3.1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1.2. Pekerjaan struktur bawah
1. Pondasi
Pondasi merupakan penopang utama suatu bangunan, pondasi pada jembatan tuntang menggunakan pondasi bor pile dengan kedalaman bervariasi dari 10 m hingga 17 m, dikerjakan
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
26
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dengan alat bor. Karena tanah pada daerah jembatan sangat keras maka dipilih metode bor, untuk meninjau kekerasan daritanah dapat ditinjau pada lampiran gambar. Dimensi dari
pile berdiameter 120 cm, dengan jumlah yang bervariasi pula, kolom pier memiliki jumlah 20 buah hingga 30 buah dan di tiap abutment sebanyak 10 buah. Dalam pengecoran Pondasi dengan volume terbesar memerlukan ± 8,33 jam dalam kondisi menggunakan tiga truck mixer sekaligus.
Tabel.3. 1. Data pile P1 hingga P8
Titik Depth (m)
Diameter (m)
Jumlah Pile Jarak antar Pile
(m)
Volume (m3) Lebar Panjang Jumlah
Total Antar Pile (m) Garis Luar (m) A1 17 1,2 2 5 10 3,6 1,7 189,75 P1 12 1,2 4 5 20 3,6 1,6 266,46 P2 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78 P3 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78 P4 11 1,2 5 6 30 3,5 1,5 365,78 P5 10 1,2 4 7 28 3,6 1,6 309,75 P6 13 1,2 4 7 28 3,6 1,6 404,70 P7 16 1,2 4 7 28 3,6 1,6 499,65 P8 10 1,2 4 6 24 3,6 1,6 265,50 A2 17 1,2 2 5 10 3,6 1,7 189,75
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
27
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Gambar.3. 4. Tampak atas Sumber : Data pribadi Gambar.3. 2.Sketsa letak pondasi A1 hingga P5
Sumber : Data PT. Adhi Karya
Gambar.3. 3. Sketsa pondasi pada P5 hingga A2 Sumber : Data PT. Adhi Karya
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
28
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Tahap pelaksanaan boring pile
a. Pekerjaan persiapan pengeboran
1) Marking dan pemberian nomeran urut pengeboran
2) sebagai tepat penyimpanan sementara air buangan, dipersiapkan bak penampungan yang berfungsi dan tempat pencampuran air dengan tanah liat sebagai media pembantu dalam proses pengeboran
3) air kotor dipompa
4) dan material pendukung (tanah liat dan readymix)
5) lalu ulangan baja di rakit. b. Pengeboran
Pengeboran basah metode pengeboran dalam proyek ini. Untuk mengurangi gesekan dalam lubang Air digunakan untuk menghancurkan material tanah.
Langkah – langkah pengeboran dijelaskan sebagai berikut : 1) Pekerjaan pengeboran
- Untuk menghancurkan tanah serta guna pengangkutan keluar lubang pengeboran menggunakan cross drill dibantu dengan semprotan air (air berlumpur) yang mengalir melalui lubang batang
- penyemprotan air setelah kedalaman perencanaan tercapai merupakan bentuk pembersihan tahap pertama
- untuk membawa dan memotong tanah sisa yang tidak dibawa oleh air digunakan bor spiral yang. Tahap ini adalah langkah terakhir dari pengeboran. Dengan sistem ini, diharapkan bahwa semua sisa pengeboran bias terangkat.
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
29
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
c. Pekerjaan pasangan
- Pipa trime dipasang sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor
- perakitan tulangan baja
- melalui pipa trime untuk membersihkan lubang dari endapan lumpur, dilakukan penyemprotkan air bertekanan.
d. Pekerjaan cor
Berikut merupakan langkah pengecoran bore pile setelah pekerjaan pembersihan terakhir dilakukan :
1) Kantong plastik yang diisi dengan campuran beton bertujuan untuk memisahkan campuran beton dari endapan lumpur di dalam pipa trime
2) dari kedalaman 1 meter dari corong trime kantong plastik dimasukkan, lalu menunggu tenaga pengecoran siap untuk melakukan pengecoran secara konstan
3) lalu tas plastik dapat dilepas ketika campuran beton diisi kedalam lubang pipa sampai kepermukaan saluran. Pada saat yang sama, campuran beton yang dimasukkan mendorong air lumpur di luar pipa trime keluar
4) vibrator untuk membantu aliran campuran beton kedalam lubang agar tidak ada udara yang terjebak dalam campuran beton
5) pipa trime bisa ditarik perlahan-lahan sambil terus menuangkan campuran beton. Jika didapat campuran tidak dapat turun lebih jauh, dengan kata lain permukaan campuran beton di dalam lubang bor telah meningkat cukup jauh
6) maka Penarikan pipa trime harus dijaga sehingga ujung bawah pipa tetap terendam 1 meter di dalam campuran
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
30
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
beton. Pipa trime dapat diangkat jika campuran beton telah naik lebih dari 3 meter di bawah pipa trime. Pengecoran dapat dihentikan jika campuran beton sampai kepermukaan lubang (meluap) dan benar-benar bersih dari lumpur atau kotoran lainnya
7) tahap-tahap pengeboran diatas dilanjutkan ke titik-titik pengeboran yang lain sesuai dengan nomor pengeboran yang telah ditentukan.
e. Pekerjaan pembersihaan dan bobok pile cap
1) Agar limbah tidak menumpuk/ membanjiri area
kerja dan tidak mengganggu pekerjaan pengeboran berikutnya, bak penampungan limbah khusus harus disiapkan untuk lumpur yang dihasilkan dari proses pengeboran
2) pengambilan dari luar wilayah pengeboran lumpur kental yang mengisi bak
Gambar.3. 5. Kepala pile yang telah dibobok Sumber : Data Pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
31
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
3) pembobokan pile bagian atas setelah umur beton 7 hari, sepanjang level atau batas yang telah ditentukan.
Setelah pile terbentuk lalu dilakukan tes-tes apakah telah mencapai kapasitas yang direncanakan, tes yang dilakukan adalah adalah tes PDA dan tes PIT.
Dalam tahap ini PT. Adhi Karya Berkerja sama dengan PT. Batindo Sarana Nusantara untuk melakukan Pile Driving
Analyzer (PDA) guna mengetahui daya dukung tiang dan
tegangan yang belaku pada tiang. Semua hasil dan metode akan dikerjakan sesuai persetujuan PT. Eskapindo Matra sebagai
Gambar.3. 6. Pengecoran guna membuat LC di abutment 1 Sumber : Data Pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
32
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
konsultan pengawas dan PT. Trans Marga Jateng sebagai pemilik proyek. Terdapat dua titik pile yang telah di tentukan yaitu P02 dan P04. Kedua pile tersebut berada pada P4, sesuai dengan analisis yang disimpulkan oleh PT. Batindo Sarana Nusantara dapat disimpulkan bahwa hasil tes mampu mewakilkan keadaan seluruh pile dengan metode yang sama. PDA merupakan suatu sistem pengujian untuk mendapatkan data kapasitas tiang, energi palu, penurunan dll. Memperoleh data tersebut melalui straintransducer dan accelerometer yang diolah oleh komputer dengan CAPWAP/ASIAWAP untuk menghasilkan kurva gaya dan kecepatan ketika palu dipukul dengan berat tertentu.
2. Footing
Dalam proyek ini terdapat 8 titik footing yang diberi identitas
footing P1 hingga footing P8, footing sendiri bertujuan untuk
menggabungkan beberapa pile agar dapat menerima gaya dengan besaran yang sama. Dengan menggunakan asumsi rerata berat jenis dan luas sebesar 4,66 kg/m dan 0,00059 m2 dalam pengecoran footing dengan volume terbesar memerlukan ± 19,24 jam dalam kondisi menggunakan lima truk mixer
sekaligus.
Gambar.3. 7. Letak footing pada A1 hingga P5 Sumber : Data PT. Adhi Karya
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
33
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Tabel.3. 2. Data pekerjaan footing Titik Lebar Footing (m) Panjang Footing (m) Tebal Footing Tengah (m) Tebal Footing Tepi (m) Volume m3 P1 14 42,4 2,5 2 1051
Gambar.3. 8. Letak footing pada P5 hingga A2 Sumber : Data PT. Adhi Karya
Gambar.3. 5. Pembesian footing
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
34
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Titik Lebar Footing (m) Panjang Footing (m) Tebal Footing Tengah Titik Lebar Footing (m) P2 17 51,5 2,5 2 1924 P3 17 51,5 2,5 2 1924 P4 17 51,5 2,5 2 1924 P5 14 49,6 2,5 2 1478 P6 14 49,6 2,5 2 1478 P7 14 49,6 2,5 2 1478 P8 14 46 2,5 2 1371
Sumber : Data Pribadi
Tahap pekerjaan footing
a. Pembobokan kepala pile menggunakan hammer, bertujuan untuk memunculkan besi pile agar dapat dikaitkan dengan besi
footing
b. Perangkaian besi bawah, samping dan atas menggunakan kawat drat serta dipuntir menggunakan catut
c. Pemasangan bekisting menggunakan playwood dengan scaffolding untuk menyangga bekisting
d. Pengecoran footing, dengan menggunakan concrete pump yang menyalurkan ready mix dari truk mixer kemudian diratakan menggunakan scraper ketika mencapai top cor, selama proses pengecoran vibrator diarahkan pekerja kebagian yang dirasa
ready mix sulit mengalir
e. Pelepasan bekisting setelah 14 hari.
Dalam pekerjaan footing terdapat kendala, yaitu ketinggian permukaan footing lebih rendah dibanding dari tinggi muka air sungai tuntang pada P3 sehingga air masuk dan menggenangi lokasi footing sehingga sulit untuk melakukan pengecoran footing
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
35
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dan pengerjaan pilar. Solusi dalam pekerjaan ini dengan melakukan penimbunan footing kemudian menggali dasar sungai agar air tidak cepat meninggi.
Gambar.3. 10. Proses perangkaian besi footing dan pilar P1 Sumber : Data Pribadi
Gambar.3. 11. Proses pengecoran footing menggunakan condrete pump truck
Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 12. Footing yang sudah dilepas dari bekistingnya Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
36
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
3. Abutment
Abutmentmerupakan bangunan yang berfungsi sebagai
tumpuan dari jembatan dan penyalur gaya menuju pile, dalam proyek ini terdapat dua titik abutment yang di beri identitas dengan A1 dan A2.
Tahapan Pekerjaan Abutment
a. Pembobokan kepala pile kemudian mengkaitkan besi dari pile ke rangkaian besi base wall
b. perangkaian footing dimulai dengan perangkaian besi base
wall dan pemasangan bekisting
c. dilanjutkan pengecoran base wall
d. pekerjaan dilanjutkan dengan perangkaian besi untuk back wall dan wing wall serta dilanjutkan dengan pemasangan bekisting
e. tahap terakhir pengecoran back wall dan wing wall f. pelempasan bekisting setelah 14 hari
g. penimbunan base wall, wing wall dan back wall.
Gambar.3. 13. Penimbunan di A1 Sumber : Data Pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
37
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Pekerjaan antara kedua abutment dikerjakan tidak bersamaan atau dengan waktu yang sama, pada proyek ini pekerjaan dimulai dengan mengerjakan A2 serta dilanjutkan pengerjaan pilar-pilar lalu menjelang pilar mencapai piar head pekerjaan
abutment pada A1 mulai dikerjakan. Dalam pekerjaan abutment
mengunakan alat-alat seperti truck mixer, concrete pump, bekisting, vibrator, scraper serta untuk pekerjaan tanah menggunakan vibratorroller, bulldozer dan stemper agar tanah terhampar dan padat.
4. Pekerjaan Kolom Pilar
Gambar.3. 6. Back wall dan wing wall
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
38
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Kolom pilar (Kolom pier) merupakan bangunan yang berguna untuk menyalurkan beban kontruksi yang diterima oleh jembatan. Dalam proyek ini terdapat 16 pilar karena dalam satu titik footing terdapat dua kolom, biasanya kolom tersebut disebut dengan sebutan P1 kanan atau jika berada disebelah kiri disebut dengan P1 kiri. Dimensi kolom pier adalah 3×3 m dengan panjang segmen untuk kolom masive setinggi 3 m dan untuk kolom hollow setinggi 4 m dengan ketebalan selimut 40 m cm.
Tahap-tahap pekerjaan kolom pier
a. Segmen Massive
1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan Ø 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending
untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi
Gambar.3. 7. Rangkaian besi kolom hollow
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
39
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana akan dibawa menuju lokasi proyek menggunakan up
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat yang dipuntir dengan catut
2) penyambungan dengan tulangan pada footing, dengan menekuk besi mengait kepada rangkaian tulangan
footing dan direkatkan menggunakan kawat drat dan
beberapa bagi direkatkan dengan bantuan las
3) setelah kegiatan penulangan, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum proyek
Gambar.3. 16. Proses climbing lantai kerja Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
40
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok yang bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup setinggi 5 m. Pengangkatan bekisting menggunakan bantuan tower
crane. Sebelum dilakukan penyambungan besi pekerja
melakukan climbing lantai kerjauntuk menaikkan tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive
yang sudah dilepas dari bekisting
4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa menggunakan waterpass yang menembak prisma yang diletakkan petugas di atas bekisting
Gambar.3. 8. Pemasangan bekisting untuk segmen hollow pada pilar pier P3 Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
41
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive,
pemerataan agregat dan penyebaran ready mix
menggunakan vibrator elektrik yang di arahkan oleh pekerja.
b. Segmen Hollow
1) Pekerjaan perangkaian besi atau penulangan, dalam pekerjaan penulangan kolom digunakan besi ulir dengan D 16, 19, 22, 25, 29, 32. Dalam alur pekerjaan pembesian diawali dengan pekerjaan pabrikasi besi dengan bar cutter untuk memotong dan bar bending untuk membengkokkan besi-besi tersebut. Besi-besi yang telah dipotong dan dibengkokkan sesuai rencana akan di bawa menuju lokasi proyek menggunakan up
Gambar.3. 18. Pengecoran kolom pier menggunakan metode buchket
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
42
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
crane truck, lalu besi-besi tersebut dirangkai sesuai
gambar rencana dan dieratkan menggunakan kawat drat yang dipuntir dengan catut.
2) senyambungan dengan tulangan pada pada kolom pier massive, dengan dilas sesuai panjang sambungan yang telah di tentukan.
3) setelah kegiatan penulangan, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting. Bekisting yang digunakan adalah bekisting yang sudah dipabrikasi sebelum proyek. Plat besi yang dirangkai menjadi bentuk balok yang bagian sisi atas dan bawahnya tidak tertutup setinggi 5 m sebagai cover luar bekisting, lalu bagian dalam agar kolom pier menjadi hollow dibuat dengan bahan yang sama dengan ukuran yang lebih kecil dan di tahan oleh asskom ketika pemasangan. Penyangga- penyangga di dalam bekisting berguna agar menahan
Gambar.3. 19. Rangkaian besi pada kolom hollow
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
43
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
plat tidak melendut menggundakan scafolding dengan sambungan jack U dan jack pass. Pengangkatan bekisting menggunakan bantuan tower crane.
Sebelum dilakukan penyambungan besi pekerja melakukan climbing lantai kerja untuk menaikkan tempat kerja mereka sesuai ketinggiaan kolom massive
yang sudah dilepas dari bekisting.
Gambar.3. 9. Setting bekisting dalam menggunakan scaffolding Sumber : Data Pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
44
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
4) penyetingan bekisting dan periksaan apakah bekisting sudah terpasang dengan baik (tegak) dengan memeriksa menggunakan waterpass yang menembak prisma yang diletakkan petugas di atas bekisting.
5) pengecoran hingga 21 m3 setiap segmen massive,
pemerataan agregat dan penyebaran ready mix
menggunakan vibrator elektrik yang diarahkan oleh pekerja.
Gambar.3. 21. Bekisting yang telah siap dipasang Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
45
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
5. Pekerjaan Pier Head
Pier head merupakan bagian atas dari kolom pier yang berguna menyangga 12 girder. Pembuatan pier head dalam proyek ini
Gambar.3. 10. Proses pengecoran P3 Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 23. Penampilan kolom hollow saat bekisting sudah dilepas Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
46
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dilakukan dengan metode shoring, pengecoran beton konvensional dan penggunaan perancah yang ditumpukan pada balok konsol.
Tahap-tahap pekerjaan kolom pier
a. Pemasangan baja H beam sebagai perancah bertumpu pada balok konsol dan diberi pengait, ditambah perangkaian scafolding
b. pemasangan bottom bekisting disangga oleh perancah dalam bentuk scaffolding yang dikolaborasi menggunakan baja canal C yang di hubung kan dengan jack U
c. pemasangan bekisting bagian samping depan, belakang kanan dan kiri
d. lalu dilanjutkan dengan perangkaian besi (penulangan) e. pada pierhead P1 dan P7 di beri back wall untuk menahan
girder
Gambar.3. 24. Pemasangan H beam
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
47
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Gambar.3. 25. Plywood sebagai bekisting Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 26. Pengangkatan H beam menggunakan Tower crane
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
48
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
f. setelah penulangann selesai dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump jenis kodok dengan bantuan truk mixer untuk membawa ready mix ke lokasi pengecoran g. lalu setelah 14 hari bekisting dilepas, lalu dipasanglah mortar pad dengan campuran semen : Air ( 1 sak : 2,5 liter air) menggunakan bekisting persegi yang telah di siapkan seukuran 20×20 cm.
Tahap Pekerjaan pier head di P1 menggunakan metode soring menggunakan scaffolding
a. Mempersiapkan scaffolding dengan diameter pipa ukuran sedang kelokasi P1
b. lalu penyusunan scaffolding dengan tinggi disesuaikan bekisting pier head, tentunja bagian samping kanan, kiri dan tengah di buat sesuai tinggi bekisting bottompier head
menggunakan rangkaian scaffolding berdiameter lebih kecil dari pada pipa shoring dan di padukan menggunakan jack pass untuk membuat sanggaan terhadap bekisting pier head
dikolaborasi menggunakan profil baja canal C. c. lalu dilakukan pemasangan bekisting
d. dilanjutkan perakitan besi
e. lan dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump truck.
Tahap-tahap memasang mortar pad dan bearing pad a. Memasang pembesian pada mortar pad
b. menyiapkan alat aduk berupa ember cat dengan ukuran 20 liter cat dan kayu adukan
c. semen satu sak dicampur sika dengan ember seukuran 2,5 liter cat kedalam ember adukan
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
49
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
e. bekisting dengan bentuk persegi telah di persiapkan di titik
ass mortar pad
f. lalu adukan tersebut di tuang dan dilepas ketika berumur satu minggu untuk perawatan mortar pad hanya di tutup menggunakan lembaran plastik dan disiram air agar suhu terjaga dari cuaca panas.
Gambar.3. 27. Mortar pad
Sumber : Data pribadi
Gambar.3. 28. Perawatan mortar pad dengan disiram air Sumber : Data pribadi
Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri
50
Denis Bramedio Herlambang 13.12.0068 Universitas Katolik Soegijapranata Semarang