• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis strategi Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis strategi Multiple Intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Muhammad Munji NIM 109011000129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences, (2) untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk mengambil kesimpulan.

(6)

1

Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.

Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.4

Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa (student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang mendapat perhatian siswa.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 112.

2

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5.

3

Ibid., h. 131.

4

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13.

5

(7)

Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.6

Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih optimal.

Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9

Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa tersebut.10

Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik

6

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 135.

8

Ibid., h. 137.

9

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 18.

10

(8)

untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal.11

Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati pembelajaran dengan menyenangkan.12 Salah satu temuan mutakhir yang kini mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip

kecerdasan majemuk.

Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat. Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13

Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru, database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang. Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi pembelajaran”.14

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences, kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis multiple intellgences.

11

Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26.

12

Darmasyah, op. cit., h. 17.

13

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 248.

14

(9)

MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences, ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel, simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.

Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15 Sehingga siswa dengan sukarela dan senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE

INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12

JAKARTA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang ditemukan di Indonesia

2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences

3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya belajar murid

15

(10)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12 Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:

Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences

b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam strategi pembelajaran PAI

b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional menuju pola pembelajaran modern

(11)

vi

Segala puji bagi Allah Swt. atas berbagai limpahan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada rasul akhir zaman Muhammad Saw. yang telah menunjukkan jalan kepada umat manusia untuk kembali kepada fitrahnya sebagai hamba Tuhan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu banyak pihak yang telah membantu penulis, baik bantuan secara teknis, materi, dukungan motivasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika penulis dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan yang berharga ini, mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dra. Raudhah, M.Pd., Dosen Penasehat Akademik yang selalu sabar dan ramah dalam memberikan nasehat dan bimbingannya

5. Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D., Pembimbing Skripsi penulis yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan nasehat, serta dengan kesabaran dan keramahannya menerima penulis pada saat-saat bimbingan

(12)

vii

M.Si., Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, serta para guru PAI Bapak Fakhri Rahimi, M.A. (Fikih), Bapak Abidan Harahap, M.A. (Al

Qur’an Hadits), Bapak Rahmat Subhan, S.Ag (Fikih), Bapak Mukhobir,

S.Pd.I (SKI), Ibu Siti Farida, S.Ag (Al Qur’an Hadits), dan Ibu Rositah, S.S. (Akidah Akhlak).

9. Orang tua tercinta, Bapak Ahmad Mubarok dan Bapak Miftahuddin, serta Ibu Masriyah dan Ibu Sapon, melalui perantara merekalah penulis dapat terlahir ke dunia ini dan tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang ini.

10. Kakak tercinta Zaenal Arifin, M.Pd.I dan Chotibul Umam, S.Pd.I dan adik tersayang Masruri, Chasib Chomsin, dan Jembar Safangat yang senantiasa menjadi tempat bagi penulis untuk bercanda, bertukar pendapat, dan mengisi hari-hari dengan keceriaan.

11. Kawan-kawanku di Rumah Tahfidz Raudhatul Ulum Bendungan Hilir dan Miftahul Jannah Bogor, terima kasih untuk segala kerjasama yang pernah dilakukan yang menambah pengalaman penulis dalam berorganisasi

12. Kawan-kawan guru di TPA dan RA. Raudhatul Jannah yang selalu memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan studi

13. Kawan-kawan Kelas D PAI angkatan 2009, kebersamaan bersama kalian adalah salah satu yang terindah dan tak terlupakan

14. Segenap pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

Jakarta, 26 Maret 2015

(13)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5

BAB II STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PEMBELAJARAN PAI A. Strategi Pembelajaran... 6

1. Komponen Strategi Pembelajaran... 6

2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran.... 7

B. Teori Multiple Intelligences... 8

C. Karakteristik Pembelajaran PAI... 12

1. Materi Pembelajaran... 13

2. Tujuan Pembelajaran... 18

(14)

ix

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 41

B. Latar Penelitian... 41

C. Metode Penelitian... 41

D. Teknik Pengumpulan Data... 42

E. Pemeriksaan Keabsahan Data... 44

F. Analisis Data... 45

BAB IV IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejaran Berdirinya MAN 12 Jakarta... 46

2. Visi dan Misi... 46

3. Keadaan Guru dan Siswa... 47

4. Proses Seleksi Murid Baru... 47

B. Paparan Hasil Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran... 48

2. Pelaksanaan Pembelajaran... 49

3. Evaluasi Pembelajaran... 57

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... 60

B. SARAN... 61

(15)

x

DAFTAR TABEL

(16)
(17)

1

Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.

Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.4

Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa (student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang mendapat perhatian siswa.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 112.

2

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5.

3

Ibid., h. 131.

4

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13.

5

(18)

Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.6

Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih optimal.

Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9

Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa tersebut.10

Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik

6

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 135.

8

Ibid., h. 137.

9

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 18.

10

(19)

untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal.11

Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati pembelajaran dengan menyenangkan.12 Salah satu temuan mutakhir yang kini mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip

kecerdasan majemuk.

Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat. Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13

Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru, database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang. Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi pembelajaran”.14

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences, kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis multiple intellgences.

11

Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26.

12

Darmasyah, op. cit., h. 17.

13

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 248.

14

(20)

MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences, ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel, simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.

Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15 Sehingga siswa dengan sukarela dan senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE

INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12

JAKARTA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang ditemukan di Indonesia

2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences

3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya belajar murid

15

(21)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12 Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:

Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences

b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam strategi pembelajaran PAI

b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional menuju pola pembelajaran modern

(22)

6 A. Strategi Pembelajaran

Kajian mengenai strategi pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para pakar pendidikan. Seperti Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa “strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1 Penjelasan lebih luas dikemukakan oleh Hamzah B. Uno yang menyatakan bahwa,

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.2

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan medium atau sarana yang digunakan oleh pendidik agar materi ajar yang disampaiakan lebih mudah diterima oleh peserta didik, agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.

1. Komponen Strategi Pembelajaran

Dick dan Carey sebagaimana dikutip Hamzah B. Uno menyebutkan 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu:

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Tujuan dari kegiatan pendahuluan ini adalah untuk menarik minat siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Juga membuat siswa siap secara mental untuk menerima pelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan apersepsi

1

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 294.

2

(23)

yaitu pengaitan antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan-pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

b. Penyampaian Informasi

Kagiatan ini adalah inti dari kegiatan pembelajaran, yaitu penyampaian materi ajar dengan berbagai cara yang telah direncanakan. Keberhasilan kagiatan ini sangat ditentukan pada kegiatan pendahuluan. Apabila guru berhasil membawa minat siswa terhadap materi, maka penyampaian selanjutnya lebih mudah dilakukan.

c. Partisipasi Peserta Didik

Prinsip student centered menyebutkan bahwa pembelajaran akan lebih berhasil apabila siswa terlibat aktif melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa yang ditempatkan sebagai subjek belajar akan lebih mudah memahami karena mereka merasa sebagai pelaku pembelajaran, sehingga keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran adalah susuatu yang harus mereka raih, bukan mereka dapatkan dari pemberian.

d. Tes

Tes ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Kegiatan ini biasanya dilakukan di akhir pembelajaran.

e. Kegiatan Lanjutan

Yaitu kegiatan lanjutan setelah guru mengetahui hasil pembelajaran. Apabila hasil yang dicapai kurang maksimal, maka seharusnya dilakukan langkah-langkah lanjutan sehingga peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.3

2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran

Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan.

a. Tujuan yang akan dicapai

Yaitu, apakah tujuan yang dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotorik.

3

(24)

b. Bahan atau Materi Pembelajaran

Guru harus memahami karakteristik materi yang akan disampaikan, dengan demikian ia dapat memilih strategi yang sesuai. Misalnya materi pelajaran yang harus dihafal oleh siswa, maka guru memilih strategi agar siswa merasa senang saat menghafal, atau siswa merasa tidak menghafal padahal sebenarnya ia sedang manghafalkan materi.

c. Siswa

Guru harus memperhatikan karakteristik siswa. Strategi yang dipilih harus sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa.

d. Strategi

Yang dimaksud pertimbangan strategi disini ialah, bahwa setelah guru menetapkan strategi yang akan digunakan, perlu dikaji ulang apakah strategi tersebut memiliki nilai efektifitas dan efisiensi dibandingkan dengan strategi lain.4

B. Teori Multiple Intelligences

Multiple Intelligences merupakan sebuah teori yang dicetuskan pada tahun

1983 oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University melalui Project Zero yang dipimpinnya. Ia mendobrak dominasi teori kecerdasan sebelumnya, seperti tes IQ yang banyak digunakan sejak tahun 1905. Ia berusaha melakukan redefinisi kecerdasan yang cenderung diartikan secara sempit.5 Karena sesungguhnya kecerdasan itu memiliki makna yang luas. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia memiliki potensi kecerdasan yang unik.

“Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kebiasaaanya terhadap dua hal. Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (creativity)”.6 Dua kebiasaan tersebut menunjukkan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Dan biasanya setiap orang memiliki

4

Wina Sanjaya, op. cit., h. 297-298.

5

Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 132.

6

(25)

kebiasaan yang beragam, oleh karena itu kecerdasan setiap orang juga berbeda satu sama lain.

Menurut Muhammad Thobroni:

Asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal adalah anggapan yang tidak tepat. Tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan. Namun ia merupakan hasil kerjasama dari beberapa kecerdasan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu berbeda-beda pada masing-masing budaya. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.7

Di antara pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner antara lain: Pertama, manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya. Kedua, kecerdasan selain berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain. Ketiga, Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia. Keempat, Pada keadaan tertentu, seluruh kecerdasan manusia bekerja sama secara utuh dan terpadu untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tertentu. Kelima, Kecerdasan yang lebih dominan cenderung memimpin atau mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih lemah.8

Dalam mendefinisikan kecerdasan, Gardner menggunakan istilah “multiple” agar tidak membatasi macam-macam kecerdasan dalam jumlah tertentu. Oleh karenanya, sangat memungkinkan dalam penelitian selanjutkan ditemukan jenis kecerdasan lainnya yang belum ditemukan sebelumnya. Hal ini terbukti bahwa pada awal teori ini dicetuskan, hanya ada enam jenis kecerdasan yang diperkenalkan. Kemudian pada buku selanjutnya yang berjudul Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik, Gardner menambahkan satu kecerdasan .9 Dan dalam perkembangan selanjutnya, hingga tahun 2002, Gardner telah menambahkan dua jenis kecerdasan baru.

Howard Gardner selalu memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan multiple intelligences seseorang, yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir

7

Muhammad Tobhroni dan Arif Mustofa, op. cit., h. 238-239

8

Ibid, h. 239-240.

9

(26)

terbaik. Setiap area otak yang disebut lobus of brain mempunyai komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul jika diberi stimulus yang tepat. Dari kepekaan yang mendapat stimulus yang tepat inilah akan muncul kompetensi. Dan kompetensi yang dilatih terus menerus akan memunculkan kondisi akhir

terbaik seseorang, yang kebanyakan disebut sebagai “profesi”.10

Oleh karena itu, kecerdasan seseorang harus dirangsang sedemikian rupa dan secara terus menerus untuk dapat menghasilkan sebuah kecerdasan yang gemilang.

Berikut ini adalah uraian mengenai macam-macam kecerdasan. 1. Kecerdasan Lingusitik-Verbal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat.

2. Kecerdasan Logis-Matematis

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami pola-pola logis atau numerik dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan berhitung, bernalar dan berpikir logis, memecahkan masalah.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, mendesain.

4. Kecerdasan Ritmik-Musikal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.

10

(27)

5. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mengontrol gerakan tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon, dan reflek. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.

6. Kecerdasan Interpersonal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, mempunyai empati yang tinggi.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai hidup dan tujuan hidup. 8. Kecerdasan Naturalis

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan membedakan spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antar beberapa spesies. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi, dan identifikasi.11

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang cenderung memandang masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh. Menanyakan untuk apa dan apa dasar dari segala sesuatu. Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filosof. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.12“Pengembangan jenis kecerdasan ini bermanfaat untuk melihat ke

11

Ibid, h. 136-137.

12

(28)

dalam diri sendiri, apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik, mencari hambatan-hambatan dalam diri sendiri sebagai cara mencari jalan keluar, serta belajar komitmen dan disiplin”.13

Sebetulnya “jenis kecerdasan yang terakhir ini belum secara resmi dimasukan Gardner sebagai salah satu jenis kecerdasan majemuk, karena belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Namun tidak sedikit para pendidik yang menggolongkan kecerdasan ini ke dalam bagian kecerdasan majemuk”.14 Karena, meskipun kriteria yang dibutuhkan belum lengkap, jenis kecerdasan ini telah dapat diidentifikasi tersendiri yang berbeda dengan lainnya.

C. Karakteristik Pembelajaran PAI

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini berdasar pada perbedaan materi setiap mata pelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi komponen-komponen pembelajaran lainnya. Meskipun demikian perbedaan-perbedaan tersebut adakalanya tidak terlalu mencolok sehingga tampak mirip bahkan hampir sama. Seperti halnya pada mata pelajaran yang serumpun, misalnya kelompok mata pelajaran agama, pelajaran eksak, dan lain sebagainya.

Demikian pula pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau yang sering disingkat PAI. Ia memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri. Karakteristik tersebut dijelaskan dalam Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab sebagai berikut:

1. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

13

Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif?, (Bandung: DAR! Mizan, 2009), h. 70-71.

14

(29)

2. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al Asma’ Al Husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

3. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.15

Disamping itu, karaktiristik PAI juga dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya yaitu aspek materi pelajarannya, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran serta evaluasi pembelajaran. Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Materi Pelajaran

“Materi pelajaran PAI terutama bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang merupakan sumber pokok Agama Islam yang bersifat qath’i”.16 Dari dua sumber tersebut kemudian melahirkan pendapat-pendapat para ulama berupa hasil ijtihad yang bersifat zhanni. Ini merupakan perbedaan pokok antara PAI dengan pelajaran lainnya dimana pelajaran selain PAI banyak didasarkan pada penelitian empiris terhadap gejala-gejala yang

15

Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

16

(30)

tampak yang kemudian disusun secara sistematis menjadi sebuah ilmu pengetahuan.

PAI baik di sekolah umum maupun sekolah bercorak Islam (madrasah) pada dasarnya sama. Hanya saja spesifikasi materi pada madrasah diperjelas dalam bentuk mata pelajaran tersendiri. Sedangkan pada sekolah umum pemisahan tersebut dilakukan dalam bab-bab materi pelajaran. Spesifikasi tersebut berupa materi Al Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.17

Hubungan antara satu aspek/mata pelajaran dengan aspek/mata pelajaran lainnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 2.1

Hubungan antar mata pelajaran18

Pada bagan tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan erat antara

beberapa aspek/ mata pelajaran PAI, yaitu: Al Qur’an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan),

syari’ah (ibadah, muamalah) dan akhlak, sehingga kajiannya berada di setiap

17

(31)

unsur tersebut. Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.

Syari’ah dan akhlak bertolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan

konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah

merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa, haji), dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia dan lainnya tersebut menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga, dan lain sebagainya) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam

usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.19

Sementara itu, ruang lingkup materi PAI dijelaskan pula dalam Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, sebagai berikut:

a. Al Qur’an Hadits

1) Masalah dasar-dasar ilmu Al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi: a) Pengertian Al-Qur'an menurut para ahli

b) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi

c) Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya

d) Isi pokok ajaran Al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran Al-Qur’an

e) Fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan

19

(32)

f) Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an

g) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan ayat dalam Al-Qur’an

h) Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.

2) Tema-tema yang ditinjau dari perspektif Al-Qur’an dan al-Hadits, yaitu:

a) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi. b) Demokrasi dan musyawarah mufakat.

c) Keikhlasan dalam beribadah

d) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya

e) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup

f) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa g) Berkompetisi dalam kebaikan.

h) Amar ma‘ruf nahi munkar i) Ujian dan cobaan manusia

j) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat k) Berlaku adil dan jujur

l) Toleransi dan etika pergaulan m) Etos kerja

n) Makanan yang halal dan baik o) Ilmu pengetahuan dan teknologi b. Akidah Akhlak

1) Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya, Al Asma’ Al Husna, konsep tauhid dalam Islam, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),

(33)

bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tentang tasawuf.

3) Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengonsumsi narkoba), israf, tabzir, dan fitnah.

4) Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab membesuk orang sakit, adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, melakukan takziyah, adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan lawan jenis, adab membaca Al-Qur’an dan berdoa.

5) Aspek kisah meliputi: kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s., Ulul Azmi, Kisah Sahabat: Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwes al-Qarni, al-Ghazali, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan Iqbal

c. Fikih

(34)

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

1) Dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah dan periode Madinah.

2) Kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat.

3) Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun 650 M – 1250 M).

4) Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M – 1800 M).

5) Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang).

6) Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.20

2. Tujuan Pembelajaran

Dimensi tujuan dalam pembelajaran PAI memiliki makna yang lebih luas dari sekedar memahami konsep-konsep atau teori-teori. Tujuan yang ingin dicapai oleh Islam dalam aspek pendidikan adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada pendidikan yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, dan sebatas kemampuan dan kapasitas ukuran yang ada, serta memenuhi tuntutan masyarakatnya.

Pendidikan Islam sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi hidup, yaitu penanaman rasa takwa kepada Allah Swt. dan pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesamanya.

Muhaimin memberikan tiga fokus tentang tujuan pendidikan Islam. Pertama, terbentuknya insan kamil (manusia universal) yang mempunyai

wajah-wajah qur’ani seperti wajah kekeluargaan, persaudaraan yang menumbuhkan sikap egalitarianisme, wajah yang penuh kemuliaan, wajah yang kreatif, wajah keseimbangan yang menumbuhkan kebijakan dan

20

(35)

kearifan. Kedua, terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi religius, budaya, dan ilmiah. Ketiga, penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, serta sebagai pewaris para nabi dan memberikan bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.21

Sedangkan Armai Arief membagi tujuan pendidikan Islam yaitu: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam kurikulum.

Tujuan akhir ialah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.22

Disamping itu, Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab juga menjelaskan tujuan PAI, sebagai berikut:

a. Al Qur’an Hadits

Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Qur'an-Hadits yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Qur'an dan al-Hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

21

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008). h. 111.

22

(36)

dalam perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat.

Secara substansial, mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan Hadits, 2) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, 3) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur’an dan Hadits.

b. Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam akidah-akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.

(37)

tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt., 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

c. Fikih

(38)

Secara substansial, mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk: 1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupu hubungan dengan lingkungannya.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.

(39)

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.23

3. Strategi Pembelajaran PAI

Melihat tujuan dan materi pada pembelajaran PAI, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan seharusnya lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotorik, yaitu strategi-strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama yang didasari keyakinan dan pemahaman, karena pendidikan agama Islam adalah proses transformasi nilai dan penanaman moral serta pembentukan sikap dan keterampilan secara terintegrasi dan komprehensif sebagai wujud penguasaan kompetensi.

Dalam menerapkan strategi pembelajaran PAI harus memperhatikan beberapa asas berikut:

23

(40)

a) Asas Agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber asasi ajaran Islam Al Qur’an dan Hadits

b) Asas Biologis, yakni penggunaan metode harus memperhatikan kondisi kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik c) Asas Psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan

kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik

d) Asas Sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan berkembang setiap saat.24

Strategi pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan “Nabi Saw. sering mencontohkan beberapa cara penyampaian materi kepada para sahabatnya, seperti eksperimen, asistensi, tanya jawab, dan lain sebagainya”.25 Tentu untuk zaman sekarang harus mempertimbangkan situasi dan kondisi terkini untuk menentukan strategi apa dan bagaimana menerapkannya.

4. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama Islam ialah “ kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama”.26 Selama ini para guru PAI lebih banyak mengenal model-model evaluasi acuan norma (norm referenced) dan evaluasi acuan patokan (criterian referenced). Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat, dan lain sebagainya, tetapi apakah shalatnya rajin atau tidak. Disinilah perlunya memahami model Evaluasi Acuan Etik.

Guru PAI yang akan mengadakan tes atau pengukuran keberhasilan belajar siswa maka perlu mempertimbangkan masalah apa yang akan dites

24

A. Fatah Yasin, op., cit, h. 134.

25

Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 34.

26

(41)

atau dievaluasi? Jawaban terhadap masalah ini akan terkait dengan ketiga acuan diatas. yaitu:

a) Jika yang akan dites adalah kemampuan dasar (aptitude) maka yang digunakan adalah evaluasi acuan norma

b) Jika yang akan dites adalah prestasi belajar (achievement), maka yang digunakan adalah evaluasi acuan patokan.

c) Jika yang dites adalah kepribadian (personality), maka yang digunakan adalah evaluasi acuan etik.27

Beberapa alat evaluasi yang biasa digunakan yaitu teknik tes dan non tes. Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

Sedangkan teknik non tes antara lain: 1) pengamatan, yaitu cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan siswa, 2) wawancara, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan, 3) angket, yaitu seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis dan sistematis tentang konsep yang menerangkan variabel-variabel yang diteliti, 4) analisis dokumen, yaitu telaah terhadap referensi yang berhubungan dengan kinerja maupun hasil belajar siswa.28

27

Muhaimin, op.cit,. h. 53.

28

(42)

D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

Salah satu prinsip yang cukup dikenal dalam teori multiple intelligences ialah bahwa siswa akan menerima materi pelajaran dengan baik jika gaya mengajar yang dilakukan guru sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran lebih ditekankan pada aspek strategi.

Munif Chatib menamakan strategi tersebut sama dengan nama teorinya yakni strategi multiple intelligences.29 Strategi tersebut tidaklah berupa satu strategi yang dikembangkan untuk semua mata pelajaran. Istilah strategi multiple intelligences lebih merupakan sebuah wadah besar untuk berbagai macam strategi pembelajaran yang penerapannya sesuai dengan konsep multiple intelligences.

Ada banyak macam strategi pembelajaran yang mengacu pada teori multiple intelligences. Bahkan pada dasarnya semua strategi pembelajaran konvensional maupun modern dapat disesuaikan dengan teori multiple intelligences. Yang perlu diperhatikan ialah pada situasi dan kondisi bagaimana strategi tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan secara lebih optimal.

a. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Linguistik-Verbal 1) Sumbang pendapat

2) Storytelling 3) Menulis Jurnal 4) Membaca Biografi

b. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Logis-Matematis 1) Berpikir kritis

2) Bereksperimen 3) Pertanyaan Socrates 4) Penyelesaian Masalah

29

(43)

c. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial 1) Membuat potongan kertas berwarna-warni 2) Mewarnai gambar

3) Membuat sketsa

d. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Kinestetis -Jasmaniah 1) Studi lapangan

2) Bermain peran 3) Berpantomim

4) Menyelidiki bagian-bagian benda

5) Menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menulis e. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Ritmik-Musikal

1) Diskografi 2) Musik instrument 3) Bunyi dan orang 4) Bentuk bunyi

f. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal 1) Jigsaw

2) Mengajar teman sebaya 3) Teamwork

4) Mencari orang yang mengenakan pakaian tertentu g. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal

1) Melakukan tugas mandiri 2) Melakukan refleksi 3) Mengungkapkan perasaan 4) Membuat identifikasi diri

h. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Naturalis 1) Belajar melalui alam

2) Jendela belajar

(44)

i. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Eksistensial 1) Memberi respon pada suatu peristiwa

2) Menciptakan panggung beramal

2. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran PAI

Sebagaimana penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran lainnya, maka langkah pertama yang perlu dilakukan guru PAI sebelum memulai program pengajarannya ialah mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa yang akan diajarnya.

Saat ini telah banyak cara yang dikembangkan untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk siswa, baik yang disusun berdasarkan sistem komputerisasi maupun yang masih menggunakan cara trasdisional dengan melakukan pengamatan terhadap kebiasaan orang.

Berikut ini salah satu contoh instrumen untuk mengetahui kecerdasan majemuk siswa:

a. Untuk anak-anak

Berilah tanda cheklist () pada masing-masing jenis kecerdasan di bawah ini berdasarkan kebiasaan dan kesukaan anak yang diamati.

Tabel 2.1

Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anak30

Kecerdasan Karakteristik Umum Linguistik-Verbal ___

___

___

Menulis lebih baik dari anak-anak seusianya

Suka berbicara dan menyampaikan cerita yang lucu

Mempunyai memori yang baik untuk nama, tempat, tanggal, atau hal-hal sepele

30

(45)

___ kata-kata yang tidak masuk akal Suka mendengar kata-kata lisan (cerita,

komentar dalam radio, dan buku-buku audio)

Memiliki kosakata yang baik untuk anak-anak seusianya

Mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui cara yang verbal

Logis-Matematika ___

Mengajukan banyak pertanyaan tentang bagaimana sesuatu itu berjalan

Senang bekerja dan bermain dengan angka-angka

Suka mata pelajaran matematika

Selalu mencari permainan-permainan matematika dan komputer yang menarik

Senang bermain catur, keker-kereran, atau permainan strategi lainnya

Senang bermain teka-teki yang logik Senang meletakkan sesuatu dalam

kategori, hierarki, atau dalam pola-pola logik

Suka melakukan percobaan dalam mata pelajaran sains atau dalam mainan sederhana

(46)

___

pelajaran yang berhubungan dengan sains

Mempu menyelesaikan dengan baik jenis tes berpikir logik atau jenis tes Piaget Visual-Spasial ___

Senang menggambar hal-hal yang ada di sekitar

Sangat menyukai nonton film, slide, atau presentasi visual

Senang bermain teka-teki bergambar Mampu mengonstruksi tiga dimensi Mampu menangkap isi bacaan lebih

mudah dari gambar dibanding kata-kata

Menggambar diatas lembar kerja, atau semacamnya sambil melamun

Senang bergerak atau memukul-mukul sesuatu ketika duduk lama di suatu tempat

Suka meniru-niru sikap dan perilaku orang lain

(47)

___

Senang memegang apa yang dilihat Senang berlari, melompat-lompat,

bergulat, atau kegiatan lain yang sejenis

Menunjukkan ketrampilan tentang kerajinan tangan

Mengungkap sesuatu dengan cara dramatis

Senang mengungkapkan perasaan fisik ketika bekerja

Bermain dengan tanah liat atau pekerjaan taktis seperti menggambar dengan jari

Memainkan alat musik atau lagu-lagu dalam kelompok paduan suara

Menggunakan irama dalam berbicara dan bergerak

Senang bersenandung sendiri tanpa disadari

Memukul-mukul meja atau bangku sambil berirama walau sedang bekerja

Sensitif terhadap suara-suara alam seperti bunyi hujan diatas atap

(48)

___ Sering mengulang-ulang lagu yang dipelajari di dalam atau di luar kelas Intrapersonal ___

Memiliki perasaan realistik terhadap kemampuan dan kelemahan dirinya Mengerjakan sesuatu dengan baik ketika

ditinggalkan sendiri

Lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain

Mampu mengungkap perasaan dirinya dengan akurat

Mampu mengambil pelajaran dari keberhasilandan kegagalan dalam hidup

Keyakinan diri dan kemandirian berpikir lebih baik dari anak-anak lain

Interpersonal ___

___

___

___

Senang bersosialisasi dengan teman sejawat

Kelihatan menjadi pemimpin secara alamiah

Sering memberi nasihat kepada persoalan teman-temannya

(49)

___

Memiliki klub-klub, anggota, organisasi, atau kelompok kawanan tidak formal Senang mengajar anak lain secara tidak

formal

Senang bermain game dengan anak-anak lain

Mempunyai dua atau lebih teman akrab Memiliki empati dan kepedulian kepada

orang lain

Selalu diikuti oleh anak-anak lain

Naturalis ___

Berbicara banyak tentang binatang, tumbuh-tumbuhan atau keadaan alam Senang berdarmawisata ke alam, kebun

binatang, atau ke museum

Memiliki kepekaan pada alam (seperti hujan, badai, petir, gunung, tanah, dan semacamnya)

Senang menyiram bunga atau memelihara tumbuh-tumbuhan dan binatang

Suka melihat kandang binatang, burung, atau akuarium

Senang ketika belajar tentang ekologi, alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan

Berbicara banyak tentang hak-hak binatang, dan cara kerja planet bumi Senang melakukan proyek pelajaran

(50)

___

___

dan memelihara binatang)

Suka membawa kesekolah binatang-binatang kecil, bunga, daun-daunan, kemudian membagi pengalaman dengan guru dan teman-teman lain Mengerjakan dengan baik topik-topik

yang melibatkan sistem kehidupan binatang, cara kerja alam, dan bahkan manusia

Mengambil peran dalam persoalan yang besar

Senang bertanya atau berdiskusi tentang aneka masalah kehidupan

Tekun menjalankan perintah agama Senang menikmati atau berkecimpung

dalam menghasilkan karya-karya seni Sering bertakhanus, berdzikir, atau

relaksasi dan meditasi

Senang mengunjungi tempat-tempat yang menggugah perasaan

Senang membaca dan mendalami ilmu filsafat (menanyakan hakekat dari sesuatu)

Memahami tujuan, manfaat, atau nilai sesuatu mempermudah pemahaman dalam belajar

Senang bertanya dan membicarakan tantang hal-hal yang gaib

(51)

b. Untuk orang dewasa

Tulislah angka satu (1) pada bagian kanan dari masing-masing pernyataan berikut jika Anda setuju atau sesuai dengan pengalaman Anda. Tulislah angka nol (0) jika tidak setuju atau tidak sesuai dengan pengalaman Anda.

Tabel 1.2

Survei kecerdasan majemuk untuk dewasa31

No Saya suka... No Saya suka... 1 Mendengar lagu di radio,

CD, atau HP

33 Mengamati gaya atau model pakaian, mobil, model rambut, dll. 2 Belajar seni rupa, seni

lukis

34 Mendaki gunung dan jalan-jalan 3 Membaca buku, komik,

majalah

35 Bersenandung dan bersiul-siul 4 Bermain dan memelihara

binatang

36 Menghitung angka-angka

5 Pelajaran matematika dan IPA

37 Bermain video games

6 Berdiskusi tentang kehidupan

38 Bermediasi,

bertakhanus, dan berzikir

7 Berdansa, senam, atau sejenisnya

39 Berakting, drama komedi, pantomim 8 Sering bersama kawan- 40 Menulis,

31

(52)

kawan coret, mengarang 9 Menonton musik video di

TV

42 Perhatikan sesuatu di lingkungan; 14 Menolong orang yang

butuh

46 Bermain kata,

scrabbel, teka-teki

15 Mengingat lagu, rap, atau melodi

47 Bermain game computer sendirian 16 Mengambil peran dalam

persoalan besar

48 Mengatur berbagai kegiatan harian rumah dan sekolah 17 Menghafal kosakata baru 49 Memotret,

menciptakan gambar 18 Percaya bahwa agama

adalah sesuatu yang

(53)

sangat penting perasaan sendiri 19 Bekerja sendiri daripada

dengan orang lain

51 Mondar-mandir ketika memikirkan sesuatu 20 Pergi ke kebun binatang,

taman, dan akuarium 22 Mengkaji nilai dari

sesuatu

54 Seni bela diri, karate, bersepeda, dll 23 Menata ruang atau taman 55 Menulis kegiatan atau

catatan harian 24 Menonton film tentang

orang dan

58 Berbicara via telepon HP,sms,BB atau teleconference

27 Menyelesaikan masalah yang masih misteri bagi semua orang

Gambar

Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anakTabel 2.1 30
Survei kecerdasan majemuk untuk dewasaTabel 1.2 31
18 gambar Percaya bahwa agama 50 Merenung, mengkaji,
gambaran umum yang singkat. Hasil pencatatan ini dapat dikelompok-
+2

Referensi

Dokumen terkait

Praktik pegalaman lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan unutuk menerapkan teori yang diperoleh

Seni kriya atau seni rupa terapan nusantara yang juga sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan.. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art )

[r]

Dengan menggunakan metode FFD, didapatkan kelurusan-kelurusan yang berasosiasi dengan struktur yang ada di lokasi penelitian atau merupakan refleksi gambaran topografi berupa

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh sport massage terhadap perasaan lelah setelah latihan di UKM pencak silat UNY dengan nilai p = 0,004, maka p <

Penelitian ini telah dilakukan di UPTD Laboratorium Mikrobiologi Provinsi NTT pada bulan April -Mei 2019 untuk mengetahui ada tidaknya cemaran Escherichia coli

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran simulasi pada mata pelajaran menangani

menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODE GUIDED NOTE TAKING TERHADAP HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK PADA SISWA KELAS X