• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Banjararum merupakan salah satu dari empat desa yang ada di wilayah Kecamatan Kalibawang, yang mempunyai pedukuhan paling banyak

EFEKTIVITAS KELOMPOK

7. Pelaporan yang kontinyu

Kelompok Rukun Tetangga ”78” setiap saat pelunasan (angsuran terakhir) selalu membagikan dana cadangan dan Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) kepada anggotanya, dan ini sekaligus berfungsi sebagai pelaporan tugas ketua kepada anggota Hal ini dipertegas oleh penjelaskan bp.Grn (Ketua Kelompok) sebagai berikut :

”Saat pembagian dana cadangan dan IPTW sangat ditunggu – tunggu semua anggota karena biasanya dapat untuk menutup kekurangan sebelumnya”

Kelompok Usaha Bersama ”Semangka”

Kelompok Usaha Bersama ”Semangka” terbentuk, dari keberhasilan Bp. Jk dalam mengelola lahan dengan jenis tanaman cabe, yang sekali tanam dapat panen sekitar 20 sampai 27 kali. Menurut penjelasan dari Bp. Jk keberhasilan menanam cabe melalui beberapa kali percobaan yang memakan waktu panjang dan hasilnya bisa dinikmati orang banyak karena siapa saja boleh meniru. Kebetulan Bp. Jk mempunyai Kakak dan adik yang semua mempunyai mata pencaharian pokok sebagai pegawai negeri, Bp. Jk satu-satunya orang yang bermata pencaharian sebagai petani, sehingga dengan tersedianya lahan milik keluarga pengelolaannya dipercayakan kepada bp. Jk. Dengan adanya penawaran pinjaman dana PPK, mereka membentuk kelompok Usaha Bersama ”Semangka” pada tahun 2000 sampai sekarang dengan susunan pengurus sebagai berikut :

Ketua : Jaka Sekretaris : Nuraini Bendahara : Karni Yuliati

Anggota berjumlah 6 orang, dengan jenis usaha yang sama yakni mengolah lahan dengan jenis tanaman cabe.

Peraturan kelompok dibuat satu kali pada saat kelompok terbentuk yakni jasa pinjaman ditentukan 20% per tahun dengan perician 16 % disetorkan ke Tim Pelaksana Kegiatan Desa dan yang 4% per tahun digunakan untuk operasional pengurus dan apabila ada salah satu anggota yang tidak dapat membayar tepat waktu akan ditutup pengurus dengan konsekuensi Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) yang besarnya 1 x bunga angsuran dalam satu tahun menjadi hak pribadi pengurus. Cara membayar angsuran disetorkan ke ketua kelompok, kalau sudah terkumpul baru diberikan ke Tim Pelaksana Kegiatan Desa setiap 4 bulan sekali dengan pertimbangan disesuaikan dengan masa panen.

Menjelang pengajuan pinjaman ketua kelompok menghitungkan semua pengeluaran untuk sarana produksi masing-masing anggota. Setelah dana pinjaman diterima anggota, maka akan diserahkan kembali kepada ketua untuk pembelian sarana produksi, dari pengolahan lahan, memetik hasil sampai pemasarannya ditangani ketua, dengan cara mempekerjakan tetangganya yang tidak memiliki lahan sebagai buruh tanam sampai petik, sedang pemasarannya sudah ada tengkulak yang membeli di tempat. Dengan cara seperti ini semua pihak merasa diuntungkan, sehingga kerja sama yang terjadi saling memanfaatkan dan bagi mereka ini dirasakan cukup adil, meskipun tidak memiliki kas kelompok.

Dengan melihat kemampuan mengangsur dari hasil panen tanamannya, maka kelompok Usaha Bersama ”Semangka” diperbolehkan mengangsur pinjaman 4 bulan 1x dalam waktu 1 tahun dengan pinjaman dana relatif besar berkisar Rp.5.000.000,- - Rp.10.000.000,- untuk masing-masing anggota. Cara mengangsur uang pinjaman disetor langsung ke ketua, dan penggunaan sisa pinjaman diatur pengurus seperti yang dikatakan bendahara kelompok ibu Skrn :

”Anggota diwajibkan membayar jasa pinjaman 20 % dari pokok pinjaman, dengan perincian 16% masuk ke Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan, sedang yang 4% untuk operasional pengurus, dan apabila ada anggota yang terlambat dalam mengangsur akan ditutup pribadi pengurus dengan konsekuensi IPTW (Insentif Pengembalian Tepat Waktu) yang akan diberikan sejumlah 1 x bunga dalam satu tahun menjadi hak pribadi pengurus”.

Dari kondisi tersebut, kelompok dapat mengatasi kesulitan dalam mengangsur pinjaman, dan ini terjadi pada waktu-waktu tertentu saja.

Kelompok Usaha Bersama ”Semangka” ini bersifat mandiri artinya tidak berinduk pada organisasi lain, sehingga aturan yang dipakai oleh kelompok berdasarkan kesepakatan anggota, meskipun terkesan ketua kelompok lebih dominan dalam hal memutuskan aturan. Kelompok tidak mengadakan pertemun rutin dengan pertimbangan kerena semua anggota adalah saudara (kakak beradik) maka komunikasi setiap saat dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Meskipun hanya 2x dalam 1 tahun seluruh anggota kelompok ini berkumpul, yakni pada saat verifikasi dan pada saat pencairan dana, tetapi komunikasi tetap dapat berjalan karena sewaktu-waktu anggota ada kesulitan bisa langsung menghubungi ketua baik di rumah maupun di sawah.

Melihat prospek yang sangat bagus, maka pak Jk mengembangkan usahanya dengan sistem bapak angkat. Bermula dari banyaknya pemuda yang menganggur, dan melihat masih ada lahan yang belum tergarap, muncul pemikiran bapak Jk untuk menggabungkan antara mereka yang mempunyai kemampuan mengangsur dengan pemuda yang potensial untuk mengolah lahan dibawah bimbingan bapak Jk. Dengan sistem bagi hasil. Hal ini seperti apa yang diceritakan Bp. Jk :

”Kalau dilihat dari jumlah anggota dari awal berdiri sampai sekarang jumlahnya tidak berubah, tapi kegiatannya berkembang seperti adanya sistem bapak angkat, yakni dengan melibatkan pemuda di sini yang belum mempunyai pekerjaan untuk mengolah lahan garapan dengan tanaman cabe, sedang yang mengangsur warga yang memiliki dana dengan sistem bagi hasil”.

Dengan demikian Kelompok Usaha Barsama ”Semangka” dari kegiatannya menanam cabe dapat membawa manfaat untuk berbagai pihak seperti : mereka yang tidak mempunyai lahan garapan menjadi punya pekerjaan karena menjadi buruh mengolah lahan, sedang yang perempuan biasanya menjadi buruh petik, pemuda mengelola lahan dengan sistem bagi hasil, anggota kelompok dan pengurus kelompok mendapat tambahan penghasilan, di samping itu masyarakat dusun juga mendapat manfaat dari pengembalian jasa pinjaman dari Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan, dimana sebagian dikembalikan ke dusun untuk bantuan pembangunan fisik, yang jumlahnya sama untuk masing-masing dusun dan ada yang dikompetisikan melalui ketertiban pembayaran angsuran dan besarnya pinjaman.

Efektivitas Kelompok Usaha Bersama ”Semangka”

1.Suasana kelompok

Kesamaan jenis usaha anggota kelompok, menjadikan dasar untuk mendekatkan anggota pada tujuan yang sama yakni mendapatkan tambahan penghasilan melalui pengelolaan lahan.Apalagi anggota kelompok masih ada ikatan persaudaraan yakni kakak beradik, yang kebetulan tempat tinggalnya berdekatan, sehingga komunikasi yang terjadi berjalan lancar.

Jumlah keanggotaannya tetap, sehingga merekatkan hubungan antar anggota.Adanya kepuasan akan hasil yang didapat menyebabkan anggota berkeinginan untuk tetap menjadi anggota.

2. Kepemimpinan bergilir

Dalam kelompok Usaha Bersama ”Semangka”, belum pernah ada pergantian pengurus, peran pemimpin sangat besar. Dalam pengambilan keputusan, seperti penyusunan program kerja, penentuan kegiatan dan pengelolaan kelompok, anggota mempercayakan pada ketua kelompok.Hal ini dijelaskan dengan pernyataan salah satu anggota kelompok Usaha Bersama (bp.Skr):

”Anggota tidak ikut menyusun program kerja kelompok karena tidak mengerti, jadi terserah ketua. Pokoknya anggota di sini percaya saja pada ketua. Yang penting kami bisa memperoleh pinjaman uang dan dapat membayar cicilan serta ada tambahan penghasilan”

Pernyataan tersebut menunjukkan tentang peran pemimpin (ketua) yang sangat besar dalam pengambilan keputusan, sehingga terkesan ada dominasi dari ketua.

3.Perumusan tujuan

Tujuan kelompok merupakan integrasi dari tujuan masing – masing anggota. Kelompok Usaha Bersama ”Semangka” yang semua anggotanya bermata pencaharian pokok sebagai pegawai negeri dan memiliki lahan garapan berkeinginan untuk mendapat tambahan penghasilan. Dengan melihat keberhasilan Bpk. Jk dalam menanam cabe, mereka bergabung membentuk kelompok Usaha Bersama, dengan mengajukan pinjaman dana PPK

4. Fleksibilitas

Kelompok Usaha Bersama ”Semangka” yang semua anggotanya masih mempunyai ikatan persaudaran (kakak beradik) dalam kehidupan berkelompok lebih menggambarkan keluwesannya terutama dalam hal penyelesaian masalah apabila terjadi penunggakan angsuran dari salah satu anggotanya. Mereka akan mengatasi dengan jalan menawarkan siapa yang akan menutup dulu, dan sebagai konsekuensinya IPTW akan diberikan kepada yang menutup angsuran tersebut.

5. Mufakat

Sebagian aturan kelompok dibuat oleh pengurus seperti ; besarnya jasa pinjaman diputuskan ketua dan disepakati anggota. Sepanjang aturan tersebut dirasa adil bagi kedua belah pihak, hal ini tidak menjadi masalah. Hal ini diperkuat dari pernyataan bp. Tr (anggota) sebagai berikut :

”Kami semua tahu kalau jasa pinjaman yang ditentukan ketua relatif tinggi, tapi saya ikhlas karena imbang dengan apa yang saya dapat”

6. Kesadaran kelompok

Masing–masing anggota mempunyai kesadaran terhadap kelompok, sesuai peranan, fungsi dan kegiatan masing–masing anggota dalam kehidupan berkelompok.Meskipun aturan kelompok dibuat oleh pengurus, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan dalam kehidupan berkelompok, masing–masing anggota mematuhinya. Seperti yang disampaikan bp.Tr sebagai berikut :

”Kami sadar bahwa ketua telah melakukan tugasnya sebagaimana mestinya,maka apa yang menjadi keputusannya, dirasa adil”

Dokumen terkait