• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE

B. Paparan Hasil Penelitian

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Mengingat pelajaran PAI di madrasah dibagi menjadi 4 (empat) bidang studi, maka penjabaran kegiatan pembelajarannya dijelaskan masing-masing tiap bidang studi tersebut.

a. Fikih

Bidang studi fikih mempunyai karateristik bahwa materi pelajarannya banyak yang bersifat praktis, sehingga memudahkan guru dalam mendesain praktik-praktik pembelajaran yang berbasis aktivitas fisik. Misalnya materi shalat, zakat, haji, dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut dapat diperagakan melalui simulasi atau drama. Seperti yang dilakukan pada pembelajaran fikih di kelas X IIS 2 MAN 12 Jakarta dengan materi pengurusan jenazah.

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

KBM dilakukan di ruang multimedia. Ruangan ini memiliki luas hampir tiga kali ruang kelas biasa. Di dalamnya tidak ada bangku

54

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 119.

55

ataupun meja, sehingga untuk proses KBM yang memerlukan banyak gerak cukup efektif.

Guru dan murid memasuki ruangan dengan membawa perlengkapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Yaitu kain kafan, dan buku tulis. Sebelum praktik mengkafani jenazah dilakukan, guru meminta siswa mengambil selembar kertas. Dari kertas tersebut guru mencontohkan tata cara mempersiapkan kain kafan seperti ukuran, jumlah, cara memotong, dan letak bagian-bagian tertentu. Guru memandu siswa memotong-motong kertas tersebut.

Setelah itu guru memanggil beberapa siswa. Satu orang berperan sebagai jenazah, sedangkan lima orang lainnya sebagai ‘amil jenazah. Siswa yang lain mengamati dan menunggu giliran praktik.

Siswa ‘amil jenazah mulai mengambil kain kafan, mengukur tinggi jenazah, memotong, membuat tali, dan memotong beberapa lambar kain kafan untuk baju, sorban/kerudung, dan lain sebagainya. Guru mengamati sambil sesekali memberikan arahan. Lalu siswa praktik mengkafani jenazah.

Setelah kelompok pertama selesai, guru memanggil beberapa orang yang lain untuk mempraktikkan hal yang sama. Diharapkan kelompok kedua lebih baik dalam praktik karena selain telah mempelajari teori juga sudah mengamati kelompok pertama. Lalu kelompok kedua mulai praktik mengkafani jenazah.56

Ditinjau dari teori multiple inteligences, maka praktik pembelajaran diatas dapat mengakomodasi beberapa jenis kecerdasan yaitu kinestetik dan interpersonal.

Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu.57 Sedangkan kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk

56

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014 pukul 12.40 – 14.10

57

membaca isyarat sosial, komunikasi verbal dan non verbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat.58

Praktik mengkafani jenazah seperti yang diperlihatkan dalam proses pembelajaran diatas membuat siswa harus bergerak aktif dan saling bekerjasama. Siswa yang aktif bergerak dalam mempersiapkan kain kafan yang akan digunakan untuk mengkafani jenazah, kemudian melakukan proses pengkafanan secara rapi dan benar, proses ini akan mengasah kecerdasan kinestetik. Sedangkan kerjasama antar siswa dalam satu kelompok untuk melakukan aktivitas diatas dapat mengasah kecerdasan interpersonal.

b. Akidah Akhlak

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut:

Siswa telah dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk membuat mading yang berisi materi. Mading tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Hari ini kelompok kedua mempresentasikan materi dengan bantuan alat peraga mading tersebut. Sementara itu kelompok lain sebagai audiens diberikan fotokopi makalah.

Para presenter secara bergantian menjelaskan materi yang ada pada mading. Setelah penjelasan materi selesai, sesi selanjutnya yaitu tanya jawab. Agar penanya teratur, maka setiap kelompok diberikan satu kesempatan untuk bertanya. Setelah masing-masing kelompok mengajukan pertanyaan, para presenter menjawab. Pada sesi tanya jawab tersebut juga sesekali terjadi perdebatan antar siswa karena merasa kurang puas dengan jawaban yang diberikan.

Setelah presentasi selesai, guru memaparkan materi secara global dan menambahkan atau melengkapi apa yang telah disampaikan

58

kelompok presenter. Guru juga menjawab pertanyaan beberapa siswa yang tidak mampu dijawab oleh kelompok presenter.

Pada akhir pelajaran, guru meminta masing-masing kelompok memberikan nilai kepada kelompok presenter. Setelah itu semua nilai dijumlahkan dan dibagi sejumlah kelompok penilai. Nilai tersebut dijadikan nilai ulangan harian.

Selanjutnya mading yang telah dipresentasikan tersebut ditempel di dinding kelas.59

Pada pengamatan kelas lain, proses pembelajarannya sama dengan pemaparan di atas, namun ada sedikit perbedaan, yaitu pada pengamatan diatas siswa melakukan presentasi dengan alat peraga berupa mading yang didesain sedemikian rupa agar memiliki tampilan yang menarik. Sedangkan pada pengamatan kelas lain, siswa tidak membuat mading melainkan membuat power point sebagai pengganti mading. Prower point tersebut juga didesain semenarik mungkin.

Dari hasil pengamatan diatas dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran diatas dapat mengakomodasi kecerdasan spasial – visual, interpersonal, dan linguistik.

Proses pembuatan mading dan juga power point yang menarik harus dilakukan dengan mempertimbangkan keindahan warna, tata letak tulisan, ukuran kertas, model huruf, dan lain sebagainya. Dengan menjalani proses ini, siswa dilatih untuk mengembangkan kecerdasan spasial – visual.

Dan dalam mengerjakan tugas kelompok tersebut, siswa juga harus bekerjasama. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembelajaran fikih diatas, belajar bekerjasama ini akan melatih siswa dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal.

Sedangkan kecerdasan lingusitik siswa terasah pada saat melakukan presentasi. Setiap anggota kelompok secara bergantian memaparkan materi dengan gaya bahasanya sendiri sehingga menuntut mereka untuk

59

dapat berbicara dengan cara yang baik dan efektif. Selain pada saat presentasi, kecerdasan linguistik siswa juga terasah bersamaan dengan kerjasama yang mereka lakukan. Tentunya mereka saling mengemukakan pendapat agar tugas kelompok mereka dapat diselesaikan dengan baik.

c. Al Qur’an Hadits

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pelajaran dimulai dengan membaca basmalah. Guru berkeliling kelas dan meminta siswa menutup LKS. Guru meminta siswa melafalkan Q.S. At Tahrim ayat 6 bersama-sama. Sebagian siswa tapak belum terlalu hafal ayat tersebut sehingga terbata-bata. Selanjutnya siswa diminta membuka buku LKS dan membaca teks hadits bersama-sama.

Setelah selesai membaca ayat dan hadits, guru meminta siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok diberikan tugas untuk berdiskusi mengenai satu tema berdasarkan ayat. Setiap kelompok mendapatkan satu ayat atau hadits untuk didiskusikan. Guru memberikan waktu 20 menit. Sebagian besar siswa mulai aktif berdiskusi dan suasana kelas menjadi ramai dengan suara siswa-siswi yang berdiskusi.

Sesekali guru berkeliling kelas untuk memantau proses diskusi. Siswa tampak antusias mengikuti diskusi tersebut, terlihat dari perilaku mereka yang cukup aktif bertanya dan menjawab dalam kelompok diskusi mereka. Guru juga memerintahkan kepada setisp kelompok untuk mencatat siswa yang tidak aktif berdiskusi.

Setelah 20 menit berjalan, guru menghentikan proses diskusi, namun banyak siswa yang meminta tambahan waktu karena belum selesai membuat kesimpulan. Guru pun memberikan toleransi tambahan waktu. Siswa kembali ramai berdiskusi.

Setelah diskusi selesai, setiap kelompok bersiap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Namun ternyata bel berbunyi tanda waktu pelajaran sudah habis. Maka presentasi hasil diskusi dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.60

Praktik pembelajaran di atas mengembangkan kecerdasan linguistik dan interpersonal. Ini sama dengan praktik pembelajaran pada pelajaran Akidah Akhlak. Hanya saja pada pelajaran Al Qur’an Hadits ini waktu yang digunakan lebih sedikit karena mereka melakukan semua kegiatan tersebut dalam satu waktu secara bersama-sama.

Masing-masing kelompok yang berdiskusi akan melatih mereka untuk mengemukakan pendapat. Mereka dilatih untuk berbahasa yang baik agar pendapat mereka dapat dipahami oleh orang lain. Sedangkan proses pembuatan kesimpulan hasil diskusi dan juga kegiatan diskusi itu sendiri melatih siswa untuk bekerja sama.

Pada pengamatan pembelajaran Al Qur’an Hadits di kelas lain,

ditemukan proses pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

Guru memulai pelajaran dengan ice breaking ringan untuk meningkatkan semangat siswa, kemudian memutar lagu nasyid. Para siswa tampak menikmati alunan nasyid tersebut. Sementara itu guru menulis poin-pon pelajaran yang akan dipelajari hari itu di papan tulis.

Setelah itu guru menampilkan ayat Al Qur’an pada layar proyektor. Lalu

meminta seorang siswa untuk membaca ayat tersebut. Guru mendorong siswa untuk membaca ayat disertai irama lagu.

Guru memperhatikan bacaan siswa yang masih banyak kesalahannya. Lalu meminta siswa yang lain untuk membaca ayat yang sama, dan siswa kedua bacaannya labih baik daripada siswa pertama tadi. Setelah itu seluruh siswa membaca bersama-sama ayat tersebut.

60

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 10.30-11.50

Setelah itu guru bersama siswa mengidentifikasi hukum-hukum tajwid yang terdapat pada ayat tersebut. Seorang siswa diminta membaca ayat dan meyebutkan nama-nama bacaan yang ada. Siswa yang lain turut membantu identifikasi tersebut.

Lalu guru menampilkan ayat yang lain, dan kembali mengidentifikasi hukum-hukum tajwid yang ada bersama siswa.

Setelah semua hukum bacaan yang dicari sudah didapatkan contohnya, guru memberikan kesimpulan mengenai hukum-hukum bacaan tersebut.61

Perbedaan pembelajaran di atas dengan sebelumnya yaitu pada

pemutaran lagu nasyid dan juga membaca ayat Al Qur’an dengan irama lagu. Cara pembelajaran semacam ini akan mengembangkan kecerdasan musik siswa. Mereka akan berlatih mengenal nada dan irama.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Guru meminta kelompok yang akan mempresentasikan makalah untuk bersiap-siap. Lalu salah satu anggota kelompok membagikan beberapa makalah kepada kelompok lain. Sedangkan anggota yang lain menata meja dan bangku di depan kelas. Setelah semua persiapan selesai, presentasi dimulai.

Tujuh orang anggota kelompok mempresentasikan materi secara bergantian. Sedangkan moderator diambil dari kelopok lain. Guru memberikan pengarahan agar preses KBM berjalan dengan baik. Setelah itu satu demi satu anggota kelompok memaparkan materi.

Setelah semua materi disampaikan, sesi selanjutnya yaitu tanya jawab. Moderator mempersilahkan siswa dari kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan. Lalu beberapa orang siswa mengangkat tangan

61 Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 12.50 – 13.40

untuk bertanya. Kegiatan tanya jawab dimulai. Siswa tampak bersemangat mengikuti proses diskusi tersebut. Sebagian besar siswa aktif mengikuti diskusi, ada yang bertanya, ada yang menjawab, ada yang menyanggah, dan ada yang sekedar memberikan komentar.

Setelah selesai tanya jawab, moderator menutup presentasi. Kemudian guru menyampaikan analisa akhir terhadap proses diskusi. Guru juga menjawab beberapa pertanyaan siswa yang tak mampu dijawab oleh kelompok pemakalah.

Proses pembelajaran di atas menekankan pada kemampuan kerjasama antar siswa dan juga kemampuan berkomunikasi. Ini akan mengasah siswa dalam mengembangkan kecerdasan linguistik dan interpersonal.

Pada pengamatan pembelajaran SKI di kelas lain, ditemukan proses pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

Pelajaran dimulai dengan berdo’a bersama. Selanjutnya guru sedikit

mengulas materi yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya. Lalu guru menampilkan silde power point yang berisi materi pelajaran. Kemudian guru menjelaskan poin-poin tersebut dengan metode ceramah.

Disela-sela penjelasannya, guru juga sesekali melemparkan pertanyaan. Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut. Dan sebaliknya, sesekali siswa yang bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang sedang dijelaskan. Guru pun tak segan untuk langsung menjawab.

Setelah menjelaskan beberapa poin pelajaran, guru memutar sebuah film pendek tentang Abu Bakar As Shiddik. Film tersebut berdurasi sekitar 10 menit. Bersamaan dengan itu, guru meminta siswa mengamati bagian-bagian film yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru juga memberikan ulasan mengenai film tersebut. Setelah itu pelajaran diakhiri

Perbedaan pada pembelajaran ini terletak pada pemutaran film pendek. Sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu Abu Bakar Ash Shiddik, maka dengan bantuan film tersebut siswa akan memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai sosok seorang tokoh.

Tujuan dari pembelajaran ini ialah mengenal tokoh Abu Bakar Ash Shiddik sehingga siswa dapat meneladani sifat-sifatnya. Maka dengan memperoleh gambaran yang lebih dalam mengenai sifat dan karakter seorang tokoh, tentu siswa akan memperbandingkan dengan sifat dan karakter dirinya sendiri. Mereka akan berintrospeksi diri dan memahami diri sendiri.

Melalui proses pembelajaran tersebut siswa akan terlatih dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal, yakni kemampuan memahami diri yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.62

Dokumen terkait