• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabi‟at, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan

kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan istilah pengajaran. Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus Inggris Elies dan Elies diartikan “to teach, to intruct, to train” yaitu mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah yaitu “allamal ilma” yang berarti to teach atau to intruct (mengajar atau membelajarkan) (Syah, 2006: 20).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah (Thobroni, 2013: 18).

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Kata pembelajaran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah belajar. Karena sebagai objek dari pembelajaran, maka anak didik mempunyai tugas untuk memberdayaan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar. Mengenai belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses usaha yang diakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2)

b. James W. Vander Zanden menyatakan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil pengalaman. Sebuah proses yang didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan (Ramayulis, 2018: 336).

c. Sadiman menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat”. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersikap pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Fathurrohman, 2012: 8)

Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2) Perubahan perilaku relatif permanen.

3) Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan (Thobroni, 2013: 2)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.

Al-qur‟an menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus di baca, dipelajari. Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-qur‟an. Ada yang mengatakan bahwa Al-qur‟an adalah kalam Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas (Quraish Shihab , 2008: 13).

Al-qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW. Sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Turunnya Al-qur‟an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah (Jurnal Roihan Daulay, 2014: 31).

1) Al-qur‟an adalah sebuah kitab suci yang sakral. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang dihapal di luar kepala jutaan orang, selain Al-qur‟an karena Allah telah menjadikannya mudah diingat dan dihapal. Sekalipun banyak Al-qur‟an adalah kalam Allah

2) Al-qur‟an merupakan mu‟jizat Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kematian dan kerasulan Muhammad SAW

3) Al-qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bukan karangan beliau

4) Al-qur‟an merupakan bacaan mulia dan membacanya menjadi ibadah

5) Al-qur‟an senantiasa dipelihara dari kesalahan dan pemalsuan

6) Tidak ada seorangpun yang mampu membuat yang serupa dengan Al-qur‟an, bahkan dengan sekiranya jin dan manusia bergabung saling membantu bekerja sama membuat yang serupa dengan Al-qur‟an, maka mereka tidak akan mungkin dapat membuatnya, walau hanya suatu surahifat (Jurnal Muzakir, 2012: 17).

Orang yang menghapalnya tidak paham apa yang dibaca dan dihapalnya karena berbahasa Arab, namun mereka berlomba-lomba menghapalnya dengan maksud sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT (Jurnal Muzakkir, 2015: 108).

Jadi pembelajaran Al-qur‟an adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik untuk membaca Al-qur‟an dengan fasih dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid agar peserta didik terbiasa belajar membaca Al-qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Membaca Al-qur‟an merupakan perbuatan ibadah yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan membaca manusia akan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur‟an.

2. Dasar Pembelajaran Al-qur’an

Dalam mengajarkan Al-qur‟an ada dasar-dasar yang digunakan, karena Al-qur‟an adalah sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Al-qur‟an adalah pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia akhirat kelak. Dasar-dasar pengajaran Al-qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Dasar yang bersumber dari qur‟an. Dasar yang bersumber dari Al-qur‟an dalam surat Al-Alaq: 1-5

















































Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al-Alaq: 1-5) (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Surat Al-Ankabut ayat 45:













































Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT telah menyerukan kepada umat Islam untuk belajar Al-qur‟an sesuai dengan kemampuan yang dimilki oleh masing-masing individu karena mempelajarinya adalah wajib disamping juga mendirikan shalat.

b. Dasar-dasar yang bersumber Nabi

Artinya: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara, mencintai Nabimu dan mencintai keluarganya (keluarga Nabi) dan membaca AlQur’an sesungguhnya orang yang berpegang teguh kepada AlQur’an berada dalam lindungan Allah pada hari tidak adaperlindungan kecuali lindungan-Nya bersama-sama dengannabi-nabi dan sahabat-sahabatnya yang tulus”.

Itulah hadits yang merupakan dasar bahwa Islam memerintahkan agar umat mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al-qur‟an

sebagai pedoman umat Islam di muka bumi ini. Dasar-dasar inilah yang dijadikan pijakan dalam pengajaran Al-qur‟an di sekolah-sekolah atau di lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya mengajarkan Al-qur‟an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan kemampuan membaca Al-qur‟an harus diterapkan dan terbiasa melafalkan ayat-ayat Al-qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid dan makhorijul hurufnya.

3. Tujuan Pembelajaran Al-qur’an

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sulit untuk menyeleksi mana kegiatan yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan. Tujuan pembelajaran Al-qur‟an di antaranya yaitu:

a. Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh guru dan pembaca adalah mengharapkan keridhaan (Jurnal Mukhlishin, 2016:160). Allah SWT berfirman dalam Q.S al-Bayyinah: 5 yang berbunyi:



































Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus (Q.S al-Bayyinah: 5) (Kementrian Agama RI Al-Fattah).

b. Al-qur‟an menjadi pedoman utama yang dikagumi dan dicintai agar bahagia menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.

c. Membacanya sesuai dengan bacaan yang diturunkan dari Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril.

d. Mengamalkan apa yang terkandung dalam Al-qur‟an seperti perintah Shalat.

f. Mampu menulisnya.

Al-qur‟an diturunkan Allah SWT dengan tujuan utama untuk dibaca dan diperdengarkan, serta untuk diperhatikan atau direnungkan (tadabbur) dan kemudian untuk diaktualisasikan secara aplikatif (Jurnal Dony Purnama, 2017: 183-184).

Tujuan pembelajaran Al-qur‟an adalah untuk meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-qur‟an yang nantinya diharapkan nilai-nilai Al-qur‟an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan Nasional. Disamping itu manfaat pembelajaran Al-qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-qur‟an

b. Meningkatkan semangat ibadah c. Membentuk akhlakul karimah

d. Meningkatkan lulusan yang berkualitas

e. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman terhadap Al-qur‟an Adapun fungsi pembelajaran Al-qur‟an adalah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi qur‟ani yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia demi menyongsong masa depan yang gemilang. 4. Keutamaan Membaca Al-qur’an

Sesungguhnya banyak hadits yang menunjukkan kelebihan Al-qur‟an dan keagungannya. Diantaranya ada yang berhubungan dengan keutamaan-keutamaan membaca dan memperhatikannya, dan ada pula yang berhubungan dengan keutamaan tentang penghafalan dan pemantapannya. Selain itu, tidak sedikit pula tertera dalam kitab Allah tentang ayat-ayat Allah yang menyerukan kepada orang-orang mukmin yang menghayati dan menerapkan hukum-hukumnya. Disampingnya seruan untuk mendengarkan bacaannya dengan penuh perhatian ketika dibacakan ayat-ayat Al-qur‟an. Untuk itu sudah seharusnyalah bagi orang

yang mempelajari Al-qur‟an yang tujuannya disamping mempelajari ilmu juga mendapatkan ridha Allah dan kebahagiaan dihari akhirat nanti. Dan hendaknya ia mengamalkan isi Al-qur‟an agar dapat menjadi hujjah (alasan) dihari akhirat (Syaibuniy, 1999: 16).

Al-qur‟an dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat muslim, setiap muslim dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi dari kandungan ayat tersebut. Maka dari itu perlu bagi kita untuk mempelajari Al-qur‟an, baik belajar membaca, menulis maupun mempelajari isi dari kandungan Al-qur‟an tersebut.

Bagi orang yang beriman, kecintaannya kepada Al-qur‟an akan bertambah. Sebagai bukti cintanya, dia akan semakin bersemangat membacanya setiap waktu, mempelajari isi kandungan dan memahaminya. Selanjutnya, akan mengamalkan Al-qur‟an dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan lingkungan sekitarnya.

Allah SWT berfirman dalam surat al-Isra‟ ayat 82:





























Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Dalam sebuah riwayat pernah diungkapkan bahwa pada suatu hari, seseorang datang menghadap Ibnu Mas‟ud r.a dan menceritakan permasalahannya. “Wahai Ibnu Mas‟ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah,” keluhnya. Ibnu Mas‟ud menjawab, “Kalau penyakit itu yang menimpamu, bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu tempat orang-orang membaca Al-qur‟an, bacalah qur‟an, atau dengarlah baik-baik orang yang membaca Al-qur‟an.

Dari Aisyah r.a berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur‟an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang orang yang membaca Al-Qur‟an dan ia merasa susah di dalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”.

Dari keterangan ayat dan hadis di atas, dapat dimengerti bahwa Al-qur‟an merupakan sumber pokok ajaran Islam yang menjadi kebutuhan bagi setiap umat muslim, banyak ilmu dan pelajaran penting yang dapat diambil dari Al-qur‟an. Sehingga, seluruh umat Islam yang ada di muka bumi ini dianjurkan untuk membaca serta mempelajarinya.

5. Tingkatan Membaca Al-qur’an

Terdapat 2 tingkatan bacaan Al-qur‟an yaitu bacaan dari segi cepat atau lambatnya membaca Al-qur‟an. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. At-Tahqiq adalah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut ulama

tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan / diberlakukan sebagai metode dalam proses belajar mengajar, sehingga diharapkan murid dapat melihat dan mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf sesuai dengan makhrajnya dan sifatnya serta hukum-hukumnya, seperti panjang,samar, sengau, dan lain sebagainya.

b. At-Tartil adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas, mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat-sifatnya, serta mentadabburi maknanya (Annuri, 2010:29-30)

c. Al-Hadr adalah bacaan cepat dengan tetap menjaga hukum tajwidnya. Perlu di ingat bahwa yang dimaksud cepat bukan kecepatan huruf dari mulut tapi menggunakan ukuran yang terpendek selama peraturan membolehkan. Jadi jelas bacaan hadr tetap menjaga peraturan.

d. At-Tadwir adalah bacaan sedang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat, pertengahan antara al-hadr dan at-tartil. Tidak berbeda dengan bacaan hadr, maksud tadwir adalah bacaan yang memakai kecepatan pertengahan antara ketentuan yang ada seperti menggunakan empat

harkat dari ketentuan boleh pilih dua, empat dan enam harkat (Ali, 1983: 28).

6. Materi Pembelajaran Membaca Al-qur’an

Al-qur‟an Al-Karim dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia, memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptanya, jasmani, akal, dan jiwa, atau dengan kata lain ”mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya” karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al-qur‟an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal, dan raga manusia (Shihab, 2001:175)

Dalam penyajian materi pendidikannya, Al-qur‟an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakan maupun yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia melalui akalnya (Shihab, 2001:175). Materi ajar adalah bahan ajar yang akan diberikan kepada pembelajar atau peserta didik, dimana materi ini berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumya (Adripen, 2007:54).

Materi pembelajaran merupakan inti pokok yang harus ada dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Kalau diibaratkan sebuah kendaraan, materi itulah mestinya. Begitu juga dalam proses pelaksanaan pembelajaran, materi mempunyai peranan utama dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu pendidikan.

Adapun jenis materi yang diberikan kepada peserta didik di taman pendidikan Al-qur‟an adalah:

a. Materi Membaca

Membaca berasal dari kata dasar ”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwadan pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurut peraturan-peraturan tertentu. Kata baca dalam bahasa Indonesia mengandung arti: melihat, memperhatikan, serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hari. (Depdibud RI, 1989).

Dalam literatur pendidikan Islam istilah membaca mengandung dua penekanan yaitu: tilawah dan qira‟ah, istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya sesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik. Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau mengungkapkan terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis, makna baca tidak sekedar tilawah tetapi juga qira‟ah. M. Hasbi Ash Shidiqi mendefenisikan dalam bukunya bahwa Al-qur‟an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Quran adalah ”mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf‟ul yaitu: maqru: yang dibaca (Shiddiqi, 1992:1)

Sebelum siswa dapat membaca (mengucapkan huruf,bunyi, atau lambang bahasa) dalam Al-qur‟an, terlebih dahulu santri harus mengenal huruf hijaiyah. Kemampuan mengenal dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca adalah pembelajaran membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami, tetapi ada pada tahap melafalkan lambang-lambang.

b. Materi Menulis

Menurut Rudy S. Iskandar menulis adalah kegiatan menuangkan simbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambang bunyi seperti ”a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf ”b” adalah lambang bunyi jika bibir atas dan bawah diketupkan. Jadi menulis adalah menuangkan simbol lambang dan bunyi. Menurut sabri kata tuli merupakan kata kerja yang memiliki

arti melambangkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka (Iskandar, 2002: 27).

Adapun dalam proses pembelajaran membaca Al-qur‟an khususnya dalam bidang menulis ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk menunjang pemahaman peserta didik dalam menulis huruf Al-qur‟an yang meliputi:

1. Latihan menulis huruf-huruf hijaiyah mulai dari huruf alif hingga yaa.

2. Latihan menulis kata perkata maupun perkalimat. Latihan ini dilakukan setelah peserta didik sudah mampu menuliskan huruf-huruf hijaiyah secara keseluruhan.

7. Strategi Dalam Pelaksanaan Membaca Al-qur’an

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan untuk mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. dan dari pengertian diatas terdapat dua pengertian yang penting, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan, termasuk rancangan tindakan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006:5).

Dengan demikian jelaslah bahwa strategi pembelajaran dapat digunakan sebagai upaya mencapai kompetensi sisiwa yang telah direncanakan secara efektif dan efesien. Jika seandainya guru Taman

Pendididkan Al-qur‟an (TPA) mampu menggunakan strategi dengan sebaik-baiknya, maka akan dapat membantu peserta didik dalam mempelajari dan memahami huruf-huruf Al-qur‟an.

Bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan peserta didik diantaranya:

a. Srategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru, peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi itu, karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk” (Mulyono, 2011: 75)

Ada beberapa karakteristik strategi ekpositori diantaranya: 1) Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaikan

materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan 2) merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh

karena itu sering juga orang mengidentikannya dengan ceramah.

3) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk berfikir ulang.

4) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir peserta didik diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi tidak diberikan secara langsung, peran peserta didik dalam strategi ini

Dokumen terkait