• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, dan observasi. Berikut adalah penjabaran lengkap mengenai dua metode yang digunakan dalam penelitian :

1. Wawancara

a. Definisi Wawancara

Menurut Kerlinger (dalam Basuki, 2006) mengutarakan bahwa wawancara merupakan situasi peran antar pribadi berhadapan muka (face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relefan dengan masalah penelitian pada seseorang yang diwawancarai atau informan.

Wawancara menurut Kartono adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (dalam

Basuki, 2006). Sedangkan menurut Denzin & Lincoln (dalam Basuki, 2006) wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata.

Menurut Gulo (2000) wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Dalam wawancara, komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dan biasanya peneliti dan responden berhadapan langsung atau tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Dengan demikian selama berlangsungnya wawancara, peneliti tidak hanya menangkap pemahaman dan ide, tetapi dapat pula menangkap hal–hal yang tersirat, seperti emosi dan motif .

Wawancara adalah suatu percakapan tahap muka dengan tujuan memperoleh informasi faktual untuk menaksir atau menilai kepribadian seseorang atau dipakai untuk maksud-maksud bimbingan atau terapis (Chaplin, 2000).

Wawancara menurut Narbuko (2002) yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi–informasi atau keterangan–keterangan. Sedangkan menurut Banister (dalam Poerwandari, 2001) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna–makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan dalam upaya melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut.

Kesimpulan dari beberapa tokoh diatas yaitu wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secra lisan pula. Jadi, wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden, peneliti dapat

mengamati perilaku responden saat wawancara berlangsung. Setiap percakapan dan tanya jawab diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Basuki, 2006).

b. Jenis-Jenis Wawancara

Secara umum ada tiga pendekatan dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara (Patton dalam Poerwandari, 1998) antara lain :

1). Wawancara Konvensional Informal

Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi parsipasif. Dengan demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang di wawancarai secara sistematis untuk menggali data.

2). Wawancara Pedoman Umum

Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang menentukan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahwa mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecekan (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut dapat dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat pertanyaan, sekaligus menyesuaikan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung.

3). Wawancara Berstruktur (Pedoman Terstandar yang Terbuka)

Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat.

Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai konsekuensi

yang tercantum, serta menanyakan dengan cara yang sama dengan responden yang berbeda. Keluwesan dalam menjalani jawaban terbatas, tergantung pada sifat wawancara dan keterampilan peneliti. Bentuk ini akan efektif dilakukan bila penelitian melibatkan banyak pewawancara, sehingga peneliti perlu mengadministrasikan upaya-upaya tertentu untuk meminimalkan variasi sekaligus mengambil langkah-langkah menyeragaman pendekatan tersebut terhadap subjek.

Menurut Narbuko (2002) prosedur wawancara dibagi atas tiga macam, yaitu :

a) Wawancara Bebas (Wawancara Tak Terpimpin)

Proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok – pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer (orang yang diwawancarai).

b) Wawancara Terpimpin

Disebut dengan interviewer guide. Controlled interviewer atau Structured interview yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok– pokok masalah yang diteliti.

c) Wawancara Bebas Terpimpin

Merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi, pewawancara hanya membuat pokok–pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.

Sedangkan menurut Narbuko (2002), sasaran penjawabnya wawancara terbagi atas dua macam, yaitu :

a) Wawancara Perorangan adalah apabila proses tanya jawab tatap muka itu berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan seseorang yang diwawancarai.

b) Wawancara Berkelompok adalah apabila proses interview itu berlangsung sekaligus dua orang pewawancara atau lebih menghadapi dua orang atau lebih yang diwawancarai.

Menurut (Poerwandari,2001) sebuah wawancara dikatakan ilmiah bila telah memenuhi beberapa persyaratan seperti :

1. Sebelum wawancara dilakukan, pewawancara harus sudah tahu akan hal–hal apa yang hendak ditanyakannya.

2. Menciptakan hubungan baik (rapport) guna menghilangkan kecemasan dan membangkitkan keinginannya untuk bekerjasama.

3. Peneliti atau wawancara harus waspada terhadap saat–saat kritis, dimana responden mengalami kesulitan untuk memberi jawaban.

4. Setelah wawancara selesai usahakan agar responden tidak merasa “habis manis sepah dibuang”.

c. Kekurangan dan Kelebihan Teknik Wawancara

Menurut Poerwandari (2001) teknik wawancara memiliki kekurangan dan kelebihan, yaitu :

1). Kekurangan Teknik Wawancara

a) Peneliti seakan-akan hanya mengkonsentrasikan diri pada jawaban dalam mengupayakan untuk menyalinnya.

b) Apabila pengetahuannya dibidang penelitian sangat terbatas berakibat kurang pengembangan lebih lanjut, sehingga hasilnya kurang luas atau dalam.

c) Dapat mempengaruhi psikologis pada responden, sehingga timbul kesan diperiksa atau dinterogasi.

2). Kelebihan Teknik Wawancara

a) Dapat menghasilkan data yang cukup lengkap, karena saat iti dapat langsung dilakukannya.

b) Suasana pembicaraan akan lebih mengena, sebagaimana pembicaraan sehari-hari tetapi terarah.

Dalam studi kasus ini peneliti ingin menggunakan wawancara bebas terpimpin. Adapun penggunaan wawancara tersebut adalah kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi, pewawancara hanya membuat pokok–pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.

2. Observasi

a. Definisi Observasi

Menurut Basuki (2006) istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi adalah pengujian dengan maksud atau tujuan tertentu mengenai sesuatu, khususnya dengan tujuan untuk mengumpulkan fakta (Chaplin, 2000).

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau oberver mencatat semua informasi sesuai yang mereka saksikan, dengan kata lain metode ini menggunakan panca indera penglihatan sebagai alat utama (Gulo, 2000). Namun demikian, pendengaran dan perasaan juga digunakan untuk menggambarkan situasi atau kondisi lingkup pengamatan yang diusahakan dengan se-objektif mungkin.

Patton & Poerwandari (dalam Basuki, 2006) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah yang harus dilakukan oleh

peneliti yang sudah melewati latihan–latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.

Menurut Patton (dalam Basuki, 2006) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Observasi (pengamatan) adalah matode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa – peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat se-objektif mungkin (Gulo, 2000).

Menurut Young (dalam Poerwandari, 2001)) mengatakan bahwa observasi adalah suatu studi yang dilakukan dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses penglihatan atas gejala – gejala spontan yang terjadi pada saat itu.

Menurut Poerwandari (2001) suatu obervasi dapat dikatakan sebagai metode pengumpulan data yang ilmiah, tentunya dengan memenuhi syarat sebagai berikut :

1). Dapat dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuan–tujuan penelitian tertentu.

2). Dirancang secara sistematis.

3). Dicatat atau direkam secara sistematis.

4). Dapat diperiksa kembali

Dari berbagai pendapat beberapa tokoh tentang pengamatan (observasi) maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan (onservasi) dalam konteks penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks

kehidupan sehari-hari, dan memperhatikan syarat-syarat penelitian ilmiah.

Dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Basuki, 2006).

b. Jenis-Jenis Observasi

Menurut Kartini & Kartono (1990) observasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1). Observasi Partisipan

Merupakan suatu cara observasi dimana observer ikut serta dalam kegiatan yang akan diamati, hal ini dilakukan untuk memperoleh data tingkah laku individu yang wajar.

2). Observasi Non Partisipan

Merupakan observasi dimana pengamat berbeda diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

3). Observasi Terkontrol

Merupakan observasi yang dengan sengaja dilakukan control atau pemberian perlakuan yang sesuai dengan keperluan untuk menguji hipotesa dan pemecahan masalah.

Sedangkan berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur seperti dibawah ini :

1) Observasi Berstruktur

Merupakan observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya menggunakan pedoman pengamatan.

2) Observasi Tak Berstruktur

Merupakan observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas.

Dalam melakukan observasi, peneliti tidak dapat mengabaikan hal–hal yang timbul. Selama proses ini berlangsung, walaupun hal yang muncul

tersebut bukan merupakan hal–hal yang diperkirakan akan muncul selama proses observasi. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) bahwa hasil observasi dapat menjadi suatu informasi yang penting, karena :

1) Peneliti akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konteks dalam mana hal yang diteliti akan terjadi. Hal ini akan memberikan informasi dalam melakukan analisa dan peramalan tentang perilaku yang timbul pada suatu keadaan.

2) Dengan observasi, memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dan bukan pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

3) Memungkinkan peneliti untuk melihat hal–hal yang tidak atau kurang disadari oleh subjek. Dengan kata lain observasi tidak tergantung pada kemauan subjek yang observasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya.

4) Memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi yang tidak terungkap dalam wawancara. Sejumlah studi sosial atau psikologi tidak memungkinkan menggunakan metode lain, seperti perilaku metode perilaku anak atau bayi. Untuk itu, observasi menjadi metode yang sangat penting, bahkan yang sangat penting dalam hal ini.

5) Memperkecil persepsi selektif dari subjek yang mungkin timbul dalam wawancara. Namun demikian, kelemahan ini tidak dapat dihindari secara keseluruhan dimana pada dasarnya proses penglihatan tersebut sangat selektif sifatnya. Biasanya penglihatan cenderung meliputi hal–

hal yang menonjol atau gejala–gejala yang ingin dilihat oleh peneliti.

Latar belakang peneliti atau observer juga sangat mempengaruhi proses observasi seperti pendidikan, keahlian, disiplin yang dianut, maupun faktor – faktor pribadi lainnya.

6) Memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap peneliti yang dilakukan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Observasi

Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) teknik observasi memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu :

1). Kelebihan Teknik Observasi

a) Dapat mencatat secara langsung mengenai perilaku atau perkembangan saat perilaku tersebut terjadi.

b) Data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera.

c) Dapat memperoleh data dari subjek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau berkomunikasi secara verbal.

2). Kekurangan Teknik Observasi

a) Dapat diperlukan pada waktu yang lama.

b) Tidak semua kegiatan dapat diperoleh datanya secara langsung.

c) Pengamatan terhadap suatu fenomena yang tidak dapat dilakukan secara langsung.

d) Pengamatan sangat tergantung pada kecermatan pengamatan dan daya ingat observer.

Dalam studi kasus ini penelitian menggunakan jenis observasi tak berstruktur. Hal ini berarti peneliti dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan bebas.

Dokumen terkait