PENGELOLAAN TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum. L) DI PG MADUKISMO
PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS
MANAJEMEN TEBANG ANGKUT TEBU
DINDA RIZKI AMALIA
A24080161
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Dinda Rizki Amalia , Purwono
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB
Abstract
The objective of this internship is to increase technical and managerial skill. The
internship was conducted from February 13th until May 13th 2012 at PG Madukismo PT Madubaru, Bantul, Yogyakarta. Observations made with the specific aspects of harvest and transportation management. Particular aspect observed was losses and the percentage of sugar cane trash. The results obtained from the observation is all the problems that occur during harvest and transportation can be managed by applying the good practises of harvest and transportation management. Harvest and transportation management is an activity in organizing and putting things relating harvest and transportation according to the standards. Losses in Bantul area larger than the area of Purworejo. Levels of impurities in PG Madukismo percentage is still below the tolerance limit corporate standards. A proper harvest system is consider terms of sugarcane milling capacity, the optimal maturity, state of the plant, area conditions, weather and climate, the number of worker and transport methods. Losses of sugarcane during harvest have effect on the productivity levels of sugar that produced.
RINGKASAN
DINDA RIZKI AMALIA. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum
officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu. (Dibimbing oleh PURWONO)
Pabrik gula (PG) Madukismo berdiri pada tahun 1955. Pabrik gula ini
merupakan perusahaan swasta di bawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX. PT Madubaru PG/PS Madukismo berdiri dari dua kepemilikan saham, yaitu
65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik PT Rajawali
Nusantara Indonesia. PG Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan 5 km
di sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, Kelurahan
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Pabrik
menempati areal seluas 276,000 m2 dengan luas bangunan 51,000 m2. Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo terletak antara 7°4‟ LU dan 8°20‟ LS dan antara 110° dan 111° BT pada ketinggian 84 m dpl.
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam setiap teknis budidaya dan manajemen di perkebunan serta
mengetahui bagaimana manajemen tebang angkut tebu yang baik dan benar.
Magang ini dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari hingga 13 Mei 2012 di PG
Madukismo PT Madubaru, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan magang dilaksanakan
dengan menggunakan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung meliputi beberapa kegiatan mengenai aspek teknis,
aspek manajerial, dan aspek khusus yang merupakan data primer dan diperoleh
secara langsung di lapangan. Metode tidak langsung yang dilakukan pada saat
magang adalah pengumpulan data-data sekunder PG Madukismo beserta studi
pustakanya.
Berdasarkan kegiatan manajemen tebang angkut tebu yang dilakukan di
lapangan, diperoleh data kehilangan hasil panen dan persentase kotoran tebu.
Kehilangan hasil panen tersebut diukur dari tebu tertinggal di lahan yang berupa
tunggul/tunggak. Hasil yang diperoleh adalah kehilangan hasil panen pada tebu
Purworejo. Kehilangan hasil tebu pada saat tebang angkut berpengaruh pada
tingkat produktivitas gula yang dihasilkan. Hal lain yang berpengaruh pada
produktivitas gula dan tingginya nilai rendemen adalah kadar kotoran/trash pada tebu siap giling. Persentase kotoran tebu di PG Madukismo masih di bawah batas
toleransi. Pelaksanaan tebang harus memperhatikan tingkat kebersihan dan
kesegaran tebu agar tebu layak giling yang diangkut ke pabrik memiliki
kandungan gula tinggi dan kotoran tidak banyak.
Suatu sistem penebangan yang tepat harus mempertimbangkan segi
kapasitas giling pabrik, kemasakan optimal, keadaan tanaman, kondisi areal,
cuaca dan iklim, jumlah tenaga dan alat angkut. Manajemen tebang angkut adalah
kegiatan dalam mengatur dan menempatkan hal-hal yang berkaitan dengan panen
dan tebang angkut sesuai dengan standar. Manajemen tebang angkut harus
dilakukan sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Keberhasilan
pemanenan ditentukan oleh manajemen tebang angkut yang baik dan kemampuan
divisi tebang angkut dalam mengelola semua kegiatan tebang angkut dan
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum. L) DI PG MADUKISMO PT MADUBARU
YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG
ANGKUT TEBU
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DINDA RIZKI AMALIA
A24080161
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
: PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum
officinarum. L) DI PG MADUKISMO PT
MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK
KHUSUS MANAJEMEN TEBANG ANGKUT TEBU
Nama
: DINDA RIZKI AMALIA
NRP
: A24080161
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Purwono, MS
NIP. 19580922 198203 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sidendreng Rappang Makasar, Provinsi
Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Agustus 1990. Penulis merupakan anak kedua
dari Bapak Didi Ruswandi dan Ibu Sundari.
Tahun 1995 penulis mengawali masa sekolah di TK/RA Yapisal Cianjur,
kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SD Ibu Dewi 1
Cianjur. Selanjutnya penulis lulus dari SLTPN 1 Warungkondang Cianjur pada
tahun 2005. Tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMAN 1 Cilaku Cianjur
kemudian penulis di terima di IPB melalui jalur SNMPTN. Selanjutnya tahun
2009 penulis di terima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa pemulis aktif di berbagai organisasi
mahasiswa dan kegiatan kepanitian. Penulis adalah anggota OMDA HIMAT
(Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Cianjur). Tahun 2009/2010
menjabat sebagai Bendahara II Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi dan
Hortikultura. Selain itu penulis menjabat sebagai staff PSDM Koperasi
Agrohotplate AGH pada periode 2009/2010 -2010/2011. Penulis juga mengikuti
beberapa kepanitiaan seperti staff Sponsorship IAC, CO Sponsorship AGS 2, staff
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi kegiatan
magang yang berjudul “Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus
Manajemen Tebang Angkut Tebu”.Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian kegiatan ini.
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan yang
terbaik untuk anak kebanggaannya serta kakak dan adik-adikku yang
senantiasa memberikan dukungan dan semangat selama ini.
2. Dr. Ir. Purwono MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan nasehat dan saran selama bimbingan.
3. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS. sebagai dosen
penguji ujian yang telah memberikan saran.
4. Dr. Ir. Trykoesoemaningtyas, MSc. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah mengarahkan selama program studi serta membantu dalam
keperluan beasiswa.
5. Direksi PG Madukismo PT Madubaru yang telah memberi izin magang.
6. Ir. Nugroho selaku jajaran Direktur PG Madukismo PT Madubaru.
7. Syaeful Anam SP. MM. Selaku kepala Bina Sarana Tani yang telah
membimbing baik secara teori maupun secara praktik di lapang selama
magang.
8. Pak Ponido dan Bu Ponido sebagai bapak dan ibu kos selama di lokasi
magang.
9. Dini Rosdianingsih dan Ahmad Hanif Fadil sebagai Partner satu
bimbingan yang telah menemani dan sama-sama berjuang dalam tugas
akhir ini.
10.Farmita, Ratih, Pipit, Hesti, dan Alma sebagai sahabat yang selalu
11.Muhamad Ismail sebagai seseorang yang menjadi penyemangat dan
motivator serta memberikan saran-saran yang membangun dalam
penyelesaian skripsi.
Penulis merasa masih banyak terdapat kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi dalam penyusunan laporan skripsi ini. Penulis berharap
dengan tulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan semoga
Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal „Alamiin.
Bogor, November 2012
DAFTAR ISI
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan ... 13
Keadaan Tanaman dan Produksi ... 17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20
Aspek Teknis ... 20
Aspek Manajerial ... 42
Pengolahan Hasil Tebu ... 44
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani ... 50
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama di PG Madukismo ... 12
2. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama binaan di PG Madukismo ... 13
3. Jadwal jam kerja khusus mandor ... 17
4. Produksi PG Madukismo lima tahun terakhir ... 18
5. Varietas yang dikembangkan PG Madukismo ... 18
6. Standar mutu bibit tebu ... 26
7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah. ... 27
8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012. ... 31
9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo... 31
10. Asumsi perhitungan skor tebang ... 56
11. Rata-rata kehilangan hasil panen di wilayah Purworejo ... 61
12. Rata-rata kehilangan hasil panen di wilayah Bantul ... 61
13. Hasil Uji t-student kehilangan hasil panen tebu pada dua wilayah ... 62
14. Hasil konversi kehilangan hasil panen tebu ... 63
15. Koreksi kotoran pada tebu yang akan digiling ... 64
16. Persentase kotoran tebu yang akan digiling ... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Lahan yang telah diolah. ... 20
2. Got mujur ... 22
3. Tebang bibit ... 24
4. Angkut bibit yang sudah dipanen ... 24
5. Pengklentekan bibit tebu ... 25
6. Pemotongan bibit bagal ... 25
7. Penanaman secara over lapping ... 28
8. Penutupan bibit ... 28
9. Bibit tebu dederan ... 29
10. Pemupukan madros ... 30
11. Hama uret ( Lepidiota stigma F. ) ... 33
12. Hama penggerek pucuk tebu ... 34
13. Pemasangan pias ... 34
14. Hama penggerek batang tebu ... 35
15. Kegiatan budidaya tanaman keprasan ... 36
16. Tebu tertinggal di lahan berupa tunggak. ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal harian kegiatan magang di PT Madubaru PG Madukismo ... 71
2. Analisis usahatani tanaman pertama (PC) ... 79
3. Data curah hujan PG Madukismo ... 80
4. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Sleman ... 81
5. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Bantul... 82
6. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Kulon Progo ... 83
7. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Purworejo... 84
8. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Magelang ... 85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebu adalah salah satu bahan utama dari gula sedangkan gula merupakan
bagian dari komoditas sembilan bahan kebutuhan pokok. Kebutuhan gula nasional
diperkirakan mencapai 5.7 juta ton di tahun 2014. Sementara itu, produksi gula
nasional dua tahun terakhir masing-masing tahun 2009 sebesar 2.6 juta ton dan
tahun 2010 sebesar 2.29 juta ton. Upaya program swasembada gula nasional
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut. Salah satu misi untuk
mencapai swasembada gula nasional adalah dengan cara revitalisasi sektor on-farm yaitu perluasan areal dan peningkatan produktivitas gula. Salah satu cara peningkatan produktivitas gula ialah menerapkan sistem budidaya tanaman tebu
yang baik dan benar (Ditjenbun, 2011).
Sistem budidaya tanaman tebu yang baik dan benar memperhatikan segala
aspek mulai dari pemilihan varietas yang unggul, pemeliharaan tanaman tebu
yang intensif hingga prosedur penebangan yang sesuai jadwal. Adapun tahapan
teknik budidaya tanaman tebu yang dilakukan ialah mulai dari persiapan lahan,
pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian gulma, pengklentekan dan lain sebagainya tebu hingga masuk ke
tahap panen.
Kegiatan teknik budidaya tanaman tebu yang sangat berpengaruh terhadap
nilai kualitas dan kuantitas tebu salah satunya adalah pada saat tebang angkut.
Dalam menentukan manajemen tebang angkut yang baik, pihak manajemen perlu
menentukan dan memperhitungkan areal dan luasan yang hendak ditebang sesuai
perkiraan produktivitasnya hingga memenuhi target giling di pabrik. Manajemen
tebang angkut yang dilakukan dengan tepat dan baik akan menghasilkan tebu
manis, bersih, dan segar (MBS).
Hubungan koordinasi antara produksi tebu per hektar di lapangan dengan
kapasitas giling di pabrik merupakan kunci utama dalam menjaga kualitas dan
keberlanjutan produksi gula. Kegiatan giling tebu akan optimal dan efisien jika
jumlah tebu yang dikirim memenuhi kapasitas giling yang diharapkan. Selama
pengelolaan pabrik atau paling sedikit ada di bawah satu komando sehingga
penyediaan tebu atau jumlah tebu yang ditebang sesuai dengan kebutuhan pabrik.
Kesulitan dalam penebangan/pengangkutan yang akan menyebabkan tertundanya
tebu giling atau kekurangan tebu harus segera diinformasikan pada pengelola
sehingga dapat segera diambil jalan pengamanan (P3GI, 2008). Oleh karena itu
manajemen tebang angkut tebu harus benar-benar diperhatikan.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam setiap aspek teknis budidaya dan
manajemen di perkebunan tebu. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan
untuk mempelajari manajemen tebang angkut tebu yang baik dan benar di PG
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
Keberhasilan penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu
terhadap kondisi iklim, kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah, kesesuaian
pengelolaan tebu dengan topografi, kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan
keterbatasan tenaga sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan
kesesuaian tebu menuju pertanian berkelanjutan. Curah hujan bulanan ideal untuk
pertanaman tebu adalah 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125
mm/bulan pada dua bulan transisi dan kurang 75 mm/bulan pada 4-5 bulan
berturut-turut. Menurut tipe iklim Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman
tebu adalah tipe iklim C2 dan C3.
Lahan kering umumnya memiliki tingkat kesuburan relatif rendah.
Kebanyakan pengembangannya dilakukan pada daerah dengan topografi tidak
rata, peka terhadap erosi dan kerusakan lainnya. Titik kritis dari pengelolaan tebu
lahan kering yaitu kondisi kekeringan yang kelak akan berdampak terhadap
penurunan produksi tebu per hektar, terutama pada fase pembentukan gula
maupun fase pematangan. Kondisi tersebut berdampak terhadap penurunan
produktivitas gula persatuan luas secara signifikan meskipun secara kuantitas
rendemen (kandungan gula persatuan bobot tebu) meningkat (Irianto, 2003).
Proses Pemasakan Tanaman Tebu
Proses pemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas.
Tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang bersangkutan. Tebu yang sudah
mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam kecuali
beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Panen dilakukan dengan cara
ditebang. Usahakan agar tebu di tebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu
umur sekitar 10 bulan atau tergantung jenis tebu (Suwarto, 2010). Gula terbentuk
pada fase pemasakan hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan
Agustus. Proses pemasakan tebu berjalan dari ruas ke ruas tetapi derajat
berarti pada tanaman tebu yang masih muda, ruas-ruas bagian bawah mengandung
kadar gula yang relatif tinggi daripada bagian atasnya. Pada umumnya tebu masak
pada umur 12-16 bulan (Notojoewono, 1981).
Masa pemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa pada akhir dari
pertumbuhannya terdapat timbunan sukrosa di dalam batang tebu. Pelaksanaan
tebang yang tampaknya belum cukup siap dalam segi teknis dan pengelolaannya
cenderung mengakibatkan semakin merosotnya mutu tebangan. Hal itu dapat
merugikan petani maupun proses pengolahan di pabrik (Adisasmito,1984).
Analisis tingkat kemasakan tebu dilaksanakan terus menerus selama tahun giling
dan beberapa bulan sebelumnya. Perubahan tingkat kemasakan tebu dapat
diketahui dari data hasil analisis tebu dari berbagai areal yang pengambilan
contohnya ditentukan dari peta tanaman (Moerdokusumo, 1993).
Tebang dan Angkut Tanaman Tebu
Pola penebangan yang baik adalah: 1) penebangan disesuaikan dengan
pola tebang, 2) di dalam surat pengiriman tebu harus dicantumkan nama kebun,
golongan tanaman, luas lahan, nomor kontrak, dan nama ketua kelompok, 3) di
dalam satu kebun, pada waktu bersamaan tidak boleh lebih dari dua monster vak
yang ditebang, 4) tiap monster vak yang ditebang dalam satu hari usahakan
minimal terdapat delapan lori dalam satu deretan, 5) penulisan data tebu harus
benar (Nitiadiwidjojo, 1984).
Sistem tebangan berhubungan dengan cara-cara praktis di lapang untuk
memanen tebu. Pelaksanaan sistem tebang, muat, angkut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor terutama dalam penentuan jadwal tebang (T-Score) yang meliputi masa tanam, selisih harkat kemurnian bawah dan harkat kemurnian atas,
rendemen rata-rata, selisih antara rendemen atas dan bawah, faktor kemasakan,
koefisien peningkatan, koefisien daya tahan, hama penggerek pucuk, kondisi
tanaman, dan jarak. Layout kebun, prasarana (kondisi jalan, jembatan), topografi, iklim dan cuaca, dan peralatan penanggulangan kebakaran menentukan sistem
Trash/kotoran dan Tebu Tertinggal
Kebersihan tebu hasil pemanenan sangat berperan penting terhadap nilai
rendemen. Semakin besar persentase kotoran yang terdapat pada tebu yang akan
digiling maka rendemen yang dihasilkan akan menurun.Trash/kotoran adalah segala sesuatu yang tidak mengandung gula yang melekat pada tanaman tebu.
Beberapa hal yang termasuk ke dalam Trash/kotoran meliputi kelaras (kelopak daun) daun kering/hijau, sogolan yang kurang dari 1.5 m, pucuk, akar, tali ikat,
dan tebu mati. Trash/kotoran dinyatakan dengan nilai EM (Extraneous Matter) yaitu persentase dari bobot kotoran dibanding dengan bobot tebu. Berdasarkan
kriteria di lapangan dinyatakan tebu bersih bila EM<5% (Haryanti, 2008).
Kotoran bersabut (seperti daun, pucuk, kelaras, akar, sogolan, gulma,
kayu) akan menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dan
menurunnya kadar nira tebu. Ini berarti sebagian gula yang seharusnya dapat
diperoleh hilang dalam ampas. Kotoran tidak bersabut ( tanah, pasir, batu, bahan
logam) mungkin tidak larut akan tetapi dapat merusak peralatan gilingan sehingga
dapat menurunkan keragaan peralatan tersebut dan menambah biaya untuk
perbaikan (Mochtar, 1989).
Tebu tertinggal yang biasa terjadi di lapangan berupa tunggul, yaitu sisa
tebu akibat tebangan yang melebihi tinggi standar tebangan. Tunggul merupakan
masalah yang harus dipecahkan karena merupakan bagian yang memiliki kadar
gula tinggi. Ketinggian tunggul maksimal yang diperbolehkan adalah 5 cm
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan
Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Lokasi magang adalah di wilayah kerja
PG Madukismo PT Madubaru, Yogyakarta.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan magang ini yaitu pelaksanaan kegiatan
teknis lapang. Pada pelaksanaan kegiatan teknis lapang mahasiswa bekerja secara
langsung di lapang. Adapun kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahap
manajerial, seperti pelaksana lapang, pendamping mandor, pendamping asisten,
hingga pendamping kepala kebun. Kegiatan magang tersebut dilaksanakan selama
tiga bulan dengan melaksanakan kegiatan tiga minggu sebagai karyawan harian
lepas (KHL), tiga minggu selanjutnya sebagai pendamping mandor, dan enam
minggu terakhir sebagai pendamping asisten.
Kegiatan pada tiga minggu pertama magang adalah melaksanakan kegiatan
sebagai karyawan harian lepas (KHL). Beberapa kegiatan yang dilakukan pada
saat menjadi KHL ini seperti penanaman, pemupukan, pengendalian gulma,
pengairan, pengklentekan daun, penebangan tebu, penggilingan tebu dan teknik
budidaya lainnya.
Pada tiga minggu berikutnya, kegiatan yang dilaksanakan sebagai
pendamping mandor dalam melaksanakan aspek manajerial selama satu bulan.
Selama menjadi pendamping mandor, penulis turut bertugas memberikan
pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur dan mengawasi pekerjaan
karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku kerja mandor (BKM). Memasuki enam minggu terakhir magang kegiatan yang dilaksanakan
yaitu sebagai pendamping mandor I, dan bertugas mengontrol pekerjaan
mandor-mandor dan karyawan. Selanjutnya, dua minggu terakhir dibulan ketiga,
akhirnya bertugas sebagai pendamping asisten. Tugasnya yaitu, melakukan
tingkat divisi dan kebun. Selain itu juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan aspek khusus. Aspek khususnya dalam hal ini ialah penentuan masa
tebang tebu. Pengelolaan aspek khusus tersebut akan dibandingkan dengan hasil
data bulanan atau tahunan di perusahaan untuk mengetahui tingkat
produktivitasnya.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua bagian yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan terhadap
semua kegiatan yang berlangsung di kebun. Data primer ini diambil untuk
mengetahui berapa banyak persentase kehilangan hasil tebu pada saat tebang
angkut. Data di ambil dari dua wilayah yang berbeda (Purworejo dan Bantul)
dengan masing-masing wilayah terdiri dari tiga kebun sebagai ulangan dengan
varietas sama. Pada satu kebun diamati tiga petakan. Setiap petakan diamati lima
juringan dengan panjang 2 m tiap juringan dengan selisih 2 m di setiap juringan.
Adapun data primer yang telah diamati adalah pengukuran kehilangan hasil.
Data sekunder ini diperoleh dari Laporan Tahunan, Laporan Semesteran,
ataupun Laporan Triwulanan berdasarkan data manajemen PG Madukismo
tersebut. Selain itu diperoleh data informasi mengenai letak geografis dan
topografi, kondisi lahan, kondisi iklim, kondisi umum tanaman, dan sejarah
perusahaan. Semua hal tersebut dibutuhkan untuk menunjang perolehan hasil data
terhadap aspek yang diamati. Data yang diperoleh ini dibandingkan dengan
standar perusahaan sehingga naik turunnya kinerja PG tersebut dapat diketahui.
Selain data primer dan data sekunder yang diamati, pengumpulan data
dilakukan dengan cara sharing dan wawancara dengan karyawan pabrik bagian
tanaman di pabrik seperti bagian laboratorium HPT dan Bina Sarana Tani maupun
di lapang seperti buruh, mandor, dan sinder wilayah. Data pendukung ini
merupakan informasi tentang budidaya tebu di lapang dan sistematis kinerja
Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan magang ini dianalisis
menggunakan rata-rata, persentase, dan analisis dengan statistika deskriptif. Data
yang diperoleh dari menghitung kehilangan hasil tebu antara dua wilayah yang
berbeda dianalisis dengan Uji t-student dengan taraf 5%. Dilakukan uji korelasi antara curah hujan 15 tahun terakhir dengan data produktivitas PG Madukismo
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat Perusahaan
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17
pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG
Cebongan, dan PG Medari yang pengelolaannya di lakukan oleh pemerintahan
Hindia Belanda. Pada saat itu kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sangat
dominan baik di dalam dunia usaha/ bisnis maupun dalam dunia politik/
pemerintahan. Pengelolaan ini tidak berlangsung lama karena tentara Jepang
menduduki wilayah RI pada tahun 1942 sehingga pabrik-pabrik tersebut di ambil
alih oleh Jepang.
Pada masa perkembangan kepemilikan pemerintah Jepang, pabrik-pabrik
gula mengalami kemunduran yang parah karena areal penanaman tebu
dialihfungsikan untuk menanam palawija dan padi demi keperluan tentara jepang.
Keadaan ini berlangsung hingga diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.
Sejak saat itu pemerintah RI merekrut semua pabrik gula tersebut dari tangan
Jepang dan dibumihanguskan. Hingga sampai tahun 1950 seluruh pabrik gula
hanya tinggal sisa dan puing-puingnya saja. Setelah pemerintahan berjalan dengan
normal dan keamanan pulih kembali, Sri Sultan Hamengkubuwono IX
memprakarsai didirikannya pabrik gula yang kemudian lebih di kenal dengan “PT Madubaru PG/PS Madukismo”. PT Madubaru PG/PS Madukismo memiliki dua
pabrik, yaitu Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo) dan Pabrik Spirtus
Madukismo (PS Madukismo). Selain itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX
membangun pabrik gula dengan tujuan:
1. Untuk menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan
pekerjaannya.
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3. Menambah penghasilan pemerintah baik pusat maupun daerah.
Pada tahun 1945 PG/PS Madukismo mulai di bangun dengan Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur sebagai kontraktor utamanya. Peresmian PT. Madubaru PG/PS Madukismo dilaksanakan pada tanggal 28 Mei
status perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang berdiri pada tanggal 14
Juni 1955 dengan di beri nama PT Madubaru PG/PS Madukismo.
Pada tahun 1962 pemerintahan RI mengambil alih semua perusahaan
perkebunan yang ada di Indonesia, baik milik asing, swasta maupun semi swasta.
Sejak saat itu status PT Madubaru PG/PS Madukismo berubah menjadi
perusahaan negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan
Perkebunan Negara). Serah terima PT Madubaru PG Madukismo kepada
pemerintah RI dilakukan tanggal 11 maret 1962 oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX selaku Presiden Direktur PT Madubaru PG/PS Madukismo
pada waktu itu. Tahun 1966 BPUPPN dibubarkan, sehingga PT Madubaru PG/PS
Madukismo di beri kebebasan untuk memilih tetap sebagai Perusahaan Negara
atau ingin menjadi perusahaan swasta. PT Madubaru PG/PS Madukismo memilih
menjadi perusahaan swasta sehingga statusnya kembali menjadi Perseroan
Terbatas (PT) Madubaru PG/PS Madukismo dengan susunan Direktur yang
dipilih adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Presiden Direkturnya.
Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru PG/PS Madukismo mengadakan
kontrak pengelolaan manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
RNI merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) di bawah
Departemen Keuangan RI. Kontrak pengelolaan manajemen antar PT Madubaru
PG/PS Madukismo dengan PT Rajawali Indonesia (RNI) ini berlaku dalam jangka
wangku 10 tahun dan kemudian pada tanggal 1 April diperbaharui kembali
kontrak pengelolaan manajemen sampai 31 Maret 2004.
PT Madubaru PG/PS Madukismo berdiri dari dua kepemilikan saham,
yaitu 25% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 75% milik pemerintahan RI
yang dikuasakan kepada Departemen Keuangan RI. Pada tanggal 10 Maret 1997
terjadi perubahan pada kepemilikan saham, yaitu 65% milik Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan 35% untuk PT Rajawali Nusantara Indonesia.
Akhir-akhir ini perusahaan dapat berjalan lancar yang disertai perubahan
beberapa alat pada proses pengolahan seperti penambahan penggunaan Rotary Vacum Filter, Unigerator dan lain sebagainya. Perubahan alat ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dan kapasitas giling sehingga diharapkan produksi per
Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Agro Industri
yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.
Misi
-Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan industri di Indonesia.
-Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan
yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
-Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti
-Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder values.
Letak Geografi
Pabrik gula Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan 5 km di
sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, kelurahan Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Pabrik menempati areal
seluas 276,000 m2 dengan luas bangunan 51,000 m2. Lokasi yang sama juga terdapat pabrik alkohol dan spirtus Madukismo. Keduanya ada di bawah satu
perusahaan yaitu PT. Madubaru. Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo
terletak antara 7°4‟ LU dan 8°20 LS dan antara 110° dan 111° BT pada
ketinggian 84 m di atas permukaan air laut.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi industri
adalah tersedianya bahan baku dan bahan penunjang tenaga kerja, area pemasaran,
dan sarana transportasi. Berdasarkan tinjauan tersebut maka PG. Madukismo
1. Letak pabrik berdekatan dengan lokasi bahan baku tebu dimana lahan
perkebunan tebu yang ada cukup luas dan didukung oleh keadaan tanah dan
iklim yang cocok untuk tanaman tebu.
2. Tenaga kerja yang tersedia cukup banyak, terutama untuk karyawan musiman
yang berasal dari daerah di sekitar pabrik dengan upah yang relatif murah.
3. Sarana transportasi seperti rel untuk lori dan jalan raya untuk truk pengangkut
yang memadai sehingga transportasi bahan dan hasil produksi berjalan dengan
lancar.
4. Pabrik gula memerlukan banyak air untuk menghasilkan uap. Kebutuhan air
dapat di penuhi dari sungai Winongo yang dekat dengan lokasi pabrik.
Keadaan Iklim dan Tanah
Wilayah PG Madukismo memiliki curah hujan rata-rata 2,143 mm/tahun
dan BK (Bulan Kering) pada bulan Juni-September serta BB (Bulan Basah) antara
November-April (Lampiran 3). Adapun jika dilihat berdasarkan kondisi tanahnya
PG Madukismo memiliki topografi yang beragam dari datar hingga berbukit
dengan kemiringan 3–8 derajat. Keadaan lahan di PG Madukismo terbagi ke dalam enam jenis lahan dengan sebagian besar termasuk ke dalam tanah berat
berpengairan lancar (TBPL). Keadaan lahan yang sesuai di PG Madukismo dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama di PG Madukismo
Keterangan Luas (Hektar)
Tanah Berat Pengairan lancar (TBPL) 1,122.46
Tanah Berat Pengaian Tidak Lancar (TBPTL) 109.40
Tanah Ringan Pengairan Lancar (TRPL) 631.67
Tanah Ringan Pengairan Tidak Lancar (TRPTL) -
Tanah Sedang Pengairan Lancar (TSPL) 631.70
Tanah Sedang Pengairan Tidak Lancar (TSPTL) 38.75
Jumlah 2,533.98
Luas Areal dan Wilayah Kerja
Pada dasarnya luasan lahan yang di tanami tebu di wilayah kerja PG
Madukismo rata-rata lahan Tebu Rakyat (TR). Satu-satunya lahan milik PG
Madukismo adalah kebun bibit Kembaran dengan luasan sekitar tiga hektar dan
selebihnya merupakan lahan sewa atau kerjasama dengan petani (kemitraan).
Total luas kebun bibit sekitar 200 ha yang terdiri dari tiga hektar lahan milik
pabrik sendiri yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek,
serta bibit induk, dan sisanya adalah kerjasama dengan petani tebu rakyat lewat
program akselerasi. Keseluruhan areal KTG yang terdapat di wilayah PG
Madukismo tahun 2011/2012 merupakan TR (Tebu Rakyat) kerjasama yaitu
seluas 2,533.98 ha yang ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama binaan di PG Madukismo
Rayon Luas (Hektar)
BGK (Bantul, Gunung Kidul) 1,103.20
Sleman 494.52
KMT (Kulonprogo, Magelang,
Temanggung 784.43
PKB ( Purworejo, Kebumen) 151.83
Jumlah 2,533.98
Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo PT Madubaru, Bantul (2012)
Rayon BGK (Bantul, Gunung Kidul) memiliki areal yang lebih luas
dibandingkan keempat rayon di PG Madukismo dengan luas areal 1,103.20 ha
dari luas areal total 2,533.98 ha. Daerah Bantul merupakan daerah yang tanahnya
paling subur, sedangkan daerah Purworejo merupakan daerah yang tanahnya
kurang kandungan hara sehingga cenderung termasuk ke dalam tanah berpasir.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan
Struktur organisasi
PT Madubaru dipimpin seorang Direktur yang dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh satuan pengawasan intern (SPI), Kepala Bagian Tanaman,
Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala bagian Instalansi, Kepala Bagian Akuntansi dan
Setiap perangkat perusahaan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing :
1. Direktur
Direktur memiliki fungsi sebagai pengelola perusahaan untuk melaksanakan
kebijakan rapat umum pemegang saham (RUPS). Berikut ini adalah tugas dari
direktur :
- Merumuskan tujuan perusahaan
- Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan
- Menyusun rencana jangka panjang
- Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan
anggaran tahunan
- Menetapkan rancangan Rapat Umum Pemegang Saham
- Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk
keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi.
- Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi
- Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
2. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
- Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan
terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi
- Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan
atas persetujuan Direktur
- Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas ke seluruh
fungsi, catatan, dokumen, aset, dan karyawan.
- Melakukan penugasan memiliki aspek penuh dan bebas keseluruh fungsi,
catatan, dokumen, aset, dan karyawan.
- Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja serta
menerapkan teknik-teknik audit
- Memperoleh bantuan kerjasama dari personil di unit-unit perusahaan pada
saat melakukan pengawasan juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam
maupun luar perusahaan
3. Kepala Bagian Tanaman
Kepala Bagian Tanaman memiliki fungsi untuk membantu General
Manager dalam melaksanakan kebijakan Direksi dalam bidang-bidang berikut :
a. Penanaman dan penyediaan bibit tebu
b. Pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)
c. Penyuluhan teknis penanaman tebu
d. Rencana tebang dan angkutan tebu
e. Kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply bahan baku berupa tebu
f. Memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai
tujuan dan sasaran yang ditetapkan perusahaan
4. Kepala Bagian Instalasi
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang instalasi atau mesin
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi
c. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses
5. Kepala Bagian Pabrikasi
a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang pabrikasi
b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian pabrikasi
c. Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula)
6. Kepala Bagian Pemasaran
a. Menyusun strategi pemasaran
b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT.
Madubaru
c. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran
d. Menilai prestasi kerja staff pemasaran
e. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses
penagihan
7. Kepala Bagian Akuntasi dan Keuangan.
a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha, keuangan, dan pengadaan
barang perusahaan
b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran,
c. Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu
d. Mengawasi hasil produksi di gudang gula
8. Kepala bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum
a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha dan personalia
b. Mengkoordinasi dan memimpin kegiatan pengolahan tenaga kerja dan
kesehatan karyawan
c. Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan
d. Bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan umum, seperti pengaturan
dan penggunaan kendaraan dan koordinasi keamanan perusahaan.
9. Kepala Bagian Pabrik Spiritus/Alkohol
a. Mengkoordinir kegiatan produksi spiritus dan alkohol
b. Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spiritus dan alkohol yang
diinginkan pasar
Struktur organisasi wilayah kerja PG Madukismo PT Madubaru dapat dilihat lebih
jelas pada Lampiran 5.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam melaksanakan
proses produksi di suatu perusahaan. Untuk meningkatkan produktivitas kerja para
karyawan, perusahaan harus memiliki manajemen pengendalian yang baik
terhadap tenaga kerjanya sehingga produksi perusahaan dapat ditingkatkan,
minimal dipertahankan sama dengan produksi periode sebelumnya.
Tenaga kerja di PT. Madubaru dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam waktu
yang tidak tentu dan saat dimulai hubungan kerja, diawali dengan masa
percobaan selama tiga bulan. Karyawan tetap bekerja sepanjang tahun selama
musim giling ataupun tidak. Tenaga kerja tetap dibedakan atas staff dan non
staff.
2. Tenaga kerja PKWT (Perjanjian Kontrak Waktu Tertentu)
Tenaga kerja PKWT ialah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk jangka
percobaan kerja. Karyawan jenis ini biasanya akan melamar pada musim giling
dan bekerja dengan sistem kontrak hanya selama musim giling saja. Karyawan
tidak tetap dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Karyawan PKWT dalam
Karyawan PKWT dalam bekerja pada bagian yang terlibat langsung dalam
proses produksi, seperti karyawan penimbangan tebu, karyawan unit gilingan,
dan karyawan unit masakan. Masa kerjanya ialah satu kali masa gilingan.
b. Karyawan PKWT luar
Karyawan musiman bekerja pada bagian sekitar amplasemen namun tidak
terlibat langsung dengan bagian proses produksi. Karyawan yang termasuk
jenis ini antara lain pekerja lintasan rel, pekerja derek tebu, supir, dan
pembantu supir traktor, juru tulis gudang, dan pekerja pengambil contoh tebu
untuk analisa laboratorium. Masa bekerjanya sama dengan karyawan PKWT
Dalam, yaitu satu kali masa gilingan.
Pada musim giling, PG. Madukismo beroperasi selama 24 jam dengan
pembagian tiga shift kerja untuk karyawan bagian pabrikasi. Berikut ini adalah
pembagian jam kerja untuk tiap shift (Tabel 3).
Tabel 3. Jadwal jam kerja khusus mandor
Shift Jam Mulai Jam Selesai
Pagi 05.30 WIB 13.30 WIB
Siang 13.30 WIB 21.30 WIB
Malam 21.30 WIB 05.30 WIB
Sumber : Bagian pabrikasi PG. Madukismo
Keadaan Tanaman dan Produksi
PG Madukismo juga memproduksi spirtus oleh karena itu pabrik tersebut
dinamakan PT Madubaru PG/PS Madukismo. Hasil produksi sampingan lainnya
yaitu berupa blotong, tetes, dan ampas tebu. Blotong ini biasa digunakan sebagai
pupuk organik yang biasa diaplikasikan saat pemeliharaan tanaman tebu di lahan.
Tetes digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan spirtus. Ampas tebu
biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar tambahan pabrik tersebut. Sebagai
lima tahun terakhir yang merupakan suatu kinerja PG Madukismo dengan hasil
yang berfluktuatif. Hasil produksi tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi PG Madukismo lima tahun terakhir
Tahun Areal
Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)
Tabel 4 menjelaskan bahwa produksi tebu PG Madukismo selama lima
tahun terakhir cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2011 produktivitas tebu turun
dari 793 ku/ha menjadi 621 ku/ha. Hal ini dikarenakan curah hujan pada tahun
2010 tidak terdapat bulan kering yang menyebabkan produksi tebu menurun. Luas
areal keprasan yang meningkat pun menyebabkan produksi tebu menjadi semakin
menurun.
PG Madukismo menggunakan varietas bibit unggul untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi tanaman tebu. Varietas yang digunakan
berdasarkan fase kemasakan tanaman tebu, yaitu fase masak awal, masak tengah
dan masak akhir. Berikut adalah tabel varietas yang dikembangkan PG
Madukismo.
Tabel 5. Varietas yang dikembangkan PG Madukismo
Masa Tanam Varietas Masa Tebang
Masak Awal PSCO 90-2411 Mei
Masak Awal Tengah PS-862 Juni
Masak Tengah PS-851, PS-921, PA 198 Juli
Masak Tengah Lambat PS-864 Agustus
Masak Lambat BL, PS-951 September-Oktober
Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)
Sistem pengolahan lahan yang dilakukan di PG Madukismo menggunakan
tanaman yang di tanam pada areal yang dilakukan pengolahan tanah terlebih
dahulu. Tanaman keprasan (RC) adalah tanaman yang tumbuh lagi setelah
tanaman tersebut dipanen/tebang.
Penanaman di PG Madukismo terdiri dari penanaman di Kebun Bibit dan
kebun tebu giling (KTG). Pada pembibitannya terdapat jenjang masing-masing
kebun bibit. Berikut adalah beberapa jenjang dalam pembibitan.
- Kebun bibit pokok utama (KBPU)
Kebun Bibit Pokok Utama merupakan kebun bibit yang berasal dari P3GI
untuk ditanam pada kebun KBP milik litbang di pabrik.
- Kebun bibit pokok (KBP)
Kebun Bibit Pokok merupakan kebun bibit tingkat I di pabrik gula untuk
ditanam kembali di kebun KBN dengan bulan tanam November/
Desember/ Januari/ Februari. Luas kebutuhan KBP tergantung luas areal
tebu giling dengan faktor penangkaran minimal kurang lebih 0.1% dari
luas areal tanaman PC tebu giling.
- Kebun bibit nenek (KBN)
Kebun Bibit Nenek merupakan kebun pembibitan tingkat II di pabrik gula
untuk ditanam di kebun KBI dengan bulan tanam Juni/ Juli/ Agustus/
September. Luas kebutuhan KBN adalah 0.5% dari luas areal tanaman PC
tebu giling.
- Kebun bibit induk (KBI)
Kebun Bibit Induk merupakan kebun pembibitan tingkat III di pabrik gula
untuk ditanam kembali di Kebun Bibit Datar (KBD) dengan bulan tanam
Februari/ Maret/ April. Luas kebutuhan KBI adalah 2.5% dari luas areal
tanaman PC tebu giling.
- Kebun bibit datar (KBD)
Kebun Bibit Datar merupakan kebun pembibitan terakhir yang ditanam
kembali di Kebun Tebu Giling (KTG) dengan bulan tanam
Oktober-Desember untuk pola tanam A dan bulan tanam Februari-April untuk pola
tanam B. Luas kebutuhan KBD sepertujuh luas areal tanaman PC tebu
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembukaan atau persiapan lahan
Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk
mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan
kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran tanaman tebu sehingga tebu
dapat tumbuh secara optimal juga dapat menekan pertumbuhan gulma tentunya.
Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan kronologis.
Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman
bongkaran baru (RC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak
dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak
kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum
sempurna sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada
areal tersebut masih terdapat sisa – sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Ukuran petak disesuaikan dengan keadaan lahan
yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah menjadi lebih baik dengan
kata lain tanah tersebut menjadi lebih gembur agar pertumbuhan tebu jadi lebih
baik. Pengolahan tanah pada PG Madukismo di bagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu pembajakan, penggaruan, dan kairan.
Pembajakan. Pembajakan bertujuan untuk membalikan tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Pembajakan yg dilaksanakan di PG ini hanya pembajakan I dan tidak dilakukan pembajakan II.
Peralatan yang digunakan adalah traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan
implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150
HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan. Pembajakan dilakukan
merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah
bajakan menyilang/tegak lurus barisan tanaman tebu.
Penggaruan. Kegiatan penggaruan dilakukan setelah tanah selesai di bajak dengan sistem pembajakan I. Penggaruan dapat dikatakan hampir sama
dengan pembajakan I namun bedanya ada pada arah dimana alur penggaruan
tersebut berlawanan/ tegak lurus dengan pembajakan atau sama halnya sejajar
dengan arah juringan. Selain itu piringan yang digunakannya pun berbeda yang
disesuaikan dengan fungsinya yang berbeda juga. Adapun tujuan dari penggaruan
ialah untuk memecah bongkahan tanah hasil pembajakan yang besar-besar
membentuk gumpalan lalu meremahkan tanah tersebut. Pada areal RC,
penggaruan bermaksud untuk mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu.
Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat
Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 110 HP.
Pembuatan alur tanam/kairan. Pembuatan alut tanam/kairan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam di buat
menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari
pusat ke pusat adalah 1 m. Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah
pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat
lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit
menyilang dengan kemiringan tanah agar memudahkan drainase petak dan
memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan
ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%) sedangkan pada
b. Pembuatan got
Tujuan utama dari pembuatan got adalah menyediakan saluran drainase air
dan irigasi air. Pembuatan got terdiri dari tiga macam yaitu got malang, got mujur,
dan got keliling. Got malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari
juringan, dan menurunkan permukaan air tanah. Arah got malang tegak lurus
dengan arah juring. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak
antar got malang sekitar 10 m. Got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari
got malang. Arah got mujur tegak lurus dengan got malang atau searah dengan
juringan. Ukuran got mujur adalah dalam70 cm dan lebar 50 cm. Got keliling
merupakan got-got yang mengelilingi sesuai bentuk kebun. Got keliling berfungsi
menampung kelebihan air dari got-got di dalam kebun. Ukurannya adalah dalam
80 cm dan lebar 50 cm. Berikut adalah gambar got yang sudah dibuat di kebun
Kembaran Bantul.
Gambar 2. Got mujur
Pengadaan bahan tanam
Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo ada berbagai macam
yaitu PS-864, PS-862, BL (Bulu Lawang) dan lainnya. Bahan tanam atau yang
biasa di sebut dengan bibit ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu masak awal,
masak tengah, dan masak akhir. Penentuan komposisi bibit secara umum
dikaitkan dengan tingkat kemasakannya, masa tanam, iklim, kondisi lahan serta
lamanya musim giling. Varietas yang di tanam diharapkan mempunyai kriteria :
- Mempunyai potensi kuintal tebu dan rendemen tinggi
- Bebas hama dan Penyakit
- Mempunyai daya kecambah tinggi
- Tahan terhadap kekeringan dan kepras serta tidak roboh.
Bibit yang tersedia di PG Madukismo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gula Indonesia) yang dikelola oleh BST (Bina Sarana Tani).
Prosedur penyediaan bibit PG Madukismo melalui empat jenjang yang berurutan.
Mulai dari kebun bibit pokok utama yang bibitnya dari P3GI lalu diserahkan ke
PG Madukismo berupa kebun bibit pokok (KBP). Setelah pertumbuhan enam
bulan akan di tebang dan ditanam kembali menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN).
Dari KBN maka akan dilanjutkan tebang dan tanam kembali ke kebun bibit induk
(KBI) lalu kebun bibit datar (KBD) hingga yang terakhir adalah KTG (Kebun
Tebu Giling) dimana penebangan tebu di KTG ini langsung di giling ke pabrik.
Penebangan bibit untuk kembali ditanam di kebun bibit berikutnya dilakukan pada
umur 6 bulan. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan
penebangan bibit, angkut dan bongkar bibit, pengeceran dan klentek bibit serta
pemotongan bibit.
a. Tebang bibit
Penebangan bibit masing-masing dilakukan setelah umur tebu mencapai
enam bulan. Jumlah bibit yang di tebang harus disesuaikan dengan kebutuhan
jenjang bibit selanjutnya. Pada kebun bibit berbeda dengan kebun tebu giling
dalam hal pengklentekan. Kebun bibit tidak perlu dilakukan pengklentekan karena
akan ditanam lagi. Tebang bibit menggunakan alat golok tebang/arit. Seperti
halnya dengan kebun tebu giling, penebangan bibit juga diusahakan TMT (tebang
mepet tanah) dan bagian pucuknya dipotong sebatas satu ruas dari titik tumbuh.
Tebu yang sudah di tebang baru diikat untuk mempermudah dalam pengangkutan.
Biasanya satu ikatan terdiri atas 20-25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007
Gambar 3. Tebang bibit
b. Angkut dan bongkar bibit
Tebu yang sudah diikat selanjutnya di angkut ke atas truk yang nantinya
akan di tanam kembali di kebun bibit jenjang berikutnya ataupun di kebun tebu
giling. Truk yang digunakan berkapasitas angkut tebu 7-8 ton. Setelah bibit
diangkut truk dan dibawa ke lokasi selanjutnya maka segera dilakukan
pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Biasanya
kegiatan ini dilakukan sehari sebelum penanaman.
Gambar 4. Angkut bibit yang sudah dipanen
c. Pengeceran dan klentek bibit
Pengeceran bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit – bibit tebu yang akan ditanam ke beberapa bagian tempat atau blok di sekitar kebun untuk
mempermudah proses penanaman. Selanjutnya bibit di klentek sampai bersih.
Pengklentekan adalah kegiatan membuang kotoran yang di sebut klaras atau daun
agar tidak terjadi kerusakan pada mata tunas. Klentek dilakukan di lokasi
penanaman dan setelah di klentek bibit tersebut langsung di tanam agar tunas
tidak terlalu lama tersinari matahari.
Gambar 5. Pengklentekan bibit tebu
d. Pemotongan bibit
Bibit yang sudah bersih dari hasil pengklentekan akan di potong menjadi
beberapa bagian yang di sebut bagal. Satu bagal bibit terdiri dari dua mata tunas.
Pemotongan bibit dibuat melintang/diagonal dari kiri atas ke kanan bawah untuk
mempermudah pemotongan sehingga menghindari pecahnya mata tunas saat
pemotongan. Pada satu juring di lahan ditanami sebanyak 35 bagal dengan satu
bagal terdapat dua mata tunas. Sedangkan dalam 1 ha rata-rata dibuat 1,000
juringan sehingga kebutuhan bibit per hektar sebanyak 35,000 bagal.
Gambar 6. Pemotongan bibit bagal
Bagi bibit itu sendiri memiliki standar mutunya. Standar mutu inilah yang
tanam. Berhubung dengan pernyataan bahwa produktivitas yang baik berawal dari
bibit yang baik pula maka dalam hal pembibitan harus benar-benar diperhatikan.
Pada Tabel 6 disajikan standar mutu kebun bibit PG Madukismo.
Tabel 6. Standar mutu bibit tebu
Kriteria Keterangan
Kualifikasi bibit Bina/Non bina yang telah direkomendasikan. Sumber bibit asal Kebun bibit yang bersertifikat
Umur bibit 6-8 bulan
Mutu bibit - Segar (tidak berkerut dan tidak kering)
- Mata tunas masih dorman dan masih segar/tidak rusak
- Belum tumbuh akar pada lingkaran cincin stek - Diameter batang normal/tidak mengalami stagnasi
pertumbuhan (panjang ruas 15-20 cm,diameter batang >2 cm
- Bibit sehat (serangan hama penyakit ada di bawah ambang batas toleransi)
Kemurnian varietas KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain Kesehatan tanaman - Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%
- Serangan penggerek batang kurang dari 2% - Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun
hangus, noda kuning) kurang dari 10%
Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)
Persiapan tanam dan penanaman
Pada persiapan penanaman ini terlebih dahulu sudah tersedianya alat yang
biasa digunakan untuk memotong bibit yaitu golok. Sebelum digunakan, golok
harus dicelupkan kedalam disinfectan yang merupakan campuran dari ethanol secukupnya dan air sekitar satu ember yang bertujuan untuk membunuh bakteri
pada golok tersebut. Setelah golok sudah steril baru bisa digunakan untuk
memotong bibit tebu. Pemotongan bibit tebu dilakukan sekitar dua mata tunas
dengan arah pemotongan yang horizontal dari kiri atas ke kanan bawah. Golok
yang telah di pakai harus dimasukan ke dalam ember campuran ethanol agar
a. Pembuatan kasuran
Pembuatan kasuran adalah memasukan sedikit tanah yang sudah gembur
ke dalam lubang tanam. Fungsi dari kasuran ini adalah untuk mengoptimalkan
dalam perangsangan pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan dengan
cara manual menggunakan cangkul.
b. Penanaman bibit
Pada satu juringan bibit yang di tanam rata-rata sebanyak 35 bibit dengan
masing-masing bibit dua buah mata tunas. Penanaman dilakukan dalam urutan
zig-zag ( over lapping ) seperti pada gambar 7. dan bagian ujung awal dan ujung akhirnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yg sebelumnya ( double planting ) di tanam untuk mengantisipasi bibit yang satunya tidak tumbuh. Agar produktivitas meningkat dan hubungan semakin baik antara pola tanam varietas,
sistem pengairan dan drainase, serta jenis tanahnya maka dapat disesuaikan
dengan Tabel 7.
Tabel 7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah.
Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas Jenis
Keterangan : B = (berat dengan kadar lempung tinggi)
R = (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang) P = (tersedia air cukup dari irigasi/pompa),
R = (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai),
L = (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan)
Gambar 7. Penanaman secara over lapping
c. Pengairan
Pengairan bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah,
mempermudah penanaman, merangsang perkecambahan bibit sehingga
diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Tebu merupakan tanaman yang butuh
air tapi tidak boleh terlalu banyak juga/tergenang karena akan mengakibatkan
kebusukan pada bibit. Pengaturan pengairan sangat penting dan disesuaikan
dengan kebutuhan air bibit.
d. Penutupan bibit
Penutupan bibit adalah kegiatan terakhir dari penanaman bibit. Penutupan
bibit menggunakan tanah yang gembur agar tunas mudah tumbuh. Penutupan bibit
ini dilakukan agar mata tunas tidak rusak, mencegah kehilangan air dan menjaga
kelembaban pada bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul.
Pemeliharaan tanaman pertama
Pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil
yang optimum. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG.
Madukismo diuraikan di bawah ini.
a. Penyulaman
Kegiatan penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tebu yang tidak
tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan agar diperoleh
populasi tebu yang optimum. Penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan.
Penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam bibit. Bibit sulaman diletakkan
di pinggir petak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain menggunakan
bibit sulaman dapat juga dilakukan dengan memindahkan rumpun.
Gambar 9. Bibit tebu dederan
b. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang
diperlukan oleh tanamna tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang.
Pemupukan pada PC (Plant Cane) dan RC (Ratoon cane) memiliki dosis yang sama. Pemupukan yang dilakukan tahun kemarin sebesar 5:5 yaitu 5 ku/ha ZA
dan 5 ku/ha Phonska sedangkan untuk tahun ini dosis pemupukan sebesar 6:4
yaitu 6 ku/ha ZA ( Kandungan N:S = 21:24) dan 4 ku/ha Phonska (Kandungan N :
mengaplikasikan pupuk organik yang berasal dari blotong yang dicampur Zeolit.
Pupuk organik ini dinamakan pupuk madros.
Pupuk diaplikasikan sebanyak dua kali agar lebih efisien dan disesuaikan
dengan masa tumbuh yang terdiri atas pemupukan I dan pemupukan II.
Pemupukan organik/blotong diaplikasikan saat dua minggu setelah tanam dengan
dosis 11 ku/ha. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara di sebar secara manual di
atas permukaan tanah dan setelah itu ditutup oleh tanah agar pupuk tidak
menguap.
Gambar 10. Pemupukan madros
c. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma adalah kegiatan untuk menghilangkan/ memberantas
(mematikan) gulma dari petak tanaman tebu guna mengurangi persaingan dalam
memenuhi kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. PG. Madukismo
melakukan dua jenis pengendalian gulma, yaitu pengendalian secara manual dan
pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secara manual dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma
yang tumbuh di sekitar tanaman tebu atau bisa juga dengan mencangkul tanah dan
membalikan tanah. Pengendalian gulma secara manual dilakukan apabila serangan
gulma tidak terlalu besar dan masih bisa diatasi. Pengendalian gulma secara
manual yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki nilai prestasi kerja sebesar 0.02
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian herbisida.
Herbisida yang biasa diberikan adalah Amegras dan Sidamin. Pengendalian gulma
secara kimiawi dilakukan apabila gulma sudah banyak yang tumbuh dan tidak
bisa dilakukan secara manual lagi. Adapun jenis dan dosis herbisida dapat dilihat
pada Tabel 8 dan beberapa gulma dominan yang tumbuh di lahan wilayah kerja
PG Madukismo baik dari kelas daun lebar, daun sempit, maupun teki dapat di
lihat pada Tabel 9.
Tabel 8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012.
Merk Herbisida Bahan Aktif Dosis (l/ha)
Amegrass 80 WP Ametrin 80% 1.5
Sidamin 865 AS 2,4D Dimethye Amina 865 1
Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)
Tabel 9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo
Jenis Gulma Nama Gulma
Berdaun sempit Cynodon dactylon L.
Berdaun lebar Portulaca oleracea L.
Teki-tekian Cyperus rotundus L.
Sumber: Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)
Aplikasi herbisida tentunya harus disesuaikan dengan kondisi
gulma-gulma yang tumbuh di lahan. Pengendalian gulma-gulma dilakukan pada saat tebu
berumur 3-4 bulan karena setelah berumur 4 bulan tajuk tebu sudah menutupi
lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah.Namun pada saat
pratumbuh pun (tiga hari sebelum tumbuh) lahan disemprotkan herbisida jenis
Glifosat. Penutupan tanah harus diperhatikan karena pada saat pengaplikasian
herbisida ini bagal tidak boleh terkena cairan Glifosat. Jenis herbisida Sidamin
yaitu untuk gulma berdaun lebar sedangkan jenis herbisida Amegras yaitu untuk gulma berdaun sempit.
d. Pendangiran (kultivasi)
Kegiatan kultivasi bertujuan untuk mengendalikan/mematikan gulma dan
kategori replanting, memutuskan perakaran pada tebu keprasan dan untuk
meningkatkan aerasi perakaran tebu.
e. Pembumbunan
Pembumbunan adalah suatu kegiatan memindahkan tanah yang berada
dipinggiran tanaman tebu ke barisan tanaman tebu/titik pertumbuhan tebu.
Pembumbunan biasa disebut juga tambah tanah. Pembumbunan dilakukan
sebanyak tiga kali. Pembumbunan I dilakukan untuk merangsang pertumbuhan
anakan dan sebagai penutup pupuk juga serta untuk menekan pertumbuhan gulma.
Pembumbunan II dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dan menekan
pertumbuhan anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan akar dibagian ruas atas dan melancarkan aliran air
hujan. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.053
ha/HOK.
f. Pengklentekan
Klentek adalah kegiatan membuang klaras atau daun kering yang masih
menempel di batang tebu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan tebu yang
bersih, karena klaras ini merupakan sampah yang akan menurunkan rendemen
apabila ikut terbawa gilingan. Selain itu dengan pengklentekan juga dapat
menekan perkembangan hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu,
memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari dan
mempermudah pelaksanaan tebang. Pengklentekan pada KTG dilakukan sebanyak
tiga kali. Prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.075
ha/HOK.
g. Pengendalian hama dan penyakit
Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu
faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Jika hama dan penyakit
tidak dikendalikan maka akan menurunkan produktivitas tebu. Baik hama maupun
penyakit keduanya berpengaruh terhadap hasil. Pengendalian hama dan penyakit
konvensional pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida telah diganti
dengan pengendalian hama terpadu.
Pengendalian hama di PG Madukismo dilakukan dengan cara manual,
kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Pengendalian dengan cara manual yaitu
dengan mengambil satu per satu hama yang ada di tanaman tebu. Pengendalian
secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida namun biasanya jika aplikasi
pestisida terlalu berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan resistensi
terhadap hama itu sendiri dan berdampak negatif pada kesehatan manusia.
Terdapat tiga macam hama dominan yang menyerang tanaman tebu di PG
Madukismo yaitu uret, penggerek pucuk tebu, dan penggerek batang tebu
Uret. Serangan hama uret terjadi pada bulan Januari – Juli setelah penerbangan serangga dewasa/ampal. Adapun ciri-ciri tanaman tebu yang
terserang uret adalah daunnya menguning di musim kemarau dan akarnya habis
dimakan uret sehingga menyebabkan tanaman mudah roboh. Serangan uret
dikatakan berat apabila terdapat lebih dari empat ekor dalam satu rumpun tebu.
Serangan uret dapat menurunkan hingga 50% bobot tebu dan 30% rendemen. Uret
dapat dikendalikan melalui metode pengendalian hayati, kultur teknis dan
pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dapat dilakukan oleh burung jalak
atau kadal sebagai pemakan uret, tabuhan penggali ( Compsomeris sp. ) sebagai
parasit uret dalam tanah dan jamur Metarhizium onisopliae sebagai jamur yang menyerang uret. Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan manipulasi waktu
tanam dan tebang serta pengolahan tanah secara intensif. Pengendalian kimiawi
melalui carbofuran, pergiliran pestisida dan monitoring uret.