• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemanenan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq.) Di Pt Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemanenan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq.) Di Pt Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT

SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

JOSIA DADING TAMBUNAN

A24070164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

JOSIA DADING TAMBUNAN. Manajemen Pemanenan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA).

Kegiatan magang secara umum bertujuan agar penulis dapat meningkatkan pengalaman dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit, khususnya mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan yang diterapkan di Kebun Buatan, PT Asian Agri.

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Maret hingga bulan Juli 2011 di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur (PT Asian Agri), Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten afdeling. Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten selama dua bulan terakhir.

Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produktifitas, basis dan premi panen, realisasi produksi, sistem pengawasan dan denda, norma kerja di lapangan serta organisasi dan manajemen. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan penulis di lapangan meliputi losses (kehilangan produksi), keadaan pokok, kualitas kinerja pemuat, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, taksasi produksi dan pengawasan panen.

(3)
(4)

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR,

KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JOSIA DADING TAMBUNAN A24070164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

JUDUL :

MANAJEMEN

PEMANENAN

PADA

TANAMAN

KELAPA SAWIT (ELAESIS GUINEENSIS JACQ.) DI

PT

INTI

INDOSAWIT

SUBUR,

KABUPATEN

PELALAWAN, PROVINSI RIAU

NAMA : JOSIA DADING TAMBUNAN

NRP : A24070164

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. NIP : 19490119 197412 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 1987 03 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1989 di Medan. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Mangasi Tambunan dan Ibu Dominika Marpaung.

Penulis lulus dari TK Santo Antonius Medan pada tahun 1995, kemudian melajutkan studi ke SD Santo Antonius VI Medan pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Santa Maria Medan, kemudian melanjutkan studi ke SMA Santo Thomas I Medan dan lulus pada tahun 2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir akademik sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama 4 bulan di perkebunan kelapa sawit tepat di kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak (Mangasi Tambunan) dan Ibu (Dominika Marpaung) tercinta serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan magang sampai penulisan skripsi.

2. Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan, saran serta nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Memen Surahman, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan nasihat selama perkuliahan.

4. Bapak Ir Faisal selaku Estate Manager, Ir Benjamin Basuki Yulianto S selaku

Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau.

5. Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di Afdeling II dan Bapak Firman selaku asisten di Afdeling III yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis.

6. Surya Milpan Tambunan dan Regina Maharani Tambunan selaku kakak dan adik penulis yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doanya.

(8)

8. Christopher Danny, Kakak Andrew Joshua, teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Desember 2011

(9)

DAFTAR ISI

Pengangkutan Tandan Buah Segar ... 7

METODE MAGANG ... 8

Letak Wilayah Administrasi ... 12

Keadaan Iklim dan Tanah ... 12

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 17

(10)

Aspek Manajerial ... 39

Pendamping Mandor ... 39

Mandor I ... 40

Mandor Panen ... 40

Mandor Pupuk ... 41

Mandor Semprot ... 41

Kerani Buah ... 42

Pendamping Asisten ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

Kehilangan Produksi (Losses) ... 44

Pengangkutan Tandan Buah Segar ... 48

Kriteria Matang Panen ... 50

Rotasi Panen ... 53

Peralatan Panen ... 55

Taksasi Produksi ... 56

Pengawasan Panen... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT IIS Tahun

2006 - 2010 ... 13

2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 16 3. Persentase Unsur Hara dalam Abu janjang ... 22

4. Luas Seksi Panen di Afdeling II ... 30

5. Kriteria Kematangan Panen di Kebun Buatan ... 32

6. Basis Borong dan Premi Potong Buah Harian di Afdeling II ... 36

7. Parameter Denda Karyawan Potong Buah ... 38

8. Hasil Pengamatan TBS Tinggal di Dalam Hanca di Kemandoran A Afdeling II ... 45

9. Jumlah Brondolan yang Tidak Dikutip di Kemandoran B ... 45

10. Total Losses Berdasarkan Tahun Tanam (1989, 1990, 1991) di Blok Afdeling II ... 46

11. Pengamatan Kondisi Tanaman Tahun Tanam 1990 ... 48

12. Hasil Pengamatan Kinerja Kerja Pemuat ... 49

13. Kriteria Matang Panen Berdasarkan Lubis (2008) ... 50

14. Data Mutu Buah per Kemandoran Afdeling II ... 51

15. Rekapitulasi Data Pengamatan Mutu Buah pada Afdeling II ... 51

16. Hubungan Rotasi Panen Terhadap Losses serta Mutu Buah ... 53

17. Persentase Absensi Karyawan Panen Bulan Januari-Mei 2011 ... 54

18. Pengamatan Kematangan Panen pada Afdeling II ... 57

19. Selisih Taksasi dengan Realisasi pada Tanggal 11 Mei (Rabu) .. 58

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. a. Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15;

b. Alat CDA ... 19

2. Pemberian Limbah Cair di Lahan ... 24

3. Penguntilan Pupuk ... 25

4. Pemasangan Gorong-Gorong ... 27

5. Tanda Pengecatan Pokok yang akan Thinning Out ... 28

6. Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH ... 34

7. Hasil Pengamatan Mutu Buah pada Afdeling II ... 52

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur ... 65

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur ... 67

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur ... 69

4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Periode 2007-2010 ... 72 5 .Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ... 73 6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di PT Inti Indosawit

Subur, Pelalawan, Ria ... 74 7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ... 75 8. Formulir Taksasi Potong Buah di Kebun Buatan ... 76 9. FormulirPemeriksaan Hanca yang Dilakukan oleh Mandor ... 77 10. Formulir Pengangkutan Janjang di TPH yang Dilakukan dengan Truk

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati, merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa negara. Walaupun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, produksi kelapa sawit di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit dunia. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Plam Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Pada tahun 2010, luas perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 8.43 juta ha dengan produksi sebesar 19.76 juta ton CPO (BPSRI, 2010). Menurut Sastrosayono (2008), minyak nabati kelapa sawit banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai biodiesel.

Keberhasilan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit dapat dicapai melalui pengelolaan kebun yang baik mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan dan pasca panen. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 2008).

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke TPH serta ke pabrik (Fauzi, 2008). Rangkaian ketiga kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara terpadu karena kepetingannya saling mempengaruhi. Pemanen juga harus memperhatikan kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikator yang dapat digunakan untuk membantu pemanenan agar memotong buah yang telah layak untuk panen.

(15)

masak karena buah yang terlalu masak akan mengandung asam lemak bebas yang tinggi yang dapat menyebabkan minyak mudah membeku sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak pada suhu kamar. Cara mendapatkan mutu dan rendemen minyak sawit atau CPO yang baik yaitu dengan memperhatikan mulai dari masa panen sampai lepas panen.

Pelaksanaan pemanenan dapat berjalan normal bila dikelola dengan baik (Pahan, 2010). Oleh karena itu, aspek-aspek penting yang berkaitan dengan manajemen pemanenan yaitu, persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, angka kerapatan panen, tenaga panen, teknis panen, premi panen dan pengangkutan hasil panen harus diperhatikan.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

2. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Teknis Panen

Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi, 2008). Oleh karena itu, aspek pemanenan merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya kelapa sawit.

Persiapan Panen

Persiapan panen merupakan kegiatan penyiapan areal yang akan dipanen sejak TBM hingga menjadi TM, penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan (Sunarko, 2009). Persiapan panen merupakan kegiatan yang perlu dipersiapkan dengan baik dan terencana sampai kegiatan panen berlangsung. Kegiatan persiapan panen antara lain perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok jaringan, pemasangan jembatan dan titi panen dan lain-lain (Miranda, 2009).

Alat Perlengkapan Panen

Alat perlengkapan panen harus disiapkan dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda bedasarkan tinggi tanaman (Pahan, 2010). Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH. Pisau egrek, dodos, kapak dan batu asah merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu dan karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH serta tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS.

(17)

Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang tepat untuk membantu pemanen agar memotong buah kelapa sawit yang telah layak panen. Menurut Sunarko (2009) tingkat kematangan buah kelapa sawit juga dapat dilihat dari perubahan warna dimana pada saat masih muda, buah kelapa sawit berwarna hijau karena mengandung pigmen klorofil kemudian buah akan berubah menjadi warna merah atau oranye akibat pengaruh pigmen beta karoten yang menandakan bahwa minyak sawit yang terkandung di dalamnya telah tinggi dan buah akan lepas dari tandannya (membrondol) .

Umumnya, kriteria lain yang dapat digunakan tergantung pada bobot tandan yaitu bobot tandan > 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan (Setyamidjaja, 2006). Umumnya panen dilaksanakan antara 1-2 brondolan per kg tandan yang telah jatuh ke tanah (Hakim, 2007).

Manajemen Panen

Sistem Panen

(18)

mandor dapat bersaing dengan sehat, menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar/digilir dari pusingan yang satu ke selanjutnya sedangkan kekurangannya yakni, tanggung jawab karyawan relatif kecil dan jika ada pelanggaran sulit untuk dideteksi.

Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antar panen yang terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang. Menurut Pahan (2010), rotasi panen merupakan faktor yang paling mempengaruhi pekerjaan panen. Rotasi panen juga dapat mempengaruhi transport, pengolahan, biaya potong buah, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan dan kadar asam lemak bebas (FFA) (Hutagaol, 2009). Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 6/7 yang artinya enam hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali (Miranda, 2009). Umumnya rotasi dengan menggunakan sistem tersebut masih sesuai dan buah tidak lewat matang.

Taksasi Produksi

Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen bedasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang akan menjadi tandan buah (Sunarko, 2009). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen, sehingga mencapai produksi yang maksimal. Adapun tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui perkiraan produksi harian, bulanan ataupun semesteran.

(19)

Cara mencarinya dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah Tandan Matang Angka Kerapatan Panen (AKP) =

Jumlah Pokok Contoh

Basis dan Premi Panen

Basis dan premi panen mempunyai hubungan yang sangat erat. Pemanen harus mendapatkan basis terlebih dahulu jika ingin mendapatkan premi. Menurut Pahan (2010), penetapan jumlah basis borong untuk setiap pemanen umumnya didasarkan pada pertimbangan, yakni rata-rata kemampuan seorang karyawan memanen TBS, keadaan tanaman dalam blok-blok yang bersangkutan, dan kondisi spesifik setempat. Pembuatan dan penetapan premi panen harus didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya (Pahan, 2010). Premi yang ditetapkan perusahaan dapat berdasarkan jumlah janjang yang didapat atau jumlah bobot janjangan yang didapat (Agricultural Policy Manual Asian Agri Group, 2011).

Premi dibagi menjadi 2 jenis, yakni premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang telah ditentukan sedangkan premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat janjang panen yang lebih dari jumlah janjang basis borong yang ditentukan.

Pengawasan Panen

Pengawasan panen diperlukan untuk mendapatkan produksi dan kualitas yang baik. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa hanca, mutu buah di TPH dengan tujuan agar mutu hanca dan buah dapat terjaga serta mengurangi terjadinya losses. Di perkebunan kelapa sawit, yang paling berperan dan bertanggung jawab terhadap besar kecilnya losses produksi yaitu asisten Afdeling (Pahan, 2010).

(20)

panen secara benar dan diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat.

Pengangkutan Tandan Buah Segar

Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan. TBS dan brondolan harus segera diangkut ke PMKS untuk diolah pada hari itu juga. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PMKS akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir

Ketersediaan alat angkut yang cukup dan sarana jalan yang baik sangat mendukung sistem pengangkutan TBS sehingga menjamin TBS tidak menginap di lapang (restan). Kebutuhan alat angkut tergantung pada jumlah produksi, kapasitas alat angkut dan waktu yang dibutuhkan alat angkut dari kebun ke pabrik dan sebaliknya. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit.

Dalam pemanenan, praktik manajemen sangat berpengaruh untuk meningkatkan efisiensi produktifitas yaitu dalam memanen seluruh buah yang masak dengan rotasi panen setiap minggu, pemberian pupuk yang efisien dan efektif, pertumbuhan tanaman dan produksi TBS yang optimal, serta ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun. Menurut Pahan (2010), praktik manajemen terbaik secara strategis akan memberikan data produksi blok tanaman yang dirawat secara optimal.

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau yang dilaksanakan mulai dari 1 Maret sampai 1 Juli 2011.

Metode Pelaksanaan

Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping Asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten selama dua bulan terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek pemanenan kelapa sawit.

Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

(22)

guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, basis dan premi panen, realisasi produksi di bulan Mei pada Afdeling III, absensi karyawan dari Januari-Mei 2011 pada Afdeling II , sistem pengawasan dan denda serta organisasi dan manajemen pemanenan.

Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui observasi lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara dengan Asisten Afdeling, mandor dan karyawan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan/kegiatan lapang terhadap kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data primer difokuskan pada kegiatan panen seperti diuraikan dibawah ini:

1. Kehilangan Produksi (Losses)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung buah mentah yang terpanen, buah masak tinggal di pokok dan di piringan (gawangan), brondolan tertinggal, brondolan di potongan tangkai dan kondisi pokok. Penulis mengamati kualitas kerja pemanen yang meliputi persentase TBS tinggal, pengutipan brondolan dan brondolan di potongan tangkai. Penulis juga melakukan pengamatan losses berdasarkan tahun tanam. Pengamatan berdasarkan persentase TBS tinggal dilakukan di kemandoran A dengan mengambil 3 pemanen sebagai sampel pada Afdeling II. Pengamatan pengutipan brondolan dan brondolan di potongan tangkai dilakukan dengan mengambil 5 pemanen di kemandoran B pada Afdeling II. Pengamatan TBS tinggal dan pengutipan brondolan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk 1 pemanen dan hanya dilakukan 1 kali pengamatan untuk setiap pemanen. Losses berdasarkan tahun tanam dilakukan dengan mengambil 5 pemanen di kemandoran C pada tahun tanam 1989, 1990, dan 1991 di Afdeling II. Setiap tahun tanam diamati 1 blok dan setiap pemanen diamati satu kali pengamatan.

2. Kondisi tanaman

(23)

3. Pengangkutan Tandan Buah Segar.

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kinerja pemuat yang berhubungan dengan faktor losses. Penulis mengambil 2 orang pemuat di kemandoran A dan B. Aspek yang diamati yakni brondolan tinggal di TPH dan keefektifan dalam pengiriman.

4. Kriteria Matang Panen

Pengamatan kriteria mutu buah dilaksanakan berdasarkan Lubis (2008) dengan mengambil 5 pemanen di setiap kemandoran (A, B dan C). 1 pemanen diambil 5 TPH dimana setiap mandoran diambil 3 ulangan (3 blok yang berbeda-beda).

5. Rotasi Panen

Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan mengamati pengaruh rotasi panen terhadap losses dan mutu buah di Afdeling II serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi panen yang bertambah (> 10 hari) dengan mengamati tingkat absensi karyawan panen selama lima bulan terakhir.

6. Peralatan Panen

Pengamatan dilaksanakan berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan dengan memperhatikan kelengkapan alat-alat panen dan alat pengaman diri (APD).

7. Taksasi Produksi

Pengamatan dilaksanakan dengan melakukan taksasi produksi harian secara langsung di Afdeling II pada seksi yang berbeda-beda (A, B, C, D, E dan F). Dengan menghitung taksasi produksi harian didapat pula persentase kematangan panen dan kebutuhan jumlah pemanen.

8. Pengawasan Panen

Pengamatan pengawasan panen dilakukan bersama dengan Asisten Afdeling, Mandor I dan Mandor panen. Pengamatan dilakukan berdasarkan dengan faktor

(24)

Analisis Data dan Informasi

(25)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi

Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur (IIS) berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan terletak antara 01o 40’-102o 15’ BT dan 0o 05’-0o 43’ LS. Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya yang menghubungkan Provinsi Riau dengan Provinsi Jambi.

Batas-batas lokasi kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pangkalan Kerinci.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), areal perkebunan di Kebun Buatan termasuk dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Maka dengan diketahuinya rata-rata bulan basah dan bulan kering di Kebun Buatan dipeloreh nisbah sebesar 12.82% sehingga termasuk dalam tipe A. Suhu rata-rata harian adalah 31 oC kisaran dengan kisaran 27oC-33oC. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 disajikan pada Lampiran 4.

(26)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut terdiri dari 6 Afdeling yang terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1112 ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, dan jarak tanam yang tidak teratur. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 1.

(27)

Berdasarkan data produktifitas, lahan di Kebun Buatan termasuk kategori yang tinggi. Rata-rata produktifitas selama 5 tahun sebesar 23.91 ton/ha dan rata-rata curah hujan selama 4 tahun yaitu 2 251 mm/tahun. Hal ini sesuai dengan kriteria lahan kelas I yang menyatakan bahwa rata-rata produktifitas sebesar 22 ton/ha dengan curah hujan > 2 000mm/tahun (Sunarko, 2009).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang

General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang mencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU).

Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di Afdeling serta menjaga produksi dan mutu tetap optimal. Selain itu, menjamin dalam kegiatan perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap Afdeling, Asisten kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Struktur organisasi PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 7.

(28)

mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB).

Dalam melaksanakan tugasnya Asisten Afdeling dibantu oleh Mandor I, Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani Afdeling yang bertugas di bagian adminstrasi di kantor Afdeling. Dalam adminstrasi Afdeling, Kerani Afdeling juga dibantu oleh seorang kerani keliling yang betugas memantau kesesuaian hasil kerja di lapangan dengan hasil laporan dari mandor.

Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan administrasi di gudang.

(29)

Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010

No Jabatan Jumlah

1 Staf

General Manager 1

Estate Manager 1

Asisten Kepala 2

Asisten Afdeling 6

Asisten QC 1

Asisten Humas 1

Asisten By Product 1

Asisten Traksi 1

KTU 1

2 Non Staf

Tenaga kerja tak langsung

SKU B/H : - Traksi 48

SKU B/H : - Kantor 141

SKU B/H : - Afdeling 196

Tenaga Kerja langsung

SKU B/H : - Panen 292

SKU B/H : - Upkeep 616

Total SKU H/B + PHL 1293

Jumlah 1308

Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

Keterangan:

QC : Quality Control

(30)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan di TPH sebagai tempat pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke PMKS.

Pengendalian gulma secara manual (Dongkel Anak Kayu). Dongkel anak kayu adalah salah satu teknik pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan pembersihan di piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan dengan menyusun dengan letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan di daerah tanjakan atau menyusun dengan letter “U”. Gulma berkayu yang dimaksud, yaitu: (1). Chromolaena odorata (putihan), (2). Melastoma malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4).

Clidemia hirta (harendong atau akar kala). Pengendalian ini menggunakan beberapa alat seperti alat cados (cangkul kecil) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya dan tidak dibenarkan membabat (slashing) serta parang.

(31)

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimia merupakan kegiatan pengendalian yang pengaplikasiannhjija menggunakan alat semprot. Alat semprot yang digunakan yaitu Controlled droplet applicator (CDA) /Micron Herbi dan Knapsack sprayer. Pengendalian gulma secara kimiawi di Kebun Buatan dibagi menjadi 2 tim unit semprot (TUS) yaitu (1). TUS yang menggunakan Controlled droplet applicator (CDA); (2). TUS yang menggunakan alat Knapsack sprayer.

Pengendalian dengan alat semprot CDA. Herbisida yang digunakan dalam CDA antara lain (1). Bionassa (bahan aktif glifosat) + Lindomin (bahan aktif 2,4D) atau (2). Trychrophirl = Biolon. Sebelum pengaplikasian, kedua larutan yang akan digunakan harus sesuai dengan anjuran asisten afdeling dan asisten kebun agar sesuai dengan area yang akan disemprot. Kosentrasi larutan yang digunakan juga berbeda-beda, yaitu (1). Bionassa (4 %) + Lindomin (2 %); (2). Trychrophirl (0,5 %). Larutan ini sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 275 liter lalu dipindahkan dan dimasukkan ke CDA dengan kapasitas 10 liter yang menggunakan nozzle nomor 3. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan CDA adalah 5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata adalah 1 ha/HK.

Pengendalian dengan alat semprot Knapsack sprayer RB-15. Herbisida yang digunakan dalam Knapsack sprayer yaitu (1). Gramoxone (bahan aktif paraquat) dengan konsentrasi 0,5 % + Trapp (bahan aktif Methyl metsolfuron) dengan konsentrasi 0,03%; (2). Bionasa (bahan aktif glifosat) dengan konsentrasi 1 % + Lindomin (bahan aktif 2,4 D) dengan konsentrasi 0,25 %; (3). Trychropir (bahan aktif Biolon) dengan konsentrasi 0,15 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong anak kayu, pakis-pakisan dan kentosan. Norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan

(32)

Sebelum dilakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan briefing di gudang untuk menentukan area yang akan disemprot. Setelah di lapangan, para pekerja menggunakan alat pengaman diri (APD). Kecepatan jalan penyemprotan harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan berlebih.

Penyemprotan pada piringan dilakukan terhadap gulma yang berada sekitar 2 meter dari batang kelapa sawit. Pada aplikasi herbisida di pasar pikul dilakukan dengan lebar 1,5 meter. Hasil yang diharapkan yaitu dalam keadaan yang bersih karena pasar pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan serta pemupukan. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 m x 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, tidak ada brondolan tertinggal dan tidak ada kotoran di TPH. Aplikasi penyemprotan gulma dengan Knapsack Sprayer dan alat CDA dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a) Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15; (b) Alat CDA

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum, mempermudah pemanenan dan mengurangi kehilangan produksi (losses). Losses yang sering terjadi akibat tidak berjalannya penunasan seperti buah masak yang tertinggal di pokok serta brondolan tersangkut di ketiak pelepah.

(33)

Tujuan lain penunasan adalah agar menjaga sanitasi atau kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Sistem penunasan yang berlaku di Kebun Buatan adalah progressive pruning. Dalam mencapai produksi yang maksimum maka harus dihindari terjandinya over pruning dan under pruning. Keadaan di lapangan menujukkan bahwa terdapat pokok yang mengalami over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi dapat terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis, pokok mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, peningkatan bunga jantan dan penurunan bobot janjang rata- rata (BJR), sedangkan under pruning adalah tidak terbuangnya sejumlah pelepah yang tidak berproduksi lagi sehingga mengakibatkan berlebihnya unsur hara. Unsur hara yang berlebih ini dapat mengganggu proses panen dan meningkatkan serangan penyakit Marasmius dan Tirathaba. Untuk menghindari terjadinya kedua hal tersebut maka harus dilakukan pengawasan yang ketat dan menggunakan tenaga kerja yang terampil dalam menunas.

Kegiatan penunasan dilakukan penulis di Blok 91d (Inti 35). Pada saat penulis melakukan kegiatan menunas, anggota tunasan berasal dari mandoran dongkel anak kayu dan mandor sarana prasarana, sehingga dibuat geng khusus. Geng khusus ini bersifat tidak tetap karena tidak berjalan setiap hari dan jumlah anggotanya yang tidak tetap. Hal ini diakibatkan karena kegitan penunasan yang seharusnya tidak berjalan (progressive pruning). Umumnya dalam 1 hari jumlah anggota geng tunas berjumlah 12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan. Waktu pekerjaan yang dilaksanakan juga sama yaitu 7 jam dimana basis pekerjaan yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 300 pokok/12 HK, sedangkan prestasi kerja yang dipeloreh penulis tidak ada karena pada saat kegiatan tersebut penulis bertindak sebagai pendamping mandor.

Pemupukan

(34)

kondisi tanaman (daya serap akar), dosis, waktu, cara, jenis pupuk, dan realisasi pemupukan sebelumnya. Kegiatan pemupukan di Kebun Buatan dilaksanakan dua kali setahun yaitu pada semester I (Januari-Juni) dan pada semester II (Juli-Desember) pada tanaman menghasilkan (TM). Pemupukan di kebun Buatan ini menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik menggunakan menggunakan limbah berupa janjangan kosong (JJK), Decanter Solid (DS), Land

Aplikasi (LA) dan abu janjang. Pupuk anorganik biasanya menggunakan pupuk tunggal seperti Dolomit, ZA, MOP, RP, dan HGFB.

Pemupukan organik (JJK, DS, abu janjang dan LA). Janjangan kosong (JJK) merupakan limbah yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang telah diproses di sterilizer dan stripper. Pengaplikasian janjangan kosong dapat memberikan keuntungan karena dapat berperan sebagai mulsa, sebagai sumber hara atau pupuk serta dapat meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah. Dikatakan sebagai sumber hara atau pupuk karena unsur utama yang terdapat pada janjangan kosong, yaitu 8.00 kg Urea; 2.90 kg RP; 18.30 kg MOP; 5.00 kg Kieserit; dan unsur lainnya (B, Cu, Zn, Fe, dan Mn) (Pahan, 2010). Dari keempat unsur hara tersebut, unsur kalium yang paling banyak terdapat dan paling cepat terurai, sehingga dalam pengaplikasiannya paling lambat 2 hari setelah janjangan kosong tersebut sampai di lapangan.

(35)

Jika penyebaran dilakukan lebih dari satu lapis maka akan mendorong berkembangnya kumbang Orcytes pada tumpukan janjangan tersebut. Karyawan yang bekerja di aplikasi janjangan kosong ini adalah wanita yang sudah ahli. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma kerja penulis 5 titik/hari. Hasil kerja penulis masih di bawah hasil kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena kondisi fisik penulis dan alat yang digunakan merupakan pinjaman dari karyawan.

Decanter Solid (DS) juga merupakan salah satu dari hasil limbah PMKS yang dapat dijadikan pupuk organik. Dikatakan sebagai sumber hara atau pupuk karena unsur hara yang terdapat pada decanter solid yaitu 10.3 kg Urea; 3.3 kg RP; 6.1 kg MOP; 4.5 kg Kieserit (Pahan, 2010). Aplikasi decanter solid di Kebun Buatan harus sesuai dengan rekomendasi oleh R & D setelah berkonsultasi dengan kebun setempat.

DS dibungkus dengan menggunakan karung goni dan pengaplikasian DS dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan angkong dimana satu angkong dapat membawa 7-10 untilan. DS diaplikasikan diantara 2 pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis 4-5 until dimana satu until berisi 14 atau 18 kg. DS diaplikasikan di lapangan hanya satu kali dalam satu tahun dimana basis yang digunakan untuk aplikasi DS adalah 150 until / HK. Norma kerja penulis pada saat menjadi BHL di kegiatan ini adalah 25 until. Dari perolehan hasil kerja, hasil kerja penulis masih di bawah hasil kerja karyawan.

Abu janjang adalah produk akhir pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang berdasarkan analisis sampel diberikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Persentase Unsur Hara dalam Abu Janjang

Unsur Hara Kandungan Hara (%)

K 35,0 – 47,0 K2O

P 2,5 – 3,5 P2O5

Mg 4,0 – 6,0 MgO

Ca 4,0 – 6,0 CaO

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

(36)

mengandung kalium (K) yang tinggi. Hal tersebut dapat digunakan untuk mensubstitusi kelebihan biaya pupuk MOP dan sangat alkalis (pH : 12), sehingga dapat memperbaiki pH tanah terutama tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Abu janjang mengandung unsur K tinggi, sehingga jika penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan akar kelapa sawit dapat terbakar (scorching). Abu janjang juga hanya direkomendasikan pada areal tanaman menghasilkan (TM) dan sudah sesuai dengan rekomendasi dan persetujuan dari R & D. Pengaplikasian abu janjang di afdeling 1, 2 dan 3 hanya 1 kali/tahun karena areal tanah yang berada di afdeling tersebut merupakan areal tanah mineral. Pengaplikasian abu janjang interval dengan pupuk yang lainnya yang harus dijaga minimum 4 minggu pada areal pengaplikasian yang sama. Pengaplikasian abu janjang hampir sama dengan aplikasi pada pupuk anorganik yaitu disebar merata secara melingkar di piringan dengan jarak 30 cm dari pangkal pokok sampai batas luar piringan.

Land aplication (LA) adalah penggunaan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan pabrik minyak kelapa sawit terutama dari sterilizer condensate, sludge dari klarifikasi dan air buangan

hydrocyclone. Keuntungan land application adalah memanfaatkan sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai. Untuk 1 ha lahan terdapat kurang lebih 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali.

(37)

Pemberian LA di lahan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemberian Limbah Cair di Lahan

Pemupukan anorganik. Jenis pupuk anorganik yang digunakan di Kebun Buatan yaitu Dolomit, ZA, MOP, RP, dan HGFB. Program pemupukan di Kebun Buatan berpedoman pada rekomendasi yang dikeluarkan oleh Departemen R & D, PT. Asian Agri yang terletak di Tebing Tinggi. Rekomendasi ini dikeluarkan bedasarkan hasil analisis sampel daun/leaf sampling unit (LSU).

Pelaksanaan pemupukan di kebun Buatan anorganik dilakukan di pagi hari pada pukul 08.00 -12.00 WIB. Hal ini dikarenakan karena efektifitas penyerapan hara oleh tanaman lebih baik pada pagi hari.

Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain:

(38)

Gambar 3. Penguntilan Pupuk

2) Pupuk yang telah diuntil diambil dahulu dari gudang dengan menggunakan

dump truck (DT). Mandor pupuk serta ketua rombongan (KR) harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk yang masuk ke dalam dump truck

sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

3) Pupuk diecer dari dump truck sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan bedasarkan keterangan TPP (tempat peletakan pupuk) yang ada di batang kelapa sawit.

4) Pupuk ditabur di piringan dengan cara “letter U” dengan jarak 50 cm dari

pokok kelapa sawit. Dalam pelaksanaan penaburan biasanya mandor dibantu oleh KR untuk mengawasi para BHL agar sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yakni 8 pokok/untilan.

5) Selesai pengaplikasian maka karung goni yang digunakan sebelumnya dikumpulkan kembali kepada mandor pupuk untuk pengecekan apakah sudah sesuai dengan ketetapan sebelumnya dan dapat juga digunakan sebagai tempat pengutipan brondolan.

(39)

Buatan dilaksanakan dengan menggunakan 2 semesteran bedasarkan rekomendasi R & D.

Basis yang digunakan dalam kegiatan pemupukan yaitu 400 kg/HK. Premi

yang digunakan dalam kegiatan pemupukan yaitu “premi mati” sebesar Rp. 5 000.

Premi ini didapat jika dapat melewati basis tersebut. Norma kerja penulis yaitu sebesar 8 untilan dengan dosis 1 untilan sebesar 8 kg (1 pokok = 1 kg) sedangkan para pekerja dengan dosis sebesar 8 kg/untilan maka basisnya sebesar 50 untilan. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih dibawah prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan karena alat yang digunakan dipinjam dari pekerja sehingga dapat menggangu pekerjaan karyawan. Umumnya pada kegiatan pemupukan terdapat kendala yang dihadapi yaitu ketidakjujuran beberapa penabur dalam mengaplikasian pupuk sehingga dosis per pokok tidak merata atau tidak sesuai dengan ketetapan yaitu 8 pokok dan ada beberapa pokok yang tidak dipupuk. Oleh karena itu, dalam prakteknya terdapat pelaksanaan pemupukan yang tidak sesuai dengan SOP perusahaan.

Sarana dan Prasarana

(40)

Prestasi kerja karyawan adalah 1 unit/2HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan. Kegiatan pemasangan gorong-gorong disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 . Pemasangan Gorong-Gorong

Rempes atau penunasan pelepah di jalan utama. Kegiatan penunasan pelepah ini dilakukan dengan membuang pelepah yang tidak produktif lagi yang berada di sepanjang jalan utama (poros jalan). Kegiatan rempes ini mempunyai tujuan, yakni agar sinar matahari tidak terhalang oleh pelepah yang menutupi poros jalan. Dengan demikian badan jalan lebih cepat kering, sehingga proses pengangkutan TBS ke PMKS dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahapan kegiatan ini antara lain: (1). Memotong pelepah yang menutupi jalan utama (poros jalan) tetapi sisakan bagian pelepah ± 1 m; (2). Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi 2 bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati. Umumnya kegiatan ini difokuskan pada areal yang sering tergenangi air. Norma kegiatan pada kegiatan rempes tidak ada karena kegiatan ini bersifat tidak tetap dan anggotanya juga berasal dari mandoran lain.

Sensus Pokok Mati/Thinning Out.

(41)

pulpen 4 (empat) warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat (aqua), map penyimpan files.

Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri- ciri pokok yang akan di thinning out adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A menyensus 2 baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan atau ”mengerok” pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut. Apabila ditemukan pokok yang harus dithinning out (ditebang), maka petugas B langsung mengecat pada pelepah. Tanda pengecatan yang dilakukan di Kebun Buatan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanda Pengecatan Pokok yang akan Thinning Out

(42)

Pengecekan TPP dilakukan minimal 25-27 TPP/hari. Seluruh hasil akan dilaporkan kepada asisten afdeling

Sensus Ulat Api

Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Hal ini dapat memberi peluang perkembangan musuh alami, sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem sensus harus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat ditepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi “over pruning” akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1-2 tanaman.

Setiap titik sensus yaitu pada setiap 10 tanaman sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru. Dalam pelaksanaannya terdiri atas 2 tim, yang masing-masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu 1 laki-laki sebagai penunas dan 2 perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.

(43)

Jenis ulat api yang utama untuk ditangani adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api jika di ambang kritis dilakukan dengan pengasapan, bahannya adalah polydor dicampur solar, pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, 1 kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter polydor, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Pada saat melakukan kegiatan ini, penulis dan pekerja tidak menemukan ambang populasi kritis. Penulis bersama dengan pekerja hanya menemukan 1 jenis ulat api setelah menyensus beberapa pokok tanaman kelapa sawit. Jenis ulat api yang ditemukan yaitu jenis Setora nitens.

Pemanenan

Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan di Kebun Buatan adalah perbaikan dan perawatan jalan poros (main road), penyediaan tenaga kerja panen, pembagian seksi panen yang jelas, penyediaan alat-alat kerja dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung.

Seksi potong buah. Seksi potong buah adalah luasan areal panen dimana di Kebun Buatan dibagi menjadi 6 seksi, yaitu A, B, C, D, E F. Seksi potong buah sudah dibagi sesuai luas areal Afdeling masing-masing. Pengerjaan untuk luas areal seksi potong buah sudah dibagi menjadi 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya sehingga diharapkan 1 seksi dapat selesai dalam 1 hari dan output pemanen yang diharapkan menjadi lebih tinggi serta saat pengangkutan TBS tidak mengalami gangguan. Luas seksi panen di Afdeling II dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Luas Seksi Panen di Afdeling II

Seksi Panen Blok Luas (ha)

A B91a, B90d, B90d 117

B B90a, B90a, B89a 149

C B89a, B90b, B90b 147

D B90c, B89b, B89b 143.5

E B91d, B91d, B90c 130.5

F B91c, B91b, B91c 140

(44)

Contoh :

Jam kerja Senin-Sabtu : 7 jam

Jam kerja Jumat : 5 jam

Rincian Jam Kerja Senin-Sabtu : (5 x 7) jam + (1x5) jam = 40 jam Persentase jumlah seksi yang dipanen setiap harinya adalah :

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu : (7/40) x 100 % = 17.5 %

Jumat : (5/40) x 100 % = 12.5 %

Luas Tanaman Menghasilkan (TM) : 828 ha

Luas Seksi hari Jumat : (12.5/17.5) x (828/5) = 118.29 ha Luas Seksi hari Biasa : (828 – 118.29)/5 = 141.95 ha

Seksi panen rata-rata untuk Senin-Sabtu adalah 141.95 ha sedangkan seksi panen E atau seksi panen hari Jumat adalah 118.29 ha. Dapat dilihat bahwa luasan seksi panen E (hari Jumat) lebih sedikit dari seksi-seksi yang lainnya karena waktu kerja hanya 5 jam, sehingga penetapannya diusahakan di areal yang paling dekat dengan pondok (emplasment) karyawan. Pembagian luasan mandoran (A, B, C) juga sudah disesuaikan dengan luasan seksi panen (A, B, C, D, E dan F), sehingga jumlah tenaga kerja panen setiap kemandoran juga sudah diprediksikan agar dapat selesai dalam 1 hari sehingga dapat menjaga rotasi panen.

Kriteria matang panen. Kriteria matang yang dipakai di Kebun Buatan yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen jika terpenuhi kriteria sebagai berikut: “ Untuk tiap 1 kg berat tandan terdapat brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit”, misalnya BJR (bobot janjang rata-rata) blok adalah 10 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut apabila brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja, maka dianggap buah mentah.

(45)

panen tersebut di atas, maka kriteria kematangan panen yang digunakan di Kebun Buatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Kematangan Panen di Kebun Buatan Umur Tanaman

(Tahun)

BJR (kg) Brondolan Pedoman Panen

2,5 – 3 3 ≥ 3 brondolan per Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2011)

Sistem panen. Sistem panen yang dilaksanakan di Kebun Buatan khusunya di Afdeling II yaitu menggunakan sistem hanca tetap. Sistem ini menerapkan masing-masing pemanennya ditempatkan di lokasi panen tertentu, sehingga masing-masing pemanen selalu memanen di tempat yang sama.

(46)

Teknis panen. Pelaksanaan panen dimulai dari muster pagi antara pemanen, mandor panen, mandor I dan asisten afdeling yang dilaksanakan di depan kantor afdeling serta dilanjutkan di seksi panen masing-masing mandoran. Dalam muster morning biasanya mandor panen memberikan arahan panen, pembagian hanca masing-masing pemanen, mengabsen masing-masing pemanen serta memeriksa APD masing-masing pemanen dengan menggunakan checklist APD. Arahan panen yang diberikan mandor berfokus agar memperbaiki mutu buah, mengingatkan tunasan agar tetap dilakukan bersamaan dengan panen (progressive pruning).

Sistem panen yang digunakan di kebun Buatan khusunya Afdeling II adalah sistem hanca tetap. Umumnya sebelum melaksanakan kegiatan potong buah para pemanen memotong beberapa pelepah (progressive pruning). Saat melaksanakan potong buah para pemanen terlebih dahulu harus memperhatikan jumlah brondolan segar yang ada di piringan yang digunakan sebagai pedoman panen. Para pemanen diwajibkan untuk memotong semua TBS yang masak tanpa

terkecuali, TBS yang sudah dipanen pun harus dibuat “cangkem kodok”dengan

cara memotong gagang tandan tersebut dengan rapat di piringan. Sebelum tandan dibawa ke TPH, susun pelepah di gawangan/rumpukan kemudian bawa TBS ke TPH dengan menggunakan angkong lalu TBS tersebut diberi nomor panen sesuai nomor pemanen.

(47)

Gambar 6. Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH

Taksasi produksi. Taksasi produksi yang dilaksanakan di Kebun Buatan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu taksasi budget produksi (target produksi), semesteran (6 bulanan) dan harian. Taksasi budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai dalam satu tahun yang dapat dijabarkan dalam bulan dan semester. Budget produksi diketahui berdasarkan data historis pemupukan dan kecenderungan produksi sebelumnya dengan memperhitungkan data-data yang lain. Taksasi harian digunakan untuk meramal besarnya produksi harian yang tercemin pada angka kerapatan panen (AKP). AKP ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen untuk esok harinya. Adapun formulir taksasi potong buah di Kebun Buatan dapat dilihat pada Lampiran 8

(48)

menjadi 32 orang. Hal ini yang mengakibatkan pada hari minggu (libur) tetap dilaksanakan kegiatan potong buah yang disebut dengan “kontanan” untuk mengejar jumlah produksi bulanan yang sudah ditetapkan sebelumnya serta menyelesaikan hanca pemanen yang kosong atau tidak selesai.

Luas hanca pemanen sekitar 2-3 pasar pikul (3-4,5 ha) yang disesuaikan dengan luas blok dan jumlah pemanen di setiap mandoran. Apabila pemanen tidak dapat hadir pada hari tersebut maka hanca panennya dapat diberikan kepada pemanen yang lainnya atau dapat juga meminta bantuan dari mandoran lainnya (transfer).

Pengaturan tenaga panen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim produksi tinggi dapat digunakan tenaga bantuan (gardang) yang diambil dari mandoran lainnya (perawatan) atau menggunakan istri serta saudara pemanen untuk mengutip brondolan sedangkan pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tugas pemanen untuk melaksanakan kegiatan tunas. Jumlah tenaga kerja panen dapat dihitung secara bulanan dan harian. Jumlah tenaga kerja panen bulanan dengan menggunakan taksasi bulanan, sedangkan jumlah tenaga kerja harian dengan menggunakan taksasi harian yang dilaksanakan setiap harinya oleh mandor.

Basis dan premi panen. Basis adalah batas minimum yang telah ditetapkan oleh perusahaan bagi pemanen untuk mendapatkan premi. Basis yang digunakan di Kebun Buatan sebesar 50 janjang untuk hari normal sedangkan pada hari Jumat sebesar 36 janjang. Premi yang ditetapkan di Kebun Buatan adalah premi yang didasarkan pada jumlah janjang yang didapat. Premi yang diberikan kepada pemanen pun berbeda pada setiap bloknya yang tergantung dari fluktuasi BJR kebun dimana BJR kebun berhubungan langsung dengan umur tanaman. Premi yang digunakan di kebun Buatan adalah premi siap borong dan premi lebih borong.

(49)

(Rp/janjang). BJR suatu blok juga dapat menentukan basis potong buah dengan tetap memperhatikan norma standar potong buah, sehingga jika BJR tinggi maka basis borongnya lebih rendah dari BJR yang rendah. Norma standar bagi seorang pemanen sebesar 1 250-1 500 kg/HK. Tabel 6 menunjukkan basis dan premi panen yang diterapkan di Afdeling II, Kebun Buatan.

Tabel 6. Basis Borong dan Premi Potong Buah Harian di Afdeling II Blok Basis

Sumber : Kantor Afdeling II, April 2011

Pemberian premi panen ini bertujuan untuk memotivasi pemanen agar mencapai hasil produktivitas yang tinggi serta mengurangi terjadinya losses. Selain itu, peningkatan pendapatan karyawan pun semakin tinggi. Jika seorang pemanen di Afdeling II panen di Blok B90a dan mencapai 100 TBS maka pemanen mendapat premi siap borong (Rp. 16 000) dan premi lebih borong (Rp. 1 160)

Contoh perhitungan premi pemanen di Afdeling II, yakni :

(50)

Rp. 58 000,-

Jumlah Premi : Rp. 16 000 + Rp. 58 000 Rp. 74 000,-

Sistem pengawasan dan denda. Sistem pengawasan dan pemeriksaan hasil panen di Kebun Buatan dilaksanakan setiap harinya. Pengawasan dilaksanakan oleh Asisten, Mandor I, mandor panen dan krani panen secara rutin untuk mengurangi terjadinya losses yang terjadi setiap harinya. Pemeriksaan hanca yang dilakukan meliputi kebersihan brondolan, tandan buah segar (TBS) yang tidak dipanen, susunan pelepah serta melihat pelepah yang tidak ditunas (pelepah sengkleh dan pelepah yang tidak produktif lagi). Formulir pemeriksaan hanca yang dilakukan oleh mandor dapat dilihat pada Lampiran 9.

Pemeriksaan juga dilakukan oleh kerani buah untuk mencatat dan memeriksa buah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pencatatan buah yang masak atau normal (N) dan buah mentah harus dipisahkan pada buku penerimaan secara berkala. Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan dengan data dari supir truk untuk mengetahui jumlah janjang yang dipanen. Jika kerani buah menemukan buah mentah diberikan tanda “A” pada poros tangkai dan didenda sesuai dengan ketetapan yang ada. Selain itu, terdapat juga QC (quality control) yang bertugas memberi penilaian terhadap Afdeling bedasarkan pemeriksaan hanca dan pemeriksaan mutu buah. Pengawasan dari QC tersebut dilaksanakan minimal 6 kali untuk masing- masing Afdeling dengan jadwal yang tidak ditentukan.

(51)

optimal serta menjaga nilai QC setiap bulannya. Denda yang diterapkan di Kebun Buatan jika melakukan kesalahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Parameter Denda Karyawan Potong Buah

Jenis Kesalahan (Parameter) Denda

Potong Buah Mentah (A) Rp 5.000/jjg

Gagang Panjang tidak dipotong rapat Rp 1.000 Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Rp 5.000 Buah mentah diperam di hancak (M1) Rp 5.000 Buah mentah tinggal di piringan / di hancak / di Brondolan tidak dikutip bersih Rp 3.000/pkk Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp 1.000/gwg

Pelepah Sengkleh Rp 1.000/pkk

Tidak Siap Borong

Sumber : Agricultural Police manual (APM), April 2011

Pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan sehingga TBS dan brondolan dapat segera tiba di PMKS dan langsung diolah. Perencanaan pengangkutan panen sangat penting untuk diperhatikan agar mencapai mutu buah yang baik sehingga didapat rendemen minyak yang tinggi.

Pengangkutan TBS dimulai dari TBS ke TPH dengan menggunakan alat bantu angkong dan pengangkutan dari TPH ke PMKS menggunakan dump truck

(DT). Mekanisme pengangkutan TBS di Kebun Buatan pertama sekali berangkat pukul ± 10.00 WIB saat sebagian TBS sudah keluar dan langsung diantar ke PMKS. Umumnya kapasitas satu unit transport dump truck dapat mengangkut 5 ton TBS dan menghabiskan ± 2 jam saat pengiriman pertama. Saat dalam proses pengangkutan supir truk juga mencatat jumlah janjang yang diangkut pada setiap TPH. Adapun formulir pengangkutan janjang di TPH yang dilakukan oleh truk dapat dilihat pada Lampiran 10.

(52)

terdapat jalan yang rusak ataupun jalan koleksi (collection road) yang tidak dapat dilalui oleh dump truck maka dilakukan pengangkutan dengan menggunakan pick up.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Status karyawan yang terdapat di Kebun Buatan terdiri dari dua yaitu: karyawan staf dan non-staf. Karyawan non staf terdri dari mandor yang dibantu krani Afdeling. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan PHL di lapangan. Selain dalam hal mengatur dan mengawasi kerja PHL, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif kepada PHL agar kinerja PHL meningkat dan bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada Rencana Kerja Harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten Afdeling.

(53)

Mandor I

Posisi jabatan Mandor I berada di bawah Asisten Afdeling. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan. Tugas dan tanggung jawab seorang Mandor I lebih luas dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I dapat menegur mandor lain jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengecek semua jenis kegiatan dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi kepada asisten Afdeling. Selama penulis menjadi pendamping Mandor I, kegiatan yang dilakukan yaitu mengawasi kegiatan pemanenan, rawat jalan, pengendalian gulma manual, dan pembuatan anak tangga.

Mandor Panen

(54)

Mandor Pupuk

Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan Asisten Afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui Asisten Afdeling, KTU dan Manajer Kebun, meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke mandor transportasi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk, apel pagi untuk memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan. Selama penulis menjadi pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilaksanakan yaitu apel pagi dengan karyawan, mengawasi pengangkutan dan penguntilan pupuk serta mengontrol kegiatan pemupukan.

Mandor Semprot

(55)

Kerani Buah

Tugas kerani buah adalah mencatat jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen dan mengawasi mutu buah yang ada di lapangan agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kerani buah mencatat data total buah yang dipanen oleh pemanen, baik itu buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal. Data yang telah didapatkan tersebut dicatat dalam buku kerani buah. Kerani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Setelah selesai dari lapangan, maka kerani buah mengisi lembar premi potong buah harian untuk menentukan upah yang didapat oleh setiap pemanen di sore harinya. Upah tersebut ditentukan berdasarkan jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen pada hari itu. Setiap pemanen yang melakukan kesalahan seperti memotong buah mentah maka dilakukan pemotongan terhadap upahnya pada hari itu. Selama penulis menjadi pendamping kerani buah, kegiatan yang dilaksanakan yaitu memeriksa mutu buah dan mengisi lembar premi potong buah pada sore hari.

Pendamping Asisen

Asisten Afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu Afdeling. Asisten bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Manajer Kebun dan General Manajer. Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja dan target bulanan sesuai program kerja Afdeling. Selain itu, Asisten Afeling juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan, memecahkan masalah di tingkat Afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, dan melakukan administrasi Afdeling yang dibantu oleh kerani Afdeling.

(56)
(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengelolaan kegiatan panen di Kebun Buatan yaitu terjadinya kehilangan produksi (losses), mutu buah yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan serta permasalahan dalam proses pengangkutan TBS ke PMKS. Hal ini dapat disebabkan karena sistem panen yang belum diterapkan dengan baik, rotasi panen yang tidak dijaga, pelaksanaan taksasi produksi yang belum tepat serta kurang efektifnya pengawasan dari Asisten, Mandor I dan mandor panen.

Manajemen panen yang baik merupakan manajemen yang mengharapkan

losses sekecil mungkin dan diharapkan buah yang dipanen merupakan buah matang, tidak ada buah mentah serta brondolan yang tertinggal diusahakan seminimal mungkin.

Kehilangan Produksi (Losses)

Kehilangan produksi (losses) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Sumber losses yang umumnya sering terjadi di lapangan, yaitu :1). Buah mentah yang terpanen, 2). Buah masak tertinggal di pokok, 3). Buah masak tertinggal di piringan/gawangan (tidak diangkut ke TPH), 4). Brondolan tidak dikutip dan 5). Brondolan di tangkai panjang.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
Gambar 1. (a) Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15;
Gambar 2.  Pemberian Limbah Cair di Lahan
Tabel 5. Kriteria Kematangan Panen di Kebun Buatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menerapkan pemberian reward atau hadiah pada siswa kelas IV Sd Muhammadiyah 1

Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca mengenai model pembelajaran aktif dengan strategi giving questions and getting answers

tanaman kedelai pada fase generatif lebih tinggi dibandingkan pada fase vegetatif, sehingga pada fase generatif lebih peka terhadap kekeringan terutama pada fase pembungaan

In the third step the predicted models from the Coarse Classification including the ratings and the new found edges from Image Based Verification are used together to do a

KNP mencerminkan bagian atas laba rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada entitas induk, yang

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga. Kompentesi

bahwa pada perlakuan kosentrasi 50 mg/L, 100 mg/L, 150mg/L dan KW21 (kontrol) terlihat Pertumbuhan Brachionus plicatilis dari hari ke 0 sampai hari ke 3 berlangsung lambat