• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Lee Shulman adalah seorang yang pertama kali memperkenalkan istilah Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada tahun 1986. Shulman (1986) menjelaskan pedagogical content knowledge (PCK) merupakan perpaduan dari pengetahuan konten dengan pengetahuan pedagogi sehingga guru menyajikan suatu materi pembelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, dan

situasi tempat pembelajaran berlangsung. PCK memiliki dua kategori pengetahuan menurut Shulman (1986), yaitu :

1. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan ajar disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep yang terkait dalam pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh peserta didik. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang model, contoh, dan ilustrasi yang paling efektif terkait bahan ajar tertentu.

2. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, termasuk pengetahuan mengenai tingkat kesulitan suatu topik, prekonsepsi dan konsepsi yang dibawa oleh peserta didik dari berbagai tingkat usia dan latar belakang terkait materi ajar.

PCK merupakan pengetahuan yang terdiri dari dua bagian yaitu content knowledge (CK) dan pedagogical knowledge (PK). Purwianingsih, W., Rustaman, N.Y., & Redjeki, S. (2010) memberikan penjelasan mengenai hubungan antara konten dan pedagogi sebagai berikut. Pengetahuan konten mengharapkan guru dapat menghubungkan dan melihat hubungan antar konsep, sedangkan pengetahuan pedagogi mengharapkan guru menguasai berbagai cara sehingga dapat membantu pemahaman peserta didik. Hubungan antara kedua komponen pembentuk PCK dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Hubungan Komponen Pembentuk PCK Sumber: Mulbar U., Alimuddin, Minggi, I., & Zaki, A. (2019)

Pedagogical knowledge (PK) menurut Shulman (dikutip dalam Agustina, 2015) berkenaan dengan cara dan proses mengajar yang mencakup pengetahuan tentang manajemen kelas, tugas, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Cakupan pengetahuan pedagogi menurut Irwantoro, dkk (2016) terdiri dari tujuh kompetensi yaitu menguasai karakteristik siswa, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik, komunikasi dengan peserta didik, serta penilaian dan evaluasi. Content knowledge (CK) menurut Shulman (dikutip dalam Mulbar dkk, 2019) meliputi pengetahuan konsep, teori, ide, kerangka berpikir, metode pembuktian dan bukti. Mulbar dkk (2019) mengungkapkan bahwa dalam penyajian materi hendaknya guru harus menguasai materi pelajaran dengan sungguh-sungguh luas dan mendalam sehingga guru dapat mengorganisasikan dengan tepat dari segi kompleksitasnya (dari yang mudah kepada yang sulit, dari yang konkret kepada yang kompleks) maupun segi keterkaitannya (dari yang harus lebih awal muncul sebagai

dasar bagi bagian berikutnya). Menurut Maryono (2015) pengetahuan pedagogi memiliki hubungan dengan kompetensi pedagogi, sedangkan pengetahuan konten memiliki hubungan dengan kompetensi profesional.

Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P (2012) menjelaskan bahwa PCK merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh guru dari waktu ke waktu dan melalui pengalaman tentang cara mengajar konten tertentu dengan cara-cara tertentu untuk menyebabkan peningkatan pemahaman siswa. PCK tidak merupakan satu kesatuan yang sama untuk semua guru dari subjek tertentu sehingga PCK merupakan keahlian khusus dengan keistimewaan individu yang dimiliki oleh guru. Hal ini dipengaruhi oleh konteks pengajaran, konten, dan pengalaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PCK merupakan pengetahuan hasil dari perpaduan antara pedagogical knowledge dengan content knowledge sehingga seorang guru dapat mengajarkan suatu topik materi dengan mengetahui tentang topik materi yang akan diajarkan, peserta didik yang diajarnya, kurikulum terkait dengan topik tersebut dan apa yang diyakini sebagai cara mengajar yang baik pada konteks tersebut serta pengetahuan tersebut dikembangkan dari waktu ke waktu melalui pengalaman seorang guru agar pemahaman siswa tercapai.

Shulman (1987) mengidentifikasi tujuh kategori pengetahuan dasar yang dimiliki oleh guru agar dapat mengelola pembelajaran yang efektif. Pengetahuan dasar tersebut dikategorikan menjadi content knowledge (pengetahuan isi pelajaran atau konten), general pedagogical knowledge

(pengetahuan pedagogis umum), curriculum knowledge (pengetahuan kurikulum), pedagogical content knowledge (pengetahuan konten dan pedagogis), knowledge of learners and their characteristics (pengetahuan peserta didik dan karakteristiknya), knowledge of educational context (pengetahuan tentang konteks pendidikan) dan knowledge of educational ends, purposes, and values, and their philosophical and historical grounds (pengetahuan tentang tujuan pendidikan, nilai-nilai, landasan filosofis dan historis). Berdasarkan tujuh kategori pengetahuan dasar menurut Shulman, pedagogical content kwonledge (PCK) menjadi salah satu pengetahuan dasar yang penting dimiliki seorang guru dalam mengelola pembelajaran secara efektif.

Komponen PCK menurut Magnusson menitikberatkan pada pentingnya orientasi guru dalam mengajar ilmu pengetahuan alam atau pembelajaran sains. Identifikasi komponen-komponen PCK menurut Magnusson (1999) yaitu orientations toward teaching science, knowledge of science curriculum, knowledge of students’ understanding of science, knowledge of assessment in science, dan knowledge of instructional strategies. Komponen-komponen PCK menurut Magnusson (1999) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Komponen PCK menurut Magnusson Sumber: Magnusson (1999: 99)

Uraian komponen-komponen PCK dalam pembelajaran sains oleh Magnusson (dikutip dalam Maryati & Widodo, 2013) sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Uraian Komponen PCK menurut Magnusson Komponen Pedagogical Content

Knowledge (PCK) Uraian

Orientations Toward Teaching Science (Orientasi tentang pengajaran sains)

Orientasi terhadap mengajar adalah pengetahuan dan keyakinan guru mengenai maksud dan tujuan

mengajarkan suatu materi pada level kelas tertentu. Orientasi guru

dinyatakan sebagai peta konsep dalam menentukan tujuan

Komponen Pedagogical Content

Knowledge (PCK) Uraian

yang berkaitan dengan kurikulum, dan evaluasi belajar siswa.

Knowledge of Science Curriculum (Pengetahuan tentang kurikulum)

Pengetahuan kurikulum

menunjukkan pemahaman guru mengenai tujuan dan sasaran belajar siswa dan ruang lingkup serta urutan konsep-konsep ilmiah yang akan diajarkan. Pengetahuan kurikulum guru terdiri atas dua kategori, yaitu:

a. Tujuan mandat kurikulum yang berlaku dan tujuan pembelajaran tiap topik serta,

b. Program-program kurikuler tertentu, sumber, dan materi.

Knowledge of Students’ Understanding of Science

(Pengetahuan tentang pemahaman siswa)

Pengetahuan guru terhadap

pemahaman siswa mencakup tentang kebutuhan siswa terhadap konsep-konsep materi tertentu dan potensi kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh siswa serta

kesalahpahaman (miskonsepsi) yang mungkin terjadi ketika belajar konsep-konsep materi tertentu.

Knowledge of Assesment in Science (Pengetahuan tentang penilaian)

Komponen pengetahuan tentang penilaian, meliputi:

a. Pengetahuan tentang dimensi pembelajaran materi yang penting untuk dinilai, dan b. Pengetahuan tentang strategi

penilaian dan metode belajar siswa yang dapat dinilai.

Knowledge of Instructional Strategies (Pengetahuan tentang strategi pengajaran)

a. Pengetahuan tentang strategi pengajaran meliputi strategi umum yang biasa digunakan dalam pembelajaran dan strategi khusus dalam pembelajaran topik-topik tertentu.

b. Pengetahuan tentang strategi pengajaran memuat penjelasan cara merepresentasikan sebuah konsep dengan cara tertentu seperti model diagram, gambar, tabel, dan grafik serta melibatkan siswa dalam pembelajaran untuk

Komponen Pedagogical Content

Knowledge (PCK) Uraian melakukan investigasi, eksperimen, demonstrasi simulasi, masalah atau contoh.

Content Representation (Co-Re) merupakan salah satu alat konseptual yang dikembangkan oleh Lougharn, Berry, dan Mulhall (2012). Nilsson dan Loughran (dikutip dalam Sukardi & Khatimah, 2017) menyatakan bahwa CoRe dirancang khusus untuk menggambarkan kemampuan PCK yang berkaitan dengan strategi yang dipilih untuk mengajarkan suatu topik tertentu yang berlandaskan pada pengetahuan pedagogis. Dalam framework yang dibuat oleh Loughran, dkk (2012), CoRe terdiri atas beberapa pertanyaan yaitu konsep apa yang dipelajari siswa dari ide yang dibuat oleh guru, mengapa penting bagi siswa untuk mengetahui hal tersebut, alternatif ide-ide yang diketahui guru tetapi belum saatnya diketahui oleh siswa, kesulitan dalam mengajar dengan menggunakan ide tersebut, pengetahuan tentang pemahaman siswa yang mempengaruhi ide, faktor-faktor yang mempengaruhi pengajaran guru, bagaimana langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran ketika menyampaikan ide tersebut serta bagaimana cara untuk memastikan pemahaman siswa.

Sukardi & Khatimah (2017) menjelaskan bahwa Content Representation (CoRe) merupakan instrumen yang dapat membantu mengoptimalkan PCK guru pemula. CoRe terkait dengan materi tertentu yang fokus menggambarkan pemahaman guru terhadap aspek yang mewakili dan membentuk materi tersebut sehingga CoRe dapat membantu

guru pemula dalam menghubungkan bagaimana, mengapa, dan apa isi yang akan diajarkan dengan konsep yang dianggap penting dalam pembelajaran. Berikut uraian mengenai pertanyaan yang dikemukakan oleh Loughran, Berry, & Mulhall (2012).

Tabel 2. 2 Uraian Pertanyaan Terkait PCK menurut Loughran

Pertanyaan Uraian

Konsep apa yang dipelajari siswa dari ide yang dibuat oleh guru.

Pertanyaan ini mengarahkan guru untuk mengeksplorasi pengetahuan tentang konsep-konsep yang dipahami oleh guru dalam pengajaran.

Mengapa penting bagi siswa untuk mengetahui hal tersebut.

Pertanyaan kedua mencakup

komponen PCK tentang pengetahuan ilmu pengajaran dan kurikulum. Selain itu, pertanyaan ini mengarah untuk berpikir bukan hanya konten yang diajarkan dapat bermanfaat tetapi juga struktur kurikulum.

Alternatif ide-ide ketika ide yang lain sudah diketahui oleh siswa.

Cakupan pada pertanyaan ini ialah pengetahuan akan pemahaman siswa pada topik yang diajarkan dan ilmu pengajaran serta pengetahuan akan kurikulum. Selain itu guru harus memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh siswa.

Kesulitan dalam mengajar dengan menggunakan ide tersebut.

Pertanyaan ini merupakan cakupan pengetahuan tentang ilmu pengajaran dan strategi pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengajaran guru.

Pertanyaan tentang faktor yang mempengaruhi penyampaian ide tersebut merupakan cakupan PCK dalam pengetahuan strategi , ilmu pengajaran, pemahaman siswa, dan pengetahuan kurikulum.

Bagaimana langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses

pembelajaran saat menyampaikan ide tersebut.

Pertanyaan ini mencakup pengetahuan tentang strategi pengajaran dan pembuatan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai. Bagaimana cara memastikan

pemahaman siswa tentang topik yang diajarkan ataupun miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

Pertanyaan ini membantu guru dalam cakupan miskonsepsi siswa dan pengetahuan asesmen.

Bindernagel & Eilks, Krauss, Phelps & Schiling, Van Driel, Verloop, & de Vos (dikutip dalam Morisson & Luttenegger, 2015) menyebutkan upaya pengukuran PCK seorang guru yang pernah dilakukan terdiri dari beberapa pendekatan. Adapun beberapa pendekatan untuk mengukur PCK seorang guru meliputi penggunaan kuesioner, wawancara, observasi pengajaran, hasil kerja peserta didik, dan observasi diskusi guru tentang pembelajaran peserta didik. Shulman (dikutip dalam Nissa, 2018) menjelaskan bahwa satu pendekatan pengukuran yang digunakan tidak cukup dievaluasi sehingga alangkah lebih baik dua atau lebih pendekatan digunakan bersama-sama dan hasilnya ditriangulasi untuk membangun informasi yang utuh mengenai PCK guru. Morrison & Luttenegger (2015) memiliki pendapat yang sama seperti Shulman bahwa PCK tidak dapat diukur melalui satu pendekatan melainkan hasilnya akan lebih akurat apabila diukur dengan triangulasi data.

Penggunaan dua atau lebih pendekatan pengukuran PCK dapat saling melengkapi antara kelemahan dan kelebihan masing-masing pendekatan. Kagan (dikutip dalam Morisson & Luttenegger, 2015) menjelaskan bahwa tidak dapat hanya mengandalkan pendekatan pengamatan saja untuk mengukur pengetahuan mengenai apa yang diyakini oleh seorang guru dalam mengajarkan suatu topik dan pengetahuan tersebut direpresentasikan dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan seorang pengamat tidak sepenuhnya mengetahui apa saja cara yang diyakini guru dalam mengajarkan suatu topik namun tidak digunakan oleh guru. Pendekatan pengamatan yang dilakukan

tidak dapat mengungkap alasan guru memilih dan menggunakan apa yang menjadi keyakinan guru dalam mengajarkan suatu topik. Oleh karena itu perlunya suatu pendekatan supaya guru mengartikulasikan pengetahuan mereka. Pendekatan tersebut berkisar dari pertanyaan open ended hingga wawancara terstruktur.

Morisson & Luttenegger (2015) menggunakan multiple point of data sebagai metode untuk mengukur PCK guru. Metode pengukuran PCK tersebut meliputi :

1. Penggunaan tes

Desain butir tes merupakan hal penting dari pengujian yang dirancang untuk mengukur PCK guru. Format butir tes mencakup pertanyaan tertutup, pertanyaan open ended, pemetaan konsep, dan komentar pada suatu video pengajaran.

2. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap praktik pengajaran guru di kelas. Pengamatan ini dapat memberikan wawasan yang luas mengenai kemampuan seorang guru untuk menerapkan pengetahuan konten pedagoginya.

3. Diskusi pasca pengamatan

Metode ini dapat memberikan wawasan mengenai penalaran pedagogi guru yang sangat membantu evaluasi pengajaran.

Peneliti mengukur PCK seorang guru matematika menggunakan observasi pengajaran dan wawancara. Peneliti menggunakan kerangka tentang PCK yang dikembangkan oleh Magnusson (1999) sebagai dasar menyusun instrumen. Oleh karena itu, peneliti menyusun pedoman observasi pengajaran dan pedoman wawancara dengan mengacu pada komponen PCK yang dikemukakan oleh Magnusson. Penjelasan mengenai instrumen yang dibuat peneliti dibahas lebih lanjut di bab III.

Seorang guru matematika memiliki PCK artinya guru matematika tersebut mengetahui suatu topik materi sekaligus mengetahui cara terbaik untuk mengajarkan topik tersebut. Seorang guru harus menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam karena materi tersebut akan diajarkan kepada peserta didik. Pada sub bab selanjutnya peneliti memaparkan materi bangun ruang sisi datar (prisma, balok, kubus, dan prisma).

Dokumen terkait