• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan di TPH sebagai tempat pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke PMKS.

Pengendalian gulma secara manual (Dongkel Anak Kayu). Dongkel anak kayu adalah salah satu teknik pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan pembersihan di piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan dengan menyusun dengan letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan di daerah tanjakan atau menyusun dengan letter “U”. Gulma berkayu yang dimaksud, yaitu: (1). Chromolaena odorata (putihan), (2). Melastoma malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4).

Clidemia hirta (harendong atau akar kala). Pengendalian ini menggunakan beberapa alat seperti alat cados (cangkul kecil) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya dan tidak dibenarkan membabat (slashing) serta parang.

Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TM 17 di Blok B90b. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem berdasarkan hari kerja (HK) yang diperoleh. Waktu kerja dimulai dari pukul 07.00-14.00 WIB dan istirahat dari pukul 11.30-12.00 WIB. Norma yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah 1 pasar pikul/2HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 1⁄2 pasar pikul. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih dibawah prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimia merupakan kegiatan pengendalian yang pengaplikasiannhjija menggunakan alat semprot. Alat semprot yang digunakan yaitu Controlled droplet applicator (CDA) /Micron Herbi dan Knapsack sprayer. Pengendalian gulma secara kimiawi di Kebun Buatan dibagi menjadi 2 tim unit semprot (TUS) yaitu (1). TUS yang menggunakan Controlled droplet applicator (CDA); (2). TUS yang menggunakan alat Knapsack sprayer.

Pengendalian dengan alat semprot CDA. Herbisida yang digunakan dalam CDA antara lain (1). Bionassa (bahan aktif glifosat) + Lindomin (bahan aktif 2,4D) atau (2). Trychrophirl = Biolon. Sebelum pengaplikasian, kedua larutan yang akan digunakan harus sesuai dengan anjuran asisten afdeling dan asisten kebun agar sesuai dengan area yang akan disemprot. Kosentrasi larutan yang digunakan juga berbeda-beda, yaitu (1). Bionassa (4 %) + Lindomin (2 %); (2). Trychrophirl (0,5 %). Larutan ini sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 275 liter lalu dipindahkan dan dimasukkan ke CDA dengan kapasitas 10 liter yang menggunakan nozzle nomor 3. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan CDA adalah 5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata adalah 1 ha/HK.

Pengendalian dengan alat semprot Knapsack sprayer RB-15. Herbisida yang digunakan dalam Knapsack sprayer yaitu (1). Gramoxone (bahan aktif paraquat) dengan konsentrasi 0,5 % + Trapp (bahan aktif Methyl metsolfuron) dengan konsentrasi 0,03%; (2). Bionasa (bahan aktif glifosat) dengan konsentrasi 1 % + Lindomin (bahan aktif 2,4 D) dengan konsentrasi 0,25 %; (3). Trychropir (bahan aktif Biolon) dengan konsentrasi 0,15 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong anak kayu, pakis-pakisan dan kentosan. Norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan

Knapsack sprayer adalah 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah ½ ha/HK. Kurangnya prestasi kerja dari penulis adalah karena kurangnya peralatan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti alat semprot dan APD selain itu juga karena kondisi fisik penulis.

Sebelum dilakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan briefing di gudang untuk menentukan area yang akan disemprot. Setelah di lapangan, para pekerja menggunakan alat pengaman diri (APD). Kecepatan jalan penyemprotan harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan berlebih.

Penyemprotan pada piringan dilakukan terhadap gulma yang berada sekitar 2 meter dari batang kelapa sawit. Pada aplikasi herbisida di pasar pikul dilakukan dengan lebar 1,5 meter. Hasil yang diharapkan yaitu dalam keadaan yang bersih karena pasar pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan serta pemupukan. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 m x 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, tidak ada brondolan tertinggal dan tidak ada kotoran di TPH. Aplikasi penyemprotan gulma dengan Knapsack Sprayer dan alat CDA dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a) Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15; (b) Alat CDA

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum, mempermudah pemanenan dan mengurangi kehilangan produksi (losses). Losses yang sering terjadi akibat tidak berjalannya penunasan seperti buah masak yang tertinggal di pokok serta brondolan tersangkut di ketiak pelepah.

Tujuan lain penunasan adalah agar menjaga sanitasi atau kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Sistem penunasan yang berlaku di Kebun Buatan adalah progressive pruning. Dalam mencapai produksi yang maksimum maka harus dihindari terjandinya over pruning dan under pruning. Keadaan di lapangan menujukkan bahwa terdapat pokok yang mengalami over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi dapat terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis, pokok mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, peningkatan bunga jantan dan penurunan bobot janjang rata- rata (BJR), sedangkan under pruning adalah tidak terbuangnya sejumlah pelepah yang tidak berproduksi lagi sehingga mengakibatkan berlebihnya unsur hara. Unsur hara yang berlebih ini dapat mengganggu proses panen dan meningkatkan serangan penyakit Marasmius dan Tirathaba. Untuk menghindari terjadinya kedua hal tersebut maka harus dilakukan pengawasan yang ketat dan menggunakan tenaga kerja yang terampil dalam menunas.

Kegiatan penunasan dilakukan penulis di Blok 91d (Inti 35). Pada saat penulis melakukan kegiatan menunas, anggota tunasan berasal dari mandoran dongkel anak kayu dan mandor sarana prasarana, sehingga dibuat geng khusus. Geng khusus ini bersifat tidak tetap karena tidak berjalan setiap hari dan jumlah anggotanya yang tidak tetap. Hal ini diakibatkan karena kegitan penunasan yang seharusnya tidak berjalan (progressive pruning). Umumnya dalam 1 hari jumlah anggota geng tunas berjumlah 12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan. Waktu pekerjaan yang dilaksanakan juga sama yaitu 7 jam dimana basis pekerjaan yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 300 pokok/12 HK, sedangkan prestasi kerja yang dipeloreh penulis tidak ada karena pada saat kegiatan tersebut penulis bertindak sebagai pendamping mandor.

Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Pemberian pupuk harus memperhatikan

kondisi tanaman (daya serap akar), dosis, waktu, cara, jenis pupuk, dan realisasi pemupukan sebelumnya. Kegiatan pemupukan di Kebun Buatan dilaksanakan dua kali setahun yaitu pada semester I (Januari-Juni) dan pada semester II (Juli-Desember) pada tanaman menghasilkan (TM). Pemupukan di kebun Buatan ini menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik menggunakan menggunakan limbah berupa janjangan kosong (JJK), Decanter Solid (DS), Land

Aplikasi (LA) dan abu janjang. Pupuk anorganik biasanya menggunakan pupuk tunggal seperti Dolomit, ZA, MOP, RP, dan HGFB.

Pemupukan organik (JJK, DS, abu janjang dan LA). Janjangan kosong (JJK) merupakan limbah yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang telah diproses di sterilizer dan stripper. Pengaplikasian janjangan kosong dapat memberikan keuntungan karena dapat berperan sebagai mulsa, sebagai sumber hara atau pupuk serta dapat meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah. Dikatakan sebagai sumber hara atau pupuk karena unsur utama yang terdapat pada janjangan kosong, yaitu 8.00 kg Urea; 2.90 kg RP; 18.30 kg MOP; 5.00 kg Kieserit; dan unsur lainnya (B, Cu, Zn, Fe, dan Mn) (Pahan, 2010). Dari keempat unsur hara tersebut, unsur kalium yang paling banyak terdapat dan paling cepat terurai, sehingga dalam pengaplikasiannya paling lambat 2 hari setelah janjangan kosong tersebut sampai di lapangan.

Aplikasi janjangan kosong di Kebun Buatan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan angkong dan gancu di antara pokok dan gawangan mati. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus dibersihkan terlebih dahulu karena jika gawangan mati tidak dibersihkan dari gulma maka saat penyerapan unsur hara akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan. Janjangan kosong yang diaplikasikan cukup satu lapis yang ukurannya 8 janjangan x 11 janjangan. Saat pengaplikasian satu angkong dapat memuat 30-35 janjangan kosong dimana bobot 1 janjangan 20% dari bobot janjangan sebelum diolah, sehingga pada saat sekali membawa angkong berat yang dibawa 120-150 kg. Untuk 1 ukuran janjangan kosong dibutuhkan 3 kali angkong, sehingga total janjangan kosong di 1 ukuran 90-105 janjangan kosong. Janjangan kosong juga hanya diaplikasikan 1 kali tahun pada areal yang sama.

Jika penyebaran dilakukan lebih dari satu lapis maka akan mendorong berkembangnya kumbang Orcytes pada tumpukan janjangan tersebut. Karyawan yang bekerja di aplikasi janjangan kosong ini adalah wanita yang sudah ahli. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma kerja penulis 5 titik/hari. Hasil kerja penulis masih di bawah hasil kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena kondisi fisik penulis dan alat yang digunakan merupakan pinjaman dari karyawan.

Decanter Solid (DS) juga merupakan salah satu dari hasil limbah PMKS yang dapat dijadikan pupuk organik. Dikatakan sebagai sumber hara atau pupuk karena unsur hara yang terdapat pada decanter solid yaitu 10.3 kg Urea; 3.3 kg RP; 6.1 kg MOP; 4.5 kg Kieserit (Pahan, 2010). Aplikasi decanter solid di Kebun Buatan harus sesuai dengan rekomendasi oleh R & D setelah berkonsultasi dengan kebun setempat.

DS dibungkus dengan menggunakan karung goni dan pengaplikasian DS dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan angkong dimana satu angkong dapat membawa 7-10 untilan. DS diaplikasikan diantara 2 pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis 4-5 until dimana satu until berisi 14 atau 18 kg. DS diaplikasikan di lapangan hanya satu kali dalam satu tahun dimana basis yang digunakan untuk aplikasi DS adalah 150 until / HK. Norma kerja penulis pada saat menjadi BHL di kegiatan ini adalah 25 until. Dari perolehan hasil kerja, hasil kerja penulis masih di bawah hasil kerja karyawan.

Abu janjang adalah produk akhir pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang berdasarkan analisis sampel diberikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Persentase Unsur Hara dalam Abu Janjang

Unsur Hara Kandungan Hara (%)

K 35,0 – 47,0 K2O

P 2,5 – 3,5 P2O5

Mg 4,0 – 6,0 MgO

Ca 4,0 – 6,0 CaO

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

Umumnya abu janjang mengandung sedikitnya 40 % K2O dan sisanya hara makro dan mikro lainnya. Aplikasi abu janjang memiliki keuntungan, yaitu :

mengandung kalium (K) yang tinggi. Hal tersebut dapat digunakan untuk mensubstitusi kelebihan biaya pupuk MOP dan sangat alkalis (pH : 12), sehingga dapat memperbaiki pH tanah terutama tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Abu janjang mengandung unsur K tinggi, sehingga jika penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan akar kelapa sawit dapat terbakar (scorching). Abu janjang juga hanya direkomendasikan pada areal tanaman menghasilkan (TM) dan sudah sesuai dengan rekomendasi dan persetujuan dari R & D. Pengaplikasian abu janjang di afdeling 1, 2 dan 3 hanya 1 kali/tahun karena areal tanah yang berada di afdeling tersebut merupakan areal tanah mineral. Pengaplikasian abu janjang interval dengan pupuk yang lainnya yang harus dijaga minimum 4 minggu pada areal pengaplikasian yang sama. Pengaplikasian abu janjang hampir sama dengan aplikasi pada pupuk anorganik yaitu disebar merata secara melingkar di piringan dengan jarak 30 cm dari pangkal pokok sampai batas luar piringan.

Land aplication (LA) adalah penggunaan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan pabrik minyak kelapa sawit terutama dari sterilizer condensate, sludge dari klarifikasi dan air buangan

hydrocyclone. Keuntungan land application adalah memanfaatkan sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai. Untuk 1 ha lahan terdapat kurang lebih 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali.

Saat mengikuti kegiatan LA, penulis mengikuti kegiatan service bak LA yakni memotong gulma di sekitar bak dan menggali bak hingga mencapai dasar tanah yang tidak tercampur cairan LA. Selain itu, jika terdapat pipa pecah atau bocor dan keran yang rusak harus segera diperbaiki serta melihat parit penghubung pada sekat antara flatbed harus diperiksa. Bak LA di afdeling II berukuran ± 2 m x 1 m. Rotasi service LA pada afdeling II yaitu 6 bulan sekali.

Pemberian LA di lahan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemberian Limbah Cair di Lahan

Pemupukan anorganik. Jenis pupuk anorganik yang digunakan di Kebun Buatan yaitu Dolomit, ZA, MOP, RP, dan HGFB. Program pemupukan di Kebun Buatan berpedoman pada rekomendasi yang dikeluarkan oleh Departemen R & D, PT. Asian Agri yang terletak di Tebing Tinggi. Rekomendasi ini dikeluarkan bedasarkan hasil analisis sampel daun/leaf sampling unit (LSU).

Pelaksanaan pemupukan di kebun Buatan anorganik dilakukan di pagi hari pada pukul 08.00 -12.00 WIB. Hal ini dikarenakan karena efektifitas penyerapan hara oleh tanaman lebih baik pada pagi hari.

Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain:

1) Pupuk yang akan diaplikasikan untuk esok hari didapat dari kegiatan “penguntilan”. Kegiatan penguntilan dilakukan dengan cara pegeceran 1 karung goni dengan bobot 50 kg dibagi menjadi dosis yang akan digunakan (seperti 8 kg, 12 kg, 18 kg, dan lain-lain) untuk 8 pokok; dalam kegiatan penguntilan basis yang digunakan yaitu 1500 kg/HK. Kegiatan penguntilan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penguntilan Pupuk

2) Pupuk yang telah diuntil diambil dahulu dari gudang dengan menggunakan

dump truck (DT). Mandor pupuk serta ketua rombongan (KR) harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk yang masuk ke dalam dump truck

sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

3) Pupuk diecer dari dump truck sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan bedasarkan keterangan TPP (tempat peletakan pupuk) yang ada di batang kelapa sawit.

4) Pupuk ditabur di piringan dengan cara “letter U” dengan jarak 50 cm dari

pokok kelapa sawit. Dalam pelaksanaan penaburan biasanya mandor dibantu oleh KR untuk mengawasi para BHL agar sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yakni 8 pokok/untilan.

5) Selesai pengaplikasian maka karung goni yang digunakan sebelumnya dikumpulkan kembali kepada mandor pupuk untuk pengecekan apakah sudah sesuai dengan ketetapan sebelumnya dan dapat juga digunakan sebagai tempat pengutipan brondolan.

Untuk menghindari kekeliruan dalam penerapannya (pengaplikasian dua kali atau jenis pupuk yang sama) dan menghindari adanya kegiatan lain maka selesai pengaplikasian, daerah yang telah dipupuk diberi tanda peringatan bahwa areal tersebut tidak boleh ada kegiatan paling lama 3 hari. Secara teknis dalam pelaksanaannya kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tempat jenis). Pemupukan anorganik di Kebun

Buatan dilaksanakan dengan menggunakan 2 semesteran bedasarkan rekomendasi R & D.

Basis yang digunakan dalam kegiatan pemupukan yaitu 400 kg/HK. Premi

yang digunakan dalam kegiatan pemupukan yaitu “premi mati” sebesar Rp. 5 000.

Premi ini didapat jika dapat melewati basis tersebut. Norma kerja penulis yaitu sebesar 8 untilan dengan dosis 1 untilan sebesar 8 kg (1 pokok = 1 kg) sedangkan para pekerja dengan dosis sebesar 8 kg/untilan maka basisnya sebesar 50 untilan. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih dibawah prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan karena alat yang digunakan dipinjam dari pekerja sehingga dapat menggangu pekerjaan karyawan. Umumnya pada kegiatan pemupukan terdapat kendala yang dihadapi yaitu ketidakjujuran beberapa penabur dalam mengaplikasian pupuk sehingga dosis per pokok tidak merata atau tidak sesuai dengan ketetapan yaitu 8 pokok dan ada beberapa pokok yang tidak dipupuk. Oleh karena itu, dalam prakteknya terdapat pelaksanaan pemupukan yang tidak sesuai dengan SOP perusahaan.

Sarana dan Prasarana

Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang air, sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Afdeling II Kebun Buatan memiliki diameter sebesar 30 cm dengan panjang empat meter dan ditanam pada kedalaman ± 72 cm dari permukaan tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah ketika dilewati kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian pada bagian pangkal dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit), panjang rorak adalah 1 m dengan lebar ½ m, sedangkan pada bagian ujung lainnya dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk menampung air yang keluar dari rorak yang kemudian mengalirkannya ke saluran tempat pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak (± 30 karung) agar tanah tidak mudah longor. Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1unit/2HK.

Prestasi kerja karyawan adalah 1 unit/2HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan. Kegiatan pemasangan gorong-gorong disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 . Pemasangan Gorong-Gorong

Rempes atau penunasan pelepah di jalan utama. Kegiatan penunasan pelepah ini dilakukan dengan membuang pelepah yang tidak produktif lagi yang berada di sepanjang jalan utama (poros jalan). Kegiatan rempes ini mempunyai tujuan, yakni agar sinar matahari tidak terhalang oleh pelepah yang menutupi poros jalan. Dengan demikian badan jalan lebih cepat kering, sehingga proses pengangkutan TBS ke PMKS dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahapan kegiatan ini antara lain: (1). Memotong pelepah yang menutupi jalan utama (poros jalan) tetapi sisakan bagian pelepah ± 1 m; (2). Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi 2 bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati. Umumnya kegiatan ini difokuskan pada areal yang sering tergenangi air. Norma kegiatan pada kegiatan rempes tidak ada karena kegiatan ini bersifat tidak tetap dan anggotanya juga berasal dari mandoran lain.

Sensus Pokok Mati/Thinning Out.

Tiap afdeling suatu kebun memerlukan 2 tim sensus dengan prestasi kerja 5-7 ha/Hk. Satu tim sensus beranggotakan 3 petugas, yaitu petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas C (sebagai pembuat administrasi lapangan). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu triplek (hard cover),

pulpen 4 (empat) warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat (aqua), map penyimpan files.

Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri- ciri pokok yang akan di thinning out adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A menyensus 2 baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan atau ”mengerok” pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut. Apabila ditemukan pokok yang harus dithinning out (ditebang), maka petugas B langsung mengecat pada pelepah. Tanda pengecatan yang dilakukan di Kebun Buatan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanda Pengecatan Pokok yang akan Thinning Out

Pengecatan yang dilakukan sesuai dengan tanda yang ditetapkan, yakni tanda “X” dengan cat merah dan tanda “lingkaran” dengan cat putih. Kemudian petugas A memberitahu kepada petugas C mengenai jumlah pokok yang telah disensus dan menulis jumlah TPP pada pokok permulaan di pasar rintis. Pengecekan TPP dilakukan bersamaan dengan menyensus jumlah pokok.

Pengecekan TPP dilakukan minimal 25-27 TPP/hari. Seluruh hasil akan dilaporkan kepada asisten afdeling

Sensus Ulat Api

Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Hal ini dapat memberi peluang perkembangan musuh alami, sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem sensus harus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat ditepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi “over pruning” akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1-2 tanaman.

Setiap titik sensus yaitu pada setiap 10 tanaman sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru. Dalam pelaksanaannya terdiri atas 2 tim, yang masing-masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu 1 laki-laki sebagai penunas dan 2 perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.

Pada baris keempat pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan daun, penghitungan hama pemakan daun hanya pada

Dokumen terkait