• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR AN DI LEMBAGA PENDIDIKAN QUR AN MESJID NURUL IMAN SIMPANG KIAMBANG KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR AN DI LEMBAGA PENDIDIKAN QUR AN MESJID NURUL IMAN SIMPANG KIAMBANG KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI LEMBAGA PENDIDIKAN QUR’AN MESJID NURUL IMAN SIMPANG KIAMBANG

KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

RIKE PASLAWATI NIM. 15 300 1000 87

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

RIKE PASLAWATI, NIM : 15300100087, Judul Skripsi “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI LEMBAGA PENDIDIKAN QUR’AN (LPQ) MESJID NURUL IMAN SIMPANG KIAMBANG KABUPATEN TANAH DATAR”, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, 2020 dengan jumlah 106 halaman.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah LPQ Nurul Iman memiliki kelebihan atau keistimewaan dibanding dengan LPQ yang lain di Kecamatan Lima Kaum dimana LPQ Nurul Iman berhasil melahirkan santri dan qori yang mahir dalam mempelajari Al-qur‟an serta menjadi juara di setiap perlombaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-qur‟an di Lembaga Pendidikan Qur‟an Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang, sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam rangka mengembangkan ilmu tentang pembelajaran Al-qur‟an.

Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif menggambarkan secara tertulis tanpa menggunakan angka-angka. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sedangkan teknik menguji keabsahan data yang penulis gunakan adalah trianggulasi.

Dari penelitian yang penulis lakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa: 1) Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di Lembaga Pendidikan Qur‟an Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang yaitu persiapan yang tidak tertulis, guru mempersiapkan dalam bentuk pemahaman saja.2) Pelaksanaan pembelajaran Al-qur‟an guru menggunakan dua cara dalam menyampaikan materi pembelajaran, Pertama, guru menjelaskan materi pembelajaran secara bersama-sama. Kedua, guru menjelaskan materi secara khusus yaitu langsung mengajari santri dengan berhadapan langsung satu persatu dengan guru. Metode yang digunakan adalah metode iqra, tartil, tilawati dan metode tajwid. Strategi pembelajaran Al-qur‟an di LPQ ini yang digunakan yaitu strategi coopertive learning, ekpositori, dan inquiri. 3) Evaluasi pembelajaran Al-qur‟an yang dilakukan oleh guru di Lembaga Pendidikan Qur‟an yaitu: tes lisan, tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan santri membaca Al-Qur‟an.

Kata kunci : Pelaksanaan Pembelajaran Al-qur’an

(6)

vi HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

BIODATA PENULIS ... v

KATA PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 8 C. Pertanyaan Penelitian ... 8 D. Tujuan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 8 F. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an ... 11

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an ... 12

C. Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an ... 40

D. Penelitian Relevan ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 46

C. Instrumen Penelitian ... 47

D. Sumber Data ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

(7)

vii

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Datar ... 51 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum ... 52 B. Temuan Khusus ... 60

1. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an di Lpq

Mesjid Nurul Iman ... 60 2. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an di Lpq Mesjid Nurul

Iman ... 65 3. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an di Lpq

Mesjid Nurul Iman ... 94 C. Pembahasan ... 97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 105 B. Saran ... 106 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Panduan kisi kisi wawancara

Lampiran 2. Pedoman observasi

Lampiran 3. Pedoman wawancara dengan guru Lampiran 4. Pedoman wawancara dengan santri Lampiran 5. Hasil wawancara dengan guru Lampiran 6. Hasil wawancara dengan santri Lampiran 7. Foto dokumentasi dengan guru Lampiran 8. Foto dokunmentasi dengan santri Lampiran 9. Surat izin penelitian dari LPP Lampiran 10. Surat balasan penelitian dari LPQ

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sarana dan prasarana LPQ Mesjid Nurul Iman ... 54 Tabel 4.2 Daftar guru LPQ Mesjid Nurul Iman ... 55 Tabel 4.3 Prestasi yang pernah diraih oleh LPQ Nurul Iman ... 56

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ada tiga lembaga pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan potensi manusia yaitu: Pertama, lembaga pendidikan informal (pendidikan keluarga). Lembaga pendidikan informal (keluarga) merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan orang tua sebagai pendidik utama yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya melakukan pendidikan orang perorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.

Kedua, lembaga pendidikan formal (pendidikan sekolah). Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.

Ketiga, lembaga pendidikan nonformal (pendidikan dalam masyarakat). Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan sekolah. Dengan demikian pengaruh pendidikan tersebut tampaknya luas (Sulo, 2005:180-182).

Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar antara lain: kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (pramuka, karang taruna, remaja masjid dan

(11)

sebagainya), organisasi politik, organisasi kebudayaan, media massa dan sebagainya.

Dari tiga lembaga pendidikan di atas yang menjadi peran utama terhadap kemajuan anak didik adalah guru, oleh sebab itu untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, maka tidak terlepas dari peran seorang guru yang mampu memberikan pembelajaran dengan baik, sehingga anak didik mampu menguasai pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses pendidikan yang ikut bergerak aktif dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru harus berperan aktif dan menempatkan diri sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang, dengan arti kata setiap guru harus dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya dalam rangka membawa siswanya kepada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu, sekaligus pencapaian tujuan pendidikan (Sardiman, 1986:141).

Peranan seorang guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didiknya. Oleh sebab itu guru harus mampu menempatkan diri dan mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru dalam pembelajaran adalah merumuskan tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, strategi, metode dalam pembelajaran, alat, sumber, serta evaluasi dalan pembelajaran.

Dalam persiapan pembelajaran Al-quran, guru hendaknya mampu mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, supaya anak didik dapat menguasai pembelajaran dengan baik. Pembelajaran membaca Al-qur‟an merupakan hal yang sangat penting, karena merupakan petunjuk bagi manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam qur‟an surat Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi :

















(12)

Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Baqarah/1: 2) (Kementerian Agama RI Al-Fattah)

Di samping itu Allah juga juga telah mewajibkan kepada manusia untuk membaca yang tersirat maupun tersurat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :



















































1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq 1-5) (Kementerian Agama RI Al-Fattah)

Berdasarkan ayat di atas terdapat suatu perintah yaitu perintah membaca yang secara tafsiran dimaknai dengan menuntut ilmu. Ayat ini mengandung perintah membaca yaitu membaca secara verbal dan nonverbal serta juga menulis dengan perantaraan qalam (pena). Hal ini jelas sekali bertujuan untuk mengadakan pembelajaran, karena membaca dan menulis merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Amelia, 2012:16).

Pengulangan perintah membaca dalam ayat pertama ini, bukan sekedar menunjukan bahwa, kecakapan membaca hendaknya mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang bacaan bismi rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan wawasan dan pengetahuan baru walaupun yang dibaca itu-itu saja (Shihab, 1998:434).

Dalam pembelajaran membaca Al-qur‟an, Allah mengisyaratkan kepada manusia untuk menjadikan Al-qur‟an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, barang siapa yang menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman maka akan bahagialah hidupnya di dunia maupun di akhirat karena Al-qur‟an akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pembela

(13)

bagi orang yang mempelajari dan mentaatinya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

   :      :           ( )         

“Abu Ummamah Ra Berkata : saya telah mendengar rasulullah SAW bersabda : bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya” (HR.Muslim) (Abu Zakaria Yahya Bin Syaraf Annawawi,1987:134.)

Selain tuntunan untuk membaca dan mempelajari Al-qur‟an manusia mengajarkan Al-qur‟an adalah sebuah kewajiban yang sangat suci lagi mulia menurut pandangan Allah SWT. Kewajiban ini berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi:

َنْب َدْعَس ُتْعِمَس ٍدَثْرَم ُنْب ُةَمَقْلَع يِنَرَ بْخَأ َلاَق ُةَبْعُش اَنَ ثَّدَح ٍلاَهْ نِم ُنْب ُجاَّجَح اَنَ ثَّدَح

َةَدْيَ بُع

هْنَع ُهَّللا َيِضَر َناَمْثُع ْنَع ِّيِمَلُّسلا ِنَمْحَّرلا ِدْبَع يِبَأ ْنَع

ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِّيِبَّنلا ْنع

َّلَسَو

َم

َّتَح َناَمْثُع ِةَرْمِإ يِف ِنَمْحَّرلا ِدْبَع وُبَأ َأَرْ قَأَو َلاَق ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ْمُكُرْ يَخ َلاَق

ى

َناَك

اَذَه يِدَعْقَم يِنَدَعْ قَأ يِذَّلا َكاَذَو َلاَق ُجاَّجَحْلا

“Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku men-dengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini. (HR. Bukhari) (Abû „Abd Allâh Muhammad ibn Ismâ‟îl ibn Ibrâhîm ibn al-Mughîrat ibn Bardizbat al-Bukhârî al-Ju‟fî, Al-Jâmi‟ al-Shahîh: 226).

Dalam hadits Nabi tersebut jelas bahwasanya sebaik-sebaik manusia adalah orang yang mempelajari Al-qur‟an dan mengajarkannya kepada orang lain. Pada saat sekarang ini untuk mewujudkan pendidikan yang Qurani maka diperlukan suatu lembaga pendidikan dan

(14)

pembelajaran, yaitu lembaga pendidikan membaca Al-qur‟an. Salah satu bentuk Lembaga Pendidikan Al-qur‟an di Kabupaten Tanah Datar ini adalah Lembaga Pendidikan Al-qur‟an Nurul Iman Simpang Kiambang. Lembaga maksudnya di sini adalah suatu wadah yang terdapat aktivitas atau proses untuk mencapai suatu tujuan. Wadah yang terdapat pada LPQ Nurul Iman Simpang Kiambang yang berproses untuk membina santri, mempelajari, memahami, menghafal dan mengamalkan Al-qur‟an.

Sesuai dengan peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan pasal 24 ayat 1-4 menyatakan bahwa : (1) pendidikan Al-qur‟an bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al-qur‟an, (2) pendidikan Al-qur‟an terdiri dari Taman Kanak-kanak Qur‟an (TKQ), Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ), Ta‟limul Quran li Aulat (TQA), (3) pendidikan Al-qur‟an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan tidak berjenjang, (4) penyelenggaraan pendidikan dipusatkan di Masjid, Mushalla/Surau atau ditempat lain yang memenuhi syarat (Peraturan Pemerintah: 2007).

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut dapat dilhat bahwasanya pendidikan Al-qur‟an mempunyai peluang yang cukup besar untuk dipelajari. Anjuran mempelajari Al-qur‟an tidak hanya diwajibkan oleh agama saja, tetapi telah menjadi kewajiban bagi warga negara untuk mempelajari Al-qur‟an, hal ini terlihat dalam peraturan pemerintah tersebut.

Berdasarkan peraturan pemerintah di atas dapat penulis gambarkan bahwa Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman simpang Kiambang merupakan lembaga pendidikan baca Al-qur‟an yang sejenis dengan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) dan penyelenggaraan pendidikan baca Al-qur‟an di sini dilaksanakan secara berjenjang dengan tempat memenuhi syarat untuk melaksanakan proses pembelajaran membaca Al-Quran.

(15)

Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman Simpang Kiambang merupakan suatu lembaga pendidikan nonformal yang telah berupaya untuk mewujudkan PERDA pemerintahan Kabupaten Tanah Datar. Sebagai lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan mempelajari Al-qur‟an, Nurul Iman Simpang Kiambang mempunyai peran penting dalam mengembangkan dan mengamalkan pendidikan Al-qur‟an untuk masyarakat Lima Kaum, umumnya masyarakat Batusangkar.

Pendidikan yang dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Qur‟an Nurul Iman Simpang Kiambang bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan santriwan/i pada Allah SWT melalui program pembelajaran membaca, menghafal Al-qur‟an dan pelajaran ilmu-ilmu agama Islam lainnya.

Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman adalah lembaga non formal di bawah naungan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) Nurul Iman, yang bergerak di bidang ke Qur‟an-an. Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman Simpang Kiambang ini merupakan salah satu tempat terfavorit di seputaran Kota Batusangkar bagi orang tua untuk mempercayakan anaknya mempelajari Al-qur‟an. Lahirnya LPQ Nurul Iman Simpang Kiambang pada tahun 2008 tidak lepas dari sejarah panjang dari masa ke masa mulai dari Surau, TPA Mushalla, TPA Masjid sampai kepada Lembaga Pendidikan Qur‟an seperti saat ini.

Fenomena yang yang penulis lihat di lapangan adalah di LPQ Nurul Iman Simpang Kiambang ini terlihat bahwa disana banyak orang tua yang mengantarkan anak mengaji di LPQ. Santri-santri tersebut berasal dari berbagai jorong atau nagari. Santri-santri tersebut diantarkan oleh orang tuanya di waktu menjelang ashar dan ada juga setelah ashar. Santri-santri itu mulai mengajinya dari jam 16.00 WIB sampai waktu sebelum Maghrib dan masing-masing dijemput oleh orang tuanya.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan ke Lembaga Pendidikan Qur‟an Mesjid Nurul Iman pada tanggal 09-11 Agustus 2019 lalu, di sini penulis melihat beberapa kegiatan yang berkaitan dengan

(16)

pelaksanaan pembelajaran Al-qur‟an dan catatan prestasi yang pernah diraihnya. Dari segi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan disini, diikuti oleh 160 orang santriwan/i, dibawah bimbingan 7 orang tenaga pendidik. Dari santriwan/i yang berjumlah 160 itu terdiri dari 7 kelompok berdasarkan kemampuannya yaitu: kelompok iqra A dan B, Al-qur‟an dasar, pelancaran pembacaan Al-qur‟an, tajwid, calon khatam dan tahfidz. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Ust. Jefriansyah, SE (wawancara pribadi, tanggal 10 Agustus 2019), ia mengatakan bahwa LPQ Nurul Iman memiliki kelebihan atau keistimewaan dibanding dengan LPQ yang lain di Kecamatan Lima Kaum. Dimana LPQ Nurul Iman berhasil melahirkan santri dan qori yang mahir dalam Al-qur‟an serta menjadi juara di setiap perlombaan. Adapun catatan yang pernah diraih oleh LPQ Nurul Iman terlihat ketika santrinya mampu mengukir prestasi hingga mencapai tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan. Prestasi yang diperoleh oleh santri di LPQ tersebut adalah pertama, berhasil mendapatkan juara lomba LPQ tingkat Kabupaten. Kedua, berhasil mendapatkan juara lomba tingkat Provinsi Sumatera Barat. Ketiga, berhasil mendapatkan juara tingkat Nasional, mendapatkan penghargaan guru sebagai guru LPQ teladan tingkat Nasional dan juga masih banyak lagi prestasi di raih oleh Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman ketika mengikuti lomba MTQ yang diikuti.

Suksesnya LPQ Nurul Iman dalam meraih prestasi, menjadi daya tarik penulis untuk meneliti. Berdasarkan keistimewaan/ prestasi Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman tersebut peneliti meneliti lebih lanjut tentang “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar”

(17)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah penelitian ini adalah “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar”

C. Pertanyaan Penelitian

Dari fokus penelitian di atas maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persiapan pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui bagaimana persiapan pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar 3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ

Mesjid Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wadah pengembangan wacana intelektual penulis, terutama dalam hal pembelajaran sesuai dengan latar belakang penulis.

(18)

b) Penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Setelah penelitian selesai, penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk:

a) Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menambah serta mempertajam wawasan dan pengetahuan peneliti berdasarkan kemampuan yang masih ada pada diri peneliti, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan Islam.

b) Sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan pada jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Batusangkar.

c) Sebagai sumbangan ilmiah atau pemikiran bagi sekolah atau Lembaga Pendidikan Qur‟an yang bersangkutan serta pihak-pihak yang terkait.

d) Sebagai bahan bacaan di pustaka IAIN Batusangkar.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu penulis jelaskan beberapa istilah yang terdapat dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini.

Pembelajaran Al-Qur’an adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik untuk membaca Al-qur‟an dengan fasih dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid agar peserta didik terbiasa belajar membaca Al-qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

Lembaga Pendidikan Qur’an (LPQ) Nurul Iman adalah sebuah lembaga pendidikan nonformal yang diselenggarakan di Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Mesjid Nurul Iman. Mesjid Nurul Iman disamping tempat beribadah sholat, juga dijadikan sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran dan pendidikan Al-qur‟an. Pembelajaran yang dilangsungkan di

(19)

Mesjid Nurul Iman memberikan dampak positif terhadap kemajuan Pendidikan Qur‟an di Simpang Kiambang Kecamatan Lima Kaum umumnya di Batusangkar.

Maksud dari keseluruhan judul yang terdapat di dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-qur‟an di Lembaga Pendidikan Qur‟an (LPQ) Nurul Iman Simpang Kiambang Kabupaten Tanah Datar.

(20)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Al-Quran

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar serta kemantapan dalam proses pembelajaranya banyak tergantung pada langkah-langkah persiapan yang ditempuh sebelumnya. Dengan persiapan yang matang, seorang guru akan tampil dihadapan peserta didiknya dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun secara mental dan intelektual. Sebaliknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang tidak didukung oleh persiapan yang matang atau tidak mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik maka guru yang bersangkutan akan tampil dihadapan para santrinya dalam keadaan bingung dan ragu-ragu, karena tidak jelas apa yang harus dilakukan dan target yang hendak dicapai.

Adapun langkah-langkah yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah persiapan tertulis dan persiapan tidak tertulis.

1. Persiapan tertulis

Persiapan tertulis adalah penulisan pokok-pokok bahasan yang akan disajikan serta langkah-langkah dan cara yang akan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Persiapan tertulis di tuangkan dalam bentuk rancangan tertulis berupa: Pertama, Program Kegiatan Mingguan (PKM), Program kegiatan mingguan ini memuat kegiatan-kegiatan mingguan yang dilakukan oleh sebuah Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ) berupa kegiatan ekstrakurikuler seperti: latihan kesenian, latihan didikan subuh, olahraga dan kegiatan lainnya yang dapat menunjang proses belajar mengajar di Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ). Kedua, Program Kegiatan Harian (PKH). Program kegiatan harian mencakup semua kegiatan PBM sehari-hari, serta materi apa yang akan diajarkan oleh seorang guru di Taman Pendidikan Qur‟an (Saifuddin, 2012:79)

Segala hal yang dituangkan dalam PKM maupun PKH hendaklah mengacu pada kurikulum dan buku sumber yang berlaku. Dan keduanya (PKM dan PKH) disusun secara teratur dan disimpan dengan baik karena

(21)

sangat berguna untuk bahan evaluasi atau menjadi bahan masukan untuk hari-hari berikutnya (Saifuddin, 2012:80).

2. Persiapan tak tertulis

Persiapan tak tertulis adalah segala persiapan lahir batin seorang guru dalam rangka mensukseskan terlaksananya kegiatan belajar mengajar, sesuai persiapan tertulis yang sudah dirancang (Saifuddin, 2012:80). Persiapan tertulis ini terdiri dari persiapan lahiriyah (fisik material) dan persiapan batiniyah (mental spritual), sambil membayangkan dan memperkirakan apa yang akan di hadapi di tempat tugasnya. Persiapan lahiriyah antara lain memilih pakaian corak serta warna pakaian yang akan dipakai (sesuai peraturan yang berlaku), keberhasilan dan kebugaran badan, penyesuaian dalam cara bersolek (bagi guru wanita) dan sebagainya. Hal ini harus dipersiapkan karena menyangkut daya tarik daya tarik penampilan dan wibawa seorang guru. Segi batiniyah pun mutlak harus dipersiapkan, yaitu adanya kesiapan mental untuk tampil ditengah-tengah peserta didik yang sifat dan karakternya berbeda-beda.

Seorang guru harus siap mental dan berjanji dalam dirinya untuk bersikap sabar, tenang, tidak cepat marah, pandai mengendalikan diri, tidak mengeluarkan kata-kata kasar atau marah-marah di depan anak didik (Saifuddin, 2012:80). Hal ini sangat penting dipersiapkan oleh seorang guru terutama di Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ) karena perbedaan karakteristik peserta didik di TPQ sangat berpengaruh terhadap tercapainya sebuah tujuan pembelajaran terutama dalam membaca Al-qur‟an.

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-qur’an 1. Pengertian Pembelajaran Al-qur’an

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabi‟at, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan

(22)

kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan istilah pengajaran. Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus Inggris Elies dan Elies diartikan “to teach, to intruct, to train” yaitu mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah yaitu “allamal ilma” yang berarti to teach atau to intruct (mengajar atau membelajarkan) (Syah, 2006: 20).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah (Thobroni, 2013: 18).

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

(23)

Kata pembelajaran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah belajar. Karena sebagai objek dari pembelajaran, maka anak didik mempunyai tugas untuk memberdayaan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar. Mengenai belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses usaha yang diakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2)

b. James W. Vander Zanden menyatakan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil pengalaman. Sebuah proses yang didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan (Ramayulis, 2018: 336).

c. Sadiman menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat”. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersikap pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Fathurrohman, 2012: 8)

Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2) Perubahan perilaku relatif permanen.

3) Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

(24)

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan (Thobroni, 2013: 2)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.

Al-qur‟an menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus di baca, dipelajari. Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-qur‟an. Ada yang mengatakan bahwa Al-qur‟an adalah kalam Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas (Quraish Shihab , 2008: 13).

Al-qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW. Sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Turunnya Al-qur‟an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah (Jurnal Roihan Daulay, 2014: 31).

1) Al-qur‟an adalah sebuah kitab suci yang sakral. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang dihapal di luar kepala jutaan orang, selain Al-qur‟an karena Allah telah menjadikannya mudah diingat dan dihapal. Sekalipun banyak Al-qur‟an adalah kalam Allah

2) Al-qur‟an merupakan mu‟jizat Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kematian dan kerasulan Muhammad SAW

3) Al-qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bukan karangan beliau

(25)

4) Al-qur‟an merupakan bacaan mulia dan membacanya menjadi ibadah

5) Al-qur‟an senantiasa dipelihara dari kesalahan dan pemalsuan

6) Tidak ada seorangpun yang mampu membuat yang serupa dengan Al-qur‟an, bahkan dengan sekiranya jin dan manusia bergabung saling membantu bekerja sama membuat yang serupa dengan Al-qur‟an, maka mereka tidak akan mungkin dapat membuatnya, walau hanya suatu surahifat (Jurnal Muzakir, 2012: 17).

Orang yang menghapalnya tidak paham apa yang dibaca dan dihapalnya karena berbahasa Arab, namun mereka berlomba-lomba menghapalnya dengan maksud sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT (Jurnal Muzakkir, 2015: 108).

Jadi pembelajaran Al-qur‟an adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik untuk membaca Al-qur‟an dengan fasih dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid agar peserta didik terbiasa belajar membaca Al-qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Membaca Al-qur‟an merupakan perbuatan ibadah yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan membaca manusia akan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur‟an.

2. Dasar Pembelajaran Al-qur’an

Dalam mengajarkan Al-qur‟an ada dasar-dasar yang digunakan, karena Al-qur‟an adalah sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Al-qur‟an adalah pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia akhirat kelak. Dasar-dasar pengajaran Al-qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Dasar yang bersumber dari qur‟an. Dasar yang bersumber dari Al-qur‟an dalam surat Al-Alaq: 1-5

(26)

















































Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al-Alaq: 1-5) (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Surat Al-Ankabut ayat 45:













































Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT telah menyerukan kepada umat Islam untuk belajar Al-qur‟an sesuai dengan kemampuan yang dimilki oleh masing-masing individu karena mempelajarinya adalah wajib disamping juga mendirikan shalat.

b. Dasar-dasar yang bersumber Nabi

Artinya: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara, mencintai Nabimu dan mencintai keluarganya (keluarga Nabi) dan membaca AlQur’an sesungguhnya orang yang berpegang teguh kepada AlQur’an berada dalam lindungan Allah pada hari tidak adaperlindungan kecuali lindungan-Nya bersama-sama dengannabi-nabi dan sahabat-sahabatnya yang tulus”.

Itulah hadits yang merupakan dasar bahwa Islam memerintahkan agar umat mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al-qur‟an

(27)

sebagai pedoman umat Islam di muka bumi ini. Dasar-dasar inilah yang dijadikan pijakan dalam pengajaran Al-qur‟an di sekolah-sekolah atau di lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya mengajarkan Al-qur‟an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan kemampuan membaca Al-qur‟an harus diterapkan dan terbiasa melafalkan ayat-ayat Al-qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid dan makhorijul hurufnya.

3. Tujuan Pembelajaran Al-qur’an

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sulit untuk menyeleksi mana kegiatan yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan. Tujuan pembelajaran Al-qur‟an di antaranya yaitu:

a. Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh guru dan pembaca adalah mengharapkan keridhaan (Jurnal Mukhlishin, 2016:160). Allah SWT berfirman dalam Q.S al-Bayyinah: 5 yang berbunyi:



































Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus (Q.S al-Bayyinah: 5) (Kementrian Agama RI Al-Fattah).

b. Al-qur‟an menjadi pedoman utama yang dikagumi dan dicintai agar bahagia menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.

c. Membacanya sesuai dengan bacaan yang diturunkan dari Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril.

d. Mengamalkan apa yang terkandung dalam Al-qur‟an seperti perintah Shalat.

(28)

f. Mampu menulisnya.

Al-qur‟an diturunkan Allah SWT dengan tujuan utama untuk dibaca dan diperdengarkan, serta untuk diperhatikan atau direnungkan (tadabbur) dan kemudian untuk diaktualisasikan secara aplikatif (Jurnal Dony Purnama, 2017: 183-184).

Tujuan pembelajaran Al-qur‟an adalah untuk meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-qur‟an yang nantinya diharapkan nilai-nilai Al-qur‟an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan Nasional. Disamping itu manfaat pembelajaran Al-qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-qur‟an

b. Meningkatkan semangat ibadah c. Membentuk akhlakul karimah

d. Meningkatkan lulusan yang berkualitas

e. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman terhadap Al-qur‟an Adapun fungsi pembelajaran Al-qur‟an adalah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi qur‟ani yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia demi menyongsong masa depan yang gemilang. 4. Keutamaan Membaca Al-qur’an

Sesungguhnya banyak hadits yang menunjukkan kelebihan Al-qur‟an dan keagungannya. Diantaranya ada yang berhubungan dengan keutamaan-keutamaan membaca dan memperhatikannya, dan ada pula yang berhubungan dengan keutamaan tentang penghafalan dan pemantapannya. Selain itu, tidak sedikit pula tertera dalam kitab Allah tentang ayat-ayat Allah yang menyerukan kepada orang-orang mukmin yang menghayati dan menerapkan hukum-hukumnya. Disampingnya seruan untuk mendengarkan bacaannya dengan penuh perhatian ketika dibacakan ayat-ayat Al-qur‟an. Untuk itu sudah seharusnyalah bagi orang

(29)

yang mempelajari Al-qur‟an yang tujuannya disamping mempelajari ilmu juga mendapatkan ridha Allah dan kebahagiaan dihari akhirat nanti. Dan hendaknya ia mengamalkan isi Al-qur‟an agar dapat menjadi hujjah (alasan) dihari akhirat (Syaibuniy, 1999: 16).

Al-qur‟an dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat muslim, setiap muslim dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi dari kandungan ayat tersebut. Maka dari itu perlu bagi kita untuk mempelajari Al-qur‟an, baik belajar membaca, menulis maupun mempelajari isi dari kandungan Al-qur‟an tersebut.

Bagi orang yang beriman, kecintaannya kepada Al-qur‟an akan bertambah. Sebagai bukti cintanya, dia akan semakin bersemangat membacanya setiap waktu, mempelajari isi kandungan dan memahaminya. Selanjutnya, akan mengamalkan Al-qur‟an dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan lingkungan sekitarnya.

Allah SWT berfirman dalam surat al-Isra‟ ayat 82:





























Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Kementrian Agama RI Al-Fattah)

Dalam sebuah riwayat pernah diungkapkan bahwa pada suatu hari, seseorang datang menghadap Ibnu Mas‟ud r.a dan menceritakan permasalahannya. “Wahai Ibnu Mas‟ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah,” keluhnya. Ibnu Mas‟ud menjawab, “Kalau penyakit itu yang menimpamu, bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu tempat orang-orang membaca Al-qur‟an, bacalah qur‟an, atau dengarlah baik-baik orang yang membaca Al-qur‟an.

(30)

Dari Aisyah r.a berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur‟an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang orang yang membaca Al-Qur‟an dan ia merasa susah di dalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”.

Dari keterangan ayat dan hadis di atas, dapat dimengerti bahwa Al-qur‟an merupakan sumber pokok ajaran Islam yang menjadi kebutuhan bagi setiap umat muslim, banyak ilmu dan pelajaran penting yang dapat diambil dari Al-qur‟an. Sehingga, seluruh umat Islam yang ada di muka bumi ini dianjurkan untuk membaca serta mempelajarinya.

5. Tingkatan Membaca Al-qur’an

Terdapat 2 tingkatan bacaan Al-qur‟an yaitu bacaan dari segi cepat atau lambatnya membaca Al-qur‟an. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. At-Tahqiq adalah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut ulama

tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan / diberlakukan sebagai metode dalam proses belajar mengajar, sehingga diharapkan murid dapat melihat dan mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf sesuai dengan makhrajnya dan sifatnya serta hukum-hukumnya, seperti panjang,samar, sengau, dan lain sebagainya.

b. At-Tartil adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas, mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat-sifatnya, serta mentadabburi maknanya (Annuri, 2010:29-30)

c. Al-Hadr adalah bacaan cepat dengan tetap menjaga hukum tajwidnya. Perlu di ingat bahwa yang dimaksud cepat bukan kecepatan huruf dari mulut tapi menggunakan ukuran yang terpendek selama peraturan membolehkan. Jadi jelas bacaan hadr tetap menjaga peraturan.

d. At-Tadwir adalah bacaan sedang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat, pertengahan antara al-hadr dan at-tartil. Tidak berbeda dengan bacaan hadr, maksud tadwir adalah bacaan yang memakai kecepatan pertengahan antara ketentuan yang ada seperti menggunakan empat

(31)

harkat dari ketentuan boleh pilih dua, empat dan enam harkat (Ali, 1983: 28).

6. Materi Pembelajaran Membaca Al-qur’an

Al-qur‟an Al-Karim dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia, memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptanya, jasmani, akal, dan jiwa, atau dengan kata lain ”mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya” karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al-qur‟an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal, dan raga manusia (Shihab, 2001:175)

Dalam penyajian materi pendidikannya, Al-qur‟an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakan maupun yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia melalui akalnya (Shihab, 2001:175). Materi ajar adalah bahan ajar yang akan diberikan kepada pembelajar atau peserta didik, dimana materi ini berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumya (Adripen, 2007:54).

Materi pembelajaran merupakan inti pokok yang harus ada dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Kalau diibaratkan sebuah kendaraan, materi itulah mestinya. Begitu juga dalam proses pelaksanaan pembelajaran, materi mempunyai peranan utama dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu pendidikan.

Adapun jenis materi yang diberikan kepada peserta didik di taman pendidikan Al-qur‟an adalah:

a. Materi Membaca

Membaca berasal dari kata dasar ”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwadan pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurut peraturan-peraturan tertentu. Kata baca dalam bahasa Indonesia mengandung arti: melihat, memperhatikan, serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hari. (Depdibud RI, 1989).

(32)

Dalam literatur pendidikan Islam istilah membaca mengandung dua penekanan yaitu: tilawah dan qira‟ah, istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya sesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik. Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau mengungkapkan terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis, makna baca tidak sekedar tilawah tetapi juga qira‟ah. M. Hasbi Ash Shidiqi mendefenisikan dalam bukunya bahwa Al-qur‟an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Quran adalah ”mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf‟ul yaitu: maqru: yang dibaca (Shiddiqi, 1992:1)

Sebelum siswa dapat membaca (mengucapkan huruf,bunyi, atau lambang bahasa) dalam Al-qur‟an, terlebih dahulu santri harus mengenal huruf hijaiyah. Kemampuan mengenal dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca adalah pembelajaran membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami, tetapi ada pada tahap melafalkan lambang-lambang.

b. Materi Menulis

Menurut Rudy S. Iskandar menulis adalah kegiatan menuangkan simbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambang bunyi seperti ”a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf ”b” adalah lambang bunyi jika bibir atas dan bawah diketupkan. Jadi menulis adalah menuangkan simbol lambang dan bunyi. Menurut sabri kata tuli merupakan kata kerja yang memiliki

(33)

arti melambangkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka (Iskandar, 2002: 27).

Adapun dalam proses pembelajaran membaca Al-qur‟an khususnya dalam bidang menulis ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk menunjang pemahaman peserta didik dalam menulis huruf Al-qur‟an yang meliputi:

1. Latihan menulis huruf-huruf hijaiyah mulai dari huruf alif hingga yaa.

2. Latihan menulis kata perkata maupun perkalimat. Latihan ini dilakukan setelah peserta didik sudah mampu menuliskan huruf-huruf hijaiyah secara keseluruhan.

7. Strategi Dalam Pelaksanaan Membaca Al-qur’an

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan untuk mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. dan dari pengertian diatas terdapat dua pengertian yang penting, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan, termasuk rancangan tindakan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006:5).

Dengan demikian jelaslah bahwa strategi pembelajaran dapat digunakan sebagai upaya mencapai kompetensi sisiwa yang telah direncanakan secara efektif dan efesien. Jika seandainya guru Taman

(34)

Pendididkan Al-qur‟an (TPA) mampu menggunakan strategi dengan sebaik-baiknya, maka akan dapat membantu peserta didik dalam mempelajari dan memahami huruf-huruf Al-qur‟an.

Bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan peserta didik diantaranya:

a. Srategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru, peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi itu, karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk” (Mulyono, 2011: 75)

Ada beberapa karakteristik strategi ekpositori diantaranya: 1) Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaikan

materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan 2) merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh

karena itu sering juga orang mengidentikannya dengan ceramah.

3) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk berfikir ulang.

4) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir peserta didik diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

(35)

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi tidak diberikan secara langsung, peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik (Mulyono, 2011:71)

Adapun ciri-ciri pembelajaran inkuiri diantaranya:

1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikab percaya diri (self belief). Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan peserta didik, karena itu kemampuan guru dalam mengunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

(36)

3) Tujuan dari penggunaan strategi pelajaran inkuiri adalah mengembangkan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian dalam strategi pembelajaran inkuiri peserta didik tak hanya dituntut untuk menguasai materi materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

c. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi dalam proses pembelajaran yang membutuhkan partisipan dan kerja sama dalam kelompok, dengan kerja sama dapat meningkatkan cara kerja peserta didik menuju lebih baik, dan memupuk sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial.

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperatif learning merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam cooperatif learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk menigkatkan prestasi belajarnya.

Adapun karakteristik strategi pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.

2) Mengacu kepada keberhasilan kelompok.

3) Keberhasilan kelompok dicapai bersama oleh semua anggota kelompok.

4) Menekankan peran anggota kelompok. 5) mengandalkan sumber atau bahan.

(37)

6) Menekankan interaksi.

7) Mengutamakan tanggung jawab individu. 8) Menciptakan peluang kemenangan bersama 9) Mengutamakan hubungan pribadi.

10) Menitik beratkan kepada kepemimpinan (Fadriati, 2014:141-142).

8. Metode-metode Pembelajaran Al-qur’an

Metode pembelajaran merupakan suatu cara menyajikan, mengurangi, memberikan contoh dan memberikan latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Dari pendapat di atas, metode pembelajaran Al-qur‟an berarti suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari pembelajaran.

a. Metode Al-Baghdadi

Metode Al-Baghdadi adalah metode tersusun (tarkibiyah). Maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba, ta. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan digunakan masyarakat Indonesia dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Buku metode Al-Baghdady ini hanya terdiri satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Al-qur‟an kecil atau turutan (Sa‟dulloh, 2006: 51).

b. Metode Qiroati

Metode qiroati adalah sebuah metode dalam mengajarkan membaca Al-qur‟an yang berorientasi kepada hasil bacaan murid secara mejawad murattal dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi atau syahadah hanya pengajar yang diizinkan untuk mengajar qiro‟ati. Hanya lembaga yang memiliki sertifikasi atau syahadah yang diizinkan untuk mengembangkan qiro‟ati.

Pengertian lain, metode qiroa‟ati adalah metode membaca Al-qur‟an dengan menyebutkan huruf maupun mengucapkan bentuk

(38)

bacaannya yang berbeda-beda menurut para ahli qira‟at dan masing-masing mengakui keabsahan bacaan itu (Mufarohan, 2015: 52). c. Metode Iqro‟

Metode iqra‟ adalah suatu metode membaca Al-qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun metode ini dalam praktiknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena hanya ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-qur‟an dengan jernih). Sejak awal anak diajak membaca langsung huruf Arab dengan bacaan makhorijul huruf yang benar. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwasanya metode iqro‟ adalah suatu metode membaca Al-qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja.

d. Metode Tartil

Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran Al-qur‟an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar

membaca Al-qur‟an. Metode tartil adalah cara membaca Al-qur‟an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid (Mufarohan, 2015: 61)

e. Metode An-Nahdiyah

Metode An-Nahdiyah adalah salah satu metode membaca Al-qur‟an yang lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan menggunakan “ketukan” (Sa‟dulloh,2006: 52).

f. Metode Tilawati

Metode pembelajaran tilawati adalah merupakan salah satu di antara metode pengajaran Al-qur‟an. Tilawati menawarkan suatu

(39)

sistem pembelajaran Al-qur‟an yang yang mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi Al-qur‟an. Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai kelas 6 dan drop out dari TPA (Mufarohan, 2015: 62)

Dalam pengertian yang sederhana tilawati adalah metode belajar membaca Al-qur‟an yang dilengkapi strategi pembelajaran dengan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan individual sehingga pengelolaan kelas lebih efektif dan untuk mengatasi ketidaktertiban santri selama proses belajar mengajar. Ustadz atau ustadzah dapat mengajari 15-20 orang. Metode ini menekankan bagaimana mengajarkan Al-qur‟an kepada murid dengan pendekatan seni dalam membaca Al-qur‟an.

g. Metode Takrir

Yaitu mengulang hafalan atau men-sima’kan hafalan yang pernah dihafalkan kepada guru tahfidz. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik (Sa‟dulloh,2006: 54).

h. Metode Tajwid

Untuk membaca Al-qur‟an dengan baik dan benar, maka diperlukan satu bekal yang memadai. Dalam hal ini diperlukan ilmu Tajwid, yaitu pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-qur‟an dengan sebaik-baiknya. Hal itu dimaksudkan dengan satu tujuan memelihara bacaan Al-qur‟an dari kesalahan dan perubahan

(40)

serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca Al-qur‟an (Syam, 2008:79).

Dalam metode tajwid ini ada banyak hukum tajwid yang perlu di pelajari dan di pahami.

1) Nun Suukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ)

Dalam membacatulisan huruf arab ketika menemui tulisan berupa nun sukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah yang 29 itu akan muncul beberapa hukum bacaan antara lain (Yunus Hanis Syam, 2008:80).

(a) Idhar

Sebagaimana dengan artinya idhar (terang atau jelas), cara membaca kalimat dalam bahasa arab dimana ketika terdapat kalimat yang menunjukan ada nun sukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ) bertemu beberapa huruf hijaiyah yang membacanya harus dengan terang dan jelas.

Pertama, Idh-har Halqi. Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun sukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ) bertemu dengan salah satu huruf halqi yang enam yaitu : ح غ ع ه ء خ(hamzah, haa, ain, ghoin, haa dan khaa), maka hukum bacaanya idh-har halqi.

Kedua, Idh-har Wajib. Hukum bacaan ini dalah ketika terdapat nun sukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ) bertemu denagan salah satu huruf yang empat yaitu: yaa, nun, mim, dan wawu (و م ن ي), dalam satu kalimat maka hukum bacaanya tidak boleh idhghom (mentasdidkan / memasukan) tetapi harus dibaca dengan terang dan jelas.

(b) Id-Gham

Idgham adalah memasukkan atau mentasdidkan. jika ada tulisan jenis ini maka hukum bacaanya harus masukkan atau di tasdidkan kedalam huruf yang mengikutinya. Dalam hal ini ada beberapa macam bacaan idhgham yaitu :

(41)

Pertama : idhgham bi ghunnah. Hukum bacaan ini berlaku manakala dalam kata atau kalimat ada nun sukun (ن) atau tanwin ( ْ ْ ْ) bertemu denhan salah satu huruf yang empat, yaitu yaa, mim, nun, wawu (و ن م ي). Hukum bacaanya adalah memasukkan atau mentasdidkan kedalam salah satu huruf yang empat tersebut dengan suara mendengung (Yunus Hanis Syam,2008:85).

Kedua, idhgham bila ghunnah. Hukum bacaan ini berlaku manakala ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf dari huruf lam (ل) atau ra (ر). Jika hal itu dijumpai dalam kalimat maka hukum bacaanya adalah dengan memasukkan ke huruf berikutnya tanpa dengan mendengung.

(c) Iqlab

Iqlab berarti membalik atau menukar. Sesuai dengan pengertiannya yaitu membalik atau menukar, maka hukum bacaan ini adalah menukar huruf dengan huruf yang lain. Jika ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf baa (ب) maka cara membacanya adalah dibaca dengan dibalik atau ditukar dengan mim (م)

(d) Ikhfa

Ikhfa berarti menyamar atau sembunyikan. Hukum bacaan ini berlaku apabila ada nun sukun (ن) dan tanwin ( ْ ْ ْ) bertemudengan salah satu huruf yang 15, selain huruf idh-har halqi bighunnah, idhgham bila ghunnah dan iqlab. Huruf yang 15 itu antara lain:

ك ق ؤ ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت 2) Mim Sukun

Dalam kalimat Al-Quran bukan saja hanya apabila ada nun sukun (ن) yang bertemu dengan huruf hijaiyah saja yang mendapatkan hukum bacaan trertentu. Namun untuk mim mati

(42)

juga mempunyai kaidah membacanya secara benar. Bacaan tersebut antara lain adalah:

(a) Ikhfa Safawi

Ikhfa Safawi adalah cara membaca huruf mim sukun (ن) ketika bertemu dengan huruf ba (ب) maka hukum bavcaanya ikhfa safawi.

(b) Idhgham Mimi

Hukum bacaan ini berlaku apabila ada mim sukun (م) bertemu dengan mim (م) kembali. Dalam kaitan dengan hal ini cara membacanya adalah dengan cara memasukkan kedalam huruf selanjutnya.

(c) Idh-har Safawi

Hukum bacaan ini berlaku apabila ada mim sukun (م) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain huruf mim (م) dan ba (ب).

3) Ghunnah

Dalam kalimat bisa ditemui huruf mim bertaysdid (م) atau huruf nun bertaysdid (ن) dalam hal ini cara membacanya dalah denagan memunculkan bunyi dengungnya.

4) Mad (panjang)

Mad yaitu memperpanjang suara dengan salah satu dari huruf mad, yaitu alif yang sebelunya bergarkat fathah, wawu suskun yang sebelunya berharkat Dhommah, yaa sukun yang sebelunya berharkat kasrah. Ada beberapa pembagian mad, diantaranya yaitu:

(a) Mad asli

Mad asli atau mad thabi‟i adalah mad yang huruf madnya berdiri sendiri dan tidak pada sebab lain seperti hamzah atau sukun.

(43)

(b) Mad far‟i

Mad far’i adalah mad yang timbul akibat pertemuan huruf mad dengan huruf hamzah atau sukun.

pertama, mad sebab hamzah, mad ini juga terbagi kepada dua yaitu, mad wajib muttasil dan mad ja’iz munfasil. Kedua, mad karena sukun. Mad ini juga terbagi kepada dua yaitu, mad ’aridh lissukun dan mad lazim.

Apabila seorang guru pendidikan Al-qur‟an dapat mengunakan metode ini dalam proses pembelajaran maka akan sangat membantu sekali siswa dalam memahami dan membenarkan bacaan Al-qur‟an. 9. Media Pembelajaran Membaca Al-Quran

a. Pengertian media

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 121).

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai, adapun fungsi dari sebuah media pengajaran itu adalah:

1) Pengatran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar sisiwa.

Referensi

Dokumen terkait

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

• Kurikulum dan ruang kelas ditata ulang untuk mendukung murid belajar di ruang kelas yang lebih kecil dan sesuai dengan kecepatan belajar mereka masing masing, serta memastikan

Melihat dari upaya meningkatkan pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung tersebut, maka perlu adanya Sistem Informasi Geografis (SIG) pemetaan jaringan pipa PDAM Tirta

Arah rotasi venus searah jarum jam (dari timur ke barat). Hal ini berbeda dengan planet-planet lain yang rotasinya berlawanan jarum jam. Sekali mengelilingi matahari, venus

[r]

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh