• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu."

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum. L) DI PG MADUKISMO

PT MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS

MANAJEMEN TEBANG ANGKUT TEBU

DINDA RIZKI AMALIA

A24080161

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Dinda Rizki Amalia , Purwono

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Abstract

The objective of this internship is to increase technical and managerial skill. The

internship was conducted from February 13th until May 13th 2012 at PG Madukismo PT Madubaru, Bantul, Yogyakarta. Observations made with the specific aspects of harvest and transportation management. Particular aspect observed was losses and the percentage of sugar cane trash. The results obtained from the observation is all the problems that occur during harvest and transportation can be managed by applying the good practises of harvest and transportation management. Harvest and transportation management is an activity in organizing and putting things relating harvest and transportation according to the standards. Losses in Bantul area larger than the area of Purworejo. Levels of impurities in PG Madukismo percentage is still below the tolerance limit corporate standards. A proper harvest system is consider terms of sugarcane milling capacity, the optimal maturity, state of the plant, area conditions, weather and climate, the number of worker and transport methods. Losses of sugarcane during harvest have effect on the productivity levels of sugar that produced.

(3)

RINGKASAN

DINDA RIZKI AMALIA. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Angkut Tebu. (Dibimbing oleh PURWONO)

Pabrik gula (PG) Madukismo berdiri pada tahun 1955. Pabrik gula ini

merupakan perusahaan swasta di bawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono

IX. PT Madubaru PG/PS Madukismo berdiri dari dua kepemilikan saham, yaitu

65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik PT Rajawali

Nusantara Indonesia. PG Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan 5 km

di sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, Kelurahan

Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Pabrik

menempati areal seluas 276,000 m2 dengan luas bangunan 51,000 m2. Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo terletak antara 7°4‟ LU dan 8°20‟ LS dan antara 110° dan 111° BT pada ketinggian 84 m dpl.

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam setiap teknis budidaya dan manajemen di perkebunan serta

mengetahui bagaimana manajemen tebang angkut tebu yang baik dan benar.

Magang ini dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari hingga 13 Mei 2012 di PG

Madukismo PT Madubaru, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan magang dilaksanakan

dengan menggunakan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak

langsung. Metode langsung meliputi beberapa kegiatan mengenai aspek teknis,

aspek manajerial, dan aspek khusus yang merupakan data primer dan diperoleh

secara langsung di lapangan. Metode tidak langsung yang dilakukan pada saat

magang adalah pengumpulan data-data sekunder PG Madukismo beserta studi

pustakanya.

Berdasarkan kegiatan manajemen tebang angkut tebu yang dilakukan di

lapangan, diperoleh data kehilangan hasil panen dan persentase kotoran tebu.

Kehilangan hasil panen tersebut diukur dari tebu tertinggal di lahan yang berupa

tunggul/tunggak. Hasil yang diperoleh adalah kehilangan hasil panen pada tebu

(4)

Purworejo. Kehilangan hasil tebu pada saat tebang angkut berpengaruh pada

tingkat produktivitas gula yang dihasilkan. Hal lain yang berpengaruh pada

produktivitas gula dan tingginya nilai rendemen adalah kadar kotoran/trash pada tebu siap giling. Persentase kotoran tebu di PG Madukismo masih di bawah batas

toleransi. Pelaksanaan tebang harus memperhatikan tingkat kebersihan dan

kesegaran tebu agar tebu layak giling yang diangkut ke pabrik memiliki

kandungan gula tinggi dan kotoran tidak banyak.

Suatu sistem penebangan yang tepat harus mempertimbangkan segi

kapasitas giling pabrik, kemasakan optimal, keadaan tanaman, kondisi areal,

cuaca dan iklim, jumlah tenaga dan alat angkut. Manajemen tebang angkut adalah

kegiatan dalam mengatur dan menempatkan hal-hal yang berkaitan dengan panen

dan tebang angkut sesuai dengan standar. Manajemen tebang angkut harus

dilakukan sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Keberhasilan

pemanenan ditentukan oleh manajemen tebang angkut yang baik dan kemampuan

divisi tebang angkut dalam mengelola semua kegiatan tebang angkut dan

(5)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum. L) DI PG MADUKISMO PT MADUBARU

YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG

ANGKUT TEBU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINDA RIZKI AMALIA

A24080161

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul

: PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum

officinarum. L) DI PG MADUKISMO PT

MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK

KHUSUS MANAJEMEN TEBANG ANGKUT TEBU

Nama

: DINDA RIZKI AMALIA

NRP

: A24080161

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Purwono, MS

NIP. 19580922 198203 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Sidendreng Rappang Makasar, Provinsi

Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Agustus 1990. Penulis merupakan anak kedua

dari Bapak Didi Ruswandi dan Ibu Sundari.

Tahun 1995 penulis mengawali masa sekolah di TK/RA Yapisal Cianjur,

kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SD Ibu Dewi 1

Cianjur. Selanjutnya penulis lulus dari SLTPN 1 Warungkondang Cianjur pada

tahun 2005. Tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMAN 1 Cilaku Cianjur

kemudian penulis di terima di IPB melalui jalur SNMPTN. Selanjutnya tahun

2009 penulis di terima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa pemulis aktif di berbagai organisasi

mahasiswa dan kegiatan kepanitian. Penulis adalah anggota OMDA HIMAT

(Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Cianjur). Tahun 2009/2010

menjabat sebagai Bendahara II Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi dan

Hortikultura. Selain itu penulis menjabat sebagai staff PSDM Koperasi

Agrohotplate AGH pada periode 2009/2010 -2010/2011. Penulis juga mengikuti

beberapa kepanitiaan seperti staff Sponsorship IAC, CO Sponsorship AGS 2, staff

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi kegiatan

magang yang berjudul “Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus

Manajemen Tebang Angkut Tebu”.Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian kegiatan ini.

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan yang

terbaik untuk anak kebanggaannya serta kakak dan adik-adikku yang

senantiasa memberikan dukungan dan semangat selama ini.

2. Dr. Ir. Purwono MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan nasehat dan saran selama bimbingan.

3. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS. sebagai dosen

penguji ujian yang telah memberikan saran.

4. Dr. Ir. Trykoesoemaningtyas, MSc. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah mengarahkan selama program studi serta membantu dalam

keperluan beasiswa.

5. Direksi PG Madukismo PT Madubaru yang telah memberi izin magang.

6. Ir. Nugroho selaku jajaran Direktur PG Madukismo PT Madubaru.

7. Syaeful Anam SP. MM. Selaku kepala Bina Sarana Tani yang telah

membimbing baik secara teori maupun secara praktik di lapang selama

magang.

8. Pak Ponido dan Bu Ponido sebagai bapak dan ibu kos selama di lokasi

magang.

9. Dini Rosdianingsih dan Ahmad Hanif Fadil sebagai Partner satu

bimbingan yang telah menemani dan sama-sama berjuang dalam tugas

akhir ini.

10.Farmita, Ratih, Pipit, Hesti, dan Alma sebagai sahabat yang selalu

(9)

11.Muhamad Ismail sebagai seseorang yang menjadi penyemangat dan

motivator serta memberikan saran-saran yang membangun dalam

penyelesaian skripsi.

Penulis merasa masih banyak terdapat kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi dalam penyusunan laporan skripsi ini. Penulis berharap

dengan tulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan semoga

Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan

bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa

Robbal „Alamiin.

Bogor, November 2012

(10)

DAFTAR ISI

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Aspek Manajerial ... 42

Pengolahan Hasil Tebu ... 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani ... 50

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama di PG Madukismo ... 12

2. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama binaan di PG Madukismo ... 13

3. Jadwal jam kerja khusus mandor ... 17

4. Produksi PG Madukismo lima tahun terakhir ... 18

5. Varietas yang dikembangkan PG Madukismo ... 18

6. Standar mutu bibit tebu ... 26

7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah. ... 27

8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012. ... 31

9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo... 31

10. Asumsi perhitungan skor tebang ... 56

11. Rata-rata kehilangan hasil panen di wilayah Purworejo ... 61

12. Rata-rata kehilangan hasil panen di wilayah Bantul ... 61

13. Hasil Uji t-student kehilangan hasil panen tebu pada dua wilayah ... 62

14. Hasil konversi kehilangan hasil panen tebu ... 63

15. Koreksi kotoran pada tebu yang akan digiling ... 64

16. Persentase kotoran tebu yang akan digiling ... 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Lahan yang telah diolah. ... 20

2. Got mujur ... 22

3. Tebang bibit ... 24

4. Angkut bibit yang sudah dipanen ... 24

5. Pengklentekan bibit tebu ... 25

6. Pemotongan bibit bagal ... 25

7. Penanaman secara over lapping ... 28

8. Penutupan bibit ... 28

9. Bibit tebu dederan ... 29

10. Pemupukan madros ... 30

11. Hama uret ( Lepidiota stigma F. ) ... 33

12. Hama penggerek pucuk tebu ... 34

13. Pemasangan pias ... 34

14. Hama penggerek batang tebu ... 35

15. Kegiatan budidaya tanaman keprasan ... 36

16. Tebu tertinggal di lahan berupa tunggak. ... 40

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal harian kegiatan magang di PT Madubaru PG Madukismo ... 71

2. Analisis usahatani tanaman pertama (PC) ... 79

3. Data curah hujan PG Madukismo ... 80

4. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Sleman ... 81

5. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Bantul... 82

6. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Kulon Progo ... 83

7. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Purworejo... 84

8. Peta wilayah kerja PT Madubaru PG Madukismo bagian Magelang ... 85

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebu adalah salah satu bahan utama dari gula sedangkan gula merupakan

bagian dari komoditas sembilan bahan kebutuhan pokok. Kebutuhan gula nasional

diperkirakan mencapai 5.7 juta ton di tahun 2014. Sementara itu, produksi gula

nasional dua tahun terakhir masing-masing tahun 2009 sebesar 2.6 juta ton dan

tahun 2010 sebesar 2.29 juta ton. Upaya program swasembada gula nasional

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut. Salah satu misi untuk

mencapai swasembada gula nasional adalah dengan cara revitalisasi sektor on-farm yaitu perluasan areal dan peningkatan produktivitas gula. Salah satu cara peningkatan produktivitas gula ialah menerapkan sistem budidaya tanaman tebu

yang baik dan benar (Ditjenbun, 2011).

Sistem budidaya tanaman tebu yang baik dan benar memperhatikan segala

aspek mulai dari pemilihan varietas yang unggul, pemeliharaan tanaman tebu

yang intensif hingga prosedur penebangan yang sesuai jadwal. Adapun tahapan

teknik budidaya tanaman tebu yang dilakukan ialah mulai dari persiapan lahan,

pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,

pengendalian gulma, pengklentekan dan lain sebagainya tebu hingga masuk ke

tahap panen.

Kegiatan teknik budidaya tanaman tebu yang sangat berpengaruh terhadap

nilai kualitas dan kuantitas tebu salah satunya adalah pada saat tebang angkut.

Dalam menentukan manajemen tebang angkut yang baik, pihak manajemen perlu

menentukan dan memperhitungkan areal dan luasan yang hendak ditebang sesuai

perkiraan produktivitasnya hingga memenuhi target giling di pabrik. Manajemen

tebang angkut yang dilakukan dengan tepat dan baik akan menghasilkan tebu

manis, bersih, dan segar (MBS).

Hubungan koordinasi antara produksi tebu per hektar di lapangan dengan

kapasitas giling di pabrik merupakan kunci utama dalam menjaga kualitas dan

keberlanjutan produksi gula. Kegiatan giling tebu akan optimal dan efisien jika

jumlah tebu yang dikirim memenuhi kapasitas giling yang diharapkan. Selama

(15)

pengelolaan pabrik atau paling sedikit ada di bawah satu komando sehingga

penyediaan tebu atau jumlah tebu yang ditebang sesuai dengan kebutuhan pabrik.

Kesulitan dalam penebangan/pengangkutan yang akan menyebabkan tertundanya

tebu giling atau kekurangan tebu harus segera diinformasikan pada pengelola

sehingga dapat segera diambil jalan pengamanan (P3GI, 2008). Oleh karena itu

manajemen tebang angkut tebu harus benar-benar diperhatikan.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan penulis dalam setiap aspek teknis budidaya dan

manajemen di perkebunan tebu. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan

untuk mempelajari manajemen tebang angkut tebu yang baik dan benar di PG

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

Keberhasilan penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu

terhadap kondisi iklim, kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah, kesesuaian

pengelolaan tebu dengan topografi, kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan

keterbatasan tenaga sehingga mengharuskan penerapan peralatan mekanisasi dan

kesesuaian tebu menuju pertanian berkelanjutan. Curah hujan bulanan ideal untuk

pertanaman tebu adalah 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125

mm/bulan pada dua bulan transisi dan kurang 75 mm/bulan pada 4-5 bulan

berturut-turut. Menurut tipe iklim Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman

tebu adalah tipe iklim C2 dan C3.

Lahan kering umumnya memiliki tingkat kesuburan relatif rendah.

Kebanyakan pengembangannya dilakukan pada daerah dengan topografi tidak

rata, peka terhadap erosi dan kerusakan lainnya. Titik kritis dari pengelolaan tebu

lahan kering yaitu kondisi kekeringan yang kelak akan berdampak terhadap

penurunan produksi tebu per hektar, terutama pada fase pembentukan gula

maupun fase pematangan. Kondisi tersebut berdampak terhadap penurunan

produktivitas gula persatuan luas secara signifikan meskipun secara kuantitas

rendemen (kandungan gula persatuan bobot tebu) meningkat (Irianto, 2003).

Proses Pemasakan Tanaman Tebu

Proses pemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas.

Tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang bersangkutan. Tebu yang sudah

mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam kecuali

beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Panen dilakukan dengan cara

ditebang. Usahakan agar tebu di tebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu

umur sekitar 10 bulan atau tergantung jenis tebu (Suwarto, 2010). Gula terbentuk

pada fase pemasakan hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan

Agustus. Proses pemasakan tebu berjalan dari ruas ke ruas tetapi derajat

(17)

berarti pada tanaman tebu yang masih muda, ruas-ruas bagian bawah mengandung

kadar gula yang relatif tinggi daripada bagian atasnya. Pada umumnya tebu masak

pada umur 12-16 bulan (Notojoewono, 1981).

Masa pemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa pada akhir dari

pertumbuhannya terdapat timbunan sukrosa di dalam batang tebu. Pelaksanaan

tebang yang tampaknya belum cukup siap dalam segi teknis dan pengelolaannya

cenderung mengakibatkan semakin merosotnya mutu tebangan. Hal itu dapat

merugikan petani maupun proses pengolahan di pabrik (Adisasmito,1984).

Analisis tingkat kemasakan tebu dilaksanakan terus menerus selama tahun giling

dan beberapa bulan sebelumnya. Perubahan tingkat kemasakan tebu dapat

diketahui dari data hasil analisis tebu dari berbagai areal yang pengambilan

contohnya ditentukan dari peta tanaman (Moerdokusumo, 1993).

Tebang dan Angkut Tanaman Tebu

Pola penebangan yang baik adalah: 1) penebangan disesuaikan dengan

pola tebang, 2) di dalam surat pengiriman tebu harus dicantumkan nama kebun,

golongan tanaman, luas lahan, nomor kontrak, dan nama ketua kelompok, 3) di

dalam satu kebun, pada waktu bersamaan tidak boleh lebih dari dua monster vak

yang ditebang, 4) tiap monster vak yang ditebang dalam satu hari usahakan

minimal terdapat delapan lori dalam satu deretan, 5) penulisan data tebu harus

benar (Nitiadiwidjojo, 1984).

Sistem tebangan berhubungan dengan cara-cara praktis di lapang untuk

memanen tebu. Pelaksanaan sistem tebang, muat, angkut dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor terutama dalam penentuan jadwal tebang (T-Score) yang meliputi masa tanam, selisih harkat kemurnian bawah dan harkat kemurnian atas,

rendemen rata-rata, selisih antara rendemen atas dan bawah, faktor kemasakan,

koefisien peningkatan, koefisien daya tahan, hama penggerek pucuk, kondisi

tanaman, dan jarak. Layout kebun, prasarana (kondisi jalan, jembatan), topografi, iklim dan cuaca, dan peralatan penanggulangan kebakaran menentukan sistem

(18)

Trash/kotoran dan Tebu Tertinggal

Kebersihan tebu hasil pemanenan sangat berperan penting terhadap nilai

rendemen. Semakin besar persentase kotoran yang terdapat pada tebu yang akan

digiling maka rendemen yang dihasilkan akan menurun.Trash/kotoran adalah segala sesuatu yang tidak mengandung gula yang melekat pada tanaman tebu.

Beberapa hal yang termasuk ke dalam Trash/kotoran meliputi kelaras (kelopak daun) daun kering/hijau, sogolan yang kurang dari 1.5 m, pucuk, akar, tali ikat,

dan tebu mati. Trash/kotoran dinyatakan dengan nilai EM (Extraneous Matter) yaitu persentase dari bobot kotoran dibanding dengan bobot tebu. Berdasarkan

kriteria di lapangan dinyatakan tebu bersih bila EM<5% (Haryanti, 2008).

Kotoran bersabut (seperti daun, pucuk, kelaras, akar, sogolan, gulma,

kayu) akan menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dan

menurunnya kadar nira tebu. Ini berarti sebagian gula yang seharusnya dapat

diperoleh hilang dalam ampas. Kotoran tidak bersabut ( tanah, pasir, batu, bahan

logam) mungkin tidak larut akan tetapi dapat merusak peralatan gilingan sehingga

dapat menurunkan keragaan peralatan tersebut dan menambah biaya untuk

perbaikan (Mochtar, 1989).

Tebu tertinggal yang biasa terjadi di lapangan berupa tunggul, yaitu sisa

tebu akibat tebangan yang melebihi tinggi standar tebangan. Tunggul merupakan

masalah yang harus dipecahkan karena merupakan bagian yang memiliki kadar

gula tinggi. Ketinggian tunggul maksimal yang diperbolehkan adalah 5 cm

(19)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan

Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Lokasi magang adalah di wilayah kerja

PG Madukismo PT Madubaru, Yogyakarta.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang ini yaitu pelaksanaan kegiatan

teknis lapang. Pada pelaksanaan kegiatan teknis lapang mahasiswa bekerja secara

langsung di lapang. Adapun kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahap

manajerial, seperti pelaksana lapang, pendamping mandor, pendamping asisten,

hingga pendamping kepala kebun. Kegiatan magang tersebut dilaksanakan selama

tiga bulan dengan melaksanakan kegiatan tiga minggu sebagai karyawan harian

lepas (KHL), tiga minggu selanjutnya sebagai pendamping mandor, dan enam

minggu terakhir sebagai pendamping asisten.

Kegiatan pada tiga minggu pertama magang adalah melaksanakan kegiatan

sebagai karyawan harian lepas (KHL). Beberapa kegiatan yang dilakukan pada

saat menjadi KHL ini seperti penanaman, pemupukan, pengendalian gulma,

pengairan, pengklentekan daun, penebangan tebu, penggilingan tebu dan teknik

budidaya lainnya.

Pada tiga minggu berikutnya, kegiatan yang dilaksanakan sebagai

pendamping mandor dalam melaksanakan aspek manajerial selama satu bulan.

Selama menjadi pendamping mandor, penulis turut bertugas memberikan

pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur dan mengawasi pekerjaan

karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku kerja mandor (BKM). Memasuki enam minggu terakhir magang kegiatan yang dilaksanakan

yaitu sebagai pendamping mandor I, dan bertugas mengontrol pekerjaan

mandor-mandor dan karyawan. Selanjutnya, dua minggu terakhir dibulan ketiga,

akhirnya bertugas sebagai pendamping asisten. Tugasnya yaitu, melakukan

(20)

tingkat divisi dan kebun. Selain itu juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan

dengan aspek khusus. Aspek khususnya dalam hal ini ialah penentuan masa

tebang tebu. Pengelolaan aspek khusus tersebut akan dibandingkan dengan hasil

data bulanan atau tahunan di perusahaan untuk mengetahui tingkat

produktivitasnya.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas dua bagian yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan terhadap

semua kegiatan yang berlangsung di kebun. Data primer ini diambil untuk

mengetahui berapa banyak persentase kehilangan hasil tebu pada saat tebang

angkut. Data di ambil dari dua wilayah yang berbeda (Purworejo dan Bantul)

dengan masing-masing wilayah terdiri dari tiga kebun sebagai ulangan dengan

varietas sama. Pada satu kebun diamati tiga petakan. Setiap petakan diamati lima

juringan dengan panjang 2 m tiap juringan dengan selisih 2 m di setiap juringan.

Adapun data primer yang telah diamati adalah pengukuran kehilangan hasil.

Data sekunder ini diperoleh dari Laporan Tahunan, Laporan Semesteran,

ataupun Laporan Triwulanan berdasarkan data manajemen PG Madukismo

tersebut. Selain itu diperoleh data informasi mengenai letak geografis dan

topografi, kondisi lahan, kondisi iklim, kondisi umum tanaman, dan sejarah

perusahaan. Semua hal tersebut dibutuhkan untuk menunjang perolehan hasil data

terhadap aspek yang diamati. Data yang diperoleh ini dibandingkan dengan

standar perusahaan sehingga naik turunnya kinerja PG tersebut dapat diketahui.

Selain data primer dan data sekunder yang diamati, pengumpulan data

dilakukan dengan cara sharing dan wawancara dengan karyawan pabrik bagian

tanaman di pabrik seperti bagian laboratorium HPT dan Bina Sarana Tani maupun

di lapang seperti buruh, mandor, dan sinder wilayah. Data pendukung ini

merupakan informasi tentang budidaya tebu di lapang dan sistematis kinerja

(21)

Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan magang ini dianalisis

menggunakan rata-rata, persentase, dan analisis dengan statistika deskriptif. Data

yang diperoleh dari menghitung kehilangan hasil tebu antara dua wilayah yang

berbeda dianalisis dengan Uji t-student dengan taraf 5%. Dilakukan uji korelasi antara curah hujan 15 tahun terakhir dengan data produktivitas PG Madukismo

(22)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Singkat Perusahaan

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat 17

pabrik gula antara lain PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG

Cebongan, dan PG Medari yang pengelolaannya di lakukan oleh pemerintahan

Hindia Belanda. Pada saat itu kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sangat

dominan baik di dalam dunia usaha/ bisnis maupun dalam dunia politik/

pemerintahan. Pengelolaan ini tidak berlangsung lama karena tentara Jepang

menduduki wilayah RI pada tahun 1942 sehingga pabrik-pabrik tersebut di ambil

alih oleh Jepang.

Pada masa perkembangan kepemilikan pemerintah Jepang, pabrik-pabrik

gula mengalami kemunduran yang parah karena areal penanaman tebu

dialihfungsikan untuk menanam palawija dan padi demi keperluan tentara jepang.

Keadaan ini berlangsung hingga diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.

Sejak saat itu pemerintah RI merekrut semua pabrik gula tersebut dari tangan

Jepang dan dibumihanguskan. Hingga sampai tahun 1950 seluruh pabrik gula

hanya tinggal sisa dan puing-puingnya saja. Setelah pemerintahan berjalan dengan

normal dan keamanan pulih kembali, Sri Sultan Hamengkubuwono IX

memprakarsai didirikannya pabrik gula yang kemudian lebih di kenal dengan “PT Madubaru PG/PS Madukismo”. PT Madubaru PG/PS Madukismo memiliki dua

pabrik, yaitu Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo) dan Pabrik Spirtus

Madukismo (PS Madukismo). Selain itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX

membangun pabrik gula dengan tujuan:

1. Untuk menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan

pekerjaannya.

2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

3. Menambah penghasilan pemerintah baik pusat maupun daerah.

Pada tahun 1945 PG/PS Madukismo mulai di bangun dengan Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur sebagai kontraktor utamanya. Peresmian PT. Madubaru PG/PS Madukismo dilaksanakan pada tanggal 28 Mei

(23)

status perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang berdiri pada tanggal 14

Juni 1955 dengan di beri nama PT Madubaru PG/PS Madukismo.

Pada tahun 1962 pemerintahan RI mengambil alih semua perusahaan

perkebunan yang ada di Indonesia, baik milik asing, swasta maupun semi swasta.

Sejak saat itu status PT Madubaru PG/PS Madukismo berubah menjadi

perusahaan negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan

Perkebunan Negara). Serah terima PT Madubaru PG Madukismo kepada

pemerintah RI dilakukan tanggal 11 maret 1962 oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono IX selaku Presiden Direktur PT Madubaru PG/PS Madukismo

pada waktu itu. Tahun 1966 BPUPPN dibubarkan, sehingga PT Madubaru PG/PS

Madukismo di beri kebebasan untuk memilih tetap sebagai Perusahaan Negara

atau ingin menjadi perusahaan swasta. PT Madubaru PG/PS Madukismo memilih

menjadi perusahaan swasta sehingga statusnya kembali menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Madubaru PG/PS Madukismo dengan susunan Direktur yang

dipilih adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Presiden Direkturnya.

Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru PG/PS Madukismo mengadakan

kontrak pengelolaan manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

RNI merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) di bawah

Departemen Keuangan RI. Kontrak pengelolaan manajemen antar PT Madubaru

PG/PS Madukismo dengan PT Rajawali Indonesia (RNI) ini berlaku dalam jangka

wangku 10 tahun dan kemudian pada tanggal 1 April diperbaharui kembali

kontrak pengelolaan manajemen sampai 31 Maret 2004.

PT Madubaru PG/PS Madukismo berdiri dari dua kepemilikan saham,

yaitu 25% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 75% milik pemerintahan RI

yang dikuasakan kepada Departemen Keuangan RI. Pada tanggal 10 Maret 1997

terjadi perubahan pada kepemilikan saham, yaitu 65% milik Sri Sultan

Hamengkubuwono IX dan 35% untuk PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Akhir-akhir ini perusahaan dapat berjalan lancar yang disertai perubahan

beberapa alat pada proses pengolahan seperti penambahan penggunaan Rotary Vacum Filter, Unigerator dan lain sebagainya. Perubahan alat ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dan kapasitas giling sehingga diharapkan produksi per

(24)

Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Agro Industri

yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.

Misi

-Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan

masyarakat dan industri di Indonesia.

-Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah

lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan

yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.

-Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti

-Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting

dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder values.

Letak Geografi

Pabrik gula Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan 5 km di

sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, kelurahan Tirtonirmolo,

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Pabrik menempati areal

seluas 276,000 m2 dengan luas bangunan 51,000 m2. Lokasi yang sama juga terdapat pabrik alkohol dan spirtus Madukismo. Keduanya ada di bawah satu

perusahaan yaitu PT. Madubaru. Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo

terletak antara 7°4‟ LU dan 8°20 LS dan antara 110° dan 111° BT pada

ketinggian 84 m di atas permukaan air laut.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi industri

adalah tersedianya bahan baku dan bahan penunjang tenaga kerja, area pemasaran,

dan sarana transportasi. Berdasarkan tinjauan tersebut maka PG. Madukismo

(25)

1. Letak pabrik berdekatan dengan lokasi bahan baku tebu dimana lahan

perkebunan tebu yang ada cukup luas dan didukung oleh keadaan tanah dan

iklim yang cocok untuk tanaman tebu.

2. Tenaga kerja yang tersedia cukup banyak, terutama untuk karyawan musiman

yang berasal dari daerah di sekitar pabrik dengan upah yang relatif murah.

3. Sarana transportasi seperti rel untuk lori dan jalan raya untuk truk pengangkut

yang memadai sehingga transportasi bahan dan hasil produksi berjalan dengan

lancar.

4. Pabrik gula memerlukan banyak air untuk menghasilkan uap. Kebutuhan air

dapat di penuhi dari sungai Winongo yang dekat dengan lokasi pabrik.

Keadaan Iklim dan Tanah

Wilayah PG Madukismo memiliki curah hujan rata-rata 2,143 mm/tahun

dan BK (Bulan Kering) pada bulan Juni-September serta BB (Bulan Basah) antara

November-April (Lampiran 3). Adapun jika dilihat berdasarkan kondisi tanahnya

PG Madukismo memiliki topografi yang beragam dari datar hingga berbukit

dengan kemiringan 3–8 derajat. Keadaan lahan di PG Madukismo terbagi ke dalam enam jenis lahan dengan sebagian besar termasuk ke dalam tanah berat

berpengairan lancar (TBPL). Keadaan lahan yang sesuai di PG Madukismo dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama di PG Madukismo

Keterangan Luas (Hektar)

Tanah Berat Pengairan lancar (TBPL) 1,122.46

Tanah Berat Pengaian Tidak Lancar (TBPTL) 109.40

Tanah Ringan Pengairan Lancar (TRPL) 631.67

Tanah Ringan Pengairan Tidak Lancar (TRPTL) -

Tanah Sedang Pengairan Lancar (TSPL) 631.70

Tanah Sedang Pengairan Tidak Lancar (TSPTL) 38.75

Jumlah 2,533.98

(26)

Luas Areal dan Wilayah Kerja

Pada dasarnya luasan lahan yang di tanami tebu di wilayah kerja PG

Madukismo rata-rata lahan Tebu Rakyat (TR). Satu-satunya lahan milik PG

Madukismo adalah kebun bibit Kembaran dengan luasan sekitar tiga hektar dan

selebihnya merupakan lahan sewa atau kerjasama dengan petani (kemitraan).

Total luas kebun bibit sekitar 200 ha yang terdiri dari tiga hektar lahan milik

pabrik sendiri yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek,

serta bibit induk, dan sisanya adalah kerjasama dengan petani tebu rakyat lewat

program akselerasi. Keseluruhan areal KTG yang terdapat di wilayah PG

Madukismo tahun 2011/2012 merupakan TR (Tebu Rakyat) kerjasama yaitu

seluas 2,533.98 ha yang ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar luas areal tebu rakyat kerjasama binaan di PG Madukismo

Rayon Luas (Hektar)

BGK (Bantul, Gunung Kidul) 1,103.20

Sleman 494.52

KMT (Kulonprogo, Magelang,

Temanggung 784.43

PKB ( Purworejo, Kebumen) 151.83

Jumlah 2,533.98

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo PT Madubaru, Bantul (2012)

Rayon BGK (Bantul, Gunung Kidul) memiliki areal yang lebih luas

dibandingkan keempat rayon di PG Madukismo dengan luas areal 1,103.20 ha

dari luas areal total 2,533.98 ha. Daerah Bantul merupakan daerah yang tanahnya

paling subur, sedangkan daerah Purworejo merupakan daerah yang tanahnya

kurang kandungan hara sehingga cenderung termasuk ke dalam tanah berpasir.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan

Struktur organisasi

PT Madubaru dipimpin seorang Direktur yang dalam menjalankan

tugasnya dibantu oleh satuan pengawasan intern (SPI), Kepala Bagian Tanaman,

Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala bagian Instalansi, Kepala Bagian Akuntansi dan

(27)

Setiap perangkat perusahaan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing :

1. Direktur

Direktur memiliki fungsi sebagai pengelola perusahaan untuk melaksanakan

kebijakan rapat umum pemegang saham (RUPS). Berikut ini adalah tugas dari

direktur :

- Merumuskan tujuan perusahaan

- Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan

- Menyusun rencana jangka panjang

- Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan

anggaran tahunan

- Menetapkan rancangan Rapat Umum Pemegang Saham

- Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk

keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi.

- Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi

- Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

2. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

- Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan

terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi

- Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan

atas persetujuan Direktur

- Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas ke seluruh

fungsi, catatan, dokumen, aset, dan karyawan.

- Melakukan penugasan memiliki aspek penuh dan bebas keseluruh fungsi,

catatan, dokumen, aset, dan karyawan.

- Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja serta

menerapkan teknik-teknik audit

- Memperoleh bantuan kerjasama dari personil di unit-unit perusahaan pada

saat melakukan pengawasan juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam

maupun luar perusahaan

(28)

3. Kepala Bagian Tanaman

Kepala Bagian Tanaman memiliki fungsi untuk membantu General

Manager dalam melaksanakan kebijakan Direksi dalam bidang-bidang berikut :

a. Penanaman dan penyediaan bibit tebu

b. Pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

c. Penyuluhan teknis penanaman tebu

d. Rencana tebang dan angkutan tebu

e. Kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply bahan baku berupa tebu

f. Memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai

tujuan dan sasaran yang ditetapkan perusahaan

4. Kepala Bagian Instalasi

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang instalasi atau mesin

b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi

c. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses

5. Kepala Bagian Pabrikasi

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang pabrikasi

b. Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian pabrikasi

c. Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula)

6. Kepala Bagian Pemasaran

a. Menyusun strategi pemasaran

b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT.

Madubaru

c. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran

d. Menilai prestasi kerja staff pemasaran

e. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses

penagihan

7. Kepala Bagian Akuntasi dan Keuangan.

a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha, keuangan, dan pengadaan

barang perusahaan

b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran,

(29)

c. Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu

d. Mengawasi hasil produksi di gudang gula

8. Kepala bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum

a. Bertanggung jawab di bagian tata usaha dan personalia

b. Mengkoordinasi dan memimpin kegiatan pengolahan tenaga kerja dan

kesehatan karyawan

c. Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan

d. Bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan umum, seperti pengaturan

dan penggunaan kendaraan dan koordinasi keamanan perusahaan.

9. Kepala Bagian Pabrik Spiritus/Alkohol

a. Mengkoordinir kegiatan produksi spiritus dan alkohol

b. Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spiritus dan alkohol yang

diinginkan pasar

Struktur organisasi wilayah kerja PG Madukismo PT Madubaru dapat dilihat lebih

jelas pada Lampiran 5.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam melaksanakan

proses produksi di suatu perusahaan. Untuk meningkatkan produktivitas kerja para

karyawan, perusahaan harus memiliki manajemen pengendalian yang baik

terhadap tenaga kerjanya sehingga produksi perusahaan dapat ditingkatkan,

minimal dipertahankan sama dengan produksi periode sebelumnya.

Tenaga kerja di PT. Madubaru dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam waktu

yang tidak tentu dan saat dimulai hubungan kerja, diawali dengan masa

percobaan selama tiga bulan. Karyawan tetap bekerja sepanjang tahun selama

musim giling ataupun tidak. Tenaga kerja tetap dibedakan atas staff dan non

staff.

2. Tenaga kerja PKWT (Perjanjian Kontrak Waktu Tertentu)

Tenaga kerja PKWT ialah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk jangka

(30)

percobaan kerja. Karyawan jenis ini biasanya akan melamar pada musim giling

dan bekerja dengan sistem kontrak hanya selama musim giling saja. Karyawan

tidak tetap dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Karyawan PKWT dalam

Karyawan PKWT dalam bekerja pada bagian yang terlibat langsung dalam

proses produksi, seperti karyawan penimbangan tebu, karyawan unit gilingan,

dan karyawan unit masakan. Masa kerjanya ialah satu kali masa gilingan.

b. Karyawan PKWT luar

Karyawan musiman bekerja pada bagian sekitar amplasemen namun tidak

terlibat langsung dengan bagian proses produksi. Karyawan yang termasuk

jenis ini antara lain pekerja lintasan rel, pekerja derek tebu, supir, dan

pembantu supir traktor, juru tulis gudang, dan pekerja pengambil contoh tebu

untuk analisa laboratorium. Masa bekerjanya sama dengan karyawan PKWT

Dalam, yaitu satu kali masa gilingan.

Pada musim giling, PG. Madukismo beroperasi selama 24 jam dengan

pembagian tiga shift kerja untuk karyawan bagian pabrikasi. Berikut ini adalah

pembagian jam kerja untuk tiap shift (Tabel 3).

Tabel 3. Jadwal jam kerja khusus mandor

Shift Jam Mulai Jam Selesai

Pagi 05.30 WIB 13.30 WIB

Siang 13.30 WIB 21.30 WIB

Malam 21.30 WIB 05.30 WIB

Sumber : Bagian pabrikasi PG. Madukismo

Keadaan Tanaman dan Produksi

PG Madukismo juga memproduksi spirtus oleh karena itu pabrik tersebut

dinamakan PT Madubaru PG/PS Madukismo. Hasil produksi sampingan lainnya

yaitu berupa blotong, tetes, dan ampas tebu. Blotong ini biasa digunakan sebagai

pupuk organik yang biasa diaplikasikan saat pemeliharaan tanaman tebu di lahan.

Tetes digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan spirtus. Ampas tebu

biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar tambahan pabrik tersebut. Sebagai

(31)

lima tahun terakhir yang merupakan suatu kinerja PG Madukismo dengan hasil

yang berfluktuatif. Hasil produksi tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi PG Madukismo lima tahun terakhir

Tahun Areal

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Tabel 4 menjelaskan bahwa produksi tebu PG Madukismo selama lima

tahun terakhir cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2011 produktivitas tebu turun

dari 793 ku/ha menjadi 621 ku/ha. Hal ini dikarenakan curah hujan pada tahun

2010 tidak terdapat bulan kering yang menyebabkan produksi tebu menurun. Luas

areal keprasan yang meningkat pun menyebabkan produksi tebu menjadi semakin

menurun.

PG Madukismo menggunakan varietas bibit unggul untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas produksi tanaman tebu. Varietas yang digunakan

berdasarkan fase kemasakan tanaman tebu, yaitu fase masak awal, masak tengah

dan masak akhir. Berikut adalah tabel varietas yang dikembangkan PG

Madukismo.

Tabel 5. Varietas yang dikembangkan PG Madukismo

Masa Tanam Varietas Masa Tebang

Masak Awal PSCO 90-2411 Mei

Masak Awal Tengah PS-862 Juni

Masak Tengah PS-851, PS-921, PA 198 Juli

Masak Tengah Lambat PS-864 Agustus

Masak Lambat BL, PS-951 September-Oktober

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Sistem pengolahan lahan yang dilakukan di PG Madukismo menggunakan

(32)

tanaman yang di tanam pada areal yang dilakukan pengolahan tanah terlebih

dahulu. Tanaman keprasan (RC) adalah tanaman yang tumbuh lagi setelah

tanaman tersebut dipanen/tebang.

Penanaman di PG Madukismo terdiri dari penanaman di Kebun Bibit dan

kebun tebu giling (KTG). Pada pembibitannya terdapat jenjang masing-masing

kebun bibit. Berikut adalah beberapa jenjang dalam pembibitan.

- Kebun bibit pokok utama (KBPU)

Kebun Bibit Pokok Utama merupakan kebun bibit yang berasal dari P3GI

untuk ditanam pada kebun KBP milik litbang di pabrik.

- Kebun bibit pokok (KBP)

Kebun Bibit Pokok merupakan kebun bibit tingkat I di pabrik gula untuk

ditanam kembali di kebun KBN dengan bulan tanam November/

Desember/ Januari/ Februari. Luas kebutuhan KBP tergantung luas areal

tebu giling dengan faktor penangkaran minimal kurang lebih 0.1% dari

luas areal tanaman PC tebu giling.

- Kebun bibit nenek (KBN)

Kebun Bibit Nenek merupakan kebun pembibitan tingkat II di pabrik gula

untuk ditanam di kebun KBI dengan bulan tanam Juni/ Juli/ Agustus/

September. Luas kebutuhan KBN adalah 0.5% dari luas areal tanaman PC

tebu giling.

- Kebun bibit induk (KBI)

Kebun Bibit Induk merupakan kebun pembibitan tingkat III di pabrik gula

untuk ditanam kembali di Kebun Bibit Datar (KBD) dengan bulan tanam

Februari/ Maret/ April. Luas kebutuhan KBI adalah 2.5% dari luas areal

tanaman PC tebu giling.

- Kebun bibit datar (KBD)

Kebun Bibit Datar merupakan kebun pembibitan terakhir yang ditanam

kembali di Kebun Tebu Giling (KTG) dengan bulan tanam

Oktober-Desember untuk pola tanam A dan bulan tanam Februari-April untuk pola

tanam B. Luas kebutuhan KBD sepertujuh luas areal tanaman PC tebu

(33)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembukaan atau persiapan lahan

Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk

mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan

kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran tanaman tebu sehingga tebu

dapat tumbuh secara optimal juga dapat menekan pertumbuhan gulma tentunya.

Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan kronologis.

Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman

bongkaran baru (RC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak

dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak

kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum

sempurna sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada

areal tersebut masih terdapat sisa – sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Ukuran petak disesuaikan dengan keadaan lahan

yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah menjadi lebih baik dengan

kata lain tanah tersebut menjadi lebih gembur agar pertumbuhan tebu jadi lebih

baik. Pengolahan tanah pada PG Madukismo di bagi lagi menjadi tiga bagian

yaitu pembajakan, penggaruan, dan kairan.

(34)

Pembajakan. Pembajakan bertujuan untuk membalikan tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Pembajakan yg dilaksanakan di PG ini hanya pembajakan I dan tidak dilakukan pembajakan II.

Peralatan yang digunakan adalah traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan

implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150

HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan. Pembajakan dilakukan

merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah

bajakan menyilang/tegak lurus barisan tanaman tebu.

Penggaruan. Kegiatan penggaruan dilakukan setelah tanah selesai di bajak dengan sistem pembajakan I. Penggaruan dapat dikatakan hampir sama

dengan pembajakan I namun bedanya ada pada arah dimana alur penggaruan

tersebut berlawanan/ tegak lurus dengan pembajakan atau sama halnya sejajar

dengan arah juringan. Selain itu piringan yang digunakannya pun berbeda yang

disesuaikan dengan fungsinya yang berbeda juga. Adapun tujuan dari penggaruan

ialah untuk memecah bongkahan tanah hasil pembajakan yang besar-besar

membentuk gumpalan lalu meremahkan tanah tersebut. Pada areal RC,

penggaruan bermaksud untuk mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu.

Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat

Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 110 HP.

Pembuatan alur tanam/kairan. Pembuatan alut tanam/kairan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam di buat

menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari

pusat ke pusat adalah 1 m. Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah

pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat

lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit

menyilang dengan kemiringan tanah agar memudahkan drainase petak dan

memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan

ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%) sedangkan pada

(35)

b. Pembuatan got

Tujuan utama dari pembuatan got adalah menyediakan saluran drainase air

dan irigasi air. Pembuatan got terdiri dari tiga macam yaitu got malang, got mujur,

dan got keliling. Got malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari

juringan, dan menurunkan permukaan air tanah. Arah got malang tegak lurus

dengan arah juring. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak

antar got malang sekitar 10 m. Got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari

got malang. Arah got mujur tegak lurus dengan got malang atau searah dengan

juringan. Ukuran got mujur adalah dalam70 cm dan lebar 50 cm. Got keliling

merupakan got-got yang mengelilingi sesuai bentuk kebun. Got keliling berfungsi

menampung kelebihan air dari got-got di dalam kebun. Ukurannya adalah dalam

80 cm dan lebar 50 cm. Berikut adalah gambar got yang sudah dibuat di kebun

Kembaran Bantul.

Gambar 2. Got mujur

Pengadaan bahan tanam

Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo ada berbagai macam

yaitu PS-864, PS-862, BL (Bulu Lawang) dan lainnya. Bahan tanam atau yang

biasa di sebut dengan bibit ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu masak awal,

masak tengah, dan masak akhir. Penentuan komposisi bibit secara umum

dikaitkan dengan tingkat kemasakannya, masa tanam, iklim, kondisi lahan serta

lamanya musim giling. Varietas yang di tanam diharapkan mempunyai kriteria :

- Mempunyai potensi kuintal tebu dan rendemen tinggi

(36)

- Bebas hama dan Penyakit

- Mempunyai daya kecambah tinggi

- Tahan terhadap kekeringan dan kepras serta tidak roboh.

Bibit yang tersedia di PG Madukismo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian

dan Pengembangan Gula Indonesia) yang dikelola oleh BST (Bina Sarana Tani).

Prosedur penyediaan bibit PG Madukismo melalui empat jenjang yang berurutan.

Mulai dari kebun bibit pokok utama yang bibitnya dari P3GI lalu diserahkan ke

PG Madukismo berupa kebun bibit pokok (KBP). Setelah pertumbuhan enam

bulan akan di tebang dan ditanam kembali menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN).

Dari KBN maka akan dilanjutkan tebang dan tanam kembali ke kebun bibit induk

(KBI) lalu kebun bibit datar (KBD) hingga yang terakhir adalah KTG (Kebun

Tebu Giling) dimana penebangan tebu di KTG ini langsung di giling ke pabrik.

Penebangan bibit untuk kembali ditanam di kebun bibit berikutnya dilakukan pada

umur 6 bulan. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan

penebangan bibit, angkut dan bongkar bibit, pengeceran dan klentek bibit serta

pemotongan bibit.

a. Tebang bibit

Penebangan bibit masing-masing dilakukan setelah umur tebu mencapai

enam bulan. Jumlah bibit yang di tebang harus disesuaikan dengan kebutuhan

jenjang bibit selanjutnya. Pada kebun bibit berbeda dengan kebun tebu giling

dalam hal pengklentekan. Kebun bibit tidak perlu dilakukan pengklentekan karena

akan ditanam lagi. Tebang bibit menggunakan alat golok tebang/arit. Seperti

halnya dengan kebun tebu giling, penebangan bibit juga diusahakan TMT (tebang

mepet tanah) dan bagian pucuknya dipotong sebatas satu ruas dari titik tumbuh.

Tebu yang sudah di tebang baru diikat untuk mempermudah dalam pengangkutan.

Biasanya satu ikatan terdiri atas 20-25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007

(37)

Gambar 3. Tebang bibit

b. Angkut dan bongkar bibit

Tebu yang sudah diikat selanjutnya di angkut ke atas truk yang nantinya

akan di tanam kembali di kebun bibit jenjang berikutnya ataupun di kebun tebu

giling. Truk yang digunakan berkapasitas angkut tebu 7-8 ton. Setelah bibit

diangkut truk dan dibawa ke lokasi selanjutnya maka segera dilakukan

pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Biasanya

kegiatan ini dilakukan sehari sebelum penanaman.

Gambar 4. Angkut bibit yang sudah dipanen

c. Pengeceran dan klentek bibit

Pengeceran bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit – bibit tebu yang akan ditanam ke beberapa bagian tempat atau blok di sekitar kebun untuk

mempermudah proses penanaman. Selanjutnya bibit di klentek sampai bersih.

Pengklentekan adalah kegiatan membuang kotoran yang di sebut klaras atau daun

(38)

agar tidak terjadi kerusakan pada mata tunas. Klentek dilakukan di lokasi

penanaman dan setelah di klentek bibit tersebut langsung di tanam agar tunas

tidak terlalu lama tersinari matahari.

Gambar 5. Pengklentekan bibit tebu

d. Pemotongan bibit

Bibit yang sudah bersih dari hasil pengklentekan akan di potong menjadi

beberapa bagian yang di sebut bagal. Satu bagal bibit terdiri dari dua mata tunas.

Pemotongan bibit dibuat melintang/diagonal dari kiri atas ke kanan bawah untuk

mempermudah pemotongan sehingga menghindari pecahnya mata tunas saat

pemotongan. Pada satu juring di lahan ditanami sebanyak 35 bagal dengan satu

bagal terdapat dua mata tunas. Sedangkan dalam 1 ha rata-rata dibuat 1,000

juringan sehingga kebutuhan bibit per hektar sebanyak 35,000 bagal.

Gambar 6. Pemotongan bibit bagal

Bagi bibit itu sendiri memiliki standar mutunya. Standar mutu inilah yang

(39)

tanam. Berhubung dengan pernyataan bahwa produktivitas yang baik berawal dari

bibit yang baik pula maka dalam hal pembibitan harus benar-benar diperhatikan.

Pada Tabel 6 disajikan standar mutu kebun bibit PG Madukismo.

Tabel 6. Standar mutu bibit tebu

Kriteria Keterangan

Kualifikasi bibit Bina/Non bina yang telah direkomendasikan. Sumber bibit asal Kebun bibit yang bersertifikat

Umur bibit 6-8 bulan

Mutu bibit - Segar (tidak berkerut dan tidak kering)

- Mata tunas masih dorman dan masih segar/tidak rusak

- Belum tumbuh akar pada lingkaran cincin stek - Diameter batang normal/tidak mengalami stagnasi

pertumbuhan (panjang ruas 15-20 cm,diameter batang >2 cm

- Bibit sehat (serangan hama penyakit ada di bawah ambang batas toleransi)

Kemurnian varietas KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain Kesehatan tanaman - Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%

- Serangan penggerek batang kurang dari 2% - Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun

hangus, noda kuning) kurang dari 10%

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Persiapan tanam dan penanaman

Pada persiapan penanaman ini terlebih dahulu sudah tersedianya alat yang

biasa digunakan untuk memotong bibit yaitu golok. Sebelum digunakan, golok

harus dicelupkan kedalam disinfectan yang merupakan campuran dari ethanol secukupnya dan air sekitar satu ember yang bertujuan untuk membunuh bakteri

pada golok tersebut. Setelah golok sudah steril baru bisa digunakan untuk

memotong bibit tebu. Pemotongan bibit tebu dilakukan sekitar dua mata tunas

dengan arah pemotongan yang horizontal dari kiri atas ke kanan bawah. Golok

yang telah di pakai harus dimasukan ke dalam ember campuran ethanol agar

(40)

a. Pembuatan kasuran

Pembuatan kasuran adalah memasukan sedikit tanah yang sudah gembur

ke dalam lubang tanam. Fungsi dari kasuran ini adalah untuk mengoptimalkan

dalam perangsangan pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan dengan

cara manual menggunakan cangkul.

b. Penanaman bibit

Pada satu juringan bibit yang di tanam rata-rata sebanyak 35 bibit dengan

masing-masing bibit dua buah mata tunas. Penanaman dilakukan dalam urutan

zig-zag ( over lapping ) seperti pada gambar 7. dan bagian ujung awal dan ujung akhirnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yg sebelumnya ( double planting ) di tanam untuk mengantisipasi bibit yang satunya tidak tumbuh. Agar produktivitas meningkat dan hubungan semakin baik antara pola tanam varietas,

sistem pengairan dan drainase, serta jenis tanahnya maka dapat disesuaikan

dengan Tabel 7.

Tabel 7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah.

Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas Jenis

Keterangan : B = (berat dengan kadar lempung tinggi)

R = (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang) P = (tersedia air cukup dari irigasi/pompa),

R = (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai),

L = (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan)

(41)

Gambar 7. Penanaman secara over lapping

c. Pengairan

Pengairan bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah,

mempermudah penanaman, merangsang perkecambahan bibit sehingga

diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Tebu merupakan tanaman yang butuh

air tapi tidak boleh terlalu banyak juga/tergenang karena akan mengakibatkan

kebusukan pada bibit. Pengaturan pengairan sangat penting dan disesuaikan

dengan kebutuhan air bibit.

d. Penutupan bibit

Penutupan bibit adalah kegiatan terakhir dari penanaman bibit. Penutupan

bibit menggunakan tanah yang gembur agar tunas mudah tumbuh. Penutupan bibit

ini dilakukan agar mata tunas tidak rusak, mencegah kehilangan air dan menjaga

kelembaban pada bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul.

(42)

Pemeliharaan tanaman pertama

Pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil

yang optimum. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG.

Madukismo diuraikan di bawah ini.

a. Penyulaman

Kegiatan penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tebu yang tidak

tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan agar diperoleh

populasi tebu yang optimum. Penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan.

Penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam bibit. Bibit sulaman diletakkan

di pinggir petak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain menggunakan

bibit sulaman dapat juga dilakukan dengan memindahkan rumpun.

Gambar 9. Bibit tebu dederan

b. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang

diperlukan oleh tanamna tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang.

Pemupukan pada PC (Plant Cane) dan RC (Ratoon cane) memiliki dosis yang sama. Pemupukan yang dilakukan tahun kemarin sebesar 5:5 yaitu 5 ku/ha ZA

dan 5 ku/ha Phonska sedangkan untuk tahun ini dosis pemupukan sebesar 6:4

yaitu 6 ku/ha ZA ( Kandungan N:S = 21:24) dan 4 ku/ha Phonska (Kandungan N :

(43)

mengaplikasikan pupuk organik yang berasal dari blotong yang dicampur Zeolit.

Pupuk organik ini dinamakan pupuk madros.

Pupuk diaplikasikan sebanyak dua kali agar lebih efisien dan disesuaikan

dengan masa tumbuh yang terdiri atas pemupukan I dan pemupukan II.

Pemupukan organik/blotong diaplikasikan saat dua minggu setelah tanam dengan

dosis 11 ku/ha. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara di sebar secara manual di

atas permukaan tanah dan setelah itu ditutup oleh tanah agar pupuk tidak

menguap.

Gambar 10. Pemupukan madros

c. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma adalah kegiatan untuk menghilangkan/ memberantas

(mematikan) gulma dari petak tanaman tebu guna mengurangi persaingan dalam

memenuhi kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. PG. Madukismo

melakukan dua jenis pengendalian gulma, yaitu pengendalian secara manual dan

pengendalian secara kimiawi.

Pengendalian secara manual dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma

yang tumbuh di sekitar tanaman tebu atau bisa juga dengan mencangkul tanah dan

membalikan tanah. Pengendalian gulma secara manual dilakukan apabila serangan

gulma tidak terlalu besar dan masih bisa diatasi. Pengendalian gulma secara

manual yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki nilai prestasi kerja sebesar 0.02

(44)

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian herbisida.

Herbisida yang biasa diberikan adalah Amegras dan Sidamin. Pengendalian gulma

secara kimiawi dilakukan apabila gulma sudah banyak yang tumbuh dan tidak

bisa dilakukan secara manual lagi. Adapun jenis dan dosis herbisida dapat dilihat

pada Tabel 8 dan beberapa gulma dominan yang tumbuh di lahan wilayah kerja

PG Madukismo baik dari kelas daun lebar, daun sempit, maupun teki dapat di

lihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012.

Merk Herbisida Bahan Aktif Dosis (l/ha)

Amegrass 80 WP Ametrin 80% 1.5

Sidamin 865 AS 2,4D Dimethye Amina 865 1

Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Tabel 9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo

Jenis Gulma Nama Gulma

Berdaun sempit Cynodon dactylon L.

Berdaun lebar Portulaca oleracea L.

Teki-tekian Cyperus rotundus L.

Sumber: Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Aplikasi herbisida tentunya harus disesuaikan dengan kondisi

gulma-gulma yang tumbuh di lahan. Pengendalian gulma-gulma dilakukan pada saat tebu

berumur 3-4 bulan karena setelah berumur 4 bulan tajuk tebu sudah menutupi

lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah.Namun pada saat

pratumbuh pun (tiga hari sebelum tumbuh) lahan disemprotkan herbisida jenis

Glifosat. Penutupan tanah harus diperhatikan karena pada saat pengaplikasian

herbisida ini bagal tidak boleh terkena cairan Glifosat. Jenis herbisida Sidamin

yaitu untuk gulma berdaun lebar sedangkan jenis herbisida Amegras yaitu untuk gulma berdaun sempit.

d. Pendangiran (kultivasi)

Kegiatan kultivasi bertujuan untuk mengendalikan/mematikan gulma dan

(45)

kategori replanting, memutuskan perakaran pada tebu keprasan dan untuk

meningkatkan aerasi perakaran tebu.

e. Pembumbunan

Pembumbunan adalah suatu kegiatan memindahkan tanah yang berada

dipinggiran tanaman tebu ke barisan tanaman tebu/titik pertumbuhan tebu.

Pembumbunan biasa disebut juga tambah tanah. Pembumbunan dilakukan

sebanyak tiga kali. Pembumbunan I dilakukan untuk merangsang pertumbuhan

anakan dan sebagai penutup pupuk juga serta untuk menekan pertumbuhan gulma.

Pembumbunan II dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dan menekan

pertumbuhan anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilakukan untuk

merangsang pertumbuhan akar dibagian ruas atas dan melancarkan aliran air

hujan. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.053

ha/HOK.

f. Pengklentekan

Klentek adalah kegiatan membuang klaras atau daun kering yang masih

menempel di batang tebu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan tebu yang

bersih, karena klaras ini merupakan sampah yang akan menurunkan rendemen

apabila ikut terbawa gilingan. Selain itu dengan pengklentekan juga dapat

menekan perkembangan hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu,

memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari dan

mempermudah pelaksanaan tebang. Pengklentekan pada KTG dilakukan sebanyak

tiga kali. Prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.075

ha/HOK.

g. Pengendalian hama dan penyakit

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu

faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Jika hama dan penyakit

tidak dikendalikan maka akan menurunkan produktivitas tebu. Baik hama maupun

penyakit keduanya berpengaruh terhadap hasil. Pengendalian hama dan penyakit

(46)

konvensional pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida telah diganti

dengan pengendalian hama terpadu.

Pengendalian hama di PG Madukismo dilakukan dengan cara manual,

kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Pengendalian dengan cara manual yaitu

dengan mengambil satu per satu hama yang ada di tanaman tebu. Pengendalian

secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida namun biasanya jika aplikasi

pestisida terlalu berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan resistensi

terhadap hama itu sendiri dan berdampak negatif pada kesehatan manusia.

Terdapat tiga macam hama dominan yang menyerang tanaman tebu di PG

Madukismo yaitu uret, penggerek pucuk tebu, dan penggerek batang tebu

Uret. Serangan hama uret terjadi pada bulan Januari – Juli setelah penerbangan serangga dewasa/ampal. Adapun ciri-ciri tanaman tebu yang

terserang uret adalah daunnya menguning di musim kemarau dan akarnya habis

dimakan uret sehingga menyebabkan tanaman mudah roboh. Serangan uret

dikatakan berat apabila terdapat lebih dari empat ekor dalam satu rumpun tebu.

Serangan uret dapat menurunkan hingga 50% bobot tebu dan 30% rendemen. Uret

dapat dikendalikan melalui metode pengendalian hayati, kultur teknis dan

pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dapat dilakukan oleh burung jalak

atau kadal sebagai pemakan uret, tabuhan penggali ( Compsomeris sp. ) sebagai

parasit uret dalam tanah dan jamur Metarhizium onisopliae sebagai jamur yang menyerang uret. Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan manipulasi waktu

tanam dan tebang serta pengolahan tanah secara intensif. Pengendalian kimiawi

melalui carbofuran, pergiliran pestisida dan monitoring uret.

Gambar

Tabel 4. Produksi PG Madukismo lima tahun terakhir
Gambar 3. Tebang bibit
Gambar 6. Pemotongan bibit bagal
Tabel 7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk Keluar (Turnover Intention) Studi pada Karyawan PT.. Bank Negara Indonesia

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pekerjaan Taman Kantor Gabungan Dinas - Dinas , dimana perusahaan saudara termasuk

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian melalui Metode

Berdasarkan data konsumsi bawang merah di Kabupaten Brebes pada tahun 2006 tenyata konsumsi bawang merah lebih banyak dari pada produksi bawang merah di Kabupaten

Variabel pelatihan (X2) diperoleh nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 3,183 &gt; 1.987 pada signifikasi 0,002 &lt; 0,05 dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis H2 = 0

Untuk dapat menyari senyawa minyak atsiri golongan terpenoid yang terdapat dalam biji kapulaga maka dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk ekstrak etanol 70%.. Pelarut etanol

[r]