• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pembukaan atau persiapan lahan

Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran tanaman tebu sehingga tebu dapat tumbuh secara optimal juga dapat menekan pertumbuhan gulma tentunya. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kronologis.

Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran baru (RC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa – sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Ukuran petak disesuaikan dengan keadaan lahan yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah menjadi lebih baik dengan kata lain tanah tersebut menjadi lebih gembur agar pertumbuhan tebu jadi lebih baik. Pengolahan tanah pada PG Madukismo di bagi lagi menjadi tiga bagian yaitu pembajakan, penggaruan, dan kairan.

Pembajakan. Pembajakan bertujuan untuk membalikan tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Pembajakan yg dilaksanakan di PG ini hanya pembajakan I dan tidak dilakukan pembajakan II. Peralatan yang digunakan adalah traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan. Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang/tegak lurus barisan tanaman tebu.

Penggaruan. Kegiatan penggaruan dilakukan setelah tanah selesai di bajak dengan sistem pembajakan I. Penggaruan dapat dikatakan hampir sama dengan pembajakan I namun bedanya ada pada arah dimana alur penggaruan tersebut berlawanan/ tegak lurus dengan pembajakan atau sama halnya sejajar dengan arah juringan. Selain itu piringan yang digunakannya pun berbeda yang disesuaikan dengan fungsinya yang berbeda juga. Adapun tujuan dari penggaruan ialah untuk memecah bongkahan tanah hasil pembajakan yang besar-besar membentuk gumpalan lalu meremahkan tanah tersebut. Pada areal RC, penggaruan bermaksud untuk mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 110 HP.

Pembuatan alur tanam/kairan. Pembuatan alut tanam/kairan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam di buat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1 m. Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah agar memudahkan drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%) sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangkun (Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.

b. Pembuatan got

Tujuan utama dari pembuatan got adalah menyediakan saluran drainase air dan irigasi air. Pembuatan got terdiri dari tiga macam yaitu got malang, got mujur, dan got keliling. Got malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan, dan menurunkan permukaan air tanah. Arah got malang tegak lurus dengan arah juring. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak antar got malang sekitar 10 m. Got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang. Arah got mujur tegak lurus dengan got malang atau searah dengan juringan. Ukuran got mujur adalah dalam70 cm dan lebar 50 cm. Got keliling merupakan got-got yang mengelilingi sesuai bentuk kebun. Got keliling berfungsi menampung kelebihan air dari got-got di dalam kebun. Ukurannya adalah dalam 80 cm dan lebar 50 cm. Berikut adalah gambar got yang sudah dibuat di kebun Kembaran Bantul.

Gambar 2. Got mujur

Pengadaan bahan tanam

Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo ada berbagai macam yaitu PS-864, PS-862, BL (Bulu Lawang) dan lainnya. Bahan tanam atau yang biasa di sebut dengan bibit ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu masak awal, masak tengah, dan masak akhir. Penentuan komposisi bibit secara umum dikaitkan dengan tingkat kemasakannya, masa tanam, iklim, kondisi lahan serta lamanya musim giling. Varietas yang di tanam diharapkan mempunyai kriteria :

- Mempunyai potensi kuintal tebu dan rendemen tinggi - Mempunyai tingkat kemurnian tinggi (>90%)

- Bebas hama dan Penyakit

- Mempunyai daya kecambah tinggi

- Tahan terhadap kekeringan dan kepras serta tidak roboh.

Bibit yang tersedia di PG Madukismo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) yang dikelola oleh BST (Bina Sarana Tani). Prosedur penyediaan bibit PG Madukismo melalui empat jenjang yang berurutan. Mulai dari kebun bibit pokok utama yang bibitnya dari P3GI lalu diserahkan ke PG Madukismo berupa kebun bibit pokok (KBP). Setelah pertumbuhan enam bulan akan di tebang dan ditanam kembali menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN). Dari KBN maka akan dilanjutkan tebang dan tanam kembali ke kebun bibit induk (KBI) lalu kebun bibit datar (KBD) hingga yang terakhir adalah KTG (Kebun Tebu Giling) dimana penebangan tebu di KTG ini langsung di giling ke pabrik. Penebangan bibit untuk kembali ditanam di kebun bibit berikutnya dilakukan pada umur 6 bulan. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan penebangan bibit, angkut dan bongkar bibit, pengeceran dan klentek bibit serta pemotongan bibit.

a. Tebang bibit

Penebangan bibit masing-masing dilakukan setelah umur tebu mencapai enam bulan. Jumlah bibit yang di tebang harus disesuaikan dengan kebutuhan jenjang bibit selanjutnya. Pada kebun bibit berbeda dengan kebun tebu giling dalam hal pengklentekan. Kebun bibit tidak perlu dilakukan pengklentekan karena akan ditanam lagi. Tebang bibit menggunakan alat golok tebang/arit. Seperti halnya dengan kebun tebu giling, penebangan bibit juga diusahakan TMT (tebang mepet tanah) dan bagian pucuknya dipotong sebatas satu ruas dari titik tumbuh. Tebu yang sudah di tebang baru diikat untuk mempermudah dalam pengangkutan. Biasanya satu ikatan terdiri atas 20-25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.017 ha/HOK.

Gambar 3. Tebang bibit

b. Angkut dan bongkar bibit

Tebu yang sudah diikat selanjutnya di angkut ke atas truk yang nantinya akan di tanam kembali di kebun bibit jenjang berikutnya ataupun di kebun tebu giling. Truk yang digunakan berkapasitas angkut tebu 7-8 ton. Setelah bibit diangkut truk dan dibawa ke lokasi selanjutnya maka segera dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Biasanya kegiatan ini dilakukan sehari sebelum penanaman.

Gambar 4. Angkut bibit yang sudah dipanen

c. Pengeceran dan klentek bibit

Pengeceran bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit – bibit tebu yang akan ditanam ke beberapa bagian tempat atau blok di sekitar kebun untuk mempermudah proses penanaman. Selanjutnya bibit di klentek sampai bersih. Pengklentekan adalah kegiatan membuang kotoran yang di sebut klaras atau daun kering yang menempel di batang tebu. Pengklentekan dilakukan secara manual

agar tidak terjadi kerusakan pada mata tunas. Klentek dilakukan di lokasi penanaman dan setelah di klentek bibit tersebut langsung di tanam agar tunas tidak terlalu lama tersinari matahari.

Gambar 5. Pengklentekan bibit tebu

d. Pemotongan bibit

Bibit yang sudah bersih dari hasil pengklentekan akan di potong menjadi beberapa bagian yang di sebut bagal. Satu bagal bibit terdiri dari dua mata tunas. Pemotongan bibit dibuat melintang/diagonal dari kiri atas ke kanan bawah untuk mempermudah pemotongan sehingga menghindari pecahnya mata tunas saat pemotongan. Pada satu juring di lahan ditanami sebanyak 35 bagal dengan satu bagal terdapat dua mata tunas. Sedangkan dalam 1 ha rata-rata dibuat 1,000 juringan sehingga kebutuhan bibit per hektar sebanyak 35,000 bagal.

Gambar 6. Pemotongan bibit bagal

Bagi bibit itu sendiri memiliki standar mutunya. Standar mutu inilah yang akan menjadi patokan baik atau tidaknya dan layak atau tidaknya bibit tersebut di

tanam. Berhubung dengan pernyataan bahwa produktivitas yang baik berawal dari bibit yang baik pula maka dalam hal pembibitan harus benar-benar diperhatikan. Pada Tabel 6 disajikan standar mutu kebun bibit PG Madukismo.

Tabel 6. Standar mutu bibit tebu

Kriteria Keterangan

Kualifikasi bibit Bina/Non bina yang telah direkomendasikan. Sumber bibit asal Kebun bibit yang bersertifikat

Umur bibit 6-8 bulan

Mutu bibit - Segar (tidak berkerut dan tidak kering)

- Mata tunas masih dorman dan masih segar/tidak rusak

- Belum tumbuh akar pada lingkaran cincin stek - Diameter batang normal/tidak mengalami stagnasi

pertumbuhan (panjang ruas 15-20 cm,diameter batang >2 cm

- Bibit sehat (serangan hama penyakit ada di bawah ambang batas toleransi)

Kemurnian varietas KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain Kesehatan tanaman - Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%

- Serangan penggerek batang kurang dari 2% - Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun

hangus, noda kuning) kurang dari 10%

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Persiapan tanam dan penanaman

Pada persiapan penanaman ini terlebih dahulu sudah tersedianya alat yang biasa digunakan untuk memotong bibit yaitu golok. Sebelum digunakan, golok harus dicelupkan kedalam disinfectan yang merupakan campuran dari ethanol secukupnya dan air sekitar satu ember yang bertujuan untuk membunuh bakteri pada golok tersebut. Setelah golok sudah steril baru bisa digunakan untuk memotong bibit tebu. Pemotongan bibit tebu dilakukan sekitar dua mata tunas dengan arah pemotongan yang horizontal dari kiri atas ke kanan bawah. Golok yang telah di pakai harus dimasukan ke dalam ember campuran ethanol agar kesterilan tetap terjaga.

a. Pembuatan kasuran

Pembuatan kasuran adalah memasukan sedikit tanah yang sudah gembur ke dalam lubang tanam. Fungsi dari kasuran ini adalah untuk mengoptimalkan dalam perangsangan pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul.

b. Penanaman bibit

Pada satu juringan bibit yang di tanam rata-rata sebanyak 35 bibit dengan masing-masing bibit dua buah mata tunas. Penanaman dilakukan dalam urutan

zig-zag ( over lapping ) seperti pada gambar 7. dan bagian ujung awal dan ujung akhirnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yg sebelumnya ( double planting ) di tanam untuk mengantisipasi bibit yang satunya tidak tumbuh. Agar produktivitas meningkat dan hubungan semakin baik antara pola tanam varietas, sistem pengairan dan drainase, serta jenis tanahnya maka dapat disesuaikan dengan Tabel 7.

Tabel 7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah.

Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas Jenis Tanah Status Pengairan Status Drainase

Awal Musim Kemarau (Pola I)

Awal Musim Penghujan (Pola II) B P L PS 851; PS 863; PS 864; PS 921; PS 951 - B P J PS 864; PS 921; PS 951 - B H L - PS 864; PS 951 B H J - PS 864; PS 921 R P L PS 851; PS 862; Bululawang - R P J PS 864; PS 921 - R H L - PS 851; PS 864

Keterangan : B = (berat dengan kadar lempung tinggi)

R = (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang) P = (tersedia air cukup dari irigasi/pompa),

R = (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai),

L = (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan)

Gambar 7. Penanaman secara over lapping

c. Pengairan

Pengairan bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah, mempermudah penanaman, merangsang perkecambahan bibit sehingga diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Tebu merupakan tanaman yang butuh air tapi tidak boleh terlalu banyak juga/tergenang karena akan mengakibatkan kebusukan pada bibit. Pengaturan pengairan sangat penting dan disesuaikan dengan kebutuhan air bibit.

d. Penutupan bibit

Penutupan bibit adalah kegiatan terakhir dari penanaman bibit. Penutupan bibit menggunakan tanah yang gembur agar tunas mudah tumbuh. Penutupan bibit ini dilakukan agar mata tunas tidak rusak, mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul.

Pemeliharaan tanaman pertama

Pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang optimum. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG. Madukismo diuraikan di bawah ini.

a. Penyulaman

Kegiatan penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu yang optimum. Penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan. Penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam bibit. Bibit sulaman diletakkan di pinggir petak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain menggunakan bibit sulaman dapat juga dilakukan dengan memindahkan rumpun.

Gambar 9. Bibit tebu dederan

b. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanamna tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemupukan pada PC (Plant Cane) dan RC (Ratoon cane) memiliki dosis yang sama. Pemupukan yang dilakukan tahun kemarin sebesar 5:5 yaitu 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska sedangkan untuk tahun ini dosis pemupukan sebesar 6:4 yaitu 6 ku/ha ZA ( Kandungan N:S = 21:24) dan 4 ku/ha Phonska (Kandungan N : P2O5 : K2O : S = 15:15:15:10). Selain pupuk ZA dan Phonska, PG Madukismo

mengaplikasikan pupuk organik yang berasal dari blotong yang dicampur Zeolit. Pupuk organik ini dinamakan pupuk madros.

Pupuk diaplikasikan sebanyak dua kali agar lebih efisien dan disesuaikan dengan masa tumbuh yang terdiri atas pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan organik/blotong diaplikasikan saat dua minggu setelah tanam dengan dosis 11 ku/ha. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara di sebar secara manual di atas permukaan tanah dan setelah itu ditutup oleh tanah agar pupuk tidak menguap.

Gambar 10. Pemupukan madros

c. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma adalah kegiatan untuk menghilangkan/ memberantas (mematikan) gulma dari petak tanaman tebu guna mengurangi persaingan dalam memenuhi kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. PG. Madukismo melakukan dua jenis pengendalian gulma, yaitu pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi.

Pengendalian secara manual dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman tebu atau bisa juga dengan mencangkul tanah dan membalikan tanah. Pengendalian gulma secara manual dilakukan apabila serangan gulma tidak terlalu besar dan masih bisa diatasi. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki nilai prestasi kerja sebesar 0.02 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.031 ha/HOK.

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian herbisida. Herbisida yang biasa diberikan adalah Amegras dan Sidamin. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan apabila gulma sudah banyak yang tumbuh dan tidak bisa dilakukan secara manual lagi. Adapun jenis dan dosis herbisida dapat dilihat pada Tabel 8 dan beberapa gulma dominan yang tumbuh di lahan wilayah kerja PG Madukismo baik dari kelas daun lebar, daun sempit, maupun teki dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012.

Merk Herbisida Bahan Aktif Dosis (l/ha)

Amegrass 80 WP Ametrin 80% 1.5

Sidamin 865 AS 2,4D Dimethye Amina 865 1

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Tabel 9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo

Jenis Gulma Nama Gulma

Berdaun sempit Cynodon dactylon L.

Berdaun lebar Portulaca oleracea L.

Teki-tekian Cyperus rotundus L.

Sumber: Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Aplikasi herbisida tentunya harus disesuaikan dengan kondisi gulma-gulma yang tumbuh di lahan. Pengendalian gulma-gulma dilakukan pada saat tebu berumur 3-4 bulan karena setelah berumur 4 bulan tajuk tebu sudah menutupi lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah.Namun pada saat pratumbuh pun (tiga hari sebelum tumbuh) lahan disemprotkan herbisida jenis Glifosat. Penutupan tanah harus diperhatikan karena pada saat pengaplikasian herbisida ini bagal tidak boleh terkena cairan Glifosat. Jenis herbisida Sidamin

yaitu untuk gulma berdaun lebar sedangkan jenis herbisida Amegras yaitu untuk gulma berdaun sempit.

d. Pendangiran (kultivasi)

Kegiatan kultivasi bertujuan untuk mengendalikan/mematikan gulma dan benih gulma dalam tanah, meratakan permukaan tanah terutama untuk tanaman

kategori replanting, memutuskan perakaran pada tebu keprasan dan untuk meningkatkan aerasi perakaran tebu.

e. Pembumbunan

Pembumbunan adalah suatu kegiatan memindahkan tanah yang berada dipinggiran tanaman tebu ke barisan tanaman tebu/titik pertumbuhan tebu. Pembumbunan biasa disebut juga tambah tanah. Pembumbunan dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan I dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan sebagai penutup pupuk juga serta untuk menekan pertumbuhan gulma. Pembumbunan II dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dan menekan pertumbuhan anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dibagian ruas atas dan melancarkan aliran air hujan. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.053 ha/HOK.

f. Pengklentekan

Klentek adalah kegiatan membuang klaras atau daun kering yang masih menempel di batang tebu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan tebu yang bersih, karena klaras ini merupakan sampah yang akan menurunkan rendemen apabila ikut terbawa gilingan. Selain itu dengan pengklentekan juga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari dan mempermudah pelaksanaan tebang. Pengklentekan pada KTG dilakukan sebanyak tiga kali. Prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.075 ha/HOK.

g. Pengendalian hama dan penyakit

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Jika hama dan penyakit tidak dikendalikan maka akan menurunkan produktivitas tebu. Baik hama maupun penyakit keduanya berpengaruh terhadap hasil. Pengendalian hama dan penyakit tanaman berkembang sangat cepat pada beberapa dekade terakhir. Konsep

konvensional pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida telah diganti dengan pengendalian hama terpadu.

Pengendalian hama di PG Madukismo dilakukan dengan cara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Pengendalian dengan cara manual yaitu dengan mengambil satu per satu hama yang ada di tanaman tebu. Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida namun biasanya jika aplikasi pestisida terlalu berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan resistensi terhadap hama itu sendiri dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Terdapat tiga macam hama dominan yang menyerang tanaman tebu di PG Madukismo yaitu uret, penggerek pucuk tebu, dan penggerek batang tebu

Uret. Serangan hama uret terjadi pada bulan Januari – Juli setelah penerbangan serangga dewasa/ampal. Adapun ciri-ciri tanaman tebu yang terserang uret adalah daunnya menguning di musim kemarau dan akarnya habis dimakan uret sehingga menyebabkan tanaman mudah roboh. Serangan uret dikatakan berat apabila terdapat lebih dari empat ekor dalam satu rumpun tebu. Serangan uret dapat menurunkan hingga 50% bobot tebu dan 30% rendemen. Uret dapat dikendalikan melalui metode pengendalian hayati, kultur teknis dan pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dapat dilakukan oleh burung jalak atau kadal sebagai pemakan uret, tabuhan penggali ( Compsomeris sp. ) sebagai parasit uret dalam tanah dan jamur Metarhizium onisopliae sebagai jamur yang menyerang uret. Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan manipulasi waktu tanam dan tebang serta pengolahan tanah secara intensif. Pengendalian kimiawi melalui carbofuran, pergiliran pestisida dan monitoring uret.

Penggerek pucuk tebu. Ciri-ciri tanaman yang terserang hama penggerek pucuk adalah deretan lubang gerekan melintang pada helaian daun, serangan lanjut akan menyebabkan mati puser. Pengendalian hama penggerek pucuk dapat dilakukan dengan pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dilakukan dengan mengembangbiakan dan melepaskan parasit telur

Trichogramma Japonicum. Aplikasi ini dilakukan dua bulan sekali pada saat tebu berumur 2-4 bulan sedangkan pengendalian secara kimiawi menggunakan

Carbofuran dan Fipronil.

Gambar 12. Hama penggerek pucuk tebu

Hama penggerek pucuk ini dikendalikan oleh pias dimana dalam satu hektar pias yang diaplikasikan sebanyak 20 lembar pias dengan sebaran secara acak. Pias dipasang di bawah daun tebu secara terbalik agar tidak terkena air apabila hujan (Gambar 13).

Gambar 13. Pemasangan pias

Penggerek batang tebu. Ciri-ciri tanaman yang terserang hama penggerek batang adalah bercak-bercak transparan berbentuk bulat-oval di daun.

Pengendalian hayati dilakukan dengan mengembangbiakan dan melepaskan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma minatum dan Trichogramma australicum sedangkan pengendalian secara kimiawi menggunakan Carbofuran, Profenofos dan Metidation.

Gambar 14. Hama penggerek batang tebu

Adapun penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu di wilayah kerja PG Madukismo adalah Hangus daun/putih RSD yang disebabkan oleh jamur Stagonuspora. Salah satu varietas BL (masak akhir) biasanya di serang penyakit luka api. Namun serangan oleh penyakit tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan serangan hama dalam hal menurunkan produktivitas tebu.

h. Pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengeluarkan air yang tergenang dari dalam keluar petak agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Saluran drainase dibuat pada saat pengolahan lahan untuk tanaman baru atau replanting. Pemeliharaan saluran drainase bertujuan untuk memelihara fungsi dari saluran drainase tersebut. Pemeliharaan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat berupa cangkul.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Tanaman keprasan atau ratoon cane adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC telah ditebang sampai tebangan-tebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara mulai dari pemeliharaan kebun setelah tebangan

Dokumen terkait