• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Pola Gerakan Islam Terhadap Perjuangan Jilbab

C.3. Pelajar Islam Indonesia

PII yang merupakan organisasi pelajar Indonesia pertama di Indonesia yang berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia yang bertepatan pada tanggal 4 Mei 1947 yang didirikan oleh Djoesdi Ghozali. PII memiliki kontribusi yang begitu besar untuk Indonesia sejak zaman Kemerdekaan. Dan bahkan PII merupakan organiasai yang mempengaruhi munculnya dan berkembangnya Jilbab di sekolah-sekolah negri di Jakarta dengan mengadakan training-training bagi pelajar-pelajar SMA. Organisasi yang memberikan semangat bagi para siswi-siswi pada saat itu salah satunya adalah gerakan PII dengan rutin melakukan kaderisai kepada anak-anak SMA. Adapun pola dari gerkan PII dalam memperjuangakan Jilbab adalah:

3.3: Pola Pelajar Islam Indonesia dalam memperjuangkan Jilbab Pelajar Islam Indonesia (PII) Peserta training menjadi panutan bagi teman-teman disekolah-sekolahnya Ta’lim (Folow up bagi peserta yang telah mengikuti training)

Menjual Jilbab dengan kreasi yang cantik,

praktis dan tidak meninggalkan kententuan syariat (tebal, warna gelap dan

Praktis) Selebaran mengenai

Jilbab Basic Training (memasukan materi mengani Jilbab di saat

sesi pembahasan) GAS (Gerakan Amal Shaleh) USROH syiam Gerakan yang sama dengan training, hanya berbeda Nama, dikarenakan pemeberlakuaan asas tunggal Pancasila

Pola dari gerakan PII dalam memperjuangakan Jilbab dengan Training-training dilakukan selama seminggu pada saat libur semester dengan berbagai mater-materi yang disampaikan pada setiap sesinya, adanya materi mengenai ketauhidan, fiqih, akhalak dan lainnya.Walaupun didalam training yang dilakukan tidak adanya sesi khusus yang membahas mengenai Jilbab tetapi pembahasan mengenai Jilbab biasanya di masukan pada saat materi akhlak. Dari hasil wawancara dengan Ibu Siti Hajar mengatakan,

“...didalam kegiatan training ini terdapat berbagai macam sesi-sesinya, sama halnya dengan training yang dilakukan di Jakarta, adanya sesi akidah, Tauhid, Fiqih dan akhlak. Dan biasanya mengenai Jilbab tidak dimasukan pada saat materi tetapi pada saat pembahasan dan diskusi, barulah pemahaman mengenai Jilbab dimasukan dengan menerangan dalil-dalil kewajiban menggunakan Jilbab.”214

“ada satu materi didalam kegiatan Ladership Basic Training, itu namanya materi Dinul Islam, dimateri ini kita memperlihatkan mengenai Islam secara kaffah, nah disitulah dimasukan materi pertama mengenai penyadaran tentang Jilbab. Nanti ada materi tentang Fiqun Nisa’ didalam materi ini memantapkan lagi anak-anak yang terutama perempuan mengenai Jilbab. Dari training-training ini nanti dibentuklah Usroh-usroh sebagai bentuk Follow UP.”

Sama halnya yang disamaikan oleh Ibu Siti hajari, materi Jilbab juga dimasukkan kedalam materi Dinul Islam dan Fiqun Nisa’, hal ini diperjelas dalam wawancara bersama Bapak Satiman, yang mengatakan,:

215

Training-training atau pelatihan yang diadakan oleh PII tidak hanya dipulau Jawa, training-training itu juga dilakukaan di daerah-daerah Sumatra Utara.216 Peserta- peserta yang ikut kegiatan training di medan terdiri dari pelajar SMP, SMA dan Mahasiswa.217

214

Instruktur yang memberikan materi pada saat tarining di daerah Medan merupakan Instrukrur yang bersal dari daerah pulau Jawa.

215

Hasil wawancara bersama Bapak Satiman. 216

Training-training juga dilakukan di kisaran, Prapat dan tarining yang diadakan di Medan sering di sebut simultan, dimana para siswi-siswi yang datang dari berbagai wilayah di sumatra utara. Melihat semangat berjilbab dari pelajar di pulau Jawa terhadap berbagai kasus pelarangan berjilbab, semakin bertamabah semangat pelajar yang mengikuti training untuk menggunakan Jilbab.

217

Peserta yang paling banyak mengikuti training ini berasal dari SMA dan sederajat.

Instruktur yang menjadi pelatih training di Medan merupakan Instruktur dari perguruan Tinggi favorite di Pulau Jawa, ini menjadi

pemikat bagi pelajar-pelajar untuk mengikuti training. Terbukti dengan jumlah peserta training yang terdiri dari 8 sampai 10 kelas, dimana setiap kelasnya berisi 20 sampai 25 orang.

Training yang diadakan selama seminggu menjadi siswi-siswi terbiasa menggunakan Jilbab, jadi tidak mengherankan jika setelah selesai dari kegiatan training, para siswi-siswi terbiasa untuk menggunakan Jilbab di lingkungan masyarakat bahkan di sekolah-sekolah. Berbeda dengan daerah dipulau Jawa, pada tahun 1983 pelajar-pelajar di Pulau Jawa telah memasuki masa perjuangan Jilbab dengan berbagai kasus-kasus pelarangan yang terjadi pada siswi-siswi serta berhadapan dengan berbagai sanksi-sanksi. Sedangkan di daerah Medan pada tahun 1983 berada pada masa “memasyarakatkan Jilbab”.218

“Kegiatan yang kita lakukan dalam memasyarakat Jilbab ladreship training. Kita ada kegiatan Usroh, kelompok-kelompok kecil. Sebelum training LBT diadakan 7 hari ada kegiatan Pra Bhatra atau Pra LBT diadakan 2 hari, satu diantara kita mensosialisasikan Jilbab.”

Gerakan PII berusaha memperkenalkan Jilbab dan menanamkan Jilbab melalui training-training ini. Siswi-siswi setelah mengikuti training ini membawa pengaruh yang baik bagi teman dilingkungan sekitarnya, untuk mengajak menggunakan Jilbab. Hal ini diperjelas dengan hasil wawancara bersama bapak satiman, yang mengatakan:

219

Selain itu juga Kader-kader PII membuat selebaran yang berisikan ajakan untuk menggunakan Jilbab yang disebarkan. Tidak hanya itu saja pola gerakan kreatif juga diadakan oleh Ibu Siti Hajar dengan teman-teman membuat Jilbab yang praktis untuk di gunakan lalu dijualkan dikampus-kampus.220

218

Sebelum di adakan training di medan, tidak adanya kepedulian di masyarakat bahkan anggota PII dalam mengunakan Jilbab, karena Jilbab biasanya hanya dipakai oleh pelajara-pelajar yang bersekolah di pesantren. Memasyarakatkan jilbab dimaksudkan memperkenlakan Jilbab di tengah-tengah masyarakat.

219

Hasil wawancara bersama Bapak Satiman. 220

Dari penjualan Jilbab ini sebagai bentuk syiar Jilbab dikalangan kampus, dengan desain yang cantik, praktis dan murah.

Pengkaderan yang dilakukan oleh PII melalui berberapa tahapan antara lain Basic training,

advan Training dan Master training. Basic tarining merupakan training-training awal yang bebas untuk diikuti oleh siapa pun termasuk kalangan umum seperti training-training yang diadakan di Jakarta dan Medan dengan Jumlah besar. Setelah dari basic training nantinya akan di follow up dan dibentuklah kelompok-kelompok ta’lim.221

Memasuki tahapan Edvan tarining dimana yang mengikuti tahapan ini merupakan orang-orang yang telah dipilih, dan sama halnya dengan tingkatan taraining master of training. Setelah memasuki tahapa master of training maka diberikanlah pelatihan untuk menjadi instruktur untuk mengisi training-training nantinya. Tetapi sangat disayangkan pada saat tahun 1985 dimana masa diberlakukanya asa tunggal pancasila, dan PII merupakan organisasi yang paling menolak dengan di berlakuknya asas tunggal pancasila, sehingga secara otomatis PII menjadi organisasi yang sulit untuk berkembang karna dihalangi-halangi oleh pemerintah. Tetapi semangat untuk tetap bergerak dan berjuang selalu mereka lakukan walaupun itu dengan mealakukan “gerakan bawah tanah”.

Dari kelompok-kelompok ta’lim inilah di berikan pemahan yang lebih mendalam mengenai Islam, ketauhidan, fiqih, akhlak dan materi mengenai Jilbab.

222

“Gerakan bawah tanah Gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh PII dengan cara mengganti nama-nama kegiatakan Training-training dengan nama-nama seperti GAS (gerakan Amal Shaleh), Usroh, dan Syiam. Kegiatan ini sebenarnya hampir sama dengan kegiatan PII sebelumnya hanya pergantian dinama saja, tetapi untuk konten dan bobot dari materi yang disampaikan hampir sama. Walaupun melakukan kegiatan secara sembunyi, tetapi peserta yang ikut kegiatan-kegiatan dari PII masih dalam jumlah yang banyak.”

Dari hasil wawancara bersama Ibu Siti Hajar mengatakan,:

223

Kegiatan-kegiatan training yang dilakukan oleh PII dari yang terang-terangan sampai menjadi sebuah kegiatan yang dilarang pada saat itu, tetapi perjuangan PII tidaklah sia-sia, Jilbab akhirnya diterima oleh masyarakat,

221

Ta’lim sama halnya dengan halaqah yang diadakan oleh gerakan tarbiyah. 222

Gerakan bawah tanah yang dimaksud adalah pergerakan yang bersembuny-sembunyi tanpa sepengetahuan pemerintahan pada saat itu.

223

walaupun membutuhkan waktu yang panjang. Ini juga terlihat dari semangat Jilbab yang digunakan oleh siswi-siswi Sekolah Umum, yang sebelumnya Jilbab hanya digunakan oleh siswi-siswi dari sekolah Agama.

Dokumen terkait