• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. PDRB Sumatera Utara

Untuk menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, serta pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi industri pengolahan, listrik gas dan air minum serta bangunan. Sektor tertier meliputi perdagangan, hotel dan restoran, angkutan, jasa perusahaan, persewaan bangunan dan jasa lainnya.

Perekonomian Sumatera Utara secara makro berhasil tumbuh 6,50 persen pada triwulan ketiga tahun 2006 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2005 (year on year). Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,52 persen pada triwulan yang sama.

Jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2006, kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III tahun 2006 menunjukkan pergerakan yang sama yaitu kembali meningkat dengan pencapaian 3,01 persen. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan kinerja adalah sektor pertanian (4,86 persen), sektor industri (2,51 persen), sektor bangunan (2,82 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (3,53 persen), dan sektor pengangkutan dan komunikasi (3,91 persen).

Perekonomian Sumatera Utara secara kumulatif dari triwulan I hingga triwulan III tahun 2006 secara makro berhasil tumbuh sebesar 5,02 persen jika dibandingkan dengan keadaan yang sama tahun 2005 (year on year). Membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara ini menguatkan harapan akan

pencapaian target pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2006 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Transisi 2006-2009 Propinsi Sumatera Utara sebesar 6,49 persen atau akan lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi di tahun 2005 sebesar 5,48 persen.

Meski pencapaian kinerja perekonomian Sumatera Utara hingga triwulan III tahun 2006 cukup membaik namun masih dibayangi dengan kondisi ketenagakerjaan, gizi balita dan tingkat kemiskinan penduduk yang belum menggembirakan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Februari 2006 tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumatera Utara sebesar 14,82 persen dan balita dengan gizi buruk pada tahun 2005 sebesar 10,45 persen dari jumlah balita yang ada. Sementara itu diperkirakan persentase penduduk miskin di tahun 2006 mencapai sebesar 15,66 persen.

Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mendorong kepada Pemerintah Kabupaten/Kota agar mengoptimalkan pemanfaatan APBD guna mempercepat pergerakan ekonomi di daerah menjadi hal yang secara terus menerus mutlak dilakukan. Dukungan terhadap penyederhanaan proses tender proyek, mulai dari persiapan tender hingga pelaksanaan proyek sehingga terciptanya pengelolaan kebijakan yang fleksibel dalam mempercepat pencairan anggaran belanja pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat segera terwujud.

Sungguhpun dilanda krisis sejak tahun 1997, namun besaran PDRB dan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Berita Resmi Statistik Vol. 08/No.026/24 Januari 2006 gambaran perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara telah memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijakan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 yang disertai peristiwa Bom Bali II memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah menunjukkan adanya perbaikan.

Dari hasil perhitungan sangat sementara yang didasarkan pada hasil survei indikator ekonomi triwulanan, PDRB menurut harga konstan 2000 mengalami

peningkatan dari Rp. 83,33 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 87,9 triliun pada tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 5,48 persen. Namun laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 persen.

Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar 16,91 persen, sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 9,04 persen dan sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,70 persen. Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia dana ke sektor riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp. 118,1 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 136,9 triliun pada tahun 2005. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 11,11 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp. 9,74 juta. Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp. 6,87 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 7,13 juta pada tahun 2006.

Sebagian besar nilai PDRB Sumatera Utara tahun 2006 merupakan sumbangan dari sektor industri pengolahan yaitu sebesar 24,72 persen, diikuti oleh

sektor pertanian sebesar 24,69 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18,38 persen. Selanjutnya, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,36 persen; sektor angkutan dan komunikasi sebesar 8,97 persen; sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 6,09 persen; sektor konstruksi sebesar 5,71 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,20 persen, dan kontribusi terkecil diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,88 persen.

Metode Penghitungan Pendapatan Regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk United Nations yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Penghitungan pendapatan regional dapat dilakukan melalui pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran. Dalam penghitungan pendapatan regional Sumatera Utara umumnya dipakai pendekatan dari sisi produksi, kecuali sektor pemerintahan (jasa-jasa) dipakai pendekatan pendapatan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah.

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) adalah PDRB dikurangi penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Produk Regional Netto atas biaya faktor produksi PDRN dikurangi pajak tak langsung netto, yang diamsumsikan sama dengan Pendapatan Regional, karena pendapatan netto dari luar wilayah belum mungkin dihitung karena keterbatasan data.

Pendapatan Regional Perkapita adalah Produk Regional Netto atas dasar biaya faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Penyajian Pendapatan Regional dibedakan atas harga yang berlaku dan harga konstan 2000. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun penghitungan. Untuk penyajian atas dasar harga konstan, setiap produk barang dan jasa dinilai dengan harga tetap yang terjadi pada tahun dasar (2000). Indeks perkembangan diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. Indeks berantai diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perubahan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. PDRB adalah angka pengukur terhadap pertumbuhan ekonomi. PDRB terdiri dari 9 sektor ekonomi, kesembilan indikator ekonomi tersebut dikatakan sebagai angka pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat perkembangan angka PDRB dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut:

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 Tahun J u ta R p

Gambar 4.4. Perkembangan PDRB di Sumut Tahun 1984-2007 Grafik di atas menggambarkan perkembangan ekonomi dari tahun 1984 s/d 2007. Pergerakan pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan dari 7,5% pada tahun 1992 meningkat menjadi 13,97% pada tahun 1993 kemudian sedikit mengalami penurunan pada tahun 1994 sebesar 9,47% hingga 6,88% pada tahun 1997, pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang sangat parah, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan hingga mencapai level minus 11,85%, kemudian minus 1,66% dan beranjak meningkat pada tahun 2000 sebesar 2,1%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi diikuti oleh adanya peningkatan aktivitas ekonomi yang semakin membaik, di mana komponen-komponen ekonomi banyak yang menyumbang bagi pembentukan PDRB di Sumatera Utara.

Dokumen terkait