• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERUPSI F-PDIP (MARUARAR SIRAIT, S.IP): Pimpinan,

F- PDIP (MARUARAR SIRAIT, S.IP): Ketua Maruarar Ketua,

Baik terima kasih.

Saudara-saudara yang saya hormati,

Pertama saya menyampaikan kepada Ketua keberatan, ini bukan soal kepuasan atau tidak puas, ini bicara soal kebenaran apa yang kita yakini. Kalau Ketua memakai ukuran kepuasan silakan itu ukuran Ketua tapi bukan ukuran kita, ini adalah ukuran soal-soal kebenaran.

KETUA RAPAT:

Silakan bicara substansi. F-PDIP (MARUARAR SIRAIT, S.IP):

Saya sangat substanif karena kita di sini tidak bicara soal kepuasan, termasuk juga kalau Saudara Ketua bicara substansinya adalah soal kepuasan, saya tidak substansi saya adalah soal kebenaran. Kemudian juga saya mau kritisi juga saya minta ada hak fraksi, ada juga anggota itu sesuai dengan Tatib, dan satu orang saja itu berbeda sesuai Tatib itu adalah voting. Kalau tidak mari kita bedah daripada Tatib itu MD3 sudah kita pelajari sama-sama, kalau memang itu sudah clear, kalau itu sudah clear kenapa itu tidak dijalankan? Kalau memang itu sudah dipahami, kenapa itu tidak dijalankan? Kita di sini tentu punya idiologi yang berbeda, punya pandangan prinsip-prinsip yang berbeda, rakyatnya sama, tetapi rakyat yang sama kita menangkapnya berbeda, ada yang mengatakan menaikan BBM itu sesuai aspirasi rakyat itu yang kita yakini. Ada yang tidak terbalik, jadi Saudara-saudara bagaimana kita menangkap aspirasi rakyat juga ternyata kita sebagai Anggota DPR berbeda, dan jangan paksakan kita sama, kita tidak mungkin sama soal-soal ini.

Saudara-saudara,

Kemudian yang kedua, saya mengkritisi apa yang disampaikan oleh sahabat saya Bapak Achsanul dari Partai Demokrat, yang mengatakan bahwa yang setuju dan bagaimana BBM itu adalah penyelundup yang mendukung penyelundupan. Saya minta Saudara Aqsanul bisa mempertimbangkan untuk mengganti itu, kalau ada penyelundupan karena ada perbedaan harga, menurut saya kita punya aparat yang kita perjuangkan kesejahteraannya, kita perjuangkan remunerasinya, itu adalah tanggungjawab aparat. Kalau ada perbedaan karena subsidi kepada rakyat, karena subsidi itu dijadikan alasan adanya penyelundupan, menurut kami bukan itu alasannya. Kalau memang ada penyelundupan tangkap dong penyelundup itu, jangan dikatakan penyelundupan sebagai bentuk karena harga tidak satu tidak sama, kita berbeda di situ. jelas ada perbedaan yang mendasar antara pandangan Fraksi Demokrat dengan Fraksi PDI Perjuangan biarlah rakyat Indonesia yang menilai.

Tadi dikatakan kalau ada alternatif lain, kalau ada alternatif lain tidak perlu naikkan BBM, fraksi kami membuat sebuah buku dengan data akademis yang ilmiah, bahwa kita punya alternatif lain. kita sudah berbicara lama di Komisi XI, bahwa kekurangannya itu hanya Rp58 triliun Ketua, 58 triliun dengan penghematan, bisa kita lakukan. Kita bisa ketemu angka 30 triliun, dengan perjalanan dinas mari kita bertekat Anggota DPR, eksekutif, legislatif perjalanan

dinas dikurangi 50% itu akan dapat kurang lebih 10 triliun pasti itu bisa. Penerimaan negara, kenapa sih kita tidak bisa meningkatkan tarif cukai untuk rokok, Saudara tahu bapak Ketua, ada satu merk rokok satu tahun itu produksinya 20 miliar batang, dinaikkan satu saja itu 100 rupiah sudah ada potensi penerimaan 2 triliun rupiah belum lain yang lain. Kenapa kita menutup mata dengan kemungkinan-kemungkinan ini? saya tertarik dengan kata-kata kalau ada alternatif lain kenapa tidak lakukan itu? apakah yang kami sampaikan dari PDI Perjuangan bukan alternatif-alternatif lain? apakah ada yang tidak legal, soal tarif yang saya katakan soal batubara, IUB Saudara-saudara. Kita tahu begitu banyak kerusakan lingkungan tidak semua memang, tapi begitu banyak kerusakan lingkungan, kalau ada tambang-tambang batubara kebanyakan terjadi dua hal; yang pertama, kerusakan lingkungan, yang kedua kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin. Kenapa kita tidak berani menggunakan IUB, IUB itu dengan bea keluar, dan juga tarif cukai yang meningkat? itu legal, ada aturannya tahun lalu pemerintah mengeluarkan bea keluar untuk semua mineral tetapi batubara tidak, ada apa ini? apakah loby-loby pengusaha batubara mengalahkan kebijakan negara? Saya rasa ini yang harus kita lawan, tidak boleh kepentingan pengusaha di atas kepentingan rakyat. Jadi PDI Perjuangan memiliki alternatif kebijakan yang legal dan pro rakyat. Saya bukan mau memuaskan pasti dengan apa yang kita sampaikan ada yang puas tetapi juga ada yang tidak puas.

Jadi Ketua kalau memang kita sudah berbeda, kita tidak bisa ketemu dalam memperjuangkan betul ini tergantung kepada kebijakan fiskal pemerintah yang dikeluarkan. Kami PDI Perjuangan walaupun kami berada sebagai partai oposisi tidak ragu-ragu mendukung Presiden SBY kalau mengeluarkan kebijakan bea keluar batubara, tarif cukai untuk rokok, untuk alkohol, kita dukung Presiden SBY untuk mengeluarkan itu. Mari kita bersatu pemerintah dan DPR, bukan untuk menaikkan BBM, tetapi untuk tidak menaikan BBM.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ada informasi apa silakan? Informasi apa yang penting. F-PDIP (H. RAHADI ZAKARIA, S.IP., M.H):

Pimpinan ada informasi yang penting yang ingin saya sampaikan, jadi pada hari ini Senin, 17 Juni 2013, kita semua berkumpul di ruangan ini untuk membicarakan APBN. Nanti dulu saya informasikan Pak Gandung, jadi ini informasi Pak Gandung belum apa yang terjadi di luar. Jadi begini kita berbicara soal APBN-P pada hari ini, tetapi apakah Saudara-saudara sekalian bahwa di luar sana sedang terjadi sebuah kepanikan diakar rumput. Berkaitan dengan kenaikan BBM ini, saya kira ini yang menjadi perhatian kita semua agar kita semua juga memahami kepanikan-kepanikan yang sekarang sedang terjadi. KETUA RAPAT:

Ya oke-oke, Pak Jhony Alen silakan. F-PD (DRH. JHONNY ALLEN MARBUN, M.M):

Pimpinan.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Yang pertama orang pintar harus taat azas dan taat aturan, saya bacakan tentang BAB ke V tentang Pembahasan APBNP Pasal 157,

pembahasan terhadap perubahan atas APBN dilakukan oleh Badan Anggaran dan Komisi terkait dengan pemerintah, itu adalah yang kita buat sendiri terhadap Tatib DPR, tidak di Paripurna. Yang kedua, lanjutannya atas pembahasan tersebut pasal 155 ayat (4) pengambilan keputusan rancangan undang-undang tentang APBN, antara Badan Anggaran dengan pemerintah, pada akhir Pembicaraan Tingkat I dilakukan dengan acara: pertama, pengantar Ketua Badan Anggaran, Laporan Panitia Kerja, Pembacaan Naskah Rancangan Undang-Undang APBN-P, Pendapat Mini sebagai akhir sikap fraksi, Pendapat Pemerintah, Penandatanganan Naskah Rancangan Undang-Undang tentang APBN atau APBN-P, baru yang terakhir hasil pembahasan yang dimaksud di atas dilaporkan dan diambil Keputusan di Tingkat II Rapat Paripurna Pimpinan.

Pimpinan, semua ini sudah dilalui sesuai mekanisme Tatib, sehingga rapat paripurna ini adalah rapat pengambilan keputusan itu adalah Tata cara yang kita sudah tandatangani dan kita sudah putuskan dalam Tata tertib DPR, terima kasih Pimpinan.

Yang kedua Pimpinan, ini tidak ada hubungannya tetapi perlu kita memberikan juga tanggapan bahwa setiap orang punya hak bicara, tetapi tidak pernah menyinggung nama fraksi yang lain, setiap orang. Pertama, tidak ada mengenal di dalam pembahasan rancangan undang-undang maupun APBN-P tanpa pengajuan oleh pemerintah itu ada di Tata Tertib. Yang kedua, ekonomi kita ini Pimpinan. Pertama, adalah memang karena disparitas harga minyak yang begitu besar sejak tahun 2011. Yang kedua, sehingga pemerintah mengambil pada kebijakan pada APBN 2013. Yang kedua, harga sapi pernah naik, sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk mengambil impor untuk satu atap yaitu Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan. Yang ketiga, memang adanya yang tidak dipungkiri berbagai penyalahgunaan yaitu korupsi, dan tidak hanya itu. Dengan demikianlah pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan yang strategis, yang menjadi domain pemerintah untuk disampaikan kepada DPR.

Yang terakhir, DPR tidak pernah membahas kenaikan BBM tetangga, sekali lagi DPR tidak pernah tidak pernah membahas naik turunnya BBM di DPR baik itu di Panja, maupun di Raker. DPR hanya membahas Nota Keuangan Pemerintah karena soal subsidi BBM kita sudah sepakat pada undang-undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 8 ayat (10) bahwa besaran subsidi BBM diserahkan kepada Pemerintah sesuai dengan kesanggupan keuangan Pemerintah.

Demikian Pimpinan terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, kita teruskan dulu. Pak Gandung silakan.

F-PG (Drs. GANDUNG PARDIMAN, M.M): Terima kasih.

Jadi saya mempunyai pendapat bahwa masing-masing sudah mempunyai pendapat, argumentasinya masing-masing sampai berbuih-buih ini sudah tidak bisa disatukan diislahkan. Untuk itu ambil saja mekanisme pengambilan keputusan, jangan kemudian dilempar semua bicara dengan gayanya masing-masing. Untuk itu saya usul segera diambil keputusan karena sudah melalui mekanisme sesuai Tata Tertib, jangan di jungkir balikan hanya sekedar untuk berbuih-buih di Paripurna ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

F-PG (H. NUDIRMAN MUNIR, S.H):

Dokumen terkait