• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kawasan Jl. Mojopahit Medan Petisah

2. Realisasi ide kreatif

Realisasi ide itu terbentuk saat Ratna mulai membagikan pengetahuannya dan memberikan pelatihan di rumahnya tepatnya di Jl.Mojopahit 11 D Kota Medan. Ratna mendatangkan kerabatnya dari kampung halamannya Ambon untuk mengajarkan dan membekali mereka pengetahuan tentang tata cara pembuatan bika ambon, sehingga nantinya dapat menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha. Masyarakat di sekitar kawasan Jl. Mojopahit pun satu persatu turut serta dalam pelatihan itu dengan cara menjadi tenaga kerja di toko tersebut.

3. Penguatan sistem pendukung

Pada tahap penguatan sistem pendukung ini, industri kuliner Bika Ambon mulai tersohor dan bahkan di era tahun 1990 an pernah menjadi

menu utama penyambutan jamaah Haji tanah air yang hendak pergi dan pulang dari tanah suci Mekkah (Wawancara Ratna, 2015). Sejak saat itu bika ambon juga sudah mulai dipopulerkan oleh pihak pemerintah melalui buku-buku atau majalah milik pemerintahan, sebagai upaya pengembangan industri kuliner bika ambon di Jl. Mojopahit ini dan memperkenalkan industri kuliner khas Kota Medan.

4. Penyediaan barang basis aktivitas kreatif

Pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl. Mojopahit ini ditandai dengan adanya ruang sebagai basis kegiatan kreatif di kawasan tersebut, yaitu saat Toko bika ambon Ratna memberikan pelatihan tentang tata cara pembuatan bika ambon. Sejak saat itu industri kuliner bika ambon mulai berkembang di kawasan Jl. Mojopahit. Berdasarkan teori Rhodes (1987) dalam Manisyah (2009) mengenai kreativitas sebagai produk, maka produk dari hasil kerativitas masyarakat di kawasan Jl.Mojopahit ini adalah berbagai aneka kuliner khususnya bika ambon yang saat ini sudah dikembangkan melalui varian rasa seperti cokelat, pandan, keju, bahkan durian.

5. Evaluasi penyebaran aktivitas kreatif

Pada tahap evaluasi penyebaran aktivitas kreatif di kawsan Jl.Mojopahit tergambar melalui gagasan memberdayakan masyarakat sekitarnya melaui pengembangan industri kuliner bika ambon sebagai solusi kreatif mengatasi dan memperbaiki perekonomian masyarakat di kawasan tersebut yang pada era tahun 1980 an kawasan ini merupakan

pemukiman yang pasif. Kemudian setelah industri kuliner bika ambon ini mulai berkembang kawasan ini menjadi kawasan dengan aktivitas dan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga pertumbuhan perekonomian di kawasan ini mengalami peningkatan karena adanya perputaran ekonomi tersebut (Wawancara Kelurahan Petisah Tengah, 2015).

4.4 Lingkungan Kreatif Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit 4.4.1 Sejarah Kawasan Jl. Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner

Bika atau bingka merupakan makanan khas masyarakat Melayu yang berbahan baku sagu. Sejarah awal mula munculnya bika ambon masih banyak mengalami perdebatan, seperti beberapa sumber mengatakan bahwa pada masa penjajahan Belanda, yaitu lebih tepatnya di Tanah Deli. Waktu itu seorang warga Tionghoa bereksperimen membuat kue bika di rumahnya, tak jauh dari kawasan Jalan Mojopahit. Kue bika khas Melayu tersebut dimodifikasi dengan cara menambahkan bahan berupa nira sehingga menghasilkan kue bika yang berongga, legit, dan sangat nikmat, berbeda dengan kue bika pada umumnya.

Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa bika ambon merupakan panganan yang dibuat oleh salah seorang masyarakat Ambon yang saat itu hijrah ke Kota Medan karena pada era tahun 1980an Kota Ambon mengalami kerusuhan, kemudian mereka membuka usaha dimulai dari industri kecil yang menjajakan panganannya di pasar Petisah. Resep bika ambon mereka dapat dari sebuah buku resep makanan berbahasa Belanda, yang kemudian mereka kreasikan menjadi bika ambon seperti saat ini. Nama bika ambonnya sendiri merupakan

istilah yang mereka ciptakan karena awalnya mereka merupakan penduduk asli Kota Ambon.

Gambar 4.4

Industri kuliner di Jalan Mojopahit (Sumber: Peneliti, 2015)

Awal mula industri kuliner ini mulai berkembang adalah pada saat seorang warga tionghoa yang bernama Ratna membuka toko bika ambon di rumahnya, dan mengajak rekannnya seperti Acai untuk bekerja sama berkecimpung di industri kuliner ini, lambat laun usaha ini mulai berkembang, Ratna mulai menggunakan jasa tenaga kerja masyarakat lokal bahkan mendatangkan masyarakat dari luar daerah khusus untuk mengajarkan pembuatan bika sehingga dapat menjadi modal bagi mereka untuk membuka usaha. Seperti yang dikatakan pemilik toko Ratna, Budi (45 tahun):

“Saya punya pemikiran seperti ini, jangan tanya apa yang sudah daerah beri kepadamu, tapi coba tanya apa yang sudah kamu beri untuk daerahmu” (Wawancara Ratna, 2015).

Sehingga sejak saat itu mulai bermunculan toko-toko bika ambon lainnya di kawasan Jl. Mojopahit seperti Acai, Ati, Mojopahit, Emmy dan lain-lain. Potensi pengembangan industri kuliner di kawasan Jl. Mojopahit ini semakin menarik perhatian warga sekitar yang berdomisili di kawasan tersebut, karena sebagian besar industri yang bergerak di sektor kuliner, merupakan penduduk asli

di Jl. Mojopahit, Industri kuliner ini terus mengalami perkembangan di era tahun 2000an khususnya kuliner bika ambon. Sehingga pada tahun 2001 muncul keinginan untuk membuat Asosiasi Bika Ambon yang diketuai oleh Budi (Pemilik Toko Ratna) namun keinginan ini tidak berjalan sesuai rencana karna kurangnya partisipasi dari para pelaku home industry tersebut.

Demi menjaga keberlajutan aktivitas wisata kuliner di kawasan Jl.Mojopahit tersebut, masyarakatnya yang merupakan pelaku home industry telah mampu mengkreasikan berbagai macam kuliner lainnya dengan cita rasa yang berbeda- beda, dengan penampilan menarik, rasanya yang unik, dan penyajiannya yang istimewa telah mampu mendongkrak kuliner ini kepada negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Brunie Darussalam dan Singapura ( Wawancara Zulaikha, 2015). Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini mulailah berkembang industri-industri kuliner lainnya seperti kue kacang, bolu and cake, pancake durian, kopi dan teh, risol, manisan jambu, dan juga sate kerang.

Gambar 4.5

Jenis industri kuliner yang berkembang di Jl. Mojopahit. (Sumber : Peneliti, 2015)

Packaging (kemasan) yang unik dan aman serta nyaman membawanya selama di perjalanan juga menjadi pertimbangan penting bagi pengunjung. Jenis kuliner yang dijadikan sebagai oleh-olehpun, harus mempertahankan kualitas rasa selain kemasannya yang menarik mengingat lamanya perjalanan. Berbagai

toko-toko home industry yang bergerak di sektor kuliner di kawasan Jl. Mojopahit ini berlomba-lomba mengkreasikan kemasan (packaging) jajanan kuliner mereka untuk menarik pelanggan dalam memberikan kenyamanan bagi mereka saat membawanya.

Gambar 4.6

Kemasan produk yang aman dan nyaman untuk di perjalanan (Sumber : Peneliti, 2015)

Berdasarkan kebutuhan tersebut, para pelaku home industry ini mulai mengkreasikan kembali usaha kuliner mereka melalui penyajiannya dengan cara menyediakan jenis kuliner yang setengah jadi dan mengawetkannya dengan cara membekukan jajanan kuliner tersebut, sehingga tidak mengurangi cita rasa dari jajanan kuliner nya meski menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sedangkan untuk kuliner bika ambon hanya bisa dalam kondisi baik dalam 4 hari saja.

Gambar 4.7

Jajanan kuliner yang dibekukan dan kue kering (Sumber: Peneliti, 2015)

Besarnya potensi bagi pengembangan industri kuliner ini serta masyarakatnya yang mampu berpikir kreatif dan berinovasi melalui jajanan

kuliner mereka, membuat industri ini tetap berjalan hingga ± 30 tahun sejak awal mula industri kuliner ini mulai berkembang, khususnya jajanan kuliner bika ambon yang memiliki keunikan tersendiri baik dari segi cita rasanya, maupun sejarah bika ambonnya, dan ternyata potensi ini telah mampu menumbuh kembangkan jajanan kuliner lainnya di kawasan ini sehingga terkenal dengan wisata kulinernya.

4.4.2 Keadaan Sosial Budaya

Kawasan Jl. Mojopahit memiliki hubungan sosial budaya yang terjalin, baik hubungan sesama pelaku home industry, maupun hubungan antara pelaku home industry dengan penduduk permukiman kawasan Jl. Mojopahit tersebut. Hal ini dibuktikan dari interaksi antar pelaku home industry yang saling berbagi kreativitas dan bekerja sama dalam menciptakan inovasi baru untuk pengembangan industri kuliner mereka.

Namun hubungan ini juga terbentur melalui perbedaan garis keturunan antara tionghoa dan masyarakat melayu Medan yang dominan beragama islam. Perpecahan ini bermula sejak timbulnya isu penggunaan bahan tuak yang dicampurkan dalam adonan bika yang terjadi pada pertengahan tahun 2001 dan bahkan terjadi lagi pada tahun 2005 dengan isu yang lebih mencengangkan masyarakat yaitu penggunaan minyak babi sehingga membuat bika lebih kenyal dan lembut.

Upaya Budi sebagai pemilik toko Ratna yang juga merupakan pelopor kuliner bika ambon di kawasan ini untuk mempersatukan para pelaku home industry tersebut dengan membentuk asosiasi bika ambon ternyata tidak

terlaksana karena kurangnya perhatian mereka terhadap pentingnya keberadaan asosiasi tersebut. Sehingga penyebaran isu ini sangat merugikan para pelaku home industry yang saat itu didominasi oleh keturunan tionghoa, dan pada akhir tahun 2005 mulai bermunculan toko-toko bika ambon muslim dan juga penggunaan label halal dari MUI dan BPOM Medan di setiap toko-toko bika ambon. Sejak peristiwa itu pula mulai bermunculan toko-toko industri kuliner dengan aneka jenis kuliner lainnya yang sebagian pelakunya merupakan keturunan tionghoa yang dulunya juga sebagai pelaku home industry bika ambon.

4.4.3 Morfologi Kawasan Jl. Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner

Dari fakta dan informasi yang diperoleh, dilakukan penyusunan rangkaian peristiwa yang akhirnya membentuk kawasan Jl. Mojopahit ini sebagai pusat industri kuliner khususnya bika ambon, yaitu:

Tabel. 4.4 Urutan Peristiwa Terkait Perkembangan Kawasan Jl. Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner

Tahun Peristiwa

1986 - Ratna sebagai pelopor industri kuliner bika ambon - Ratna mengajak rekannya Acai dan Ati untuk bergabung - Acai dan ATI membuka toko bika ambon

1990 - Kue bika ambon menjadi menu pembuka menyambut jemaah haji Kota Medan

- Pemerintah Kota Medan menjadikan bika ambon sebagai salah satu daftar makanan khas Kota Medan pada

buku/majalah milik pemerintahan Kota Medan

- Jl. Mojopahit menjadi jalan dengan sirkulasi satu arah 2001 - Isu tuak yang digunakan sebagai bahan campuran pada bika

ambon

- MUI dan Badan POM melakukan tinjauan ke lapangan - Ratna berinisiatif membentuk asosiasi bika ambon namun

tidak terlaksana dengan baik

2003 - Zulaikha menjadi bika ambon tersohor di Kota Medan - Toko industri kuliner bika ambon mencapai 42 toko 2005 - Isu minyak babi yang digunakan pada bika ambon

merugikan pelaku home industry keturunan tionghoa - Para pelaku industri kuliner menggunakan label halal dari

MUIdan Badan POM

2009 - Toko-toko industri rumahan dengan aneka jenis kuliner lainnya mulai bermunculan

- Durian corner menjual pancake durian 2010 - Rujak Aceh llf menjual rujak buah khas aceh

- Kopi Sidikalang menjual kopi dan aneka teh khas Kota Medan

- Gogo menjual risol ayam spesial

2013 - Bandara Polonia Medan dipindahkan ke Kualanamu 2015 - Toko industri kuliner bika ambon dan aneka jenis kuliner

lainnya sebanyak 35 toko.

(Sumber: Peneliti, 2015) Dari data diatas, maka perkembangan Jl. Mojopahit sebagai pusat industri kuliner Kota Medan dibagi dalam 3 fase berdasarkan peristiwa-peristiwa penting yang telah terjadi, diantaranya sebagai berikut:

a. Morfologi Fase I sebagai masa embrio lahirnya Jl. Mojopahit sebagai kawasan pusat bika ambon (1986-1989)

b. Morfologi Fase II sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan kawasan Jl.Mojopahit sebagai kawasan pusat bika ambon (1990-2004) c. Morfologi Fase III sebagai masa eksisting Jl.Mojopahit sebagai kawasan

pusat industri kuliner (2005-2015)

Berdasarkan teori Conzen (1960) dalam Carmona (2003) tentang morfologi ruang, ada beberapa elemen kunci yang harus diperhatikan dalam mengkaji morfologi kawasan Jl.Mojopahit terkait pertumbuhan kawasan tersebut

sejak awal mula industri kuliner ini mulai berkembang hingga akhirnya menjadi kawasan pusat industri kuliner bika ambon, yaitu diantaranya:

Dokumen terkait