• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pedekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui secara mendalam permasalahan-permasalahan apa saja yang muncul dalam gambaran yang mempengaruhi pelecehan seksual, dan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang menyebabkan remaja pria (subjek) melakukan pelecehan seksual. Selama ini metode penelitian kuantitatif dan kualitatif yang banyak digunkan dalam berbagai penelitian ilmiah, studi kasus selama ini belum banyak digunakan oleh para peneliti (Moleong, 2002). Dengan menggunakan metode ini berarti kita akan mendapatkan pemahaman terhadap gejala-gejala tersebut, sehingga akan diperoleh gambaran yang sesuai dengan subjek dan bukan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan. Peneliti kualitatif dilakukan jika peneliti tertarik untuk mengetahui meaning, yaitu bagaimana orang memahami hidupnya, pengalaman-pengalamannya dan struktur dunia mereka. Selain itu peneliti juga ingin mendeskripsikan proses, arti dan pemahaman melalui kata-kata atau ganbar-gambar (Narbuko, 2002).

Menurut Creswell & dkk (Basuki, 2006) penelitia kualitaif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

tentang masalah-masalah manusia dan sosial bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana yang dilakukan penelitian kuantitaif dengan positivisme. Penelitian menginterprestasikan bagian sunjek memperoleh makna dari lingkunagn sekeliling dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistik) bukan hasil perlakuan (tratment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan.

Denzin & Lincoln (Basuki, 2006) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak memperkenalkan perlakuan (treatment) atau memanipulasi variabel atau memaksakan definisi operasional penelitiu mengenai variabel-variabel pada peserta penelitian. Sebaliknya penelitian kualitatif membiarkan sebuah makna muncul dari partisipant-partisipant itu sendiri. Peneliti sifatnya lebih fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan latar yang ada. Konsep-konsep, alat-alat pengumpulan data dan metode pengumpulan data dapat disesuaikan dengan pengembangan penelitian.

Penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan data kualitatif yang bersifat deskriptif, yang dikumpulkan melalui berbagai macam cara seperti observasi, wawancara, rekaman (recording), intisari dokumen dan proses melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulisan (Poerwandari, 2001). Penelitian kualitatif memungkinkan pemahaman yang utuh atau holistik akan suatu fenomena, serta mampu menampilkan suatu objek studi secara detail dan mendalam. Sehingga dapat diperolehnya gambaran yang lengkap dan komprehensif tentang suatu objek studi (Poerwandari, 2001).

1. Pengertian Studi Kasus

Studi kasus ditujukan untuk meneliti suatu kasus atau lebih secara mendetail dan mendalam guna memahami kompleksitasnya dalam alamiah.

Studi kasus dapat dilakukan secara kualitatif, kuantitatif, atau gabungan dari keduanya (Moleong, 2002).

Menurut Moleong (2002) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau objek dan dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan pada rincian analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya. Sedangkan American Psychological Association (APA) mendefinisikan studi kasus adalah sebuah penelitian yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan gambaran mengenai suatu kasus baik itu pada individu maupun organisasi (Moleong, 2002)

Menurut Nawawi (dalam Maaruf, 1998) mengemukakan studi kasus adalah penelitian yang memusatkan diri secara intensif terhadap objek tertentu.

Objek tersebut dapat berupa unit sosial seperti individu ataupun kelompok individu. Unit sosial tersebut diselidiki secara intensif, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang perlu mendapat perhatian khusus.

Selain itu alasan peneliti menggunakan metode ini antara lain mengingat ke khususan dari metode ini seperti yang dikemukakan oleh Maaruf (1998) adalah sebagai berikut :

a. Sikap peneliti yang lebih menampung dan mengumpulkan data dari pada menguji keterangan-keterangan yang diterima.

b. Intensitas dari studi ini adalah selain menunjukan dan menjelaskan keunikan gejala juga berusaha mempelajari seseorang individu, studi kasus tidak hanya memperhatikan keadaan masa kini tetapi mencakup seluruh riwayat hidup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif yang bersifat studi kasus adalah suatu penelitian yang menghasilkan dan mengolah data bersifat deskriptif yang dikumpulkan melalui berbagai cara seperti observasi, wawancara, rekaman (recording), intisari dokumen dan dicatat melalui proses

pencatatan, pegetikan dan penyuntingan yang menekankan pada rincian analisis, kontekstual tentang suatu kejadian atau kondisi serta berusaha memahami dan memberikan gambaran mengenai fenomena-fenomena dan isu-isu yang rumit berdasarkan penelitian yang mendalam mengenai studi kasus dan sudut pandang serta pengalaman pada individu maupun kelompok.

2. Ciri-Ciri Studi Kasus

Menurut Basuki (2006) ciri-ciri studi kasus adalah sebagai berikut : a. Studi kasus bukan sutu metodologi penelitian, tetapi suatu bentuk studi

(penelitian) tentang masalah yang khusus (particular).

b. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditujukan perorangan atau individual) atau suatu kelompok, misalnya kelas, dan lain-lain.

c. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau komleks, misalnya seperti anak yang mengalami penyimpangan perilaku (masalah yang sederhana) dan hal-hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan (masalah yang kompleks).

d. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena).

e. Suatu kasus tidak bertujuan melakukan generalisasi, walaupun studi kasus dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang dipelajari lebih mendalam.

Moleong (2002) menyebutkan bahwa studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Partikularistik : studi ini berfokus pada situasi khusus, sesuatu program atau sesuatu fenomena seperti seseorang, keluarga, sebuah kantor, satu keluarga, sebuah perusahaan, sesuatu kelas, atau bangunan apartement.

b. Naturalistik : studi kasus mempersoalkan orang-orang yang sebenarnya atau situasi dan terbanyak dari proses pengumpulan data dilakukan dalam situasi sebenarnya.

c. Data Uraian Rinci : studi kasus termasuk pengamat berperan serta atau tidak berperan serta, wawancara, sumber historis dan naratif, sumber tertulis seperti jurnal dan buku harian, sumber data kuantitatif seperti tes, dan apa saja yang dapat dikumpulkan.

d. Induktif : sebagian besar studi kasus bergantung kepada alasan induktif, konsep, generalisasi, hipotesis yang muncul dari pengujian data-data berasal dari suatu konteks tertentu.

e. Heuristik : studi kasus dapat membawa pembaca pada pemahaman tentang fenomena yang diteliti. Studi kasus dapat membawa pada pemahaman baru memperluas pengalaman pembaca, atau mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui sebelumnya.

Menurut Poerwandari (2005) studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe-tipe yaitu :

1. Studi Kasus Instrinsik : penelitian ini dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Apa penelitian ini dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasikan.

2. Studi Kasus Instrumental : penelitian pada suatu kasus unik tertentu dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori.

3. Studi Kasus Kolektif : studi kasus instrumental yang diperluas, sehingga mencakup benerapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena atau kondisi umum dengan lebih mendalam. Karena menyangkut kasus majemuk, atau studi kasus komparatif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif berupa studi kasus yang unik dan mempunyai karakteristik tertentu.

Peneliti juga ingin memperoleh pemehaman yang utuh dan terintegrasi dari suatu kasus yang diteliti (Poerwandari, 2005).

3. Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus a. Kelebihan Studi Kasus

Menurut Basuki (2006) kelebihan studi kasus dibagai menjadi dua, yaitu :

1) Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik, unik, dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna dibalik fenomena dalam kondisi apa adanya (natural)

2) Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh nelitian kualitatif yang sangat ketata.

b. Kelemahan Studi Kasus

Menurut Basuki (2006) penelitian studi kasus dilihat dari kaca mata penelitian kualitatif merupakan studi kasus yang dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas, dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mencari generalisasi.

B. Subjek Penelitian

Dokumen terkait