• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bahwa Penggugat di dalam gugatan a quo menyatakan memperoleh informasi dari masyarakat mengenai adanya tindakan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi yang kemudian ditindaklanjuti oleh Penggugat dengan melakukan investigasi di lapangan serta melakukan analisa terhadap data-data dan terkait. Berdasarkan hasil investigasi dan analisa tersebut Penggugat menyatakan bahwa Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan.

2. Bahwa Penggugat tidak berwenang untuk melakukan investigasi

dan analisa terhadap laporan telah terjadinya pelanggaran yang menyangkut kawasan hutan terlebih lagi Penggugat dalam

melakukan investigasi di lapangan tanpa izin dari Tergugat II Intervensi selaku pengelola wilayah mengingat apa bila Penggugat mengalami kecelakaan di wilayah tersebut maka Tergugat II Intervensi yang akan dimintakan pertanggungjawaban oleh Pemerintah sehingga akan merugikan Tergugat II Intervensi.

3. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan hanya Pejabat Kehutanan

laporan, memeriksa dan melakukan investigasi serta membuat laporan adanya pelanggaran kawasan hutan.

4. Bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan berdasarkan informasi masyarakat yang telah dilakukan investigasi dan analisa oleh Penggugat tidak dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum dan dijadikan dasar gugatan a quo.

III. PEROLEHAN OBJEK SENGKETA OLEH TERGUGAT II INTERVENSI TELAH SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU;

1. Bahwa Tergugat II Intervensi dalam memperoleh Objek

Sengketa telah memenuhi seluruh tahapan dan persyaratan yang ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut :

a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/108/KP-PU/DPE-IV/XII/2005 tertanggal 26 Desember 2005;

b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/130/KP-Er/DPE-IV/XI/2006 tertanggal 24 November 2006;

c. Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pertambangan Batubara (AMDAL) oleh Komisi Penilai Amdal Nomor: KAKK/06/AMDAL/TB/2009 tertanggal 17 April 2009; d. Izin Kelayakan Lingkungan Pertambangan berdasarkan

Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor: KAKK/06/AMDAL/PERTAMBANGAN BATUBARA/2009;

e. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130P tertanggal 14 Juli 2009.

2. Bahwa dengan demikian penerbitan Objek Sengketa oleh

Tergugat kepada Tergugat II Intervensi telah sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundangan.

IV. OBJEK SENGKETA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;

1. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, dengan mempertimbangkan untuk kepentingan pembangunan maka di dalam kawasan hutan dapat

dilakukan kegiatan yang memiliki tujuan strategis diluar kegiatan kehutanan seperti kegiatan pertambangan.

2. Bahwa sebagaimana Surat Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor : S.381/BPKH IV-20/2010 yang telah Tergugat II Intervensi kemukakan (vide : Jawaban Tergugat II Intervensi angka I.3) dinyatakan bahwa apabila Tergugat II Intervensi akan menggunakan WIUP yang masuk dalam kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan maka harus memperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan terlebih dahulu dan WIUP yang bukan merupakan kawasan hutan adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

3. Bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Objek Sengketa bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang adalah pernyataan yang menyesatkan mengingat penetapan WIUP dalam Objek Sengketa

yang sebagian masuk di dalam kawasan hutan tidak dilarang oleh Peraturan Perundangan yang mengatur mengenai Hutan dan/atau Kawasan Hutan.

V. KEGIATAN PERTAMBANGAN OLEH TERGUGAT II INTERVENSI TIDAK BERDAMPAK BURUK BAGI LINGKUNGAN DAN TELAH MENDAPATKAN PENGAKUAN PEMERINTAH;

1. Bahwa dalam PelaksanaanPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2013 tentang Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan Pasal 1 Peraturan tersebut berbunyi:

“Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan lingkungan hidup selanjutnya disebut Proper adalah program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatandalam mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah

bahan berbahaya beracun”.

2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2013 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, atas kegiatan Proper terhadap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang diberikan penilaian dalam bentuk peringkat kinerja sebagai berikut :

a. Hitam, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi;

b. Merah, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan;

c. Biru, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan Peraturan Perundang-undangan; d. Hijau, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan hidup dari dipersyaratkan dalam peraturan melalui pelaksanaan sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan baik; dan

e. Emas, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

3. Bahwa dalam pelaksanaan Proper Priode Tahun 2013-2014 dan 2014-2015 kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh Tergugat II

Intervensi selalu memperoleh peringkat Biru untuk kedua periode tahun tersebut sehingga pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi telah sesuai dengan yang disyaratkan oleh Peraturan Perundang-undangan dan memperoleh pengakuan

dari Pemerintah maka dengan demikian kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

4. Bahwa sesuai dengan uraian-uraian tersebut diatas maka dalil Penggugat dalam gugatan a quo yang menyatakan bahwa kegiatan pertambangan yang dilakukan Tergugat II Intervensi telah mengabitkan perubahan iklim/cuaca yang cukup drastis dan merusak ekosistem serta ekologi dan juga menyebabkan pencemaran telah terbantahkan.

VI. TERGUGAT II INTERVENSI TURUT SERTA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Bahwa Kegiatan Pertambangan yang dilakukan Tergugat II Intervensi telah berkontribusi terhadap Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, dimana Tergugat II Intervensi memiliki program-program Community Development bagi masyarakat yang berada di sekitar WIUP antara lain:

a. Bidang Pendidikan, Tergugat II Intervensi melakukan pembinaan terhadap TK, TPA, SD, dan SLTP yang berlokasi di desa Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara;

b. Bidang Agama, Tergugat II Intervensi melakukan pembangunan dan pembinaan atas Langgar yang berlokasi di desa Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara;

c. Bidang Kesehatan, Tergugat II Intervensi melakukan pembinaan terhadap Puskesmas dan Posyandu yang berlokasi di desa Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara.

2. Bahwa dengan demikian keberadaan Tergugat II Intervensi sangat membantu dalam peningkatan kualitas pendidikan, agama dan kesehatan masyarakat di sekitar WIUP dan disamping itu Tergugat II Intervensi telah memperdayakan masyarakat sekitar untuk bergabung (bekerja) dengan Tergugat II Intervensi sehingga dapat bersama-sama memanfaatkan hasil bumi dengan melakukan kegiatan pertambangan di wilayah mereka sendiri.

Maka berdasarkan uraian sebagaimana yang telah Tergugat II Intervensi kemukakan diatas, dengan ini Tergugat II Intervensi memohon agar Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berkenan memutuskan sebagai berikut:

Dokumen terkait