2011 2012 1 Pertanian 1 Pemberian
9) Penanaman Modal
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang di bidang penanaman modal secara umum diarahkan pada upaya meningkatkan iklim investasi yang semakin kondusif dengan mendorong terwujudnya kepercayaan dunia usaha melalui penguatan dan penyederhanaan pelayanan penanaman modal, mengembangkan kebijakan pro penanaman modal, peningkatan infrastruktur ekonomi yang baik dan menekan ekonomi biaya tinggi. Ketersediaan iklim investasi yang kondusif dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dan para stakeholder dalam hal-hal berikut ini: 1) Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan di daerah
serta menghasilkan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sehingga tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha;
2) Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh
oknum masyarakat terhadap aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur distribusi barang dan gudang serta pada tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi;
3) Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang
ditujukan pada para investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi, kepabeanan, perpajakan dan pertahanan wilayah;
4) Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing;
5) Menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan usaha secara berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dalam mewujudkan Rembang yang pro investasi adalah dengan melakukan akselerasi pemberian ijin investasi yang membuka peluang penerimaan tenaga kerja bagi warga Kabupaten Rembang. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir telah dikeluarkan beberapa perijinan oleh kantor KPPT Kabupaten Rembang sebagai berikut:
Tabel 2.45
Pelayanan Perijinan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Jenis pelayanan KPPT Jumlah
2010 2011 2012 1. Ijin Lokasi 8 0 15 2. Ijin HO 357 328 258 3. TDP 480 379 456 4. SIUP 431 328 440 5. TDI / IUI 48 5 26/4 6. TDG 6 1 0
7. Pengesahan Akte Koperasi 0 0 0
8. Ijin Eksploitasi Pertambangan 51 0 0
9. Ijin Pengolahan / Pemurnian 5 0 0
10. Ijin Air Bawah Tanah (ABT) 0 0 0
11. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 419 498 648
12. Ijin Reklame 47 0 0
13. Ijin Pariwisata 3 0 0
14. Ijin SK Trayek 0 0 0
15. Ijin Usaha Angkutan 0 0 0
16. Ijin Insidentil 0 0 0
17. Kartu Pengawasan 0 0 0
18. Ijin Tebang 23 0 0
19. Ijin Kubur 147 73 137
20. IMB Kubur 25 19 23
21. Pelayanan AK.I (Kartu Kuning) 3.112 1.617 1.971
22. Ijin Penarikan Undian Berhadiah 0 0 0
23. Sertifikat Laik Sehat 0 4 76
24. Ijin Praktek 336 183 73
Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012
Salah satu upaya akselerasi implementasi kebijakan penanaman modal adalah sikronisasi paket kebijakan penanaman modal dan koordinasi lintas sektoral serta penetapan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal serta mempercepat peningkatan penanaman modal melalui
pemberian perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Invesment/FDI) maupun dalam bentuk portofolio investasi, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perijinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal.
Keberhasilan implementasi kebijakan, termasuk dalam hal ini kebijakan penanaman modal, sangat ditentukan oleh dua variabel besar, yakni variabel “content of policy” dan ”context of policy”. Variabel “content of policy” antara lain mencakup: (a) sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan (b) jenis manfaat yang diterima oleh target groups; (c) sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan. Suatu program yang bertujuan merubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau beras kepada kelompok masyarakat miskin; (d) apakah letak sebuah program sudah tepat; (e) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; (f) apakah sebuah program
didukung oleh sumber daya yang memadai. Sedangkan variabel “context
of policy” (lingkungan kebijakan) mencakup: (a) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (b) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; (c) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pendorong akselerasi implementasi paket kebijakan bidang penanaman modal diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan dapat meningkatkan realisasi investasi, baik PMA maupun PMDN. Disamping itu dalam rangka menghadapi perubahan perekonomian nasional dan regional dalam berbagai kerja sama antar daerah serta untuk penguatan daya saing perekonomian daerah, perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi daerah. Dengan penciptaan iklim penanaman modal yang kondusif tersebut, diharapkan akan dapat meningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian daerah dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi daerah, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.
Upaya pengembangan potensi penanaman modal baik di bidang pertambangan (antara lain pasir kuarsa, batu gamping, bentonite, tanah liat/lempung, dll), industri kelautan dan perikanan (antara lain galangan kapal kayu, garam krosok/rakyat, teri nasi dan rajungan,
pengolahan ikan kering dll), industri pengolahan mebel kayu, kerajinan kuningan/tembaga maupun batik tulis dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan daya dukung serta sarana prasarana yang diarahkan pada keberlanjutan pemanfaatannya. Skala pengusahaan baik skala besar, menengah maupun kecil diharapkan tetap menjaga ketersediaan air tanah, keberlanjutan ketersediaan tambang, perikanan kelautan, kayu maupun bahan baku lainnya.
Adapun perkembangan nilai investasi di Kabupaten Rembang selama kurun waktu 3 tahun terakhir yang dilakukan pihak swasta baik investor dalam negeri maupun asing ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel 2.46
Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Swasta (PMA/PMDN) di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No NAMA PERUSAHAAN NILAI INVESTASI ( Rp) KET 2010 2011 2012 1 PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI 4.073.789.678 4.073.789.678 3.539.253.614 PMA 2 PT. OMYA INDONESIA - - 78.189.048.000 PMA 3 PT. PERUSAHAAN DAGANG DAN INDUSTRI TRESNO 31.305.155.533 77.227.648.336 149.163.589.800 PMDN 4 PT. HOLI MINA JAYA 35.000.000.000 46.500.000.000 242.921.259.294 PMDN
5 CV. KARYA MINA PUTRA 15.000.000.000 35.000.000.000 35.000.000.000 PMDN 6 PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk - - 42.523.774.000 PMDN Jumlah 85.378.945.211 162.801.438.014 551.336.924.708 Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012