• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benih kedelai yang digunakan adalah benih kedelai tahan kekeringan yang diperoleh dari koleksi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang yang meliputi varietas willis, dering 1, dan devon 1.

Benih yang digunakan adalah benih yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama serta bebas dari penyakit.

Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan mencampur top soil dengan pasir dengan perbandingan 3 : 1, kemudian dimasukkan ke dalam polybag 10 kg yang telah disediakan.

Persiapan Lahan

Areal lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma yang tumbuh dan sisa-sisa akar tanaman pada areal tersebut. Dibuat 3 plot percobaan dengan ukuran 1200 cm x 100 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Penanaman

Penanaman benih dilakukan dengan membuat lubang tanam yang telah dibuat dengan kedalaman ± 2 cm, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam dan ditutup dengan tanah.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai (Nurmegawati, et. al., 2015) yaitu 25 kg Urea/ha, 75 kg TSP/ha dan 50 kg KCl/ha.

Pupuk urea, TSP dan KCl diaplikasikan pada 1 minggu setelah penanaman.

Aplikasi ZPT

Aplikasi ZPT dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan srpayer dengan konsentrasi sesuai perlakuan. BAP diaplikasikan pada saat tanaman memasuki fase tumbuh V4 (± berumur 4 MST). GA3 diaplikasikan sebelum tanaman memasuki fase tumbuh R1 (± berumur 5 MST).

Penggenangan

Penggenangan dilakukan dengan mencelupkan tanaman kedelai beserta media tanam dan polybag ke dalam kolam penggenangan yang diberi air hingga tanaman terendam sampai batas pangkal batang, penggenangan dilakukan selama 48 jam pada saat tanaman memasuki fase tumbuh R1 (± berumur 6 MST).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan pada sore hari. Penyiraman dilakukan sesuai kondisi kondisi tanah dilapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dan menggunakan cangkul sesuai dengan kondisi gulma di lapangan yang bertujuan mengendalikan tumbuhan pengganggu agar tidak menjadi saingan bagi kedelai dalam menyerap unsur hara.

Pengajiran

Pengajiran dilakukan pada tanaman yang rebah, agar tanaman tetap kokoh.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Decis 25 EC berbahan aktif Deltametrin (25g/liter air). Pengendalian dilakukan tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di lapangan.

Panen

Panen dilakukan saat kedelai pada fase R8 dan menunjukkan kriteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran. Panen dilakukan dengan memotong polong yang telah mencokelat dan dimasukkan kedalam kertas amplop.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman (cm) diukur dengan menggunakan meteran, tinggi tanaman diukur dari pangkal sampai titik tumbuh, mulai 2 MST dan diulangi setiap minggu sampai tanaman mulai berbunga.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun (helai) dihitung berdasarkan banyaknya daun setiap tanaman dan dilakukan pada 2 sampai 6 minggu setelah tanam, perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang membuka sempurna pada setiap tanaman.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung dari awal tanaman ditanam hingga umur munculnya bunga pertama.

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)

Jumlah polong berisi dihitung dengan cara menghitung semua polong yang terbentuk dan berisi biji pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat panen, polong-polong yang telah berisi dimasukkan kedalam amplop kemudian dilakukan penghitungan jumlah polong berisi pada tanaman sampel.

Jumlah Biji per Tanaman (biji)

Dihitung dengan menghitung semua biji per tanaman setelah dikeringkan terlebih dahulu sebelumnya.

Bobot 100 Biji (g)

Pengamatan bobot 100 biji dilakukan pada saat panen. Bobot 100 butir biji dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Bobot 100 Butir Biji = Bobot biji per tanaman x 100%

Jumlah biji per tanaman Analisis Klorofil (mg/g)

Analisis klorofil dilakukan menurut metode Arnon (1949) yaitu dengan mengambil 1 gram sampel daun tanaman yang kemudian dipotong kecil-kecil, kemudian digerus dengan menggunakan mortal sampai halus, dilarutkan kedalam aceton 85%, disimpan selama semalam di kulkas, kemudian disaring dengan menggunakan saringan buchner yang dimasukkan kedalam botol, dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektofotometer, diukur dengan panjang gelombang 645 nm dan 663 nm, jumlah klorofil a (g/ml) dihitung dengan menggunakan rumus OD (Optical Density), jumlah klorofil b (g/ml) dengan menggunakan rumus OD. Dilakukan analisis klorofil setelah tanaman berumur 5 minggu setelah tanam (MST).

Klorofil a = 12,7 D-663 – 2,69 D-645 (g/ml) Klorofil b = 22,9 D-645 – 4,68 D-663 (g/ml) Klorofil Total = 20,2 D-645 + 8,02 D-663 (g/ml) Pengukuran Total Protein

Pengukuran total protein menggunakan metode Bradford (1976) yaitu

Blue (CBB) dan melarutkannya ke dalam 10 ml Etanol 95% dan 20 ml asam

fosfor. Diaduk dalam kondisi gelap dan disaring dengan kertas saring, lalu dicampur dengan 150 ml akuades.

Tahap analisis dimulai dengan dimasukkan buffer ekstrak 1 ml ke dalam tube, kemudian ditimbang daun kedelai 0,1 g lalu digerus dengan N2 cair, ditambahkan PVP 1% sebanyak 0,1 g dan digerus kembali sampai menjadi serbuk, dimasukkan ke dalam tube yang berisi BE dan disimpan dalam kondisi dingin kemudian disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm dan suhu 40C selama 10 menit. Setelah itu, dimasukkan sampel 50 μL, ditambahkan bradford 2,5 ml dan diinkubasi selama 10-60 menit dalam kondisi gelap. Setelah proses inkubasi selesai, dilakukan pembacaan dengan larutan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 59,5 nm (larutan blanko yang digunakan adalah : bradford + BE 50 μL).

Analisis Enzim Superoksida Dismutase (SOD)

Analisis SOD diamati berdasarkan metode yang dilakukan oleh Beauchamp dan Fridovich (1971). Pada analisis SOD jumlah sampel yang digunakan adalah 18 sampel masing-masing mewakili satu per perlakuan. Buffer ekstrak (BE) larutan EDTA 10 Mm sebanyak 20 ml dicampurkan akuades hingga 200 ml. Larutan Methionin 13 Mm ditimbang sebanyak 19,3973 mg dan dilarutkan ke dalam akuades 10 ml. Ditimbang EDTA sebanyak 1,1167 mg dan dilarutkan ke dalam akuades 30 ml. Larutan NBT ditimbang 0,61323 mg dan dilarutkan ke dalam akuades 10 ml.

Larutan Riboflavin ditimbang sebanyak 0,00752 mg dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 10 ml. Kemudian dimasukkan BE ke dalam tube sampel daun

yang digunakan adalah daun ketiga dari pucuk tanaman yang telah berkembang sempurna. Ditimbang daun kedelai sebanyak 0,1 g dan digerus dengan N2 cair sampai menjadi serbuk. Ditambahkan PVP sebanyak 0,1g dan digerus kembali.

Dimasukkan ke dalam BE, dapat disimpan dalam suhu rendah. Disentrifuse pada kecepatan 10000 rpm dengan suhu 4oC dan selama 20 menit. Disiapkan tabung reaksi. Dimasukkan BE 750 μl, larutan methionin 50 μl, NBT μl, EDTA 150 μl dan ekstrak enzim sebanyak 100 μl. Pada larutan blanko dan standard tidak ditambahkan ekstrak enzim (sampel). Dibawa pada kondisi cahaya 15 Watt.

Ditambahkan riboflavin 50 μl, didiamkan selama 5 menit. Ditambahkan aquades steril 350 μl. Diaduk, dibaca dengan spektrofotomer UV / VIS pada panjang gelombang 560 nm.

Analisis dilaksanakan pada 9 MST. Aktivitas SOD dinyatakan dalam satuan unit/mg protein. Selanjutnya dihitung dengan rumus:

Tangen kontrol – Tangen sampel 0.5 x Tangen kontrol Aktivitas SOD =

mg protein

Dokumen terkait