• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN SALAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN SALAK"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN SALAK

(KASUS DI DESA CIKONDANG, KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA, PROPINSI JAWA BARAT)

Oleh : Restu Gumilar

A14102045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

ANALISIS PEMASARAN SALAK

(Kasus di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

RESTU GUMILAR A14102045

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(3)

Judul Skripsi :

ANALISIS PEMASARAN SALAK

(Kasus di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Restu Gumilar NRP : A14102045

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Joko Purwono, M.S NIP. 131 578 844

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:

(4)

RINGKASAN

RESTU GUMILAR. Analisis Pemasaran Salak (Kasus di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat). (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang struktur perekonomiannya didominasi sektor pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang banyak diusahakan masyarakatnya adalah buah salak, dan Desa Cikondang merupakan salah satu daerah sentra produksi salak tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian, permasalahan yang dihadapi dalam mengusahakan komoditas salak adalah tidak konsistennya jumlah pasokan, maupun ukuran buah salak yang dihasilkan. Selain itu harga yang diterima petani secara umum relatif rendah, berkisar antara Rp 300,- sampai dengan Rp 500,- per kilogram, dengan penetapan harga sepihak oleh pedagang perantara.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Menganalisis saluran pemasaran dan peran lembaga- lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran buah salak; (2) Menganalisis struktur dan perilaku pasar yang terjadi pada pemasaran salak; (3) Menganalisis efisiensi dari sistem pemasaran buah salak tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara terhadap responden petani dan lembaga pemasaran yang terlibat dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian seperti Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya serta literatur-literatur lain yang relevan. Alat analisis yang digunakan adalah Sebaran Marjin Pemasaran dan diolah dengan program komputer “Microsoft Excel 2003”.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat empat pola saluran pemasaran salak dari Desa Cikondang sampai ke konsumen akhir. Pola saluran pemasaran tersebut antara lain: (1) Pola 1: Petani - Bandar kampung - Bandar besar - Konsumen di kota lain, (2) Pola 2: Petani - Bandar besar - Konsumen di kota lain, (3) Pola 3:

Petani - Bandar kampung - Pengecer - Konsumen lokal, (4) Pola 4: Petani - Pengecer - Konsumen lokal.

Dari keempat pola saluran pemasaran tersebut, pola yang paling banyak digunakan oleh para pelaku pemasaran adalah pola 1 dan pola 2. Hal tersebut dikarenakan kedua pola tersebut sudah lama digunakan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, dan dirasakan cukup efektif.

Untuk memperlancar proses pemasaran, diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan dari produsen sampai ke konsumen, selanjutnya kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran ini dimaksudkan agar pemasaran dapat terjadi secara efektif dan efisien, memberikan kepuasan maksimal kepada konsumen, dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para pelaku pemasaran.

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran salak adalah: (1) Petani: fungsi penjualan, penyimpanan,

(5)

pengangkutan, pembiayaan, informasi pasar dan penanggungan resiko; (2) Pedagang bandar kampung: fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengemasan, pembiayaan, informasi pasar dan penanggungan resiko; (3) Pedagang bandar besar: fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengemasan, standarisasi dan grading, pembiayaan, informasi pasar dan penanggungan resiko; (4) Pedagang pengecer: fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengemasan, sortasi dan grading, pembiayaan, informasi pasar dan penanggungan resiko.

Struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing pelaku pemasaran salak dapat dianalisis dengan melihat jumlah pelaku pemasaran yang terlibat, sifat keragaman produk yang diperjualbelikan, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan informasi pasar. Dilihat dari struktur pasar yang ada pada para pelaku pemasaran salak secara umum mengarah pada pasar oligopoli, hal ini karena lembaga pemasaran seperti bandar dan bandar besar bisa sewaktu-waktu mempengaruhi harga yang terjadi di pasar.

Keragaan pasar dipengaruhi oleh struktur dan perilaku pasar. Keragaan pasar ini dapat diukur antara lain melalui biaya serta marjin pemasaran, distribusi marjin pemasaran, serta bagian harga yang diterima petani. Dilihat dari perilaku pasar yang dihadapi, maka dalam praktek pembelian dan penjualan telah terjalin kerjasama sebagai cara untuk menciptakan stabilitas pasar. Dalam proses penentuan harga, dapat terjadi tawar menawar antara petani dan pedagang, namun pada akhirnya petani tetap sebagi penerima harga. Sistem pembayaran yang terjadi adalah sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran tidak tunai.

Hubungan kerjasama antar lembaga pemasaran dilakukan atas dasar saling percaya.

Berdasarkan analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio B/C maka pola yang mempunyai marjin pemasaran terkecil, dan farmer’s share terbesar adalah pola 2. Sehingga secara operasional pola 2 merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dibandingkan dengan dua pola lainnya. Kurang meratanya rasio B/C di tiap lembaga pemasaran menyebabkan pemasaran salak kurang efisien.

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Berdasarkan analisis, posisi petani pada saat terjadi transaksi jual beli lemah. Hal ini perlu perhatian, khususnya dari pihak pemerintah daerah agar berupaya menyediakan informasi mengenai perkembangan harga salak supaya petani terhindar dari penentuan harga sepihak yang hanya menguntungkan pihak pedagang perantara, (2) Berkaitan dengan keterbatasan penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan dan kekuatan hubungan yang terjadi antar pasar yang terlibat dalam proses pemasaran.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan harga di satu tingkat pasar dapat mempengaruhi perubahan harga di tingkat pasar lainnya.

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PEMASARAN SALAK (KASUS DI DESA CIKONDANG, KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA, PROPINSI JAWA BARAT)”. ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA PENULIS LAIN YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, September 2008

Restu Gumilar A14102045

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tasikmalaya, tanggal 14 Oktober 1984 dari keluarga Bapak Jana Sujana dan Ibu Ida Aryani, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cibeureum. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian.

Selama kuliah di IPB penulis aktif di berbagai kegiatan, diantaranya pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia di Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian (MISETA) periode 2003/2004.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Pemasaran Salak (Kasus di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)”.Judul penelitian ini didasarkan atas rasa ketertarikan yang besar dari penulis terhadap pemasaran komoditas pertanian lokal, yang menjadi tumpuan perekonomian masyarakat yang mengusahakan komoditas tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini terdapat banyak pihak yang telah berperan besar memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyajikan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan krritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

Restu Gumilar A14102045

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari sepenuh hari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jana Sujana dan Ibu Ida Aryani selaku ayah dan ibu, adikku Wahyuni Sri Rahayu, serta istriku tercinta Ee Nurparidah yang senantiasa memberikan dorongan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Joko Purwono, M.S sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kemudahan, nasehat dan bimbingan serta kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec sebagai dosen penguji utama yang telah berkenan meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Anita Primaswari, SP. M.Si sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Sekretariat Program Studi Manajemen Agribisnis (Mbak Dewi dan Mbak Dian), Komisi Pelayanan Mahasiswa Program Studi Agribisnis (Ibu Ida), serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Agribisnis, Faperta IPB yang telah banyak membantu penulis.

6. Keluarga besar JOIN GS, Andi, Toni, Ihsan, Van, Joko, Indra, Jim, Kombo, Indra, dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. KERANGKA PEMIKIRAN 6 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 6

2.1.1 Konsep Pemasaran ... 6

2.1.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran ... 7

2.1.3 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 9

2.1.4 Struktur Pasar ... 11

2.1.5 Perilaku Pasar ... 12

2.1.6 Marjin Pemasaran ... 12

2.1.7 Efisiensi Pemasaran ... 15

2.1.8 Budidaya Salak ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3 Hipotesa Penelitian ... 21

2.4 Kerangka Alur Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN 24 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 24

(11)

3.4 Metode Pengambilan Contoh ... 25

3.5 Metode Analisa Data ... 25

3.5.1 Analisa Saluran Pemasaran ... 25

3.5.2 Analisa Fungsi Lembaga Pemasaran ... 26

3.5.3 Analisa Struktur Pasar ... 26

3.5.4 Analisa Perilaku Pasar ... 26

3.5.5 Analisa Marjin Pemasaran ... 26

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 29 4.1 Keadaan Umum Desa Cikondang ... 29

4.1.1 Kondisi Geografis ... 29

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 30

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 30

4.1.4 Kelembagaan Desa dan Kemasyarakatan ... 31

4.1.5 Kependudukan ... 32

4.1.6 Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat ... 32

4.2 Karakteristik Responden ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 38 5.1 Saluran dan Lembaga Pemasaran ... 38

5.1.1 Petani ... 40

5.1.2 Bandar Kampung ... 40

5.1.3 Bandar Besar ... 41

5.1.4 Pedagang Pengecer ... 42

5.2 Analisis Fungsi Lembaga Pemasaran ... 42

5.2.1 Petani ... 43

5.2.2 Bandar Kampung ... 44

5.2.3 Bandar Besar ... 46

5.2.4 Pedagang Pengecer ... 48

5.3 Analisa Struktur Pasar ... 49

5.3.1 Struktur Pasar di Tingkat Petani ... 49

5.3.2 Struktur Pasar di Tingkat Bandar Kampung ... 50

(12)

5.3.3 Struktur Pasar di Tingkat Bandar Besar ... 52

5.3.4 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer ... 52

5.4 Analisa Perilaku Pasar ... 53

5.4.1 Praktek Pembelian dan Penjualan ... 54

5.4.2 Praktek Penentuan Harga dan Pembayaran Harga ... 54

5.4.3 Kerjasama Antara Lembaga Pemasaran ... 56

5.5 Analisa Marjin Pemasaran ... 56

5.6 Bagian Harga yang Diterima Petani ... 62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA 67

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut

Kelompok Sektor ... 2

2 Komposisi Kimia Daging Buah Salak, Nenas, dan Apel dalam setiap 100 gram ... 2

3 Karakteristik Struktur Pasar ... 12

4 Tata Guna Lahan Desa Cikondang ... 30

5 Komposisi Penduduk Desa Cikondang Menurut Umur ... 32

6 Komposisi Penduduk Desa Cikondang Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33

7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33

8 Komposisi Umur Responden ... 34

9 Komposisi Pengalaman Responden ... 35

10 Tingkat Pendidikan Responden ... 35

11 Struktur Luas Lahan Petani Responden ... 36

12 Fungsi Pemasaran Pada Tiap Lembaga Pemasaran dari Desa Cikondang Sampai Konsumen Akhir ... 49

13 Klasifikasi Mutu Salak Cineam ... 50

14 Sebaran Marjin Pemasaran Salak Cineam dari Desa Cikondang Sampai Konsumen Akhir Pada Bulan Juli 2006 ... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Sistem Pemasaran Sederhana ... 6 2 Saluran Pemasaran Barang Konsumsi ... 8 3 Marjin Pemasaran, Nilai Marjin Pemasaran, Biaya Pemasaran ... 13 4 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Sistem Pemasaran Salak

Cineam ... 23 5 Saluran Pemasaran Salak Cineam dari Desa Cikondang Sampai

Konsumen Akhir ... 39

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Gambar Peta Desa Cikondang ... 69

2 Kuesioner Penelitian ... 70

3 Gambar Kebun Salak dengan Pola Tanam Tumpangsari ... 78

4 Gambar Cara Penyimpanan Salak ... 79

5 Gambar Alat Pengemasan Salak Berupa Carangka dan Waring ... 80

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan otonomi daerah. Hal ini sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 22. Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut menuntut pemerintah daerah memiliki kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan daerah masing- masing tanpa mengabaikan kepentingan pusat. Kemandirian tersebut terutama mengacu pada kemandirian keuangan daerah dari Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS).

Indonesia adalah negara agraris, sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam struktur perekonomian Indonesia termasuk dalam menciptakan kemandirian keuangan. Sektor pertanian memiliki peran sangat penting, antara lain dianggap mampu menyerap banyak tenaga kerja, sebagai pendukung sektor industri, meningkatkan pendapatan masyarakat tani, menyediakan bahan pangan, dan menghasilkan devisa bagi negara.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang struktur perekonomiannya didominasi sektor pertanian. Sebagai bukti, pada tahun 2002 sektor pertanian di Tasikmalaya memberikan kontribusi sebesar 35,64 persen terhadap produksi bruto sebagaimana disajikan dalam Tabel l, halaman 2.

Pada tingkat nasional Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu wilayah sentra produksi salak. Salak bisa dikatakan sebagai buah khas Tasikmalaya.

(17)

TABEL 1. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Kelompok Sektor 1)

Kelompok sektor 2002

PRIMER 35.86

1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 35.64

2. Pertambangan dan energi 0.22

SEKUNDER 11.21

3. Industri pengolahan 5.75

4. Listrik, gas & air bersih 0.77

5. Bangunan/konstruksi 4.69

TERSIER 52.92

6. Perdagangan, hotel, dan restoran 28.41

7. Pengangkutan dan komunikasi 3.97

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2.24

9. Jasa-jasa 18.30

Jumlah 100

Buah salak memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, dan dapat dikonsumsi sebagai buah segar juga dapat dijadikan manisan. Kandungan gizi buah salak tersebut disajikan dalam Tabel 2.

TABEL 2. Komposisi Kimia Daging Buah Salak, Nenas, dan Apel dalam setiap 100 gram

Komposisi Salak Nenas Apel

Energi (kalori) 77,00 52,00 58,00

Protein (gram) 0,40 0,40 0,30

Lemak (gram) 0,00 0,02 0,30

Karbohidrat (gram) 20,90 13,70 14,90

Kalsium (mg) 28,00 16,00 6,00

Fosfor (ml) 18,00 11,00 10,00

Besi (ml) 4,20 0,30 0,30

Vitamin A (IO) 0,00 20,00 12,00

Vitamin B1 (mg) 0,04 0,03 5,00

Vitamin C (mg) 2,00 24,00 0,64

Air (gram) 78,00 85,00 84,10

Tabel 2 memperlihatkan apabila dibandingkan dengan buah apel dan nenas, salak mempunyai kandungan energi, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor dan besi yang lebih besar. Kandungan gizi yang umumnya lebih baik pada buah salak dibandingkan nenas dan apel, diharapkan dapat menjadi faktor pendorong

1) Situs Kabupaten Tasikmalaya www.tasikmalaya.go.id. Diunduh tanggal 24 Maret 2006

(18)

dalam peningkatan usaha budidaya dan pengembangan salak sebagai salah satu komoditi unggulan pertanian.

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diraih sekaligus dalam pengembangan tanaman salak antara lain: (1) Terhadap lingkungan, salak tumbuh di bawah naungan dan berakar serabut yang dapat memegang tanah dan menahan terpaan air, maka tanah akan lebih tertutup terhadap terpaan hujan, sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya erosi. (2) Terhadap tenaga kerja, usaha budidaya salak dapat menciptakan lapangan kerja baru, yaitu pembuatan keranjang atau peti sebagai wadah pengepakan buah salak. Selain itu akan semakin mendorong berkembangnya sektor perdagangan dan transportasi di daerah produsen salak. (3) Terhadap sumber daya alam, penanaman salak dapat meningkatkan manfaat sumber daya alam, karena penggunaan lahan yang lebih optimal dan efisien, dimana salak tidak memerlukan lahan khusus, tetapi dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan lainnya. (4) Terhadap perekonomian, dengan adanya penanaman salak, sumber penghasilan petani akan bertambah sehingga daya beli petani akan semakin meningkat.

Hal-hal yang mendukung Tasikmalaya sebagai sentra produksi buah salak antara lain: (1) Tasikmalaya memiliki karakteristik agroklimat yang sesuai dengan karakteristik agroklimat yang dibutuhkan tanaman salak, (2) Tasikmalaya memiliki misi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan agribisnis.

Adapun daerah penghasil dan pengembang salak Tasikmalaya terdapat di enam kecamatan, yaitu kecamatan Cibalong, Cineam, Manonjaya, Cibeureum,

(19)

Kawalu, dan Sukaraja, dengan total luas areal salak lokal + 7831 Ha dan salak Super + 350 Ha.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian, permasalahan yang dihadapi adalah jumlah pasokan dan mutu buah salak yang dipasarkan tidak konsisten. Selain itu petani menerima harga yang rendah berkisar antara Rp 300,- sampai dengan Rp 500,- per kilogram, yang merupakan hasil penentuan sepihak pedagang perantara. Hal ini ditengarai merugikan petani.

Melihat permasalahan-permasalahan yang ada, maka menarik untuk dikaji adalah:

1. Bagaimana saluran pemasaran dan peran lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran buah salak?

2. Bagaimanakah struktur dan perilaku pasar yang terjadi pada pemasaran salak?

3. Bagaimana efisiensi dari sistem pemasaran buah salak tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisa saluran pemasaran dan peran lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran buah salak.

2. Menganalisa struktur dan perilaku pasar yang terjadi pada pemasaran salak.

3. Menganalisa efisiensi dari sistem pemasaran buah salak tersebut.

1.4. Kegunaan Penelitian

(20)

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi:

1. Petani, dapat memperoleh informasi dalam memilih strategi pemasaran buah salak yang paling menguntungkan petani sesuai sumber daya yang dimilikinya.

2. Pemerintah Daerah, sebagai masukan bahan pertimbangan dalam mengembangkan usahatani salak dan dalam menangani pemasarannya.

3. Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

(21)

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Pemasaran pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus, 1985).

Gambar 1. Sistem Pemasaran Sederhana

Sumber : Kotler, 2004

Gambar 1 memperlihatkan bahwa pertukaran merupakan konsep inti dari pemasaran, mencakup perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Supaya muncul potensi pertukaran, lima persyaratan harus dipenuhi:

Industri (kumpulan penjual)

Industri (kumpulan pembeli) Informasi

Barang/jasa

Komunikasi Uang

(22)

1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak.

2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lain.

3. Maisng-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu.

4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.

5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan.

2.1.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melakukan fungsi- fungsi pemasaran dalam rangka menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembaga-lembaga ini melakukan pengangkutan barang dari produsen ke konsumen, menghubungkan informasi mengenai suatu barang atau jasa, dan bisa juga berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan (Limbong dan Sitorus, 1985).

Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Di antara produsen dan pemakai akhir terdapat sekumpulan perantara yang melakukan berbagai fungsi, menyandang nama dan membentuk saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2004).

Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Masing-masing pedagang perantara yang melaksanakan pekerjaan tertentu dalam membawa produk dan haknya semakin mendekat pada pembeli akhir akan membentuk tingkat saluran. Produsen dan konsumen akhir juga

(23)

merupakan bagian dari setiap saluran pemasaran karena keduanya melaksanakan pekerjaan tertentu. Panjangnya suatu saluran pemasaran akan ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang dan jasa (Kotler, 2004). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Saluran Pemasaran Barang Konsumsi

Sumber : Kotler, 2004

Saluran level-nol disebut juga saluran pemasaran langsung, terdiri dari

produsen yang langsung menjual kepada pelanggan akhir (konsumen). Saluran satu-level berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer. Saluran dua-level

berisi dua perantara, mereka umumnya adalah pedagang besar dan pengecer.

Saluran tiga-level berisi tiga perantara, terdiri dari pedagang besar dan pemborong yang akan menjual kepada beberapa pengecer kecil. Jika dilihat dari sudut

Level-0 Level-1 Level-2 Level-3

Produsen Produsen Produsen Produsen

Pedagang besar

Pedagang besar

Konsumen

Pengecer Pengecer

Konsumen Konsumen

Pengecer

Pemborong

Konsumen

(24)

pandang produsen, maka semakin banyak jumlah level saluran pemasaran, semakin sulit untuk memperoleh informasi tentang pelanggan akhir dan untuk melakukan pengendalian.

2.1.3. Fungsi-fungsi Pemasaran

Pada saat melakukan proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi utama yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas (Limbong dan Sitorus, 1985).

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemindahan hak milik atas barang dan jasa dari penjual kepada pembeli. Fungsi-fungsi pertukaran terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian diperlukan untuk menentukan jenis barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan. Fungsi penjualan diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan penjualan barang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, bentuk dan mutunya.

Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Adapun fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran, atau menunggu sebelum diolah. Fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkan kualitas barang bersangkutan baik dalam rangka memperkuat daya tahan barang

(25)

tersebut maupun dalam rangka meningkatkan nilainya. Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah konsumen sesuai kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan ketidaksesuaian alat angkutan dengan sifat barang yang diangkut dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan mutu dari barang yang diangkut.

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi-fungsi fasilitas terdiri dari empat fungsi, yaitu fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Standarisasi adalah suatu ukuran atau penentuan mutu suatu produk dengan berbagai kriteria.

Sedangkan grading adalah kegiatan penggolongan suatu produk menurut standarisasi yang diinginkan sehingga barang yang terkumpul mengelompok menurut ukuran standar masing-masing dengan nama dan etiket tertentu.

Fungsi penanggungan resiko bertujuan untuk berupaya mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi selama proses penyaluran barang. Fungsi pembiayaan adalah penyediaan biaya untuk keperluan selama proses pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya. Biaya ini dapat berupa uang kontan maupun dalam bentuk kredit. Sedangkan fungsi informasi pasar meliputi kegiatan pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut.

Data pasar yang dikumpulkan tidak saja tentang perkembangan harga disetiap tingkat pasar, tetapi juga menyangkut banyak informasi seperti jenis dan kualitas barang yang diinginkan konsumen, sumber suplai, lokasi dan merek yang diinginkan konsumen, waktu dan jumlah barang yang diinginkan konsumen, serta

(26)

berbagai informasi yang dapat memperlancar penyaluran barang mulai dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen.

2.1.4. Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan definisi industri dan perusahaan, jumlah perusahaan atau pabrik dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk dan differensiasi produk, syarat-syarat masuk dan sebagainya (Limbong dan Sitorus, 1985). Struktur pasar mengacu pada semua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan di suatu pasar (Lipsey et.al, 1997).

Terdapat empat faktor yang menjadi penentu karakteristik struktur pasar, antara lain: (1) jumlah dan ukuran perusahaan; (2) kondisi produk; (3) kondisi keluar masuk pasar; (4) tingkat pengetahuan mengenai biaya, harga, dan kondisi pasar diantara para partisipan (Dahl and Hammond, 1977).

Pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam struktur berdasarkan sifat dan bentuknya, yaitu struktur pasar bersaing sempurna dan struktur pasar tidak bersaing sempurna (Kotler, 2004). Struktur pasar dapat dilihat dari dua sisi, baik dari sisi pembeli maupun sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopsoni, oligopsoni terdiferensiasi, oligopsoni murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Sedangkan dari sisi penjual terdiri dari pasar monopoli, oligopoli terdiferensiasi, oligopoli murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Karakteristik masing-masing pasar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

TABEL 3. Karakteristik Struktur Pasar

No Karakteristik Struktur Pasar

Jumlah Penjual/Pembeli

Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli

(27)

1 Banyak Homogen Persaingan murni Persaingan murni

2 Banyak Terdiferensiasi Persaingan monopolistik

Persaingan monopolistik

3 Sedikit Homogen Oligopoli murni Oligopsoni murni

4 Sedikit Terdiferensiasi Oligopoli terdiferensiasi

Oligopsoni terdiferensiasi

5 Satu Unik Monopoli Monopsoni

Sumber : Dahl and Hammond, 1977

2.1.5. Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut beroperasi. Perilaku dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut (Dahl and Hammond, 1977).

Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati kegiatan pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga mencakup penentuan strategi yang dilakukan pelaku pasar dalam menghadapi pesaing.

2.1.6. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran/tataniaga merupakan perbedaan harga pada tingkat yang berbeda dari sistem pemasaran. Marjin pemasaran adalah juga perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dan harga di tingkat pengecer (Pr). Marjin pemasaran tersebut juga dapat ditunjukkan oleh perbedaan atau jarak vertikal antara kurva permintaan atau antara kurva penawaran seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Marjin tataniaga hanya berhubungan dengan perbedaan harga dan tidak membuat pernyataan tentang jumlah produk (Limbong dan Sitorus, 1985).

Harga Nilai Marjin Pemasaran (Pr-Pf)Qr,f Pr

Pr

(28)

Gambar 3. Marjin Pemasaran, Nilai Marjin Pemasaran, Biaya Pemasaran Keterangan: Pr = Harga di tingkat pengecer

Pf = Harga di tingkat petani Sr = Penawaran di tingkat pengecer Sf = Penawaran di tingkat petani Dr = Permintaan di tingkat pengecer Df = Permintaan di tingkat petani

Qr,f = Equilibrium di tingkat petani dan pengecer Sumber : Limbong dan Sitorus, 1985

Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi, dalam proses penyampaian komoditi tersebut dari produsen ke konsumen. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan yang lainnya. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut.

Berdasarkan Gambar 3 pada halaman 13, diketahui bahwa nilai marjin pemasaran merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin

Marjin Pemasaran (Pr-Pf)

Pr

Pf

Pr

Pr

0 Qr,f Jumlah

Biaya Pemasaran

(29)

pemasaran ini dinyatakan dalam (Pr-Pf) x Qr,f. Besaran Pr-Pf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per unit.

Besar kecilnya marjin pemasaran sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien atau belum. Fungsi penting lainnya dalam pemasaran adalah sistem harga dan mekanisme pembentukan harga yang banyak ditentukan oleh faktor waktu, tempat, dan pasar yang mempengaruhi keadaan penawaran dan permintaan.

Selain marjin pemasaran, terdapat indikator lain untuk menilai efisiensi yakni farmer’s share dan rasio keuntungan biaya. Farmer’s share atau bagian harga yang diterima petani berhubungan negatif dengan marjin pemasaran. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : Fs = farmer’s share

Pf = Harga di tingkat petani

Pc = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing- masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagi berikut :

Rasio Keuntungan Biaya (B/C) =

Keterangan : Li = Keuntungan lembaga pemasaran Ci = Biaya Pemasaran

Dengan semakin meratanya penyebaran marjin pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien.

(30)

2.1.7. Efisiensi Pemasaran

Proses pemasaran melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Masing- masing lembaga ini terlibat dalam penyampaian produk ke konsumen dan mengeluarkan biaya pemasaran seperti biaya pengangkutan, sortasi, penyimpanan dan lain-lain. Semakin panjang rantai pemasaran (asumsi efektif) maka semakin kecil keuntungan yang diterima petani.

Efisiensi pemasaran adalah sebagai usaha untuk meningkatkan rasio output-input. Output pemasaran yaitu kepuasan atas produk dan jasa, sedangkan input pemasaran adalah berbagai macam tenaga kerja, modal, manajemen pemasaran yang digunakan dalam proses tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, semakin besar rasio output-input semakin efisien suatu saluran pemasaran.

Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi tingkat output secara nyata akan memperbaiki efisiensi. Terdapat dua cara untuk meningkatkan efisiensi pemasaran yang sering dilakukan pada komoditi pertanian yaitu meningkatkan produktivitas dengan input tetap, atau efisiensi input dengan output tetap.

Efisiensi pemasaran dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional diperoleh dari ciri fisik produk yang tidak berubah dan berfokus pada penurunan biaya input produksi.

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi operasional adalah dengan penerapan teknologi baru termasuk substitusi modal tenaga kerja. Sedangkan efisiensi harga mengukur seberapa kuat harga pasar menggambarkan sistem produksi dan biaya pemasaran.

2.1.8. Budidaya Salak

(31)

Tanaman salak (Salacca salacca) seperti halnya semua tumbuhan, untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik membutuhkan syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat tersebut antara lain salak akan tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2800 mm/tahun, dan suhu rata- rata harian berkisar antara 20-300C.

Ketinggian tanah yang sesuai untuk tanaman salak adalah 0-700 meter di atas permukaan laut dan memiliki permukaan air tanah kurang dari 50 cm di bawah permukaan tanah. Tanah yang netral, tidak asam dan tidak basa, bagus untuk tanaman salak. Umumnya pH tanah yang diinginkan sekitar 6,0-7,0.

Walaupun begitu salak masih toleran tumbuh pada skala pH tanah 4,5-5,5 atau 7,5-8,5.

Selain itu tanaman salak juga membutuhkan naungan untuk dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman salak hanya membutuhkan 50-70 persen dari penyinaran penuh.

Jarak tanam yang baik untuk tanaman salak adalah 2,5 m x 2 m dengan ukuran lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm. Tanaman salak sudah bisa dipanen pada tahun ke-4 setelah penanaman. Panen raya umunya terjadi pada bulan November-Desember.

Pada proses perawatan tanaman salak perlu dilakukan pemangkasan daun dewasa. Hal ini ditujukan untuk mengurangi produksi zat penghambat pertumbuhan, misalnya Abscisin acid yang diproduksi oleh daun dewasa pada tumbuhan salak, yang selanjutnya ditranlokasikan ke bagian-bagian lain tumbuhan salak tersebut. Pemangkasan daun dilakukan hingga jumlah daun pada tanaman muda berjumlah sekitar 7-9 daun saja. Selain itu, anakan/tunas juga perlu

(32)

dikurangi agar tidak menghambat produksi tanaman induk. Jumlah anakan yang ditolerir adalah 3-4 buah anakan pada satu rumpun.

Pasa satu area kebun salak diperlukan 4-10 persen pohon jantan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penyerbukan. Proses penyerbukan itu sendiri dapat terjadi karena bantuan serangga (alami) atau dengan rekayasa bantuan manusia.

Pemupukan tanaman salak dapat dilakukan dengan aplikasi pupuk kandang/kompos maupun dengan pupuk buatan. Untuk aplikasi pukan/kompos diperlukan dosis 10-20 kg per lubang pemupukan. Lubang pemupukan tersebut digali diantara tanaman dalam satu larikan (dalam jarak 2 m), dan dapat diulang dalam jangka waktu dua tahun sekali.

Tanaman salak hasil cangkok, pada umur 2-3 tahun sudah bisa panen.

Sedangkan untuk tanaman hasil pembibitan secara generatif pada umur 4 tahun baru bisa panen. Tanaman salak yang dirawat dengan baik dapat memiliki tiga masa panen sebagai berikut: (1) Panen besar : November-Februari, (2) Panen sedang : Mei-Agustus, (3) Panen kecil : Maret-Oktober.

Peremajaan tanaman salak sedikit sangat berbeda dengan tanaman lain.

Pada tanaman salak yang diremajakan adalah akarnya bukan batangnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Agustin (1996) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Keragaan Pemasaran Jambu Mete. Studi kasus di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan tujuan mempelajari sistem pemasaran jambu mete di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, yang

(33)

meliputi perilaku pasar dan keragaan pasar beserta masalah-masalah yang terjadi, serta upaya untuk meningkatkan efisiensi pemasaran jambu mete dari tingkat petani produsen sampai ke tingkat konsumen pasar lokal. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat empat pola pemasaran jambu mete, yaitu (1) Petani ke Pedagang Pengumpul Desa (PPD) ke Pedagang Pengumpul Kecamatan (PPK) ke Pedagang Pengumpul Kabupaten (PPKab) ke Pengolah Besar. (2) Petani ke PPD ke PPKab ke Pengolah Besar. (3) Petani ke Pengolah Kecil. (4) Petani ke PPD ke PPK ke Pengolah Kecil. Dari keempat pola pemasaran tersebut, pola pemasaran satu mendominasi aliran produksi jambu mete gelondong untuk sampai ke pengolah, yakni digunakan oleh 48,52 persen populasi. Apabila dilihat struktur pasarnya, maka secara umum sistem pemasaran jambu mete tersebut masih dihadapkan pada struktur pasar oligopsoni, akibatnya dalam mekanisme penentuan harga, petani selalu berada pada posisi yang lemah atau dalam hal ini petani bertindak sebagai price taker. Jika dilihat dari total marjin pemasaran, pola pemasaran tiga mempunyai total marjin terendah (35,24 persen) dengan bagian harga yang diterima petani adalah yang terbesar (64,76 persen), sedangkan pola satu dan empat merupakan pola pemasaran dengan marjin terbesar (50,48 persen) dengan bagian harga yang diterima petani terkecil (49,52 persen). Jika dilihat dari keuntungan lembaga pemasaran dan petani yang terlibat dalam proses pemasaran, maka pola satu merupakan pola yang memberikan keuntungan terkecil pada semua lembaga pemasaran dan petani, sedangkan pola tiga merupakan pola pemasaran yang memberikan keuntungan terbesar bagi lembaga pemasaran dan petani. Sehingga jika dilihat dari total marjin, keuntungan lembaga pemasaran dan harga yang diterima petani jambu mete gelondong,

(34)

menunjukkan bahwa pola pemasaran satu merupakan pola pemasaran yang paling tidak efisien.

Ramakrishna (1999) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sistem Pemasaran serta Pendapatan Usahatani Salak Bali dan Salak Gula Pasir dari daerah Sentra Produksi” dengan tujuan penelitian mempelajari saluran pemasaran buah Salak Bali dan Salak Gula Pasir dari daerah sentra produksinya, serta mempelajari fungsi dan efisiensi lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya, dan mempelajari dampak perbandingan musim panen Salak Bali dan Salak Gula Pasir terhadap buah-buahan lainnya. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa saluran pemasaran Salak Bali terbagi menjadi tiga, yaitu (1) Petani ke Konsumen. (2) Petani ke Tengkulak ke Pedagang Pengumpul ke Pedagang Penyalur Antar Kota ke Pedagang Pengecer ke Konsumen. (3) Petani ke Pedagang Pengumpul ke Pedagang Penyalur Antar Pulau ke Pedagang Grosir ke Pedagang Pengecer ke Konsumen. Sedangkan saluran pemasaran untuk Salak Gula Pasir yaitu (1) Petani ke konsumen (2) Petani ke Pedagang Pengumpul Desa ke Konsumen. Jika dilihat dari struktur pasarnya, struktur pasar Salak Bali di pasar- pasar lokal adalah pasar bersaing sempurna, dimana harga ditentukan oleh jumlah petani dan jumlah pembeli, disamping juga dipengaruhi oleh harga buah-buahan lain pada masing-masing musim panennya. Sedangkan harga Salak Gula Pasir cenderung konstan (tidak dipengaruhi oleh harga buah-buahan lainnya) baik saat panen raya atau pada bulan-bulan lainnya, karena produksi Salak Gula Pasir yang masih rendah.

Fitria (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Sistem Pemasaran Pisang. Kasus di Desa Mekargalih, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten

(35)

Cianjur, Propinsi Jawa Barat” dengan tujuan penelitian menganalisis sistem pemasaran pisang di daerah penelitian, lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran, dan menganalisis tingkat efisiensi pemasaran melalui analisis struktur pasar berupa perilaku pasar, saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: saluran pemasaran buah pisang terbagi menjadi empat. (1) Petani ke Sub Terminal Agribisnis (STA) ke Pedagang Grosir Luar Kota ke Pedagang Pengecer Luar Kota ke Konsumen. (2) Petani ke Pedagang Pengumpul Desa (PPD) ke Pedagang Bandar ke Pedagang Grosir Luar Kota ke Pedagang Pengecer Luar Kota ke Konsumen Luar Kota. (3) Petani ke PPD ke Pedagang Bandar ke Pedagang Pengecer Dalam Kota ke Konsumen Dalam Kota. (4) Petani ke Pedagang Pengecer Desa ke Konsumen. Struktur pasar yang terjadi pada petani, PPD dan pedagang pengecer adalah oligopsoni sempurna, sedangkan pada pedagang Bandar, STA dan pedagang grosir adalah oligopoli. Dalam penentuan harga antara petani dan pedagang berdasarkan tawar-menawar, namun petani tetap sebagai penerima harga. Sistem pembayaran yang terjadi adalah sistem pemabayaran tunai dan dihutang atau dibayar kemudian. Kerjasama antar lembaga pemasaran berdasarkan atas kepercayaan kedua belah pihak. Efisiensi pemasaran pisang pada penelitian tersebut dapat tercapai jika saluran pemasaran yang dipakai adalah saluran pemasaran empat karena memiliki marjin pemasaran yang terendah, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tertinggi.

Kaban (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum). Studi Kasus di Desa Margamulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat” dengan tujuan

(36)

mengetahui saluran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar kentang dari petani di Desa Margamulya sampai ke konsumen akhir, dan menganalisis efisiensi pemasaran yang terjadi pada rantai pemasaran kentang dari sentra produksi sampai pasar konsumsi. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa proses pemasaran kentang mulai dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul, bandar, bandar besar, pedagan grosir, pedagang semi grosir, swalayan dan supermarket, industri Indofood, dan pedagang pengecer. Jika dilihat dari karakteristik pelaku pasar, maka dapat disimpulkan bahwa pasar yang dihadapi cenderung mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Sementara perilaku pasar dalam penentuan harga antara petani dengan pedagang berdasar tawar- menawar, namun petani tetap sebagai penerima harga, dengan sistem pembayaran yang terjadi adalah tunai dan tidak tunai.

2.3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa bentuk saluran pemasaran salak Cineam mulai dari petani ke pedagang bandar kampung ke pedagang bandar besar ke pengecer sampai ke konsumen akhir.

2. Struktur pasar untuk komoditi salak Cineam adalah oligopsoni, dimana terdapat banyak penjual dan sedikit pembeli, petani bertindak sebagai penerima harga (price taker).

3. Sistem pemasaran salak Cineam secara umum belum efisien, dipengaruhi oleh tingginya marjin pemasaran.

(37)

2.4. Kerangka Alur Penelitian

Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari penyampaian atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen melalui lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Pada proses penyampaian barang, dalam hal ini buah salak, dilakukan fungsi-fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Pendekatan sistem pemasaran digunakan untuk menilai keberhasilan berbagai subsistem pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar.

Struktur dan perilaku pemasaran dikaji dengan menggunakan parameter analisa saluran pemasaran, analisa struktur pasar, dan analisa perilaku pasar.

Sedangkan analisa marjin pemasaran digunakan untuk mengkaji keragaan pasar, sehingga dapat diperoleh kesimpulan mengenai saluran pemasaran mana yang efisien, dan saluran mana yang tidak efisien.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran operasional yang digunakan sebagai pedoman dalam meneliti sistem komoditi salak disajikan dalam Gambar 4 pada halaman 23.

- Produksi tidak konsisten

- Harga yang diterima petani rendah

- Harga ditetapkan sepihak oleh pedagang perantara - Posisi tawar petani lemah

Analisa Pemasaran Salak

Analisa Saluran Pemasaran

(38)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Sistem Pemasaran Salak

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu

Efisiensi Pemasaran Salak

Analisa Struktur Pasar Analisa

Perilaku Pasar Analisa

Marjin Pemasaran

(39)

sentra produksi buah salak di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2006.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi karena adanya keterbatasan sumber daya peneliti dan tidak adanya data harga bulanan salak baik di tingkat petani, pedagang perantara, maupun di pasar induk, karena itu penelitian ini hanya meliputi analisa saluran pemasaran, analisa fungsi-fungsi pemasaran, analisa struktur pasar, analisa perilaku pasar, analisa marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan atas biaya.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara terhadap responden petani dan lembaga pemasaran yang terlibat dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian seperti Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya serta literatur-literatur lain yang relevan.

3.4. Metode Pengambilan Contoh

Penentuan petani responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan contoh secara acak sederhana ini dimaksudkan untuk memudahkan pendataan petani responden yang belum diketahui satu per satu sehingga setiap petani responden memiliki peluang yang sama untuk dijadikan contoh. Sementara penentuan responden lembaga

(40)

pemasaran dipilih secara sengaja (puposive) dengan mengikuti alur saluran pemasaran salak dari petani sampai tingkat pedagang pengecer.

Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini meliputi petani sebanyak 60 orang, pedagang bandar kampung sebanyak enam orang, pedagang bandar besar sebanyak tiga orang, dan pedagang pengecer sebanyak dua orang.

3.5. Metode Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisa data. Analisis kualitatif ditujukan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan petani, menganalisa saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif untuk menganalisa marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya.

3.5.1. Analisa Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran salak dapat dianalisa dengan mengamati lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Saluran pemasaran salak dapat ditelusuri dari petani di sentra produksi sampai ke pedagang pengecer. Alur pemasaran tersebut dapat dijadikan dasar dalam menggambarkan pola alur pemasaran. Perbedaan saluran pemasaran yang digunakan akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya.

3.5.2. Analisa Fungsi Lembaga Pemasaran

Fungsi pemasaran dilihat berdasarkan masing-masing fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran dalam proses penyaluran dari sentra produksi

(41)

sampai ke konsumen akhir. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.

3.5.3. Analisa Struktur Pasar

Struktur pasar dapat diketahui dengan mengidentifikasi jumlah penjual dan pembeli, proses pembentukan harga, sifat produk yang dipasarkan, hambatan keluar atau masuk pasar, serta informasi harga pasar.

3.5.4. Analisa Perilaku Pasar

Analisa perilaku pasar dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian antara petani, pedagang bandar atau bandar besar, pedagang besar, dan pedagang pengecer, praktek penentuan dan pembayaran harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran.

3.5.5. Analisa Marjin Pemasaran

Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran produk dari produsen ke konsumen. Alat ukur yang digunakan dalam menilai efisiensi tersebut adalah dengan menggunakan metode marjin pemasaran. Marjin pemasaran terdiri dari dua komponen yaitu biaya dan keuntungan pemasaran yang dapat dirumuskan secara sederhana sebagai berikut:

Mi = Ci + i Dimana:

Mi = marjin pemasaran pada lembaga ke-i

Ci = biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga ke-i

i = keuntungan yang diperoleh lembaga ke-i

(42)

Marjin pemasaran dapat juga dihitung sebagai selisih harga di satu titik pemasaran dengan harga di titik pemasaran lainnya. Marjin pemasaran ini terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Mi = Psi – Pbi Keterangan:

Mi = marjin pemasaran pada lembaga ke-i Psi = harga jual pasar di lembaga ke-i Pbi = harga beli pasar di lembaga ke-i

Faktor yang menentukan besarnya M (marjin total) adalah besarnya marjin pemasaran yang didapat oleh setiap lembaga pemasaran dan jumlah lembaga yang terlibat. Oleh karena itu, marjin tataniaga total merupakan penjumlahan marjin tataniaga dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat.

Indikator lain untuk menilai efisiensi yakni farmer’s share dan rasio keuntungan biaya. Farmer’s share atau bagian harga yang diterima petani berhubungan negatif dengan dengan marjin pemasaran. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani.

Pc = harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

(43)

Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing- masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Keuntungan Biaya (B/C) =

Keterangan: Li = keuntungan lembaga pemasaran.

Ci = biaya pemasaran.

Dengan semakin meratanya penyebaran marjin pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1. Keadaan Umum Desa Cikondang

Keadaan Desa Cikondang secara umum diterangkan berdasarkan kondisi geografis, tata guna lahan, sarana dan prasarana, kelembagaan desa dan

(44)

kemasyarakatan, kependudukan, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data tersebut diperoleh dari monografi desa tahun 2005 yang meliputi tingkat perkembangan dan potensi desa.

4.1.1. Kondisi Geografis

Desa Cikondang terletak di Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Desa Cikondang berjarak lima km dari pusat pemerintahan kecamatan dengan waktu tempuh 0,2 jam, berjarak 25 km dari ibu kota kabupaten dengan waktu tempuh 0,45 jam.

Adapun akses ke Desa Cikondang relatif mudah. Kendaraan umum yang sering digunakan adalah ojeg dan pick-up untuk mencapai kota kecamatan, sedangkan bus dan angkutan pedesaan biasa digunakan untuk mencapai kota kabupaten dari kota kecamatan.

Luas wilayah Desa Cikondang mencapai 629,200 hektar (Ha) dengan batas-batas sebagai berikut:

 Batas Utara : Desa Cijulang

 Batas Selatan : Desa Pasirmukti

 Batas Barat : Desa Gunungtanjung, Kecamatan Gunungtanjung

 Batas Timur : Desa Karangjaya

Desa Cikondang mempunyai tipologi desa perbukitan dan merupakan dataran tinggi dengan ketinggian tempat mencapai 600 meter dari permukaan laut (mdpl). Suhu rata-rata harian adalah 260Celcius dengan curah hujan 2500-2700 mm/tahun. Jumlah bulan hujan adalah 3-9 bulan. Topografi Desa Cikondang sebagian besar merupakan perbukitan dengan kesuburan cukup tinggi yang

(45)

dicirikan dengan warna tanah (sebagian besar) hitam serta memiliki tekstur lempungan dengan kedalaman lima puluh cm.

4.1.2. Tata Guna Lahan

Berdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan Desa Cikondang dapat diterangkan sebagai berikut seperti tertera dalam Tabel 4.

TABEL 4. Tata Guna Lahan Desa Cikondang

Tata Guna Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%)

Pemukiman Umum 57,043 9,07

Fasilitas Umum:

- Kas desa - Lapangan

- Perkantoran pemerintah - Lainnya

6,748 1,408 1,250 30,307

1,07 0,22 0,20 4,82

Peladangan/Tegalan 81,044 12,88

Pesawahan:

- Sawah irigasi 1/2 teknis - Sawah tadah hujan

20,381 38,507

3,24 6,12

Perkebunan Rakyat 356,012 56,58

Hutan Lindung 36,500 5,80

Jumlah 629,200 100

Sumber: Data Monografi Desa Cikondang, 2005

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Cikondang dinilai cukup lengkap dengan telah tersedianya sarana untuk pemerintahan desa, keagamaan, kesehatan, pendidikan, transportasi dan prasarana umum. Sarana pemerintahan desa Cikondang adalah sebuah kantor kepala desa yang dilengkapi dengan balai musyawarah desa. Sedangkan untuk sarana dan prasarana kesehatan terdapat sebuah Puskesmas pembantu serta bina Posyandu yang aktif di tiap RW. Selain itu terdapat satu orang paramedis, dua orang dukun terlatih, dan satu orang bidan desa. Sedangkan sarana dan prasarana pendidikan antara lain terdapat sebuah gedung TK, tiga buah gedung SD, satu buah gedung MTS, sembilan buah gedung TPA dan satu buah lembaga pesantren.

(46)

Untuk sarana dan prasarana transportasi, sebagian besar jalan desa sudah diaspal. Sedangkan untuk sarana dan prasarana peribadatan terdapat sebelas buah mesjid dan dua belas buah mushola. Untuk menunjang kegiatan olahraga terdapat sebuah lapangan sepak bola, sebuah lapangan bulu tangkis, tiga unit meja pingpong, dan lima buah lapangan voli. Untuk penerangan, sebagian besar penduduk Desa Cikondang sudah menikmati penerangan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

4.1.4. Kelembagaan Desa dan Kemasyarakatan

Desa Cikondang dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh seorang sekretaris desa, tiga kepala urusan yang meliputi kepala urusan umum, kepala urusan pemerintahan, serta kepala urusan kesejahteraan rakyat, lima kepala dusun (RW), 21 ketua RT, dan satu orang staf desa. Untuk mendukung perkembangan dan pembangunan desa, masyarakat Desa Cikondang membentuk Badan Perwalian Desa (BPD) yang beranggotakan 12 orang dan dipimpin oleh seorang ketua BPD. Selain terdapat pimpinan formal, ada juga pimpinan non formal yaitu tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat.

Selain itu, terdapat pula lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dalam fungsinya sehari-hari membantu dan menunjang aktivitas-aktivitas masyarakat.

Lembaga-lembaga tersebut antara lain organisasi perempuan (PKK) dengan tiga orang pengurus dan 26 anggota, organisasi pemuda (Karang Taruna) dengan jumlah anggota 200 orang, organisasi profesi Petani Salak Pondoh dengan jumlah anggota 50 orang, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan jumlah anggota 15 orang.

(47)

4.1.5. Kependudukan

Penduduk Desa Cikondang berjumlah sebanyak 3576 jiwa, dengan komposisi 1804 jiwa laki-laki dan 1772 jiwa perempuan, terdiri atas 1227 kepala keluarga. Komposisi penduduk Desa Cikondang menurut umur tercantum pada Tabel 5.

TABEL 5. Komposisi Penduduk Desa Cikondang Menurut Umur

Kelompok Umur (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

0-5 311 8,70

6-10 310 8,67

11-15 278 7,77

16-20 311 8,70

21-25 249 6,96

26-30 271 7,59

31-35 276 7,72

36-40 347 9,70

41-45 249 6,96

46-50 281 7,86

51-55 202 5,65

56-59 130 3,64

> 59 361 10,10

Jumlah 3576 100

Sumber: Data Monografi Desa Cikondang, 2005

4.1.6. Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat

Penduduk Desa Cikondang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

Pada sektor pertanian tersebut sebagian besar petani Desa Cikondang membudidayakan tanaman salak, pisang dan ubi kayu. Untuk keterangan lebih lengkap mengenai komposisi penduduk Desa Cikondang berdasarkan mata pencaharian tercantum pada Tabel 6.

TABEL 6. Komposisi Penduduk Desa Cikondang Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

A. Petani 1253 35,04

B. Buruh Tani 790 22,09

C. Buruh/Swasta 253 7,07

Gambar

TABEL 2.   Komposisi  Kimia  Daging  Buah  Salak,  Nenas,  dan  Apel  dalam  setiap 100 gram
Gambar 1. Sistem Pemasaran Sederhana
Gambar 2. Saluran Pemasaran Barang Konsumsi
TABEL 3. Karakteristik Struktur Pasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul I antara lain fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi sortasi, fungsi pengemasan, fungsi pengangkutan ke tempat pedagang

Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman adalah petani, petani bandar, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran kentang dan mengetahui fungsi lembaga pemasaran kentang yang terlibat di Kecamatan Bukit

Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Informasi mengenai permintaan dan penjualan dodol salak juga belum terdata dengan baik, sehingga untuk mendapatkan informasi

Tujuan dari penilitian yaitu untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran bengkuang, saluran pemasaran bengkuang, margin pemasaran,

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan mengetahui bagaimana saluran tataniaga salak, fungsi-fungsi yang dilakukan tiap lembaga tataniaga, biaya,

ekonomis yang dicurahkan di tingkat lembaga pemasaran dalam menyalurkan produk lada perdu. 7) Lembaga pemasaran adalah orang, perusahaan atau lembaga yang terlibat

Hermawan (2012: 68) mengemukakan bahwa komunikasi pemasaran juga merupakan suatu paradigma pemasaran yang menggabungkan kekuatan pendekatan iklan, promosi penjualan,