• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedagang Pengecer

Dalam dokumen ANALISIS PEMASARAN SALAK (Halaman 56-0)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 38

5.1.4 Pedagang Pengecer

seminggu paling sedikit bisa melakukan 3-4 kali penjualan, atau menjual dengan frekuensi penjualan dua hari sekali. Para bandar kampung ini umumnya menyalurkan salak yang dibelinya ke bandar besar.

5.1.3. Bandar Besar

Bandar besar dalam hal ini adalah pedagang yang membeli dan menampung salak dari petani langsung dan dari bandar kampung. Bandar besar yang ada di Desa Cikondang adalah pedagang antar kota yang mempunyai modal besar dan didukung oleh prasarana angkutan. Pihak bandar besar dalam membeli salak tidak hanya berasal dari petani di Desa Cikondang saja, namun juga membeli dari petani atau bandar kampung yang tinggal di daerah lain misalnya dari Desa Pasirmukti yang letaknya berbatasan dengan Desa Cikondang. Skala operasi pembelian dan penjualan salak Cineam oleh bandar besar ini bisa mencapai 7,5 ton setiap harinya.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat tiga bandar yang menjadi responden penelitian yang dapat dikategorikan sebagai bandar besar.

Mereka menyalurkan salak ke pasar induk yang ada di daerah Bandung dan Serang. Di pasar induk tersebut terdapat agen penjualan yang menjualkan salak dengan sistem komisi penjualan.

5.1.4. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang langsung menjual barang dagangannya ke konsumen akhir. Lembaga ini umumnya berskala kecil dan sedikit jumlahnya. Dalam penelitian ini, pedagang pengecer yang diamati hanya pedagang pengecer yang berada di sepanjang jalan raya Cimaragas. Hal tersebut disebabkan keterbatasan penulis dalam penelitian ini.

Biasanya pedagang pengecer ini membeli langsung dari petani atau dari bandar kampung. Volume pembelian yang bisa dilakukan oleh seorang pedagang pengecer sebanyak 30-300 kilogram setiap hari dengan volume penjualan 30-40 kg setiap hari . Jika persediaan barang di kios tempat berjualan sudah berkurang atau habis, maka pedagang pengecer ini akan mendatangi petani atau bandar untuk membeli persediaan salak yang baru.

5.2. Analisa Fungsi Lembaga Pemasaran

Untuk memperlancar proses pemasaran, diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan dari produsen sampai ke konsumen, selanjutnya kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran ini dimaksudkan agar pemasaran dapat terjadi secara efektif dan efisien, memberikan kepuasan maksimal kepada konsumen, dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para pelaku pemasaran.

Fungsi pemasaran dalam komoditas salak ini dimulai dari petani produsen di Desa Cikondang kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga pemasaran selanjutnya. Namun tidak semua fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut, hal ini tergantung dari situasi dan kondisi tertentu. Adapun fungsi pemasaran tersebut terdiri dari fungsi pertukaran (fungsi pembelian dan penjualan), fungsi fisik (fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan) dan fungsi fasilitas (fungsi standarisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar dan fungsi penanggungan resiko).

5.2.1. Petani

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan. Penjualan biasanya dilakukan setelah panen kepada para bandar (pengumpul), bandar besar maupun langsung ke pengecer. Namun penjualan langsung ke pengecer sangat jarang dilakukan, hal ini dikarenakan pengecer hanya bisa menampung dalam jumlah kecil.

Penjualan kepada bandar kampung dan bandar besar biasanya dilakukan secara berlangganan. Petani langsung mengantarkan hasil panennya ke rumah bandar yang terdekat dengan lokasi kebun salak yang dipanen. Dalam hal ini petani percaya bahwa bandar yang menjadi langganannya tersebut tidak akan merugikan dalam hal penetapan harga.

Fungsi fisik yang dilakukan petani adalah fungsi penyimpanan dan pengangkutan. Penyimpanan salak dilakukan apabila salak tersebut hendak dikonsumsi sendiri, untuk menjamu tamu atau dijadikan buah tangan saat mengunjungi sanak saudaranya. Penyimpanan juga bisa dilakukan apabila pada saat panen salak hanya memperoleh hasil yang sangat sedikit dan petani merasa tanggung untuk membawanya ke bandar, sehingga disimpan dulu untuk selanjutnya disatukan dengan hasil panen 1-2 hari berikutnya. Pengangkutan dilakukan oleh petani yang mengantarkan hasil panennya ke bandar. Biasanya hasil panen tersebut diangkut dengan cara dipikul sendiri oleh petani, dipikul oleh buruh angkut atau dengan cara menyewa ojeg atau mobil angkutan barang (pick up).

Fungsi fasilitas yang dilakukan petani meliputi kegiatan pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan yang dilakukan petani adalah pembiayaan usahatani yang meliputi biaya pemeliharaan dan biaya pengangkutan. Informasi pasar terutama mengenai harga biasanya diperoleh dari sesama petani atau bandar yang menjadi langganan penjualan.

Fungsi penanggungan resiko dilakukan oleh petani apabila terjadi kelebihan produksi pada musim panen raya atau pada saat hasil panennya terserang hama dan penyakit yang tidak bisa ditanggulangi sehingga hasil panennya hanya sedikit. Pada saat terjadi kelebihan produksi pada musim panen raya, harga salak bisa anjlok hingga mencapai Rp. 100,- per kilogram, atau bahkan tidak ada yang mau membeli, sehingga terkadang salak yang siap panen tersebut dibiarkan saja tidak dipetik hingga membusuk di pohon.

5.2.2. Bandar Kampung

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh bandar kampung yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan pembelian dan penjualan. Pembelian salak oleh bandar kampung dilakukan ke petani langsung yang berada di Desa Cikondang. Pada umumnya bandar kampung membeli salak dari orang yang sama atau berlangganan. Selanjutnya bandar kampung menjual kembali salaknya ke bandar besar yang ada di Desa Cikondang dan hanya sebagian kecil saja salak yang dijual bandar kampung ke pedagang pengecer.

Fungsi fisik yang dilakukan bandar kampung adalah fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Penyimpanan dilakukan untuk menampung hasil panen dari petani sebelum dijual lagi ke bandar besar. Penyimpanan salak di

bandar kampung paling lama dilakukan dalam waktu dua hari. Hal ini mengingat bahwa salak bukan merupakan komoditas yang tahan lama dan bobotnya bisa menyusut jika disimpan terlalu lama karena kehilangan kadar air. Tempat penyimpanan biasanya di los, dan disimpan dengan cara digelar dilantai atau disimpan dalam keranjang bambu (carangka) dan dibiarkan terbuka, seperti ditunjukkan Lampiran 4 pada halaman 79.

Pengangkutan dilakukan dari los penyimpanan ke tempat-tempat lembaga pemasaran selanjutnya yaitu ke bandar besar. Pada saat diangkut tersebut salak dikemas dalam carangka yang bisa digunakan berulang kali.

Fungsi fasilitas yang dilakukan antara lain, pembiayaan, informasi pasar dan penangungan resiko. Pembiayaan yang dilakukan bandar kampung adalah membayar salak yang dibeli dari petani, biaya pengangkutan, penyimpanan dan biaya tenaga kerja termasuk di dalamnya biaya bongkar muat, penimbangan dan sortasi.

Resiko yang sering dialami bandar kampung adalah resiko penyusutan dan resiko ukuran salak yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

Untuk informasi pasar, diperoleh dari sesama bandar dan bandar besar yang menjadi tujuan penjualan yang berada di Desa Cikondang.

5.2.3. Bandar Besar

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh bandar besar kurang lebih sama dengan yang dilakukan bandar kampung yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan pembelian dan penjualan.

Pembelian salak oleh bandar besar dilakukan ke petani langsung dan ke bandar kampung yang ada di Desa Cikondang dengan cara berlangganan. Pada saat

musim kemarau dimana produksi salak berkurang, bandar besar juga bisa membeli dari bandar yang berada di desa lain, misalnya dari bandar yang berada di Desa Pasirmukti yang lokasi desanya berbatasan dengan Desa Cikondang. Hal ini dimungkinkan karena kualitas salak yang ditanam di Desa Pasirmukti tidak berbeda jauh dengan yang ditanam di Desa Cikondang.

Penjualan yang dilakukan oleh bandar besar biasanya langsung disalurkan ke pasar induk yang ada di daerah Bandung dan Serang. Di pasar induk tersebut terdapat agen penjualan yang menjadi rekan kerja sama para bandar besar. Agen penjualan ini berperan untuk menampung dan menjualkan salak yang dikirim bandar besar dengan sistem komisi.

Fungsi fisik yang dilakukan bandar besar adalah fungsi penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Penyimpanan dilakukan untuk menampung hasil panen dari petani dan hasil pembelian dari bandar kampung. Penyimpanan dilakukan hingga jumlah salak yang terkumpul mencapai 1,5-6 ton. Penyimpanan di bandar besar sama seperti di bandar kampung yaitu disimpan di los.

Pengemasan salak dilakukan dengan menggunakan keranjang (carangka) yang terbuat dari bambu atau dengan menggunakan waring (wadah kemasan yang terbuat dari plastik) seperti ditunjukkan Lampiran 5 pada halaman 80.

Pengangkutan dilakukan jika jumlah salak telah mencapai jumlah syarat ekonomis, yaitu 1.5 ton untuk dikirim ke pasar induk di Bandung dengan menggunakan mobil angkutan barang (pick up). Sedangkan jumlah 6 ton adalah syarat ekonomis untuk dikirim ke pasar induk di Serang dengan menggunakan angkutan truk.

Fungsi fasilitas yang dilakukan antara lain standarisasi dan grading, pembiayaan, informasi pasar dan penangungan resiko. Pihak bandar besar telah menerapkan standar mutu dan grading salak menjadi beberapa kelas berdasarkan ukuran yaitu kelas besar (bungas), kelas sedang, dan kelas kecil (kril).

Pembiayaan yang dilakukan bandar besar adalah membayar salak yang dibeli dari petani dan dari bandar kampung, biaya pengangkutan, penyimpanan dan biaya tenaga kerja (termasuk di dalamnya biaya bongkar muat, penimbangan dan sortasi), dan komisi penjualan.

Resiko yang sering dialami bandar besar adalah resiko penyusutan, resiko ukuran salak yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, resiko munculnya pungutan liar selama proses pengiriman salak ke pasar induk, dan resiko kerugian penjualan akibat salak tidak laku dijual.

Informasi pasar, diperoleh dari sesama bandar besar dan agen penjualan yang berada di pasar induk Bandung atau Serang.

5.2.4. Pedagang Pengecer

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan pembelian dan penjualan. Pembelian salak dilakukan dari bandar atau petani langsung. Biasanya pembelian dilakukan dari petani atau bandar yang terdekat.

Penjualan dilakukan kepada konsumen langsung yang lewat atau sengaja datang ke kios penjualan. Penjualan biasanya dilakukan dalam skala yang kecil.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pengecer adalah fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Penyimpanan dilakukan pengecer langsung di kios penjualan. Pengangkutan dilakukan dari lokasi pembelian salak, baik dari kebun petani maupun dari tempat bandar. Pengemasan biasanya dilakukan dengan menggunakan kantong plastik (kresek) atau karung plastik jika ada yang membeli dalam jumlah cukup banyak.

Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer meliputi sortasi dan grading, pembiayaan, informasi pasar dan penanggungan resiko. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan untuk memilih salak yang bagus dan layak dijual serta memisahkan salak yang rusak.Pembiayaan meliputi pembiayaan pembelian ke pihak bandar atau petani, biaya pengangkutan, biaya penyusutan dan pengemasan.

Untuk informasi pasar diperoleh dari sesama pedagang pengecer, dari bandar atau dari petaninya langsung.

Penanggungan resiko terjadi jika terjadi kegagalan penjualan karena sepinya calon pembeli. Selain itu pedagang pengecer juga menanggung resiko akibat penyusutan berat salak.

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran salak dari petani sampai konsumen akhir dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

TABEL 12. Fungsi Pemasaran Pada Tiap Lembaga Pemasaran dari Desa Cikondang Sampai Konsumen Akhir

No Fungsi Pemasaran Petani Bandar Kampung

Keterangan: √ = Melakukan fungsi pemasaran - = Tidak melakukan fungsi pemasaran

5.3. Analisa Struktur Pasar

Struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing pelaku pemasaran salak dapat dianalisis dengan melihat jumlah pelaku pemasaran yang terlibat, sifat keragaman produk yang diperjualbelikan, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan informasi pasar.

5.3.1. Struktur Pasar di Tingkat Petani

Struktur pasar dilihat dari sudut pandang petani salak di Desa Cikondang cenderung bersifat oligopsoni. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang banyak dengan jumlah pembeli (pedagang perantara) sedikit, dan petani bertindak sebagai penerima harga (price taker). Jumlah petani yang dijadikan sampel di lokasi penelitian sebanyak 60 orang dan jumlah pedagang sebagai pembeli sebanyak sebelas orang yang terdiri atas enam orang bandar kampung, tiga orang bandar besar, dan dua orang pedagang pengecer.

Salak yang dipasarkan bervariasi kualitasnya. Dari hasil pengamatan di lapangan, klasifikasi salak yang dikenal petani dan pedagang berdasarkan grade tertera pada Tabel 13 berikut ini.

TABEL 13. Klasifikasi Mutu Salak Cineam

Klasifikasi Ciri-ciri

Kelas Besar (Bungas) Buah berukuran panjang + 9-10 cm, lebar + 6-7 cm, dan dalam satu kilogram terdapat 12-13 buah

Hal yang membedakan klasifikasi mutu (grade) tersebut adalah ukuran besar kecilnya buah salak tersebut. Dalam segi rasa, tidak ada perbedaan khusus di antara grade-grade tersebut. Petani bebas untuk keluar masuk pasar, dalam hal ini siapa saja boleh untuk berusahatani salak asalkan dia mempunyai lahan, modal, dan bersedia menanggung resiko-resiko yang dihadapi seperti terjadinya gagal panen atau gagal dalam penjualan hasil panen.

Petani mendapatkan informasi harga dari para pedagang bandar dan sesama petani. Penentuan harga biasanya dilakukan oleh pihak bandar kampung atau bandar besar berdasarkan harga yang berlaku di pasaran, sehingga kedudukan petani dalam pemasaran sangat lemah.

5.3.2. Struktur Pasar di Tingkat Bandar Kampung

Bandar kampung merupakan pedagang yang langsung menampung hasil panen dari petani. Jumlah bandar di lokasi penelitian cukup banyak, namun yang dilibatkan sebagai responden sebanyak enam orang. Bandar kampung biasanya mempunyai hubungan yang cukup erat dengan petani. Mereka umumnya memiliki petani langganan yang selalu menjual hasil panennya kepada mereka. Pihak bandar kampung ini semuanya berasal dari Desa Cikondang dan sebagian dari mereka ada yang mempunyai lahan sendiri.

Dilihat dari keragaman produk, maka produk yang diperjualbelikan bersifat homogen. Pihak bandar kampung melakukan sortasi terhadap salak yang rusak dan busuk. Pada tingkat pedagang bandar kampung ini terdapat hambatan

bagi bandar baru untuk memasuki pasar. Hambatan tersebut berupa besarnya modal yang dibutuhkan untuk menjadi bandar, dan mereka juga akan berhadapan dengan bandar-bandar kampung yang sudah berpengalaman dan dipercaya oleh petani langganan masing-masing.

Resiko utama yang ditanggung bandar kampung hanyalah berupa resiko penyusutan akibat penyimpanan. Resiko lainnya yang mungkin terjadi adalah perubahan harga mendadak yang ditetapkan oleh pihak bandar besar yang menjadi tujuan penjualan produknya.

Penentuan harga lebih menonjol ke pedagang bandar. Pihak bandar kampung memperoleh informasi harga dari sesama bandar kampung dan bandar besar melalui komunikasi langsung. Karena itu dapat dikatakan bahwa pedagang bandar kampung memiliki posisi yang lebih kuat dibandingkan posisi petani dalam hal penentuan harga, sehingga struktur pasar dilihat dari sudut pandang pedagang bandar kampung adalah pasar oligopoli.

5.3.3. Struktur Pasar di Tingkat Bandar Besar

Struktur pasar yang dihadapi oleh bandar besar tidak berbeda jauh dengan struktur pasar yang dihadapi oleh bandar kampung, yaitu cenderung ke pasar bersaing oligopoli. Jumlah bandar besar yang ada di lokasi penelitian berjumlah tiga orang dan ketiganya berasal dari Desa Cikondang.

Kegiatan pembelian dan penjualan dilakukan dalam skala yang cukup besar, sehingga hambatan untuk memasuki pasar ini sangat besar. Untuk menjadi bandar besar diperlukan modal yang besar mengingat jangkauan pemasaran

mereka luas. Resiko yang dihadapi bandar besar lebih besar dibandingkan dengan resiko yang dihadapi oleh bandar kampung. Bandar besar ini dilengkapi dengan fasilitas pengangkutan.

Dalam penentuan harga, posisi bandar besar lebih kuat dibandingkan posisi petani dan bandar kampung. Walaupun petani masih bisa melakukan tawar menawar harga, namun pada akhirnya bandar besarlah yang menentukan harga.

Bandar besar ini memperoleh informasi langsung dari pasar induk yang berada di Bandung atau Serang melalui telepon atau komunikasi langsung.

5.3.4. Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer merupakan rantai pemasaran yang langsung berinteraksi dengan konsumen akhir. Struktur pasar dilihat dari sudut pandang pedagang pengecer adalah pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengecer ini sedikit dan identik satu sama lain. Pedagang pengecer yang berhasil diwawancarai pada saat penelitian sebanyak dua orang. Mereka tidak hanya menjual salak Cineam saja, namun juga menjual komoditas buah-buahan lain seperti nangka, pisang, rambutan, dukuh dan durian. Pembelian salak oleh pedagang pengecer dilakukan dalam partai kecil, sehingga kebutuhan modal pun relatif kecil.

Untuk menjadi pedagang pengecer ini terdapat kemudahan dalam memasuki pasar. Tidak ada peraturan atau kebijakan khusus dari pemerintah daerah setempat mengenai penjualan di tingkat pengcer ini.

Salak yang dijual pedagang pengecer ini sifatnya terdiferensiasi. Pihak pedagang pengecer melakukan sortasi dan membedakan salak Cineam berdasarkan tiga kelas yaitu kelas Besar (Bungas), kelas sedang, dan kelas Kecil (kril). Klasifikasi mutu dan ciri-cirinya dapat dilihat pada Tabel 13 pada halaman

50. Biasanya salak yang dijual digelar atau digantung di kios-kios penjualan sehingga konsumen bebas untuk memilih pada saat membeli.

Sistem pembayaran yang berlaku di pasar pengecer adalah secara tunai.

Harga salak dari pedagang pengecer ke konsumen akhir didasarkan pada harga beli dari petani atau bandar ditambah keuntungan yang diinginkan oleh pedagang pengecer tersebut. Tawar menawar antara pedagang pengecer dan konsumen akhir bisa saja terjadi, namun tidak banyak mempengaruhi harga. Informasi tentang pasar diperoleh dari sesama pedagang pengecer dan dari bandar.

5.4. Analisa Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Perilaku pasar dalam penelitian ini ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, praktek penentuan dan pembayaran harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran.

5.4.1. Praktek Pembelian dan Penjualan

Para petani biasanya menjual hasil panennya kepada para bandar untuk setiap penjualannya. Sebagian besar petani di lokasi penelitian telah mempunyai langganan tetap untuk menjual hasil panennya. Ada juga yang menjual langsung ke pedagang pengecer.

Untuk pihak bandar besar, selain melakukan pembelian langsung dari petani di Desa Cikondang juga membeli dari pihak bandar kampung, bahkan pada musim kemarau, pada saat produksi salak berkurang, pihak bandar besar bisa melakukan pembelian dari petani dan bandar yang berada di desa lain.

Pihak bandar besar ini mendistribusikan salak yang dibelinya ke kota lain melalui kerjasama dengan rekanan penjual yang berada di pasar induk di daerah Bandung dan Serang. Volume rata-rata penjualannya sekitar 20 ton per minggu.

Untuk pedagang pengecer, pembelian dilakukan kepada bandar kampung dan petani langsung. Pedagang pengecer biasanya sudah memiliki langganan sehingga tidak mengalami kesulitan dalam penyediaan produk kecuali pada musim kemarau panjang. Pembeli di pedagang pengecer ini adalah konsumen akhir yang sengaja membeli salak untuk konsumsi sendiri atau untuk oleh-oleh.

5.4.2. Praktek Penentuan Harga dan Pembayaran Harga

Penentuan harga salak antara petani dengan pihak bandar kampung atau bandar besar adalah dengan sistem tawar menawar. Harga yang terjadi biasanya mengikuti mekanisme pasar yang mana apabila terjadi panen raya maka harga salak cenderung rendah dan sebaliknya apabila panen sedikit, harga salak cenderung tinggi. Harga terendah salak bisa mencapai Rp 100,- s/d Rp 300,- per kilogram dan tertinggi mencapai Rp 800,- s/d Rp 1000,- per kilogram.

Harga salak tinggi selama dua bulan yaitu sekitar bulan Juni-Juli yang merupakan masa puncak pembentukan buah salak, sehingga pasokan/penawaran di pasaran kurang. Para petani hanya sebagai penerima harga (price taker) sehingga sedikit sekali kekuatan untuk mempengaruhi harga. Informasi harga diperoleh dari pihak bandar dan petani lainnya, sehingga harga pasar merupakan patokan tawar menawar antara petani dan pihak bandar walaupun pada akhirnya petani akan menerima harga yang ditawarkan pedagang bandar.

Perubahan harga yang terjadi adalah mingguan, biasanya berkisar antara Rp 300,- s/d Rp 800,- per kilogram. Bandar besar merupakan pihak yang

memegang kunci informasi mengenai harga salak di Desa Cikondang. Hal ini terjadi dikarenakan bandar besar merupakan pihak yang langsung memperoleh harga dengan mekanisme pasar di pasar induk.

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak bandar dengan petani adalah dengan sistem tunai dan tidak tunai (sistem pembayaran kemudian).

Mekanisme pembayaran tidak tunai ini adalah dengan melunasi pembayaran 2-3 hari kemudian setelah terjadi transaksi. Namun biasanya petani menghendaki pembayaran dengan sistem tunai.

Penentuan harga yang terjadi antara pengecer dan konsumen akhir berdasarkan proses tawar menawar dengan konsumen, namun harga salak lebih ditentukan oleh pedagang pengecer kepada konsumen. Harga yang ditentukan pedagang pengecer tersebut mendekati harga di pasar induk. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh konsumen akhir dan pedagang pengecer adalah tunai.

5.4.3. Kerjasama Antara Lembaga Pemasaran

Kerjasama dalam penyaluran salak dari produsen sampai ke konsumen akhir telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya.

Kerjasama tersebut didasarkan atas lamanya mereka melakukan hubungan dagang

Kerjasama tersebut didasarkan atas lamanya mereka melakukan hubungan dagang

Dalam dokumen ANALISIS PEMASARAN SALAK (Halaman 56-0)

Dokumen terkait