• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S AN. Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT BARISAN ANAK DAYAK ( LSM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S AN. Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT BARISAN ANAK DAYAK ( LSM"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman,1 dari 105 Putusan Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD ...

P U T U S AN

Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD

”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam sengketa antara:

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT BARISAN ANAK DAYAK ( LSM BADAK) Alamat : Jalan Wahid Hasyim Perum. Pinang

Mas Blok E4 Kelurahan Sempaja Kota Samarinda, adalah Badan Hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia Nomor : AHU-0030655.AH.01.07 Tahun 2015 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Anak Dayak Kalimantan Timur, diwakili oleh Drs. A. Frencky Tennes, Kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Swasta beralamat Jalan Kalibata Selatan IIB No. 52 RT.012/RW.004, Kelurahan Kalibata Pancoran Jakarta Selatan, ditunjuk sebagai Ketua Badan Pengurus Harian berdasarkan Surat Keputusan Badan Pendiri LSM BADAK Nomor : 01/SK-BADAK/BP-10/2015 Tanggal 01 Oktober 2015 dan berdasarkan AKTA NOTARIS KHAIRU SUBHAN, SH No. 23 Tanggal 09

(2)

Agustus 2007 dan Perubahannya Akta Notaris KHAIRU SUBHAN, SH No. 25 Tanggal 09 November 2007, serta sesuai SALINAN/GROSSE Akta Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Anak Dayak ( LSM ) Kalimantan Timur Nomor : 23 Tanggal 09 Agustus 2007;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada : 1. KUKUH TUGIYONO, S.H.,

2. HJ. HARNE, S.H.;

Keduanya berkewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat , berkantor pada Kantor KUKUH . T. S,H dan REKAN, ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM beralamat Jalan. Daman Huri Perum Borneo Mukti II Blok C No. 17 Kelurahan Mugirejo Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Oktober 2015 ;

Selanjutnya disebut sebagai---PENGGUGAT;

M E L A W A N :

1. BUPATI KUTAI KARTANEGARA, berkedudukan di Jalan Wolter Monginsidi,

Kota Tenggarong;

Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya bernama : 1. ROKMAN TORANG ,SH., MH ;

2. ABDUL KADIR., SH., M.Si ; 3. JOKO ADI WIBOWO, SH ; 4. HARMAN , SH ;

(3)

Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia , pekerjaan Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara beralamat di Jalan. Wolter Monginsidi Tenggarong berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 07/SKK-Bankum/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015 ;

Selanjutnya disebut sebagai---TERGUGAT;

D A N

2. PT. SINAR KUMALA NAGA berkedudukan di Jalan Melati No. 22 RT 06

Panji Tenggarong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dalam hal ini diwakili oleh JOHANSYAH ANTON BUDIMAN selaku Direktur Utama berdasarkan Akta Notaris No. 16 tertanggal 25 November 2015 dan Surat Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-24.AH.02.02 Tahun 2008 Tanggal 27 Agustus 2008 ;

Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya bernama : 1. REZA ISKANDAR, S.H. ;

2. JEMY SUSTON NAPITUPULU, S.H.;

Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia , pekerjaan Karyawan PT Sinar Kumala Naga , berkedudukan di Samarinda, berkantor di Jalan Danau Semayang Nomor : 12 Samarinda berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 005/SKN/K/I/2016 tertanggal 15 Januari 2016 ;

Selanjutnya disebut sebagai ---TERGUGAT II INTERVENSI;

(4)

Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tersebut telah membaca;

- Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 30/PEN-DIS/2015/PTUN-SMD tanggal 26 November 2015tentang Penetapan Lolos Dismissal;

- Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 30/PEN/2015/PTUN-SMD tanggal 26 November 2015 tentang Penunjukkan Majelis Hakim;

- Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 30/PEN.PP/2015/PTUN-SMD. tanggal 26 November 2015tentang Pemeriksaan Persiapan;

- Surat Penunjukkan Panitera Pengganti dan Jurusita Pengganti Nomor : 30/PEN/2015/PTUN-SMD tertanggal 26 November 2015 ;

- Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor : 30/Pen-HS/2015/PTUN-SMD tanggal 07 Januari 2016 tentang Penentuan Hari Sidang;

- Putusan Sela Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD tertanggal 21 Januari 2016;

- Telah membaca dan mempelajari berkas perkara dan surat-surat bukti yang diajukan dipersidangan;

- Telah mendengarkan keterangan saksi dari para pihak; - Telah membaca dan memeriksa Berita Acara Perkara ini;

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatannya tertanggal 26 November 2015 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda pada tanggal 26 November 2015 dengan register perkara Nomor : 30/G/2015/PTUN-SMD yang telah diperbaiki secara formal pada

(5)

pemeriksaan persiapan tanggal 07 Januari 2016 yang mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut :

Adapun dasar-dasar hukum gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diuraikan sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat pada tanggal 28 Oktober 2015 mengetahui adanya kebenaran :

 KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP. TANGGAL 14 JULI 2009;

Bahwa Penggugat mengajukan Gugatan pada tanggal 26 Nopember 2015 dan mengetahui adanya Obyek Sengketa pada tanggal 28 Oktober 2015, sehingga berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Pasal 5, Gugatan yang diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda masih dalam tenggang waktu 90 hari;

2. Bahwa Penggugat sebagai Organisasi sebagai Organisasi Berbadan Hukum memiliki Legal Standing dalam mengajukan Gugatan ini berdasarkan :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) huruf a

(1) Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang

(6)

disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.

(2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Pasal 73 ayat (1) dan ayat (2)

Pasal 73

(1) Dalam rangaka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan hutan, organisasi bidang kehutanan berhak mengajukan gugatan perwakilan untuk kepentingan pelestarian fungsi hutan.

(2) Organisasi bidang kehutanan yang berhak mengajukan gugatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan :

a. Berbentuk badan hukum;

b. Organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tegas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi hutan; dan

c. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan Anggaran Dasarnya

3. Bahwa Penggugat mengajukan Gugatan terhadap Tergugat akibat adanya pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan berdasarkan : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan tanggal 30 September 1999 pasal 38 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5);

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 12 Januari 2009, Pasal 145 ayat (1) a dan b, ayat (2);

(7)

c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang jo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

d. Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 12 Tahun 1993 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur, tanggal 29 Desember 1993;

e. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Nomor : 050/K.443/1993 tentang Penetapan Hasil Hasil Paduserasi Antara Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), tanggal 1 Nopember 1999.

f. Berita Acara Tata Batas (BATB) Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli, tanggal 25 Nopember 2000 berikut peta lampirannya ; g. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 66/Menhut-II/2012 Tentang

Penetapan Kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli yang Terletak di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai, Propinsi Kalimantan Timur seluas 8.850,70 (delapan ribu delapan ratus lima puluh tujuh puluh perseratus) Hektar. Tanggal 03 Pebruari 2012;

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tanggal 30 September 1999 pasal 38 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5):

(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar

kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan didalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung.

Penjelasan umum Pasal 38 ayat (1)

Kepentingan pembangunan di luar kehutanan yang dapat

(8)

secara selektif. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan serius dan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan yang bersangkutan dilarang.

Kepentingan pembangunan di luar kehutanan adalah kegiatan untuk tujuan strategis yang tidak dapat di elakkan, antara lain kegiatan pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon, dan instalansi air, kepentingan religi, serta kepentingan pertahanan keamanan.

(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.

(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan

dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.

Tergugat mengetahuiKetentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan tersebut. Namun hingga saat ini Tergugat

selaku pemberi izin tidak pernah memerintahkan / menganjurkan kepada PT.

SINAR KUMALA NAGA agar mengajukan Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sehingga Tergugat telah melakukan pembiaran terhadap pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan yang dilakukan PT. SINAR KUAMALA NAGA ;

(4) Bahwa Penggugat telah kehilangan hak untuk menikmati pengelolaan hutan dan hak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 47, huruf a dan b, dan Pasal 68 ayat (1):

(9)

Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: a. Mencegah dan membatasi hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan

yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan

b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat, perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Pasal 68 ayat (1)

(1) Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup dihasilkan hutan.

(5) Bahwa karena perambahan hutan dan pengerusakan hutan yang dilakukan PT. SINAR KUMALA NAGA, mengakibatkan Penggugat kehilangan hak dan kesempatan untuk menikmati hasil hutan di kawasan yang dirambah dan rusak, yang berupa :

Resin/getah, seperti damar, karet, dan gaharu.

 Minyak seperti minyak kayu manis, minyak kamper, minyak keruing, minyak kenanga, dan minyak lemak;

 Makanan seperti tepung aren, rebung bambu, jamur, madu, tepung nipah, tepung sagu, dan umbat rotan;

 Buah-buahan seperti cempedak, duku, durian, mangga hutan, manggis, jengkol, petai, dan rambutan;

Obat-obatan seperti : pasak bumi, pulai, gaharu, dan tabat barito;

Tanaman hias seperti: anggrek hutan, bunga bangkai, kantong semar;

Hasil hutan untuk penghasilan seperti : berbagai jenis rotan dan bambu;

 Berbagai jenis binatang seperti: pelanduk, babi, rusa, ular, burung wallet, dan lebah;

(10)

 Kayu yang biasa digunakan: untuk membangun rumah, membuat perahu transportasi tradisional, membuat peti mati, dan mengerjakan kegiatan sehari-hari.

(6) Bahwa Penggugat pada tanggal 12 Oktober 2015 mendapat informasi dari masyarakat disekitar Pertambangan PT. SINAR KUMALA NAGA, Kecamatan Anggana, maka Penggugat langsung melaksanakan Investigasi dilapangan dengan cara pengecekan langsung, pada lokasi Tambang PT. Sinar Kumala Naga dan mengambil titik-titik koordinat sebagai berikut:

No Koordinat Keterangan Bujur Timur Lintang Selatan 1

"49.11E 0"29'49.35" S Estimasi batas kawasan - jalan 1

2

46.48E 0"29'47.48" S Dalam kawasan - tepi danau 1

3

46.90E 0"29'45.11" S

Estmasi batas kawasan - tepi danau 3

4

44.83E 0"29'43.33" S Dalam kawasan - tepi danau 2

5

44.98E 0"29'32.14" S Estimasi batas kawasan-jalan 2

6

47.71E 0"29'29.57" S Dalam kawasan- simpang jalan

7

46.79E 0"29'24.07" S Estimasi batas kawasan-jalan 3 8 0"29'23.07" S Estimasi batas kawasan-jalan 4

(11)

49.80E

Sesuai titik-titik koordinat diatas, Penggugat menemukan pelanggaran yaitu: perambahan dan perusakan hutan oleh PT. SINAR KUMALA NAGA pada Hutan Pendidikan dan Penelitian yang berfungsi sebagai kawasan yang penting untuk mengetahui perkembangan kawasan hutan, dan tempat untuk mendidik manusia untuk lebih mengenal fungsi hutan.

Kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian juga merupakan paru-paru dunia, yang digunakan oleh Penggugat untuk bernafas , sebagai pengatur fungsi tata air yang dapat menghindarkan Penggugat dan banjir bandang, dan PT. SINAR KUMALA NAGA telah mengakibatkan perubahan iklim/cuaca yang cukup drastis, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur. Karena kerusakan hutan diluar areal yang sudah diatur tata ruangnya, mengakibatkan kerusakan Ekosistem dan Ekologi secara parah. Dan yang tersisa dari PT. SINAR KUMALA NAGA hanyalah kubangan air yang tercemar, sangat berbahaya bagi kehidupan Penggugat;

(7) Bahwa Penggugat melakukan pengecekan lokasi pelanggaran yang dilakukan PT. SINAR KUMALA NAGA yang sesuai dengan Surat Tugas Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Anak Dayak (LSM BADAK) tanggal 28 Oktober 2015 yaitu berdasarkan :

a. Melakukan pengecekan lokasi pelanggaran yang dilakukan PT. SINAR KUMALA NAGA yang disesuaikan dengan Peta Lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 66/Menhut-II/2012 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Pendidikan Dan Penelitian Barat Muara Kaeli Yang Terletak Di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur Seluas 8.850,70 Ha (Delapan Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Dan Tujuh Puluh Per Seratus Hektar), tanggal 03 Pebruari

(12)

2012, pada sumber datanya menyatakan bahwa Peta sesuai dengan Peta Tata Batas Luar Definitif Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli, skala 1 : 25.000 (lampiran BATB tanggal 25 November 2000).

b. Melakukan pengecekan kerusakan hutan berdasarkan penafsiran citra landsat 8 Liputan 1 Mei 2015 secara full dan detail dilokasi pelanggaran yang dilakukan oleh PT. SINAR KUMALA NAGA pada titik-titik koordinat yang sudah ada dilapangan ;

c. Melaksanakan foto lokasi pelanggaran PT. SINAR KUMALA NAGA;

(8) Bahwa Penggugat melaksanakan analisis data dan peta, terhadap Peta Lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 66/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pendidikan Dan Penelitian

Barat Muara Kaeli Yang Terletak Di Kecamatan Anggana, Kabupaten

Kutai, Provinsi Kalimantan Timur Seluas 8.850,70 Ha (Delapan Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Dan Tujuh Puluh Per Seratus Hektar), tanggal 03 Pebruari 2012, pada sumber datanya menyatakan bahwa Peta sesuai dengan Peta Tata Batas Luar Definitif Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli, skala 1: 25.000 (lampiran BATB tanggal 25 November 2000), didapat fakta bahwa peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) dengan koordinat lampiran Keputusan Tergugat yaitu Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga Nomor: 540/013/IUP-OP/MB-PMBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130P, ditetapkan di :Tenggarong, tanggal 14 Juli 2009, berdasarkan fakta tersebut terbukti bahwa izin yang diperoleh PT.SINAR KUMALA NAGA sesuai KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA

(13)

NAGA NOMOR : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 KW KTN 2009 0130P. Tanggal 14 Juli 2009, berada dalam kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian selauas ± 31,09 Hektar ;

(9) Bahwa Tergugat menerbitkan KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IJIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR: 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 0130P. Tanggal 14 Juli 2009, bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 50 ayat (3) hurup a, b, g, dan k;

(2) Setiap orang dilarang:

a. Mengerjakan dan atau mengunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah;

b. Merambah kawasan hutan;

c. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;

d. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;

Berdasarkan Ketentuan Perundang-Undangan tersebut diatas dan fakta-fakta di lokasi serta PT. SINAR KUMALA NAGA tidak memiliki izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terbukti bahwa PT. SINAR KUMALA NAGA melakukan pelanggaran berupa merambah dan merusak hutan pada Kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian.

(10) Bahwa Tergugat menerbitkan KEPUTUSAN BUPATI KUTAI

(14)

PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR: 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 009 0130P. Tanggal 14 Juli 2009, telah bertentangan dengan Ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Pasal 61 huruf a,b, dan c.

Pasal 61

a. Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib: b. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

Pasal 62:

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, dikenai sanksi administrative.

Pasal 63:

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dapat berupa:

a. Peringatan Tertulis;

b. Penghentian sementara kegiatan;

c. Penghentian sementara pelayanan umum; d. Penutupan lokasi;

e. Pencabutan izin; f. Pembatalan izin;

g. Pembongkaran bangunan;

h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. Denda administratif.

(15)

BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR: 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130OP. Tanggal 14 Juli 2009. Sedangkan berdasarkan pelanggaran-pelanggaran Perundang-undangan seperti tersebut diatas seharusnya KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR: 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130P. Tanggal 14 Juli 2009, harus sudah dicabut;

12. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pasal 53 ayat (2) huruf b:

Huruf b.

Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Yang di dalamnya mengatur Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik.

Pada BAB III ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA. Pasal 3. Pada urutan ke 3 terdapat Asas Kepentingan Umum.

“Asas Kepentingan Umum” adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang inspiratif, akomodatif, dan selektif. Tergugat hanya mementingkan kepentingan PT.SINAR KUMALA NAGA, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat umum termasuk

(16)

Penggugat, dengan cara melakukan pembiaran terhadap perusakan dan perambahan hutan yang dilakukan PT. SINAR KUMALA NAGA, dan memberikan Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. SINAR KUAMA NAGA dikawasan Hutan tanpa adanya izin dari Menteri Kehutanan, dengan demikian Tergugat telah melanggar Asas Kepentingan Umum;

Berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;

2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan yang diterbitkan oleh Tergugat berupa KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMA NAGA NOMOR : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130P. TANGGAL 14 JULI 2009;

3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut :KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TENTANG PERSETUJUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI KEPADA PT. SINAR KUMALA NAGA NOMOR : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP. TANGGAL 14 JULI 2009;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebutkuasa hukum Tergugat menyampaikan Jawabannya tertanggal 27 Januari 2016 dengan uraian sebagai berikut :

(17)

I. DALAM EKSEPSI

A. EKSEPSI MENGENAI KOMPETENSI ABSOLUT :

GUGATAN PENGGUGAT MENYALAHI KEWENANGAN

MEGADILI KOMPETENSI ABSOLUT

1. Bahwa TERGUGAT terlebih dahulu menolak seluruh dalil-dalil dari Penggugat kecuali untuk hal-hal yang secara tegas telah diakuinya;

2. Bahwa segala hal yang TERGUGAT uraikan mohon dianggap satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam berkas Jawaban ini; 3. Bahwa apa yang digugat dan dipermasalahkan oleh Penggugat

terhadap Tergugat adalah adanya Surat Keputusan Bupati Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 tanggal 14 Juli 2009.

4. Namun demikian dalam hal pokok yang disengketakan yang berkaitan dengan adanya “Pelanggaran berupa Perambahan

dan Perusakan Hutan” akibat diterbitkannya Obyek Sengketa

berupa Surat Keputusan Bupati Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009.

Bahwa dengan demikian wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh Pengadilan yang berwenang memeriksa dan mengadili yaitu Pengadilan Negeri seperti dalil Penggugat, hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2)

(18)

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang seharusnya Gugatan Penggugat tersebut tidak dapat diperiksa dan diadili pada Pengadilan Tata Usaha Negara di Samarinda, karena itu adalah merupakan kewenangan Pengadilan Negeri dan sudah termasuk pada ranah kewenangan mengadili yaitu Kompetensi Absolut.

5. Bahwa oleh karena TERGUGAT mengajukan Eksepsi Kompetensi Absolut, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009. Yang berbunyi:

“Eksepsi tentang Kewenangan Absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan,

dan meskipun tidak ada Eksepsi tentang

Kewenangan Absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan”.

6. Dengan demikian, Eksepsi Kompetensi Absolut yang diajukan

TERGUGAT ini harus diputus (Putusan Sela) terlebih dahulu

oleh Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo sebelum memeriksa, memutus dan mengadili pokok perkaranya.

B. EKSEPSI TENTANG KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PENGGUGAT, GUGATAN TIDAK JELAS, DAN GUGATAN TIDAK

(19)

CERMAT BERKAITAN DENGAN KUALIFIKASI/BENTUK GUGATAN.

1. Bahwa dalam perkara a quo, kualifikasi/ bentuk Gugatan Penggugat adalah tidak jelas, apakah sebagai Gugatan Perwakilan kelompok (class action) ataukah sebagai gugatan kontentiosa (contentious) adalah telah disampaikan secara tidak cermat. Jikalau memang benar, quod non, gugatan Penggugat berkualifikasi/ berbentuk sebagai gugatan perwakilan kelompok (class action), maka gugatan Penggugat tersebut tetap merupakan gugatan yang kabur, Pertama, karena gugatan Penggugat adalah tidak memenuhi dan tidak sesuai dengan formulasi gugatan perwakilan kelompok (class action) sebagaimana telah diatur dalam PERMA RI NO.1 Tahun 2002 Tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, yang secara limitative menentukan ;

a. Wakil kelompok didalam mengajukan gugatan bertindak untuk dan atas nama diri sendiri serta sekaligus untuk dan atas nama Kelompok orang yang jumlahnya banyak/ anggota kelompok, karena antara wakil kelompok dengan anggota kelompok orang/ anggota kelompok tersebut mengalami permasalahan yang sama yang meliputi fakta dasar hukum yang sama, tuntutan penyelesaian dan ganti kerugian yang sama (pasal 1 huruf a, pasal 2 huruf b).

b. Selain harus memenuhi persyaratan-persyaratan formal surat gugatan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, surat gugatan perwakilan kelompok harus

(20)

memuat, diantaranya yaitu identitas lengkap dan jelas kelompok; Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walaupun tanpa menyebutkan nama anggota kelompok satu persatu; keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitan dengan kewajiban melakukan pemberitahuan (pasal 3 huruf a,b,c).

Didalam perkara a quo, perihal identitas Penggugat adalah telah dinyatakan secara tidak jelas dan tidak lengkap oleh Penggugat dan perihal kelompok tidak didefinisikan secara rinci dan spesifik; serta perihal keterangan tentang anggota kelompok juga tidak dimuat dan didalilkan dalam gugatan Penggugat;

c. Karena konsep hak gugatan yang terdapat didalam gugatan Penggugat adalah tidak jelas, hal ini disebabkan adanya status yang tidak pernah dijelaskan secara tegas dalam dalil gugatannya, apakah sebagai Badan Hukum, sebagai LSM atau hanya sebagai kelompok orang yang berjumlah banyak adalah tidak diuraikan secara jelas dan tegas, karena perihal konsep hak gugatan yang dilakukan LSM adalah berdasarkan Pemberian Hak Undang-Undang (vide pasal 46 ayat (1) huruf c UU No. 8 Tahun 1999, jo. Pasal 38 UU No. 23 Tahun 1997). Sedangkan kalau hanya kelompok orang yang berjumlah banyak, konsep hak gugatannya adalah asas commonality, yang antara wakil kelompok anggota dan anggota kelompoknya adalah sama-sama mengalami Permasalahan yang sama, sehingga wakil kelompok dalam berinisiatif

(21)

melakukan upaya hukum atau melakukan gugatan bertindak untuk dan atas nama diri sendiri sekaligus untuk dan atas nama anggota kelompoknya (pasal 1 huruf a PERMA RI No. 01 tahun 2002);

C. GUGATAN PENGGUGAT KABUR (Obscuur Libel)

1. Bahwa apabila mencermati dan ditelaah dengan seksama tentang dalil-dalil Gugatan Penggugat Perkara Tata Usaha Negara No. 30/G/2015/PTUN-SMD yang didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tanggal 26 Nopember 2015 dan diperbaiki tanggal 07 Januari 2015 dapat dikategorikan Gugatan tersebut adalah Kabur (obscuur libel);

2. Bahwa kekaburan terhadap Gugatan Penggugat dalam Perkara No. 30/G/2015/PTUN-SMD yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tanggal 26 Nopember 2015 dan diperbaiki tanggal 07 Januari 2015 sama sekali tidak mempunyai Dasar Hukum (Ongegrond) yang kuat sehingga Gugatan Penggugat kabur (obscuur libel), mengingat tidak adanya rincian berapa jumlah luasan berupa pelanggaran dan perusakan hutan yang dideritanya terhadap terbitnya Obyek Sengketa tidak dirinci dengan jelas serta hanya berdasarkan Informasi dari Masyarakat yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya;

3. Bahwa dalil yang demikian itu adalah dalil yang sangat membingungkan dan sangat menyesatkan serta sangat merugikan pihak Tergugat untuk dalil gugatan Penggugat tersebut dapat dikualifikasi sebagai dalil Gugatan yang kabur.

(22)

4. Bahwa oleh karenanya pula dalil gugatan Penggugat perkara a qou dikualifikasi sebagai gugatan yang kabur terlihat dari dalil-dalil Gugatan Penggugat yang tidak rinci, tidak jelas maka dengan perihal tersebut diatas untuk itu cukup alasan jika gugatan Penggugat Perkara a quo dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard).

D. GUGATAN PENGGUGAT MELAMPAUI TENGGANG WAKTU YANG DITENTUKAN UNDANG-UNDANG;

1. Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat dimaksud sudah melampaui waktu 90 hari (kadaluawarsa) karena apa yang digugat dan dipermasalahkan oleh Penggugat terhadap Tergugat adalah Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009

2. Bahwa terkait dengan Gugatan Penggugat dalam perkara A quo yang Perijinannya diantaranya berupa Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No 504/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 013OP tanggal 14 Juli 2009 adalah sudah diketahui berdasarkan Berita Acara Sosialisasi/Konsultasi Publik dalam rangka Studi menyusun AMDAL Rencana Usaha Kegiatan Peningkat Produksi Batubara PT. Sinar Kumala Naga di Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara tanggal 14 Juli 2011 telah dibahas dengan elemen Masyarakat sekitar Tambang

(23)

dengan Perangkat Desa setempat terkait dengan Peningkatan Operasi Produksi;

3. Bahwa oleh karena itu terhitung sejak tanggal 14 Juli 2011 bahwa “masyarakat” sekitar areal Pertambangan PT. Sinar Kumala Naga telah “MENGETAHUI” adanya Kegiatan Operesi Produksi PT. Sinar Kumala Naga tersebut, oleh karena bahwa Gugatan Penggugat berdasarkan Laporan dari Masyarakat terhadap adanya Obyek Perkara berupa Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009.

Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat A quo sudah masuk kategori melampaui waktu 90 hari (kadaluwarsa), hal mana sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 (Vide Surat Edaran Mahkamah Agung RI. No. 2 Tahun 1991 Bab.V angka 3).

DALAM POKOK PERKARA ;

1. Bahwa TERGUGAT menolak semua dalil-dalil Penggugat kecuali untuk hal-hal yang secara tegas di akui oleh TERGUGAT;

2. Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan oleh TERGUGAT dalam bagian Eksepsi sekaligus Jawaban Tergugat mohon dianggap satu kesatuan yang tidak terpisahkan termasuk juga dalam pokok perkara ini;

3. Bahwa berdasarkan Asas Hukum Publik (Hukum Administrasi Negara), yaitu

ASAS PRAESUMPTIO IUSTAE CAUSA/VERMOEDEN VAN RECHTMATIG

(24)

tindakan/Keputusan Pemerintah harus tetap dianggap sah sebelum ada Pembatalan atau Pencabutan.

Bahwa memang benar bahwa apa yang diuraikan oleh Penggugat dalam gugatannya terkait dengan obyek Sengketa berupa Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009 adalah Produk Tata Usaha Negara yang diterbitkan oleh Tergugat;

Bahwa dasar penerbitan terhadap keberadaan Obyek Sengketa berupa Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009 adalah berdasarkan Klarifikasi Status Kawasan Ijin Usaha Pertambangan atas nama PT. Sinar Kumala Naga oleh Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV No. S.381/BPKH IV – 2/2010 tanggal 13 April 2010, dan terhadap lahan/ areal yang diterbitkan oleh Bupati Kutai Kartanegara adalah pada posisi Areal Penggunaan Lain (APL) yang merupakan Kewenangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, dengan demikian tidak ada masalah.

4. Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana telah diuraikan dan dijelaskan di atas, maka terbitnya Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara / TERGUGAT berupa surat Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 013OP tanggal 14 Juli 2009yang dipersoalkanoleh

PENGGUGAT dalam Gugatannya harus tetap dianggap sah menurut hukum dan Peraturan Perundang-Undangan sebelum ada pembatalan

(25)

atau pencabutan, serta mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap siapapun dan dimanapun berdasarkan ASAS ERGA OMNES.

5. Bahwa dengan demikian, maka terhadap terbitnya Surat Keputusan Bupati tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009adalah tetap sah menurut hukum dan

Peraturan Perundang-Undangan.

6. Bahwa dasar hukum TERGUGAT dalam menerbitkan semua Ijin Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga adalah berdasarkan atas ketentuan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No 180.188/HK-251/2001 tanggal 26 April Tahun 2001 tentang Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Umum di Wilayah Kabupaten Kutai.

7. Bahwa Tergugat dengan ini menolak dengan tegas terhadap Gugatan Penggugat Poin 3, 4 dan 5 yang mana bahwasanya Gugatan Penggugat adalah tidak jelas, tidak mendasar dan sangat membingungkan Tergugat untuk menganalisa dan memberikan Jawaban, dikarenakan bahwa Penggugat sendiri tidak menjelaskan adanya Pelanggaran berupa Perambahan dan Perusakan Hutan;

Bahwa Penggugat seharusnya menguraikan dengan sejelas-jelasnya terkait dengan Perambahan dan Perusakan Hutan, itu Hutan yang mana ... ? Dimana Lokasinya ... ? Berapa luasannya ... juga tidak dijelaskan apa Penyebab kerusakan hutan yang dimaksud oleh Penggugat.

Bahwa seperti dalil Penggugat menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan Pelanggaran berupa Perambahan dan Perusakan Hutan berdasarkan :

(26)

a. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 38 Ayat (1, 2 dan 5);

b. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 145 Ayat (1) a, b dan Ayat 2;

c. Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penata Ruang Jo. Undang-Undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

d. Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 12 tahun 1993 tentang RTRW Provinsi Darah Tingkat I Kalimantan Timur;

e. SK Gubernur Kalimantan Timur No. 050/K.443/1993 tentang Penetapan Hasil Paduserasi antara RTRW Provinsi dengan Tata Hutan Kesepakatan (TGHK);

f. Barita Acara tata Batas Hutan Penelitian Barat Muara Kaeli berikut petanya; g. KEPMENHUT No. SK. 66/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Kawasan

Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli yang terletak di Kec. Anggana Kab. Kutai Prov. Kalimantan Timur seluas 8.850,70 ha;

h. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 38 Ayat (1,2 dan 5).

Bahwa Tergugat dalam hal menerbitkan Perijinan terkait dengan adanya Obyek Perkara yang dipermasalahkan Penggugat bahwa Pemberian Ijin tersebut adalah sudah Prosedural dan Perlu ditindaklanjuti, yang mana bahwasanya sudah adanya Klarifikasi dari instansi terkait (vide Jawaban Tergugat poin 3 diatas);

Bahwa terhadap areal yang diterbitkan Ijin IUP-OP kepada PT. Sinar Kumala Naga tersebut berdasarkan Jawaban Tergugat Poin 3 diatas juga lahan tersebut merupakan Areal Penggunaan Lain (APL) hal mana itu adalah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, oleh karena berdasarkan Klarifikasi

(27)

dari Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Cq. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara maka diterbitkanlah Ijin Pertambangan yang diberikan kepada PT. Sinar Kumala Naga.

Dengan demikian bahwa Tergugat dalam Penerbitan Ijin Pertambangan atas nama PT. Sinar Kumala Naga adalah sudah sesuai Peraturan Perundang-Undangan dan sudah Prosedural dan tidak ada pelanggaran yang dilanggar oleh PT. Sinar Kumala Naga hingga saat ini baik dari segi Undang-Undang Kehutanan, Undang-Undang Pertambangan dan Peraturan lainnya, serta tidak ada yang dirugikan akibat diterbitkannya Obyek Sengketa Perkara A quo. Bahwa malahan sebaliknya bahwa dengan adanya PT. Sinar Kumala Naga yang mengusahakan dibidang Pertambangan malahan justru bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar Areal Tambang dan otomatis meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta dapat mengurangi potensi pengangguran dan dengan adanya Program CSR dari PT. Sinar Kumala Naga tentu dapat membantu dapat membantu Program-program Pemerintah Daerah.

8. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas Gugatan Penggugat Poin 6 terhadap kegiatan “investigasi” yang dilakukan oleh Penggugat terhadap keberadaan PT. Sinar Kumala Naga yang terletak di Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara yang mana bahwa “investigasi” dimaksud adalah tidak mempunyai Dasar Hukum, serta atas dasar apa Penggugat melakukan kegiatan tersebut, karena Tergugat dalam menerbitkan semua Perijinan telah sesuai Prosedur, lebih-lebih Penggugat dalam hal ini tidak mempunyai hubungan hukum dengan PT. Sinar Kumala Naga/Tergugat Intervensi;

(28)

adanya Investigasi dan Pengecekan ke areal PT. Sinar Kumala Naga oleh Penggugat yang tidak melalui mekanisme, Prosedur serta Ijin dari Management tentu kurang sesuai etika sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tentu akan merugikan Perusahaan itu sendiri, oleh karena itu seperti dalil Penggugat yang tertuang dalam Gugatannya tersebut merupakan dasar pemikiran yang tidak ada Dasar Hukum sama sekali, mengingat bahwa terhadap keberadaan PT. Sinar Kumala Naga adalah sudah memberikan andil dan kontribusi kepada Masyarakat Lingkar Kebun dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara pada Umumnya, oleh karena itu dalil Penggugat yang merasa dirugikan bagian masyarakat yang mana termasuk juga Penggugat...?Penggugat dalam hal ini setidak-tidaknya mendapatkan informasi yang salah dari pihak – pihak pemberi Informasi haldemikian dapat menimbulkan hasil dari berita dan informasi tersebut menjadi tidak berimbang sehingga hasilnyapun akan tidak bisa dijadikan Landasan Hukum;

Bahwa selaku Tergugat dalam setiap Penerbitan Perijinan lebih-lebih dalam Perkara A quo terhadap Usaha Pertambangan tentu dan sudah menjadi Kewajiban Hukum bagi Tergugat untuk mempedomani Aturan-aturan yang ada baik dibidang Kehutanan maupun Pertambangan maupun Aturan-aturan lain yang ada kaitannya dengan usaha dimaksud;

Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam Perkara No. 30/G/2015/PTUN-SMD yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tanggal 26 November 2015 yang mendalilkan bahwa adanya Pelanggaran berupa Perambahan dan Perusakan Hutan, oleh karena ini adanya formulasi Penggabungan Gugatan maka sudah tentu akan diselesaikan secara tersendiri pula;

(29)

9. Bahwa gugatan Penggugat poin 7 sangat berkeberatan dan sudah selayaknya Tergugat menolaknya dengan Pertimbangan bahwa terhadap Pengecekan Lokasi, dan Pengecekan Kerusakan Hutan oleh LSM BADAK di lapangan yang dilakukan oleh Penggugat yang memasuki kawasan Pertambangan tentu tidak bisa dijadikan Pertimbangan oleh Pihak lain dan tidak memiliki legalitas atas kegiatan tersebut karena hasil yang demikian itu tidak bisa dijadikan Pertimbangan Hukum oleh pihak luar lebih-lebih kapasitas dan kapabilitas Penggugat dalam melakukan Pengecekan tidak bisa dipertanggung jawabkan dimuka Hukum, yang mana titik koordinat seperti yang Penggugat uraikan dalam gugatan tersebut adalah suatu data yang tidak bisa dijadikan Landasan Hukum yang tidak ada Penanggung jawabannya dari Pejabat yang berkompeten dibidangnya terkait dengan Obyek Perkara A quo;

10. Bahwa gugatan Penggugat pada poin 8 Tergugat sangat tidak sependapat dan jelas menolaknya karena bahwa terkait dengan dikeluarkannya Obyek Perkara A quo termasuk juga terbitnya Ijin-ijin lain yang diberikan kepada PT. Sinar Kumala Naga, bahwa yang dimohonkan adalah areal untuk Usaha Kegiatan Pertambangan Operasi Produksi di Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana adalah masuk wilayah/Kawasan Areal Pegunungan Lain (APL) berdasarkan Klarifikasi dari Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Planolgi Balai Kehutanan Pemantapan Hutan wilayah IV. Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah, dengan demikian bahwa apa yang telah didalilkan oleh Penggugat adalah sudah terbantahkan. Karena dengan Dasar itulah maka Pemerintah Daerah berkenan menerbitkan Perijinan Pertambangan atas nama PT. Sinar Kumala Naga serta telah terpenuhi Persyaratan-persyaratan yang dilengkapi guna kelengkapan administrasi dalam menjalankan usahanya dibidang Pertambangan Batubara;

(30)

antara Ijin Operasi Produksi PT. Sinar Kumala Naga adalah masuk Kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian itu adalah tidak benar adanya, itu adalah akal-akalan Penggugat yang tidak perlu ditanggapi, mengingat bahwa dari Legal Standing Penggugatpun sudah tidak bisa dipertanggung jawabkan dimuka Hukum apalagi mengulas masalah Terbitnya Obyek Perkara A quo, dengan singkat bahwa Penggugat tidak punya kepentingan.

11. Bahwa gugatan Penggugat poin 9 sangat berkeberatan dan harus ditolaknya karena bahwa surat Keputusan TERGUGAT yang diberikan kepada PT. Sinar Kumala Naga DITERBITKAN BERDASARKAN PROSEDUR dan SUBSTANSI YANG BENAR MELALUI TAHAPAN URUTAN PERIJINAN YANG SESUAI DENGAN ketentuan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-251/2001 tanggal 26 April Tahun 2001 tentang Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Umum di Wilayah Kabupaten Kutai dan Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka jelas

terbitnya Perijinan yang diberikan Kepada PT. Sinar Kumala Naga yang

dipersoalkan oleh PENGGUGAT dalam Gugatannya TELAH SESUAI

DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, BAIK DARI SEGI KEWENANGAN, PROSEDUR ATAU PERSYARATAN, MAUPUN DARI SEGI SUBSTANSINYA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN PERTAMBANGAN MAUPUN KEHUTANAN.

12. Bahwa Gugatan Penggugat Poin 10 perlu Tergugat menolaknya dan perlu Tergugat tanggapi sebagai berikut bahwa terbitnya Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang diberikan Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP

(31)

tanggal 14 Juli 2009 oleh Tergugat adalah sudah tepat dan tidak salah dalam Penerbitannya.

13. Bahwa Pemerintah Daerah dalam hal ini tidak akan mencabut Persetujuan Ijin Usaha Pertambangnan Operasi Produksi yang diberikan Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009, dengan Pertimbangan bahwa apa yang telah dilakukan oleh Bupati Kutai Kartanegara secara Substansi, Prosedur dan Kewenangan tidak salah dan sudah tepat, serta dalam hal PT. Sinar Kumala Naga yang bergerak dibidang Pertambangan tidak melakukan Pelanggaran di Lapangan, karena bahwa Dari Dinas Pertambangan sebagai instansi terkait telah melakukan Pemantauan bersama-sama dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Kutai Kartanegara untuk memantau kegiatan dilapangan. 14. Bahwa Tergugat dalam menerbitkan Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan

Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009 adalah tidak pernah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dan Benar, karena Penerbitannyapun terhadap Obyek Perkara A quo adalah sudah dengan Pertimbangan yang Obyektif, sehingga tidak ada Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

Bahwa dengan adanya PT. Sinar Kumala Naga yang bergerak dibidang Pertambangan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar tambang khususnya masyarakat di Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana dan khususnya dan Kutai Kartanegara pada umumnya, yang sekaligus dapat menambah PAD bagi Pemerintah Daerah guna Kepentingan bersama tanpa membeda-bedakan golongan atau kelompok yang mengimplementasikan Ketentuan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-251/2001 tanggal 26 April Tahun 2001 tentang Pelaksanaan dan Tata Cara

(32)

Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Umum di Wilayah Kabupaten Kutai (vide Pasal 16 Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-251/2001 tanggal 26 April Tahun 2001).

Berdasarkan apa yang Tergugat uraikan tersebut, maka sangat beralasan hukum apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan kiranya memberikan Putusan sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI:

1. Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima seluruhnya (Niet

onvanklijke Verklaard)

DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/200 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009;

3. Menyatakan menolak mencabutSurat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tentang Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Sinar Kumala Naga No. 540/013/IUP – OP/MB – PBAT/VII/200 KW KTN 2009 013OP tanggal 14 Juli 2009;

4. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini.

(33)

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut kuasa hukum Tergugat II Intervensi menyampaikan Eksepsi Jawabannya tertanggal 01 Februari 2016 dengan uraian sebagai berikut ;

DALAM EKSEPSI

Bahwa Tergugat II Intervensi menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat kecuali yang secara tegas dan tertulis diakui oleh Tergugat II Intervensi.

I. KEWENANGAN MENGADILI (ABSOLUTE)

1. Bahwa Penggugat dalam gugatan a quo mendalilkan bahwa Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan. Untuk menentukan terdapat

pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan tidak dapat dinilai atau ditentukan atau diadili dalam Pengadilan Tata Usaha Negara, karena Pengadilan Tata Usaha Negara tidak

berwenang untuk menilai atau menentukan atau mengadili suatu tindakan adalah pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

2. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha kewenangan Pengadilan Tata

Usaha Negara terbatas kepada mengadili Sengketa Tata Usaha Negara.

3. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara adalah:

“Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara

(34)

Tata Usaha Negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk Sengketa Kepegawaian berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku”.

4. Bahwa wewenang untuk memeriksa dan menentukan suatu tindakan berupa perambahan dan perusakan hutan merupakan pelanggaran atas Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut hutan, kawasan hutan serta hasil hutan adalah kewenangan Penyidik yang ditunjuk oleh Undang-Undang Dengan demikian Pengadilan Tata

Usaha Negara tidak berwenang untuk mengadili perkara a quo.

5. Bahwa karena Tergugat II Intervensi mengajukan Eksepsi Kompetensi Absolut mengenai kewenangan mengadili maka sesuai dengan ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan :

“Eksepsi tentang Kewenangan Absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan, dan meskipun tidak ada Eksepsi tentang Kewenangan Absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan”,

Maka Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo

harus memutus terlebih dahulu Eksepsi Kompetensi Absolut yang diajukan Tergugat II Intervensi (Putusan Sela), sebelum

(35)

II. GUGATAN PENGGUGAT LEWAT WAKTU (KADALUARSA)

1. Bahwa sebelum diterbitkannya Objek Sengketa oleh Tergugat pada tanggal 14 Juli 2009 dan dalam rangka memperoleh Izin Kelayakan Lingkungan yang merupakan salah satu persyaratan permohonan Izin Usaha Operasi Pertambangan, maka pada sekitar Tahun 2008 Tergugat II Intervensi telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat disekitar wilayah izin usaha mengenai rencana kegiatan pertambangan batubara yang akan dilakukan. Hasil sosialisasi yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi pada Tahun 2008 adalah mayoritas masyarakat telah mengetahui dan menyetujui rencana kegiatan pertambangan yang akan dilakukan oleh Tergugat II Intervensi di wilayah mereka.

2. Bahwa setelah diterbitkannya Objek Sengketa oleh Tergugat pada tanggal 14 Juli 2009 dan dalam rangka Tergugat II Intervensi memperoleh Izin Kelayakan Lingkungan atas perubahan kapasitas produksi maka pada tanggal 14 Juli 2011 Tergugat II Intervensi melakasanakan kegiatan sosialisasi (konsultasi publik bertempat di Balai Pertemuan Umum Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana dengan dihadiri oleh perangkat desa dan perwakilan masyarakat serta perwakilan instansi-instansi Pemerintah.

3. Bahwa dengan demikian masyarakat disekitar areal pertambangan (wilayah izin usaha) telah mengetahui rencana kegiatan pertambangan batubara yang akan dilakukan oleh Tergugat II Intervensi sejak tahun 2008 dan pada Tahun 2011 masyarakat telah mengetahui adanya Objek Sengketa yang diterbitkan pada tanggal 14 Juli 2009 yang merupakan dasar bagi Tergugat II Intervensi melakukan kegiatan pertambangan.

(36)

4. Bahwa sudah seharusnya Penggugat telah mengetahui adanya

Objek Sengketa sejak tahun 2011 sama seperti dengan masyarakat, melainkan bukan baru mengetahui adanya Objek

Sengketa pada tanggal 28 Oktober 2015 sebagaimana yang didalilkan Penggugat dalam gugatannya.

5. Bahwa ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jelas mengatur bahwa:

“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan

puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya

Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”.

6. Bahwa karena Penggugat mendaftarkan gugatannya di Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda pada tanggal 26 November 2015 sehingga berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas gugatan a quo

yang diajukan oleh Penggugat telah melebihi tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari atau gugatan kadaluarsa. Oleh

karenanya kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo harus menyatakan bahwa gugatan a quo tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).

III. PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI KAPASITAS DALAM MENGGUGAT

1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

pihak-pihak yang dapat mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara hanyalah pihak-pihak yang kepentingannya dirugikan atas terbitnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara.

Pasal 53 Ayat (1) berbunyi:

(37)

dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat

mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.”

2. Bahwa Wilayah Izin Usaha Pertambangan (“WIUP”) sebagaimana dimaksud dalam Objek Sengketa meliputi sebagian kawasan hutan, sesuai ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 tentang Kehutanan, penggunaan kawasan hutan diperkenankan untuk

kepentingan pembangunan di luar kehutanan yaitu kegiatan yang memiliki tujuan strategis yang tidak dapat dihindari seperti kegiatan pertambangan.

3. Bahwa dengan demikian tujuan penerbitan Obyek Sengketa oleh Tergugat yang meliputi sebagian kawasan hutan dalam rangka

melaksanakan pembangunan untuk kepentingan bangsa dan negara sehingga tidak bertentangan dengan Peraturan

Perundang-undangan. Dan sampai dengan saat ini Tergugat II Intervensi tidak pernah melakukan kegiatan pertambangan di WIUP yang merupakan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Objek Sengketa.

4. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas sudah seharusnya

Penggugat sama sekali tidak menderita kerugian apapun sehingga Penggugat tidak memiliki Kapasitas dan Legal

Standing sebagai Penggugat dalam perkara a quo.

Hal ini sejalan sebagaimana dijelaskan dalam Buku Belajar Hukum Acara PTUN karya Martitah, Hery Abduh S. yang menyebutkan bahwa dalam Hukum Acara PTUN mengisyaratkan dianutnya asas

(38)

“no interest no action” yang artinya bahwa tidak setiap orang/pihak

dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara, hanya orang-orang yang memiliki kepentingan (karena merasa dirugikan) sajalah yang dapat mengugat Dengan demikian Hukum Acara PTUN tidak mengenal asas “action popularis”.

5. Bahwa oleh karenanya kami mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo harus menyatakan bahwa gugatan a quo tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard). IV. GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS DAN KABUR (OBSCUUR

LIBEL)

1. Bahwa dasar gugatan Penggugat dalam perkara a quo tidak (Obscuur libel), karena Penggugat dalam gugatannya mendalilkan bahwa Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan, serta Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan.

2. Bahwa kabur dan ketidak jelasan gugatan Penggugat semakin terlihat pada uraian gugatan angka 9 halaman 9 yang menyatakan :

“Tergugat menerbitkan Objek Sengketa bertentangan dengan ketentuan pasal 50 ayat (3) huruf a, b, dan g... ... ... ...

Berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan tersebut diatas dan fakta-fakta di lokasi serta PT Sinar Kumala Naga tidak memiliki Izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terbukti bahwa PT Sinar Kumala Naga melakukan pelanggaran... ...”

3. Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat dalam perkara a quo sangat membingungkan dan merugikan Tergugat II Intervensi karena yang dijadikan dasar gugatan a quo oleh Penggugat tidak

(39)

jelas atau kabur, apakah pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi atau Objek Sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat bertentangan dengan hukum.

4. Bahwa Ketentuan Pasal 50 Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatur bahwa setiap orang dilarang untuk menguasai dan melakukan kegiatan apapun termasuk kegiatan Pertambangan Tanpa Izin. Sehingga yang dilarang oleh ketentuan tersebut hanya tindakan orang atau Badan Hukum yang melakukan kegiatan di kawasan hutan tanpa Izin dari pihak yang berwenang, oleh karenanya dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Objek Sengketa bertentangan dengan ketentuan Pasal 50 ayat 3 huruf a, b dan g Undang-Undang No 41 tentang Kehutanan adalah dalil yang tidak jelas dan kabur.

5. Bahwa selain hal tersebut, gugatan Penggugat tidak jelas dan kabur

(Obscuur Libel) disebabkan karena Penggugat tidak dapat menjelaskan secara rinci jumlah luasan kawasan hutan yang diduga dirambah dan dirusak oleh Tergugat II Intervensi karena Penggugat mengetahui adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi hanya berdasarkan informasi dari masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

6. Bahwa oleh karena Penggugat tidak dapat merumuskan secara jelas mengenai dasar gugatan a quoapakah pelanggaran yang

dilakukan Tergugat II Intervensi atau Ojek Sengketa bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan, serta Penggugat juga

tidak dapat menjelaskan secara rinci pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi dan ketentuan yang melarang penerbitan Objek Sengketa di dalam kawasan hutan,

(40)

maka gugatan Penggugat menjadi kabur dan tidak jelas (Obscuur

Libel) sehingga dengan demikian perkara ini wajib untuk ditolak atau

setidak-tidaknya tidak diterima (niet ontvankelijk verklaard).

DALAM POKOK PERKARA

Bahwa Tergugat II Intervensi menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat yang dinyatakan dalam gugatan a quo kecuali yang secara tegas dan tertulis diakui kebenarannya oleh Tergugat II Intervensi. Dalil-dalil yang diuraikan oleh Tergugat II Intervensi dalam Eksepsi diatas secara mutatis mutandis menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pokok perkara ini.

I. TERGUGAT II INTERVENSI TIDAK MELAKUKAN PERAMBAHAN DAN PERUSAKAN HUTAN

1. Bahwa untuk menghindari kegiatan pertambangan di kawasan hutan maka Tergugat II Intervensi sebelum memulai melaksanakan kegiatan pertambangan mengajukan Permohonan Klarifikasi Status Kawasan atas Izin Usaha Pertambangan yang diperolehnya berdasarkan Objek Sengketa Kepala Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV sesuai dengan Surat Terguguat II Intervensi No. 35/SKN/III/2010 tertanggal 8 April 2010.

2. Bahwa terhadap permohonan Tergugat II Intervensi tersebut diatas maka sesuai dengan surat Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor: S.381/BPKH IV-20/2010 perihal Klarifikasi Status Kawasan Izin Usaha Pertambangan An. PT Sinar Kumala Naga tertanggal 25 November 2000, Departemen Kehutanan telah

(41)

melakukan pengkajian atas WIUP Tergugat II Intervensi dengan Peta Lampiran Acara Tata Batas (BATB) Kawasan Hutan Kelompok Hutan Pendidikan dan Penelitian (HPP) Barat Muara Kaeli yang dioverlaykan dengan Peta Petunjuk Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan yang merupakan Lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 79/KPTS-II/2001 tertanggal 15 Maret 2001, yang mana hasil pengkajian tersebut adalah WIUP Tergugat II Intervensi seluas ±29,61 Ha (dua puluh sembilan koma enam puluh

satu hektar) tumpang tindih dengan Hutan Produksi.

3. Bahwa di dalam surat Departemen Kehutanan tersebut juga disampaikan jika Tergugat II Intervensi berencana melakukan kegiatan pertambangan di WIUP yang tumpang tindih dengan Hutan Produksi maka Tergugat II Intervensi harus terlebih dahulu memperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku. Dan untuk WIUP Tergugat II Intervensi Intervensi yang tidak tumpang tindih dengan kawasan hutan maka merupakan wilayah APL (Area Penggunaan Lain) yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

4. Bahwa dengan demikian tindakan Tergugat II Intervensi dalam mengajukan Permohonan sebagaimanadimaksud angka 1 diatastelah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memulai pelaksanaan kegiatan pertambangan.

5. Bahwa hingga saat ini Tergugat II Intervensi tidak pernah berencana apalagi melakukan kegiatan pertambangan di WIUP yang tumpang tindih dengan Hutan Produksi tersebut, karena Wilayah yang dimaksud menurut Tergugat II Intervensi tidak ekonomis untuk

(42)

dilakukan penambangan sehingga Tergugat II Intervensi tidak

memiliki kepentingan untuk melakukan perambahan dan perusakan Hutan sebagaimana yang didalilkan Penggugat dalam

gugatan a quo

II. PENGGUGAT TIDAK BERWENANG MELAKUKAN INVESTIGASI

TERHADAP PELANGGARAN HUTAN

1. Bahwa Penggugat di dalam gugatan a quo menyatakan memperoleh informasi dari masyarakat mengenai adanya tindakan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan yang dilakukan oleh Tergugat II Intervensi yang kemudian ditindaklanjuti oleh Penggugat dengan melakukan investigasi di lapangan serta melakukan analisa terhadap data-data dan terkait. Berdasarkan hasil investigasi dan analisa tersebut Penggugat menyatakan bahwa Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan.

2. Bahwa Penggugat tidak berwenang untuk melakukan investigasi

dan analisa terhadap laporan telah terjadinya pelanggaran yang menyangkut kawasan hutan terlebih lagi Penggugat dalam

melakukan investigasi di lapangan tanpa izin dari Tergugat II Intervensi selaku pengelola wilayah mengingat apa bila Penggugat mengalami kecelakaan di wilayah tersebut maka Tergugat II Intervensi yang akan dimintakan pertanggungjawaban oleh Pemerintah sehingga akan merugikan Tergugat II Intervensi.

3. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan hanya Pejabat Kehutanan

(43)

laporan, memeriksa dan melakukan investigasi serta membuat laporan adanya pelanggaran kawasan hutan.

4. Bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat II Intervensi telah melakukan pelanggaran berupa perambahan dan perusakan hutan berdasarkan informasi masyarakat yang telah dilakukan investigasi dan analisa oleh Penggugat tidak dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum dan dijadikan dasar gugatan a quo.

III. PEROLEHAN OBJEK SENGKETA OLEH TERGUGAT II INTERVENSI TELAH SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU;

1. Bahwa Tergugat II Intervensi dalam memperoleh Objek

Sengketa telah memenuhi seluruh tahapan dan persyaratan yang ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut :

a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/108/KP-PU/DPE-IV/XII/2005 tertanggal 26 Desember 2005;

b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/130/KP-Er/DPE-IV/XI/2006 tertanggal 24 November 2006;

c. Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pertambangan Batubara (AMDAL) oleh Komisi Penilai Amdal Nomor: KAKK/06/AMDAL/TB/2009 tertanggal 17 April 2009; d. Izin Kelayakan Lingkungan Pertambangan berdasarkan

Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor: KAKK/06/AMDAL/PERTAMBANGAN BATUBARA/2009;

(44)

e. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 540/013/IUP-OP/MB-PBAT/VII/2009 KW KTN 2009 0130P tertanggal 14 Juli 2009.

2. Bahwa dengan demikian penerbitan Objek Sengketa oleh

Tergugat kepada Tergugat II Intervensi telah sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundangan.

IV. OBJEK SENGKETA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;

1. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, dengan mempertimbangkan untuk kepentingan pembangunan maka di dalam kawasan hutan dapat

dilakukan kegiatan yang memiliki tujuan strategis diluar kegiatan kehutanan seperti kegiatan pertambangan.

2. Bahwa sebagaimana Surat Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor : S.381/BPKH IV-20/2010 yang telah Tergugat II Intervensi kemukakan (vide : Jawaban Tergugat II Intervensi angka I.3) dinyatakan bahwa apabila Tergugat II Intervensi akan menggunakan WIUP yang masuk dalam kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan maka harus memperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan terlebih dahulu dan WIUP yang bukan merupakan kawasan hutan adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa dari seluruh uraian pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim menilai bahwa Tergugat dalam menerbitkan sertipikat obyek sengketa baik secara prosedural

Menimbang, bahwa dalam menerbitkan objek sengketa pertama Tergugat terlebih dahulu telah memperhatikan hasil pengawasan dan pengamatan intern Dewan Pengawas

Menimbang, bahwa jika dihubungkan dengan pengusaan tanah obyek sengketa yang dimiliki oleh Para Penggugat masih berupa Surat Keterangan Ganti Kerugian tahun 2013,

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama setelah mempertimbangkan fakta-fakta sengketa sebagaimana terurai dalam gugatan, jawaban dan eksepsi Tergugat I dan

Menimbang, bahwa unsur mengetahui berbeda maknanya dengan menerima, artinya Para Penggugat bukanlah pihak yang dituju oleh Keputusan obyek sengketa, sehingga

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian pertimbangan hukum tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam Penerbitan objek sengketa berupa Keputusan

Putusan Perkara Nomor 05/G/2017/PTUN.SMD Menimbang, bahwa berdasarkan pasal tersebut di atas, Pengadilan akan mempertimbangkan apakah objek sengketa a quo adalah

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hukum tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa sengketa antara Penggugat dengan Tergugat I merupakan sengketa