

3.3.Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Sugiono (2009) populasi merupakan suatu wilayah yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di kawasan Jl. Mojopahit Kelurahan Petisah Tengah tersebut.

b. Sampel

Penggunaan sampel bertujuan agar peneliti mudah memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di kawasan Jl. Mojopahit yang merupakan pelaku home industry yang terdiri dari 35 home industry. Dalam penentuan responden (informan) peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yaitu para pengusaha kuliner dan pemerintah setempat (Kelurahan Petisah Tengah). Kemudian informan dikembangkan jumlahnya dengan menggunakan metode snowball sampling karena keterbatasan informasi yang diperoleh peneliti sehingga tidak dapat ditentukan jumlah informan dan akan terus berkembang berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh di lapangan.

3.4.Metode Pengumpulan Data

(51)

1. Observasi

Observasi di lapangan dilakukan dengan mendata objek fisik kawasan Jl.Mojopahit yang berhubungan dengan konsep lingkungan industri kreatif serta mengamati secara langsung aktivitas beserta pelaku yang berperan sebagai pengisi ruang di kawasan tersebut sehingga tidak hanya gambaran fisik kawasan saja yang diperoleh, namun juga aktivitas warga yang menghuninya. Data fisik kawasan tersebut akan difoto, kemudian digambar ulang peta eksisting kawasannya.

2. Wawancara

(52)

3. Dokumentasi

Dokumentasi/arsip diperoleh dari suatu proses kajian literatur, yaitu buku, jurnal, hasil seminar, hasil penelitian sebelumnya, website resmi Kota Medan, dan dalam bentuk lainnya yang dapat mendukung kelengkapan penelitian ini.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Data primer berupa data yang dikumpulkan langsung dilapangan yang merupakan hasil observasi dan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Data tersebut berupa:

- Data yang berkaitan dengan kondisi fisik kawasan Jl. Mojopahit yang terbentuk sebagai kawasan pusat industri kuliner khas Kota Medan.

- Data yang berkaitan dengan sejarah kawasan, sosial budaya, dan juga sosial ekonomi masyarakat di kawasan Jl. Mojopahit.

2. Data Sekunder berupa arsip/dokumentasi sebagai hasil penelitian kepustakaan mengenai lingkungan industri kreatif yang berkaitan dengan topik penelitian mengenai potensi industri kuliner di Jl. Mojopahit dalam menciptakan lingkungan yang kreatif bagi masyarakatnya. Data tersebut berupa:

- Dokumentasi/arsip mengenai RUTRK Kota Medan, serta peraturan Pemerintah tentang UMKM.

- Dokumentasi berupa foto dan gambar mengenai kawasan Jl.Mojopahit Kecamatan Medan Petisah serta aktivitas yang terjadi di dalamnya. 3.5.Kawasan Penelitian

(53)
[image:53.595.104.511.78.682.2]

Gambar 3.1

Lokasi Penelitian di Jalan Mojopahit, Petisah Tengah (Sumber: Peneliti, 2015)

(54)

3.6.Metode Analisa Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis.

 Tabulasi

Tabulasi merupakan data yang disajikan dalam bentuk tabel dengan berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Teknik analisis tabulasi ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar perputaran nilai ekonomi di kawasan Jl.Mojopahit ini, melalui omset dari tiap-tiap home industry per tahun dan jumlah tenaga kerjanya. Setelah data dikumpulkan, maka besarnya omset akan digunakan untuk mengklasifikasikan industri yang berkembang di kawasan Jl.Mojopahit serta dari sisi jumlah tenaga kerjanya.

 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk menghasilkan daftar stakeholder yang berperan dalam pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl.Mojopahit. Dalam penelitian ini analisis digunakan untuk mengkaji aktor-aktor yang berperan dalam konsep kota kreatif, dengan melakukan langkah berikut:

1. Mengidentifikasi stakeholder di koridor Jalan Mojopahit

2. Mengidentifikasi peran stakeholder, kepentingan, pengetahuan dan tingkat pengaruhnya terhadap pembentukan ruang kreatif di kawasan tersebut.

 Analisis Deskriptif Kualitatif

(55)

1. Reduksi data

Membuat data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari hasil observasi di sepanjang koridor Jalan Mojopahit, berupa data fisik kawasan maupun kegiatan/ aktivitas yang berlangsung di kawasan tersebut. Reduksi data dilakukan secara terus menerus saat melakukan penelitian agar mendapatkan informasi sebanyak mungkin.

2. Penyajian data

Kemudian, setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah menyusun informasi kedalam bentuk yang sistematis, data disusun berdasarkan variabel penelitian yang telah ditentukan, sehingga menjadi selektif dan sederhana, dengan begitu akan mempermudah dalam penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kawasan Jl. Mojopahit Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan yang terdiri dari 7 kelurahan dan salah satunya adalah Kelurahan Petisah Tengah. Kelurahan Petisah Tengah lebih tepatnya kawasan Jl.Mojopahit yang terkenal sebagai pusat industri kuliner bika ambon Kota Medan dijadikan sebagai lokasi dalam penelitian ini. Pemilihan lokasi berdasarkan teori Paton dan Subani (1988) dalam Utami (2014) tentang karakteristik wilayah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan kreativitas dengan ciri kawasan Jl.Mojopahit Medan Petisah sebagai berikut:

a. Kawasan pusat kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi b. Memiliki potensi ekonomi kreatif yang bergerak di sektor kuliner

c. Memiliki ruang/ lingkungan kreatif yang terbentuk dari aspek historisnya d. Memiliki potensi yang dapat dijadikan keunggulan dan menjadi ciri khas

kawasan Jl Mojopahit dengan Bika Ambon

(57)

Berikut data mengenai kawasan Jl. Mojopahit yang dijadikan sebagai lokasi dalam penelitian ini:

Lokasi : Jalan Mojopahit Kelurahan : Petisah tengah Kecamatan : Medan Petisah Peruntukan lahan : Komersil Lebar Jalan : 6 meter

GSB : 4 meter

KDB : 90%

Batasan wilayah

 Batas Timur : Pertokoan dan perumahan

 Batas Barat : Pertokoan dan perumahan

 Batas Selatan : Jalan Gajah Mada

(58)
[image:58.595.95.552.87.715.2]

Gambar 4.1

Peta kawasan Medan Petisah (Sumber: Peneliti, 2015) Lokasi penelitian berada di

Jl. Mojopahit Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah

Peta Kota Medan menunjukkan posisi lokasi kecamatan Medan Petisah

Lokasi penelitian

merupakan kawasan yang terkenal dengan industri kreatifnya yang bergerak di sektor industri kuliner

Jl. Glugur Jl. Gajah Mada sebagai akses

(59)

4.2 Ekonomi Kreatif pada Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Howkins (2002) dalam Manisyah (2009) tentang ekonomi kreatif, transisi ide dan ekspresi kreativitas yang diwujudkan dalam suatu produk yang memiliki nilai komersial dapat dilihat melalui perkembangan industri kuliner di kawasan Jl.Mojopahit yang merupakan pusat industri kuliner khas Kota Medan khususnya bika ambon yang mulanya diperkenalkan oleh seorang warga tionghoa yang mengkreasikan kue bika khas Melayu dengan buku resep makanan berbahasa Belanda.

[image:59.595.112.513.516.752.2]

Perkembangan industri kuliner ini semakin menjamur di sepanjang koridor Jl.Mojopahit. Bukan hanya warga tionghoa saja, masyarakat lokal pun mulai mengembangkan industri kuliner ini. Hal ini dapat dilihat dari ragam kreativitas masyarakatnya dalam mengembangkan industri kuliner lainya, setidaknya kurang lebih saat ini industri kuliner yang berkembang di Jl.Mojopahit mencapai kurang lebih 30 toko industri kuliner dengan aneka jenis kuliner lainnya. Berikut data yang diperoleh mengenai industri kuliner di Jl. Mojopahit:

Tabel 4.1 Industri kuliner di Jl.Mojopahit Medan Petisah No Nama Toko Jenis Produksi Tahun

Berdiri

Omzet Tenaga Kerja

1 Ratna Bika Ambon 1986 Rp 570 jt 5 orang

2 Ati Bika Ambon 1986 Rp 1,15 M 4 orang

3 Acai Bika Ambon 1986 Rp - 4 orang

4 Emmy Bika Ambon 1988 Rp 99 jt 2 orang

5 Mojopahit Bika Ambon 1990 Rp 432 jt 4 orang

6 Erna Bika Ambon 1990 Rp 216 jt 2 orang

7 Yen-Yen Bika Ambon 1995 Rp 234 jt 3 orang

8 Nikmat Bika Ambon 1995 Rp 234 jt 3 orang

9 Dinasty Bika Ambon 2000 Rp 62 jt 2 orang

(60)

13 Fatimah Bika Ambon 2004 Rp 270 jt 4 orang

14 Etty Bika Ambon 2005 Rp 144 jt 2 orang

15 Golden Bika Ambon 2005 Rp 32,5 jt keluarga

16 Bintang Bika Ambon 2005 Rp 790 jt 5 orang

17 Maidani Pancake durian 2005 Rp 126 jt 2 orang 18 Zainuddin Bika Ambon 2005 Rp 450 jt 4 orang 19 Durian Corner Pancake durian 2009 Rp - 4 oang 20 Rujak Aceh llf Rujak buah 2010 Rp 900 jt 9 orang 21 Sidikalang Kopi & teh 2010 Rp 1,08 M 3 orang

22 Gogo Risol 2010 Rp 720 jt 5 orang

23 Khadijah Bika Ambon 2011 Rp 1,26 M 12 orang

24 Sari Kue kacang 2011 Rp 72 jt keluarga

25 Pheng Risol 2012 Rp 144 jt 2 orang

26 Aguan Manisan jambu 2012 Rp 90 jt keluarga

27 Queen Bika Ambon 2013 Rp 99 jt 3 orang

28 Yammie Brownies &cake 2013 Rp 180 jt 2 orang

29 Citra Bika Ambon 2013 Rp 72 jt 2 orang

30 Rajawali Kue kacang 2013 Rp 72 jt keluarga

31 Yummy Pancake durian 2013 Rp 252 jt 2 orang

32 Rahmat Sate Kerang 2013 Rp 360 jt 2 orang

33 Rania Pancake durian 2013 Rp 540 jt 5 orang

34 Kiki Koko Bika Ambon 2013 Rp 90 jt 2 orang

35 Ima Brownies &cake 2013 Rp 162 jt 2 orang

36 Maroon Kue kacang Off Off Off

37 Indah Bika Ambon Off Off Off

38 Tiara Bika Ambon Off Off Off

39 Gajah Mada Bika Ambon Off Off Off

40 Metro Bika Ambon Off Off Off

41 Majestic Bika Ambon Off Off Off

42 Mahkota Bika Ambon Off Off Off

43 Cita Rasa Bika Ambon Off Off Off

44 Marjani Bika Ambon Off Off Off

45 Sejahtera Bika Ambon Off Off Off

46 Inti Bika Ambon Off Off Off

47 Sumatera Bika Ambon Off Off Off

48 Sedap wangi Risol Off Off Off

(Sumber: Peneliti, 2015)

[image:60.595.114.513.78.694.2]

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa perkembangan industri kuliner di kawasan Jl.Mojopahit dimulai pada era tahun 1980 an lebih tepatnya 1986 yang dipelopori

(61)

oleh toko bika ambon Ratna dan kemudian bermunculan industri kuliner bika ambon lainnya dan memuncak di era tahun 2000an. Perputaran ekonomi di kawasan Jl.Mojopahit ini menurun sejak Tahun 2013 saat Bandara Polonia Medan di pindahkan ke Kuala Namu, yang mengalami penurunan sebesar 60% dari produksi hariannya (Wawancara Zulaikha, 2015).

Namun bagi beberapa pemilik toko bika ambon lainnya mengaku pindahnya Bandara Polonia ke Kuala Namu tidak memiliki pengaruh yang begitu besar karna kawasan ini sudah menjadi pusat industri kuliner khas Kota Medan, dengan begitu pengunjung akan datang dengan sendirinya terkecuali bagi mereka yang tidak memiliki waktu untuk berbelanja oleh-oleh khas Kota Medan sehingga terdesak membelinya di toko-toko kuliner lainnya ataupun di sekitar kawasan Bandara Kuala Namu tersebut (Wawancara Ratna, 2015). Data mengenai pelaku home industry pada tabel 4.1 belum dapat dilengkapi, hal ini dikarenakan keengganan para pelaku home industry tersebut dalam memberikan informasi mengenai toko mereka berhubung data yang diperoleh merupakan data di lapangan karena data pelaku home indutry ini tidak terdaftar di pihak Kelurahan Petisah Tengah.

(62)

Tabel 4.2 Klasifikasi industri kuliner di Jl. Mojopahit berdasarkan omzet

(Sumber: Peneliti, 2015) Dari tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa sebanyak 60,1% industri yang berkembang di kawasan Jl. Mojopahit berdasarkan omzetnya didominasi oleh jenis usaha mikro yaitu jenis usaha yang memiliki omzet maks 300 juta , sedangkan 39,9% lainnya merupakan jenis usaha kecil.

Berdasarkan jumlah ketenaga kerjaannya, industri kuliner di Jl. Mojopahit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Klasifikasi industri kuliner di Jl.Mojopahit Medan Petisah berdasarkan jumlah tenaga kerja

Jenis industri Kriteria Jumlah Persentase

Jumlah Tenaga Kerja

Industri Rumah Tangga 1-4 orang 27 toko 77,1 %

Industri Kecil 5-9 orang 6 toko 17,2 %

Industri Sedang 10-99 orang 2 toko 5,7 %

Industri Besar >100 orang - -

(Sumber: Peneliti, 2015) Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jenis industri kuliner yang mendominasi di kawasan Jl. Mojopahit ini adalah jenis industri rumah tangga sebanyak 77,1% dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang dari total industri kuliner di kawasan tersebut. Industri rumah tangga ini tetap bertahan selama kurun waktu ± 30 tahun.

Jenis industri Kriteria Jumlah Persentase Omzet

Usaha mikro Maks 300 juta 20 tokto 60,1%

Usaha kecil >300 jt- 2,5 M 13 toko 39,9%

(63)
[image:63.842.73.803.63.456.2]

Gambar 4.2

Industri kuliner di kawasan Jl. Mojopahit Medan Petisah Keterangan :

Tahun 1986 Tahun 2009

Tahun 2012

Tahun 2003

Tahun 2012 Tahun 2004

Persentase industri kuliner di Jl. Mojopahit tahun 2015

- Bika Ambon 71,1 % - Pancake Durian 6,67 % - Rujak buah 4,44% - Risol 4,44%

(64)

4.3 Kelas Kreatif pada Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit 4.3.1 Anatomi Lingkungan Kreatif

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Cohendet (2010) mengenai anatomi kota kreatif yang didefenisikan dalam tiga lapisan klaster, maka lapisan atau kalangan yang berperan dalam pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl.Mojopahit ini diantaranya:

a Upperground

Upperground yang merupakan organisasi formal di kawasan Jl.Mojopahit ini diperankan oleh pihak pemerintah setempat, namun peran pemerintah bagi pengembangan kawasan ini hanya sebatas mempromosikan industri kuliner bika ambon dalam website resmi milik Pemerintah Kota Medan.

b Middleground

(65)

Mengmbangkan potensi kuliner kawasan Jl.Mojopahit melalui

pengadaan event-event pemerintahan yang berkaitan dengan kegiatan

UMKM Kota Medan

bika ambon Ratna namun tidak terlaksan karena kurangnya perhatian masyarakat setempat akan pentingnya peranan asosiai tersebut (Wawancara Ratna, 2015).

c Underground

[image:65.595.115.498.354.708.2]

Underground sebagai lapisan atau kalangan yang mengeksplorasi kekreativitasan mereka melalui pengembangan industri kuliner yang mereka geluti diperankan oleh para pelaku home industry di kawasan Jl.Mojopahit ini. Kegiatan berbagi kreativitas dalam menciptakan inovasi baru bagi kuliner bika ambon mereka menjadi identitas dan gaya hidup tersendiri bagi masyarakat di sekitar kawasan ini (Wawancara Fatimah, 2015)

Gambar 4.3

Anatomi Lingkungan Kreatif di Kawasan Jl.Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

PEMERINTAH KOTA MEDAN Mempromosikan bika ambon sebagai

kuliner khas Kota Medan di website resmi Kota Medan

UMKM KOTA MEDAN Perantara/ penghubung dan juga sebagai penghimpun para pelaku home industry di kawasan Jl. Mojopahit untuk membantu

kembangkan usaha mereka

PELAKU HOME INDUSTRY

Mengkreasikan kuliner bika ambon dengan varian rasa yang berbeda-beda dan menciptakan inovasi baru

lainnya

Pelaku home industry yang terlibat dalam proses produksi

Masyarakat dan kolektif menemukan inspirasi dan anggota

(66)

4.3.2 Proses Pembentukan Lingkungan Kreatif

Berdasarkan teori permbentukan lingkungan kreatif yang dikenal dengan konsep The Cycle of Urban Creativity yang dikemukakan oleh Landry (2008) dalam Utami (2014) ada lima tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl. Mojopahit ini, diantaranya:

1. Pembentukan ide kreatif

Pembentukan ide kreatif diawali oleh pemikiran seorang warga Tionghoa bernama Ratna sebagai pelopor bika ambon di Kota Medan yang saat itu ingin memberdayakan masyarakat warga tionghoa yang berada di kampung halamannya dan masyarakat di kawasan Jl. Mojopahit (Wawancara Ratna, 2015).

2. Realisasi ide kreatif

Realisasi ide itu terbentuk saat Ratna mulai membagikan pengetahuannya dan memberikan pelatihan di rumahnya tepatnya di Jl.Mojopahit 11 D Kota Medan. Ratna mendatangkan kerabatnya dari kampung halamannya Ambon untuk mengajarkan dan membekali mereka pengetahuan tentang tata cara pembuatan bika ambon, sehingga nantinya dapat menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha. Masyarakat di sekitar kawasan Jl. Mojopahit pun satu persatu turut serta dalam pelatihan itu dengan cara menjadi tenaga kerja di toko tersebut.

3. Penguatan sistem pendukung

(67)

menu utama penyambutan jamaah Haji tanah air yang hendak pergi dan pulang dari tanah suci Mekkah (Wawancara Ratna, 2015). Sejak saat itu bika ambon juga sudah mulai dipopulerkan oleh pihak pemerintah melalui buku-buku atau majalah milik pemerintahan, sebagai upaya pengembangan industri kuliner bika ambon di Jl. Mojopahit ini dan memperkenalkan industri kuliner khas Kota Medan.

4. Penyediaan barang basis aktivitas kreatif

Pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl. Mojopahit ini ditandai dengan adanya ruang sebagai basis kegiatan kreatif di kawasan tersebut, yaitu saat Toko bika ambon Ratna memberikan pelatihan tentang tata cara pembuatan bika ambon. Sejak saat itu industri kuliner bika ambon mulai berkembang di kawasan Jl. Mojopahit. Berdasarkan teori Rhodes (1987) dalam Manisyah (2009) mengenai kreativitas sebagai produk, maka produk dari hasil kerativitas masyarakat di kawasan Jl.Mojopahit ini adalah berbagai aneka kuliner khususnya bika ambon yang saat ini sudah dikembangkan melalui varian rasa seperti cokelat, pandan, keju, bahkan durian.

5. Evaluasi penyebaran aktivitas kreatif

(68)

pemukiman yang pasif. Kemudian setelah industri kuliner bika ambon ini mulai berkembang kawasan ini menjadi kawasan dengan aktivitas dan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga pertumbuhan perekonomian di kawasan ini mengalami peningkatan karena adanya perputaran ekonomi tersebut (Wawancara Kelurahan Petisah Tengah, 2015).

4.4 Lingkungan Kreatif Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit 4.4.1 Sejarah Kawasan Jl. Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner

Bika atau bingka merupakan makanan khas masyarakat Melayu yang berbahan baku sagu. Sejarah awal mula munculnya bika ambon masih banyak mengalami perdebatan, seperti beberapa sumber mengatakan bahwa pada masa penjajahan Belanda, yaitu lebih tepatnya di Tanah Deli. Waktu itu seorang warga Tionghoa bereksperimen membuat kue bika di rumahnya, tak jauh dari kawasan Jalan Mojopahit. Kue bika khas Melayu tersebut dimodifikasi dengan cara menambahkan bahan berupa nira sehingga menghasilkan kue bika yang berongga, legit, dan sangat nikmat, berbeda dengan kue bika pada umumnya.

(69)

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.4
Gambar 2.6
Tabel 2.3 Perkembangan Kampung Kalengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

The authors organized the literature into five major areas of interest: The Physical and the Virtual: Libraries and Collections in Transition; Mass Digitization and Its Impact

Dalam menggunakan layanan kesehatan tradisional dipengaruhi oleh faktor sosiologi seperti keluarga dan luar lingkungan keluarga, namun yang didapatkan pada wawancara yang

Jumlah Pengeluaran : Rp. ANGGARAN PEMBANGUNAN Jumlah Penerimaan : Rp.. Sumbangan yang diharapkan oleh Kabupaten Jembrana dari Propinsi Bali ditetapkan sebesar

Oleh karena itu perlu adanya suatu perangkat lunak yang akan membantu proses sistem pengendalian arsip data pemeliharaan yang dapat dilaksanakan dengan efesien, terencana,

Model CTL (contextual teaching and learning) dengan metode problem based learning, everyone is teacher dan market place berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

- Bebeberapa langkah yang dapat diambil oleh institusi pendidikan dan penelitian untuk mengubah pemanfaatan internet dari yang tadinya hanya sebagai alat konsumsi

Yang terakhir Mengurangi jumlah pajak (Pemerintah dapat mengurangi beban pajak yang dikenakan terhadap produk-produk batik dalam negeri agar para pengrajin

Karakteristik responden dalam penelitian ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan, karena peneliti ingin melihat riwayat pemberian ASI yang diberikan oleh ibu saat bayi berumur