• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN, TANTANGAN, DAN ISU STRATEGIS BIDANG

3.2. Permasalahan Bidang Penataan Ruang

3.2.3. Pelaksanaan Penataan Ruang

Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pelaksanaan penataan ruang adalah komponen yang utama di dalam sistem penyelenggaraan penataan ruang. Dengan pelaksanaan penataan ruang, maka rencana tata ruang disusun dan diimplementasikan guna mewujudkan ruang yang menjadi tujuan bersama. Capaian

Dalam pelaksanaan penataan ruang telah ditetapkan berbagai rencana tata ruang di setiap tingkat administrasi pemerintahan. Peraturan Pemerintah (PP) No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan 76 KSN harus disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Hingga Desember 2013 telah ditetapkan 5 Perpres KSN, yaitu:

1. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Rung Kawasan Jakart, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur);

2. Perpres No.45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Rung Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita);

3. Perpres No.55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sangguminasa, dan Takalar (Mamminasata);

4. Perpres No. 62 Tahun 201 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro); dan

5. Perpres No.8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK).

Selain itu, telah ditetapkan juga Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang RTR Pulau Sulawesi, Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Kalimantan, Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera dan Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Jawa Bali.

Adapun tatus penetapan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota hingga Desember 2013 sebagai berikut ini:

a. 18 Provinsi yang telah ditetapkan perda dari 33 Provinsi;

b. 260 Kabupaten yang telah ditetapkan menjadi perda dari 398 Kabupaten; dan c. 70 Kota yang telah ditetapkan dari 93 Kota.

Tabel 3.2. Status Perda RTRW Provinsi

NO. PROVINSI PERDA

1 Bengkulu No. 2 Tahun 2012

2 Lampung No. 1 Tahun 2010

3 DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012

4 Jawa Barat No. 22 Tahun 2010

5 Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010

6 D.I Yogyakarta No. 2 Tahun 2010

NO. PROVINSI PERDA

8 Banten No. 2 Tahun 2011

9 Bali No. 16 Tahun 2009

10 Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010 11 Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011

12 Sulawesi Selatan No. 9 Tahun 2009

13 Gorontalo No. 4 Tahun 2011

14 Sumatera Barat No.13 Tahun 2012

15 Jambi No.10 Tahun 2013

16 Maluku No. 16 Tahun 2013

17 Maluku Utara No. 2 Tahun 2013

18 Papua Barat No.2 Tahun 2013

TOTAL PROVINSI: 33 PROVINSI

Percepatan penyelesaian RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota masih terus diupayakan pada Tahun 2013. Di dalam Rakernas BKPRN 2013, disimpulkan bahwa BKPRN sebaiknya memprioritaskan beberapa hal, yaitu (i) pendampingan kepada Daerah dalam melakukan penerapan mekanisme Holding Zone bagi daerah yang belum mendapatkan persetujuan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan; (ii) Penyusunan Pedoman Penyelesaian Konflik Penataan Ruang; (iii) Fasilitasi penyelesaian tata batas kawasan hutan; dan (iv) Pemberian fasilitasi teknis penyusunan peta didalam penyusunan rencana tata ruang.

Permasalahan

Beberapa permasalahan yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan penataan ruang adalah:

a. Dalam rangka memasuki fase pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, maka penyusunan rencana rinci dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang perlu menjadi fokus utama pada tahun 2015-2019. Kendala ketersediaan peta dasar dalam penyusunan rencana rinci adalah salah satu masalah utama.

b. Produk rencana tata ruang yang telah jadi juga ditemui memiliki kualitas yang bervariasi akibat dilakukan revisi rencana tata ruang secara serempak di seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota.

c. Dalam siklus perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, tahapan pengendalian pemanfaatan ruang (dalfat) belum dilakukan secara optimal. Perlu penegakan hukum yang kuat dalam rangka implementasi rencana tata ruang.

d. Prioritas Nasional RPJMN 2010-2014 mengamanatkan paduserasi antara rencana pembangunan dan rencana tata ruang. Hingga mendekati akhir masa pelaksanaan RPJMN II, masih banyak ditemui program pembangunan sektoral yang berbeda dengan rencana tata ruang, baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

BOKS 2. Survey Primer terkait Pelaksanaan Penataan Ruang

Permasalahan sinkronisasi rencana diuraikan pada butir d di atas, instansi Pemerintah Pusat berikut:

1. Terkait persepsi terhadap implementasi RTRWN

bahwa sebesar 45 % responden menyatakan bahwa instansi mereka masih kurang berkontribusi dalam implementasi RTRWN. Hanya sekitar 28% renponden yang menyatakan telah berkontribusi secata maksimal dalam implentasi RTRWN. Data lainnya menunjukkan bahwa kendala kendala

implemntasi RTRWN dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3.10

2. Terkait persepsi terhadap kendala implementasi RTRWN utama yang dirasakan dalam

program RTRWN yang kurang jelas serta kurangnya pentunjuk teknis/ mekanisme yang mengarahkan program dalam RTRWN pada program di instansi terkait. Bahkan hasil survey menunjukkan masih ada instansi yang tidak menge

fungsi RTRWN.

Gambar 3.11. Persepsi terhadap Kendala Implementasi RTRWN

BOKS 2. Survey Primer terkait Pelaksanaan Penataan Ruang

Permasalahan sinkronisasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang

diuraikan pada butir d di atas, diperkuat dengan temuan hasil survey primer di beberapa instansi Pemerintah Pusat berikut:

persepsi terhadap implementasi RTRWN, hasil survey menunjukkan 45 % responden menyatakan bahwa instansi mereka masih kurang berkontribusi dalam implementasi RTRWN. Hanya sekitar 28% renponden yang menyatakan telah berkontribusi secata maksimal dalam implentasi RTRWN. Data lainnya menunjukkan bahwa kendala kendala untuk berkontribusi dalam implemntasi RTRWN dapat dilihat pada grafik berikut.

10. Persepsi terhadap Implementasi RTRWN

persepsi terhadap kendala implementasi RTRWN, ditemui bahwa kendala utama yang dirasakan dalam mengimplementasikan RTRWN adalah indikasi program RTRWN yang kurang jelas serta kurangnya pentunjuk teknis/ mekanisme yang mengarahkan program dalam RTRWN pada program di instansi terkait. Bahkan hasil survey menunjukkan masih ada instansi yang tidak mengetahui keberadaan dan

. Persepsi terhadap Kendala Implementasi RTRWN

BOKS 2. Survey Primer terkait Pelaksanaan Penataan Ruang

pembangunan dan rencana tata ruang, sebagaimana diperkuat dengan temuan hasil survey primer di beberapa , hasil survey menunjukkan 45 % responden menyatakan bahwa instansi mereka masih kurang berkontribusi dalam implementasi RTRWN. Hanya sekitar 28% renponden yang menyatakan telah berkontribusi secata maksimal dalam implentasi RTRWN. Data untuk berkontribusi dalam

. Persepsi terhadap Implementasi RTRWN

, ditemui bahwa kendala mengimplementasikan RTRWN adalah indikasi program RTRWN yang kurang jelas serta kurangnya pentunjuk teknis/ mekanisme yang mengarahkan program dalam RTRWN pada program di instansi terkait. Bahkan tahui keberadaan dan

Dokumen terkait