• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

C. Pelanggan

Pelanggan adalah setiap orang atau organisasi yang berpotensi

mengkonsumsi produk atau jasa sesuai kebutuhan dan keinginannya. Prinsipnya,

setiap orang yang memiliki kebutuhan dan keinginan terhadap suatu produk atau

jasa (Majid, 2009).

Menurut Timothy (1999) (cit., Sari, 2008), pelanggan adalah orang yang

menjadi tujuan dari pekerjaan kita sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati

dan penuh pertimbangan, karena tanpa dirinya kita tidak akan berjalan terus,

berkembang dan menjadi maju/sukses. Jadi, pelanggan tidak tergantung pada

pekerjaan kita melainkan kita yang tergantung pada pelanggan.

Pelanggan tidak peduli terhadap segala permasalahan yang terjadi di

dalam suatu perusahaan. Yang mereka pikirkan adalah kebutuhan mereka harus

terpenuhi. Pelanggan adalah penyampai berita terbaik apabila mereka puas dengan

2. Kepuasan Pelanggan

Pada umumnya, pelanggan selalu berharap agar produk atau jasa atau

pelayanan yang dibeli akan menimbulkan rasa puas. Kepuasan tetap menjadi

keinginan utama pelanggan. Pelanggan akan berusaha mengambil resiko sekecil

mungkin terhadap apa yang mereka beli, sehingga apabila timbul rasa tidak puas

atau kecewa tidak akan terlalu besar.

Kepuasan menurut kamus psikologi (Chaplin, 1993) diartikan sebagai :

a. Suatu keadaan kesenangan atau kesejahteraan, disebabkan oleh karena telah

mencapai suatu tujuan atau sasaran.

b. Suatu perasaan yang menyertai seseorang setelah ia memuaskan rasa lapar atau

suatu motif.

Menurut Kotler (2002), kepuasan adalah perasaan senang atau

kekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau

kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.

Kepuasan seseorang setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian

antara persepsi dari produk yang dibeli dengan kinerja atau harapan dari

pembelian produk tersebut. Apabila persepsi orang tersebut dapat terpenuhi atau

melebihi harapannya, maka orang tersebut cenderung akan datang kembali dan

menggunakan penyedia tersebut lagi. Tetapi, sebaliknya, jika persepsi seseorang

tidak dapat terpenuhi, maka orang tersebut akan kecewa.

Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas

produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi

pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi kualitas jasa,

yaitu bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap

(responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) (Rangkuti, 2002).

Menurut Kotler (2002), ada suatu metode yang dapat digunakan untuk

mengukur kepuasan pelanggan, yaitu dengan cara survei kepuasan pelanggan.

Penelitian menunjukkan bahwa para pelanggan tidak puas dengan satu dari setiap

empat pembelian, kurang dari 5% pelanggan yang tidak puas akan mengeluh.

Kebanyakan pelanggan akan membeli lebih sedikit atau berganti pemasok

daripada mengajukan keluhan. Karenanya, perusahaan-perusahaan tidak dapat

menggunakan banyaknya keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan.

Perusahaan-perusahaan yang responsive memperoleh ukuran kepuasan pelanggan

secara langsung dengan melakukan survei berkala. Melalui survei, perusahaan

akan memperoleh tanggapan dan umpan balik (feedback) secara langsung dari

pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh

perhatian terhadap pelanggannya.

3. Teori Kepuasan Pelanggan

Terdapat beberapa konsep mengenai teori kepuasan pelanggan, yaitu:

1) Attribution theory yang menyatakan bahwa ada tiga penyebab yang

menetukan keberhasilan atau kegagalan suatu hasil (outcome), sehingga

dapat ditentukan apakah suatu pembelian memuaskan atau tidak

memuaskan. Penyebabnya adalah:

Apakah faktor penyebabnya sementara atau permanen?

b. Locus of causality

Apakah penyebabnya berhubungan dengan pelanggan (external

attribution) atau dengan pemasar (internal attribution)? Internal

attribution seringkali berkaitan dengan kemampuan dan usaha yang

dilakukan pemasar. Sedangkan, external attribution dihubungkan

dengan berbagai faktor seperti tingkat kesulitan suatu tugas dan faktor

keberuntungan.

c. Controllability

Apakah penyebab tersebut berada dalam kendali kemauannya sendiri

ataukah dihambat oleh faktor luar yang tidak dapat dipengaruhi?

2) The Expectancy Disconfirmation Model

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh dua variabel kognitif, yakni

harapan prapembelian (prepurchase expectations), yaitu keyakinan kinerja

yang diantisipasi dari suatu produk atau jasa dan disconfirmation, yaitu

perbedaan antara harapan prapembelian dengan persepsi purna beli

(postpurchase expectations).

Penilaian kepuasan atau ketidakpuasan berdasarkan model expectancy

disconfirmation ada tiga jenis, yaitu positive disconfirmation (bila kinerja

melebihi yang diharapkan), simple disconfirmation (bila keduanya sama),

negative disconfirmation (bila kinerja lebih buruk daripada yang diharapakan),

4. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan, antara lain:

a. Usia

Pelanggan yang lebih tua cenderung memiliki pendidikan yang rendah,

sehingga mudah puas.

b. Tingkat pendidikan

Pelanggan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi diasosiakan

dengan kepuasan yang rendah karena cenderung mempunyai tuntutan yang

lebih tinggi.

c. Kepercayaan diri

Seseorang yang lebih percaya diri dalam mengambil suatu keputusan

akan cenderung memiliki kepuasan yang besar. Orang yang lebih puas

terhadap kehidupan seacara penuh juga mempunyai kecenderungan lebih tinggi

tingkat kepuasan produknya (Loudon dan Bitta, 1993).

5. Harapan Pelanggan

Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan

kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan

harapannya sebagai standar atau acuan. Harapan merupakan perkiraan atau

keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya (Zeithaml dalam

Tjiptono, 1997). Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa

lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan

Harapan pelanggan mengenai suatu produk pada umumnya meliputi:

a. Ciri khas dan tampilan produk atau pelayanan, yaitu dugaan terhadap ciri khas

dan tampilan produk sesuai dengan manfaat yang diperoleh secara langsung

dari produk tersebut.

b. Biaya dan usaha yang dikeluarkan sebelum memperoleh manfaat langsung dari

produk atau pelayanan tersebut.

c. Manfaat sosial atau keuntungan-keuntungan bagi pelanggan setelah melakukan

pembelian, yaitu dugaan terhadap pengaruh yang dianggap penting setelah

pembelian (Hunt, dalam Loudon dan Bitta, 1993).

6. Loyalitas Pelanggan

Loyalitas secara harafiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang

terhadap suatu objek (Mardalis, 2005). Mowen dan Minor (1998) (Cit., Mardalis,

2005) mendefinisikan loyalitas sebagai kondisi dimana pelanggan mempunyai

sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut,

dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Definisi loyalitas

di atas berdasarkan pada pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Pendekatan

perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli

ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan yang hanya membeli suatu

produk secara berulang-ulang, tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikan

di dalamnya. Sebaliknya loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada

pelanggan senantiasa merupakan penyebab utama timbulnya loyalitas (Mardalis,

2005).

D. Jasa

Dokumen terkait