B. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Dengan Tahun Berjalan
3) Pekerjaan Umum
a) Jalan dan Jembatan
Panjang jalan yang ada di Kabupaten Rembang terdiri dari jalan Kabupaten sepanjang 642,75 Km, jalan provinsi sepanjang 57,45 Km dan jalan nasional sepanjang 60,81 km. Kondisi jalan Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.34
Panjang Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2011-2013
No Uraian Tahun
2011 2012 2013
Bina Marga
1 Panjang jalan kabupaten
(Km) 642,75 642,75 642,75
No Uraian Tahun
2011 2012 2013
Kondisi sedang 90,31 161,38 149,81
Kondisi jalan rusak ringan 89,93 83,15 65,85
Kondisi jalan rusak berat 115,9 76,48 75,51
2 Panjang jalan provinsi (Km) 57,45 57,45 57,45
Kondisi jalan baik 37,45 43,09 45,96
Kondisi sedang 11,00 8,62 6,89
Kondisi jalan rusak ringan 4,00 4,02 2,87
Kondisi jalan rusak berat 5,00 1,72 1,72
3 Panjang jalan Nasional (Km) 60,81 60,81 60,81
Kondisi jalan baik 40,81 45,61 47,43
Kondisi sedang 5,00 9,12 7,30
Kondisi jalan rusak ringan 6,00 4,26 4,26
Kondisi jalan rusak berat 9,00 1,82 1,82
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2014
Kecenderungan sebagian besar jalan di Kabupaten Rembang dari tahun ke tahun menunjukan dalam kondisi sedang, baik dan sebagian kecil rusak. Hal demikian memerlukan pemeliharaan dan peningkatan jalan sesuai kewenangannya karena fungsi jalan sangatlah penting sebagai prasarana utama pergerakan manusia dan barang untuk kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan di Kabupaten Rembang terdiri dari:
1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata- rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan arteri primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan antar propinsi yang melintasi Kabupaten Rembang di sepanjang jalur pantai utara melalui Kecamatan Kaliori – Rembang – Lasem – Sluke – Kragan - Sarang. Ruas jalan arteri primer yang melewati di Kota Rembang dan Kota Lasem tidak hanya menghubungkan kota atau jalur regional namun saat ini juga berfungsi sebagai jalur internal kota
(kolektor), sehingga menyebabkan jalan tersebut padat dan
berkecepatan rendah. 2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor melayani angkutan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi. Di Kabupaten Rembang Jalan kolektor primer menghubungkan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Blora melalui Kecamatan
Rembang – Sulang – Bulu dan menghubungkan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur, melalui Kecamatan Lasem – Pancur - Pamotan – Sedan – Sale. 3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal melayani angkutan setempat dengan perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan-jalan yang melalui kota-kota kecamatan.
Untuk panjang jembatan di Kabupaten Rembang pada tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Walaupun sebagian besar jembatan masih dalam kondisi baik, namun perlu diwaspadai karena sebagian jembatan telah berusia tua. Perbaikan kondisi jembatan, tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi juga di wilayah perdesaan sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakat.
Tabel 2.35
Jumlah dan Panjang Jembatan di Kabupaten Rembang Tahun 2011 – 2013
No Uraian Tahun
2011 2012 2013
1 Jembatan Kabupaten 126 126 126
Kondisi Jembatan baik (unit) 96 84 92
Kondisi Jembatan rusak ringan (unit) 30 38 27
kondisi Jembatan rusak berat (unit) 0 4 7
2 Panjang jembatan kabupaten (m) 1.239,90 1.239,90 1.239,90
3 Panjang jembatan Propinsi (m) 398,80 398,80 398,80
4 Panjang jembatan Nasional (m) 627,60 627,60 627,60
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2014
b) Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di
perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan. Bagian dari jaringan drainase meliputi :
a. Sarana badan penerima air, meliputi prasarana sumber air di permukaan tanah (kaut, sungai dan danau)
b. Bangunan pelengkap, meliputi gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa dan pintu air.
Penataan jaringan drainase yang baik di seluruh wilayah Kabupaten, terutama kawasan pemukiman perlu terus dikembangkan di Kabupaten Rembang. Pengembangan jaringan drainase tersebut dilakukan dengan mengikuti kontour tanah, dan sungai sebagai muara akhir. Pada sisi sebelah kanan dan kiri jalan perlu dibangun jaringan drainase agar air hujan langsung dapat disalurkan ke sungai lewat jaringan drainase yang ada. Dengan demikian, jaringan drainase dapat berfungsi secara sempurna dalam pencegahan terjadinya banjir.
c) Sumber Daya Air
Pengelolaan sumberdaya air diarahkan pada penyediaan air baku untuk irigasi, air bersih maupun industri. Air merupakan faktor pembatas serta penentu bagi kehidupan baik manusia hewan maupun tanaman. Ketersediaan air selain menunjang pemenuhan kebutuhan sehari-hari
juga menunjang produksi pertanian, dan beragam aktifitas
perekonomian masyarakat.
Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, hal ini dikarenakan curah hujan yang relatif rendah, rata-rata 1.179,86 mm pertahun dan masih kurang tersedianya bangunan tampungan yang memadai. Ditambah lagi, masalah banjir yang pernah terjadi mengakibatkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitar. Kondisi tersebut menunjukkan adanya potensi air yang masih bisa dimanfaatkan untuk disimpan dalam tampungan embung/waduk dan dimanfaatkan di musim kemarau secara efisien oleh masyarakat Kabupaten Rembang.
Untuk pengelolaan prasarana air bersih selama ini dilayani dua instansi, dimana Dinas Pekerjaan Umum menangani sumber-sumber air baku seperti mata air, embung dan pengelolaan air bersih (PAB) pedesaan, sedang PDAM yang melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan air dalam layanan air minum perkotaan. Selama ini produksi air minum oleh
PDAM Kabupaten Rembang memanfaatkan beberapa sumber air baku yang berasal dari berbagai tempat, antara lain sumber air Semen, mata air Mudal Pamotan, Gowak, Kajar Kursi, Kajar Sanggrahan, serta memanfaatkan air embung. Jumlah embung baik besar maupun kecil yang menjadi sumber air bersih di Kabupaten Rembang sebanyak 16 buah.
Sumber air baku perlu dipelihara dan dikelola dengan sebaik-baiknya karena wilayah Kabupaten Rembang yang berlokasi di bagian hilir merupakan daerah yang sangat tergantung dengan daerah di atasnya. Upaya peningkatan penyediaan air bersih perlu dilakukan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya air yang masih tersedia. Sistem pengeloaan prasarana air bersih sudah tertata baik, tetapi perlu pemeliharaan dan penambahan prasarana, terutama embung sebagai sumber air bersih dan reservoir serta pipa-pipa pendistribusiannya. Kabupaten Rembang memiliki sumber daya air yang potensial untuk dikelola dengan baik melalui pembangunan prasarana sumberdaya air agar dapat terus menerus memberikan manfaat dalam jangka panjang. Prasarana sumberdaya air utamanya digunakan untuk irigasi dan penyediaan air bersih. Prasarana sumberdaya air tersebut meliputi : bendungan, bendung, waduk, embung, checkdam, saluran irigasi, dan bangunan pelengkapnya.
Wilayah Kabupaten Rembang memiliki 5 (lima) Daerah aliran Sungai (DAS) besar yang mempunyai beberapa anak sungai mulai dari hulu sampai hilir yaitu : (1) DAS Randugunting; (2) DAS Karanggeneng; (3) DAS Babagan; (4) DAS Kalipang dan (5) DAS Kali Kening/Semen. Pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi didukung dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Panjang saluran irigasi primer Kabupaten Rembang pada tahun 2012 adalah 130.953 Km, sedangkan saluran irigasi sekunder 119.499 Km dan saluran irigasi tersier sepanjang 36.588 Km.
Dari luas persawahan sebesar 29.702 ha, sawah yang terairi dengan sarana pengairan teknis sebanyak 7,44%, sedangkan yang menggunakan sarana irigasi setengah teknis sebanyak 12,1%, dan lainnya (80,46%) masih tergantung dengan air hujan (tadah hujan). Selengkapnya panjang saluran irigasi di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.36
Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Rembang Tahun 2011-2013
No Uraian Tahun
2011 2012 2013
1 Saluran Irigasi Primer ( Km ) 130,953 130,953 130.953 2 Saluran Irigasi Sekunder ( Km ) 119,495 119,499 119.499 3 Saluran Irigasi Tersier ( Km ) 36,567 36,588 36.588
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2014
Sampai dengan tahun 2013 Kabupaten Rembang memiliki embung sebanyak 25 unit , bendungan 105 unit dan rawa 1 unit, baik skala besar maupun kecil. Embung yang ada di Kabupaten Rembang diantaranya meliputi embung Banyukuwung, embung Lodan, embung Grawan, embung Panohan, embung Lambangan, embung Jatimudo, embung Kerep, embung Kumendung, embung Rowosetro, embung Padaran, embung Kasreman, embung Brogo, embung Kasur, embung Precet, embung Surutan, embung Sumbreng, dan rawa Bolodewo.
Melihat kondisi diatas, maka pengelolaan prasarana sumberdaya air perlu terus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas guna meningkatkan luas wilayah tangkapan air, sehingga dapat menambah volume pasokan/simpanan air. Peningkatan pengelolaan prasarana sumberdaya air juga dilakukan melalui Program Pengelolaan Sungai Terpadu (PPST) yang bertujuan agar sungai lebih lama menampung air sehingga tidak cepat mengalir ke laut dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
d) Persampahan
Kesehatan lingkungan masih dihadapkan pada permasalahan
persampahan. Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Rembang menggunakan dua sistem yaitu sistem pengolahan sampah on-site (pengolahan pada lokasi) atau cara tradisional (dibakar atau ditimbun), dan sistem pengolahan sampah off-site (pengolahan secara terstruktur). Selama ini pengelolaan sampah yang tidak terangkut lebih banyak dilakukan dengan sistem on-site. Sistem pengolahan sampah yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum bidang Kebersihan dan Drainase sampai tahun 2013 baru melayani kecamatan Rembang, Lasem, Pamotan, Kragan, Sarang, Sedan dan Sulang.
Sampah telah menjadi permasalahan yang tiada henti. Peningkatan volume produksinya secara umum tidak diimbangi kemampuan
menampung dan mengolahnya. Mengingat kecenderungan produksi sampah yang tidak akan menurun, maka Pemerintah Kabupaten Rembang terus berupaya meningkatkan proporsi tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk serta berencana mengadakan alat pengolah sampah berskala besar. Capaian pengelolaan persampahan di Kabupaten Rembang pada tahun 2013 meliputi : persentase penanganan sampah sebesar 13,16%, dan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 0,391 unit/jiwa. Upaya penanganan sampah tidak hanya dilakukan secara fisik, namun secara non fisik atau penyadaran kepada masyarakat juga dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan. e) Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kriteria kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Kondisi permukiman di wilayah Kabupaten Rembang berada pada kawasan di luar kawasan lindung sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian di daerah perkotaan atau perdesaan dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk di sekitarnya, seperti pada pusat desa, ibukota kecamatan, ibukota kabupaten yang dialokasikan di sekitar kawasan permukiman yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman eksisting yang telah ada. Berikut gambaran kondisi permukiman Kabupaten Rembang Tahun 2012-2013 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.37
Kondisi Permukiman di Kabupaten Rembang Tahun 2012 – 2013
No Uraian 2012 2013
1 Rumah Tangga pengguna air bersih . Jumlah Rumah Tangga pengguna air
bersih
. Jumlah seluruh Rumah Tangga
98.392 188.574
99.868 188.574 2 Lingkungan Permukiman Kumuh
. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh . Luas Wilayah
19.078 101.408.035
18.506 101.408.035
Untuk mendukung perkembangan wilayah perdesaan, diperlukan upaya mendorong pertumbuhan melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, sehingga keberadaan fungsi permukiman perdesaan dapat tumbuh sebagai pusat kegiatan di wilayah sekitarnya. Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama
pada simpul-simpul kegiatan (nodes).
b) Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan, termasuk penyediaan infrastruktur secara memadai untuk mendukung interaksi desa terhadap wilayah luar. c) Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan
pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.
d) Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan dan perkotaan.
e) Permukiman perdesaan diarahkan menjadi tempat transformasi fungsi perkotaan. Kawasan perdesaan, akan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.