BAB III ANALISIS PERMASALAHAN, TANTANGAN, DAN ISU STRATEGIS BIDANG
3.4. Rumusan Isu Strategis Pembangunan Bidang Tata Ruang pada RPJMN 2015-2019
Permasalahan penataan ruang yang diuraikan dalam lingkup TURBINLAKWAS dan tantangan bidang penataan ruang yang
penyusunan isu strategis bidang penataan ruang. Isu strategis disusun untuk menentukan arah kebijakan dan strategi dalam RPJMN 2015
Gambar 3.28
Sumber : Diolah Dari UU 26/2007
Secara ringkas, permasalahan pembangunan bidang tata ruang pasca pelaksanaan RPJMN I dan II, sebagaimana secara rinci diuraikan pada sub
berikut:
1. Banyaknya peraturan perundangan terkait ruang yang perlu disi 2. Kompetensi SDM penyelenggara penataan ruang yang belum memadai; 3. Kurangnya kapasitas dan koordinasi kelembagaan di bidang penataan ruang; 4. Belum terintegrasinya indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan
dan program sektoral;
5. Tingginya variasi kualitas Rencana Tata Ruang;
6. Masih lemahnya penegakan hukum dalam implementasi Rencana Tata Ruang; 7. Belum operasionalnya perangkat pengendalian yang jelas dan lengkap;
8. Masih terbatasnya sistem informasi penataan ruang dalam rangka monitoring dan evaluasi;
9. Rencana rinci belum tersedia.
Adapun tantangan bidang penataan ruang akan diuraikan dalam perspektif TURBINLAKWAS pada matriks berikut. Di setiap kolom akan diisi oleh permasalahan yang perlu menjadi agenda di RPJMN 2015
Rumusan Isu Strategis Pembangunan Bidang Tata Ruang pada RPJMN
Permasalahan penataan ruang yang diuraikan dalam lingkup TURBINLAKWAS dan tantangan bidang penataan ruang yang dijelaskan pada bagian sebelumnya menjadi landasan penyusunan isu strategis bidang penataan ruang. Isu strategis disusun untuk menentukan arah kebijakan dan strategi dalam RPJMN 2015-2019.
28. Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang
Diolah Dari UU 26/2007
Secara ringkas, permasalahan pembangunan bidang tata ruang pasca pelaksanaan RPJMN I dan II, sebagaimana secara rinci diuraikan pada sub-bab 3.1., adalah sebagai
Banyaknya peraturan perundangan terkait ruang yang perlu disinkronkan; Kompetensi SDM penyelenggara penataan ruang yang belum memadai; Kurangnya kapasitas dan koordinasi kelembagaan di bidang penataan ruang; Belum terintegrasinya indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan dan program sektoral;
ariasi kualitas Rencana Tata Ruang;
Masih lemahnya penegakan hukum dalam implementasi Rencana Tata Ruang; Belum operasionalnya perangkat pengendalian yang jelas dan lengkap;
Masih terbatasnya sistem informasi penataan ruang dalam rangka monitoring dan Rencana rinci belum tersedia.
Adapun tantangan bidang penataan ruang akan diuraikan dalam perspektif TURBINLAKWAS pada matriks berikut. Di setiap kolom akan diisi oleh permasalahan yang perlu menjadi agenda di RPJMN 2015-2019 dalam mengatasi tantangan yang ada.
Rumusan Isu Strategis Pembangunan Bidang Tata Ruang pada RPJMN
Permasalahan penataan ruang yang diuraikan dalam lingkup TURBINLAKWAS dan dijelaskan pada bagian sebelumnya menjadi landasan penyusunan isu strategis bidang penataan ruang. Isu strategis disusun untuk menentukan arah
ngkup Penyelenggaraan Penataan Ruang
Secara ringkas, permasalahan pembangunan bidang tata ruang pasca pelaksanaan bab 3.1., adalah sebagai
nkronkan; Kompetensi SDM penyelenggara penataan ruang yang belum memadai; Kurangnya kapasitas dan koordinasi kelembagaan di bidang penataan ruang; Belum terintegrasinya indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan
Masih lemahnya penegakan hukum dalam implementasi Rencana Tata Ruang; Belum operasionalnya perangkat pengendalian yang jelas dan lengkap;
Masih terbatasnya sistem informasi penataan ruang dalam rangka monitoring dan
Adapun tantangan bidang penataan ruang akan diuraikan dalam perspektif TURBINLAKWAS pada matriks berikut. Di setiap kolom akan diisi oleh permasalahan yang
Tabel 3.6. Tantangan Bidang Penataan Ruang dalam Perspektif TURBINLAKWAS - 1
Demografi Ketimpangan Wilayah Kawasan Perkotaan Kawasan Perdesaan Pemekaran Wilayah
Pengaturan Penataan Ruang Belum tersedianya pedoman perencanaan kawasan perkotaan
Belum tersusunnya aturan dalam bentuk Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Menteri yang mensinkronkan pelaksanaan UU No. 26 Tahun 2007 dengan UU No.41/2009 tentang LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan)
Belum tersedianya pedoman perencanaan kawasan perdesaan
Belum adanya pedoman tentang penyusunan rencana tata ruang wilayah pemekaran Pembinaan Penataan Ruang Masih kurangnya pemahaman mengenai UU No.41/2009 tentang LP2B Pelaksanaan Penataan Ruang Belum terpenuhinya pemenuhan akan kebutuhan ruang yang kondusif dalam rangka menunjang berbagai aktivitas makhluk hidup Belum implementatifnya rencana tata ruang untuk menjadi instrumen dalam menentukan lokasi pusat pertumbuhan dan menjadi dasar bagi penerbitan izin pembangunan. Belum efektifnya perencanaan kawasan perkotaan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Belum sinkronnya UU No.41/2009 tentang LP2B dengan rencana tata ruang
Perlunya sinkonisasi rencana tata ruang wilayah pemekaran dengan rencana tata ruang wilayah induk
Pengawasan Penataan Ruang
Tabel 3.7. Tantangan Bidang Penataan Ruang dalam Perspektif TURBINLAKWAS - 2 Lingkungan Hidup dan
Perubahan Iklim Kebencanaan Kelembagaan Pendanaan
Pengaturan Penataan Ruang
Belum tersusunnya aturan dalam bentuk Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Menteri yang mensinkronkan pelaksanaan UU No. 26 Tahun 2007 dengan RAN- GRK (Rencana Aksi Nasional penurunan emisi Gas Rumah Kaca)
Belum tersedianya instrumen
pengendalian yang optimal
Belum tersusunnya mekanisme
perizinan yang mengacu kepada RTRW dan turunannya Belum tersedianya petunjuk
pelaksanaan pemberian sanksi terhadap pelanggaran RTRW Pembinaan Penataan Ruang Masih kurangnya pemahaman mengenai RAN-GRK
Masih minimnya penyediaan
sistem informasi dan data bidang tata ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang
Belum sinkronnya RAN- GRK dengan rencana tata ruang
Belum implementatifnya rencana rinci tata ruang yang mengakomodir resiko bencana
Sumber pendanaan yang berasal dari swasta belum menjadi sumber pendanaan didalam mewujudkan struktur dan pola ruang rencana tata ruang
Pengawasan Penataan Ruang
Masih terbatasnya jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang Tata Ruang Belum adanya mekanisme
pengaturan penempatan PPNS bidang Tata Ruang dalam instansi terkait
Mengacu pada alur pikir studi (Gambar 1.2.), maka uraian permasalahan dan capaian pembangunan bidang penataan ruang pasca RPJMN I dan II merepresentasikan backlog atau target yang masih harus dicapai pada RPJMN III. Adapun tantangan, dalam perspektif TURBINLAKWAS, adalah representasi kebutuhan penyelenggaraan penataan ruang di luar yang tertulis dalam RPJMN. Dengan mengacu pada arahan RPJPN 2005-2025 dan tujuan penyelenggaraan penataan ruang di dalam RTRWN, maka isu strategis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Belum efektifnya kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang; 2. Belum efektifnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan 3. Belum dijadikannya RTRW sebagai acuan pembangunan berbagai sektor.
Ketiga isu strategis tersebut adalah hasil sintesa dari permasalahan yang telah diuraikan pada sub- bab 3.1. dan 3.2. Dengan telah banyaknya produk rencana tata ruang yang dihasilkan, ironisnya justru implementasi produk tersebut menjadi titik lemah yang belum ditangani dengan baik. Aspek pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan rung belum efektif karena produk rencana yang ada belum menghasilkan impact yang mampu menjawab tujuan penyelenggaraan penataan ruang. Kualitas SDM dan kelembagaan yang rendah menjadi salah satu permasalahan kunci yang juga menghambat implementasi produk rencana. Implementasi ini termasuk adanya konflik pemanfaatan ruang di lapangan. Muara dari kedua isu strategis itu adalah RTRW belum menjadi acuan pembangunan sektor yang ditandai dengan belum sinkronnya RTRW dengan rencana pembangunan.