Hal-hal yang terkait denga restrusi kerja yaitu ; memberikan kesempatan kerja bagi buruh/pekerja untuk mengembangkan diri, pelatian kerja/training, instruksi kerja/ job decription. Berdasarkan wawancara singkat dengan pimpinan setempat, untuk penigkatan karier di Departemen Spinning, setiap buruh/pekerja diberikan kesempatan yang sama untuk berkarir baik itu perempuan atau laki-laki, tidak ada diskriminasi dalam berkarir.
70
Kesempatan kerkarir bagi buruh/pekerja dilihat dari apsensi,kinerja, kerajinan, kecepatan dan ketepatan waktu kerja, dan ditunjuk langsung dari pimpinan setempat untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu. Pekerja/buruh yang ditunjuk harus mengikuti beberapa prosedur tes seperti : tes psikoloqi, tes di lapangan (lingkungan pabrik), dan mengikuti beberapa traning dari perusahaan. Hal ini dilakukan tentu untuk mengembagkan diri buruh/pekerja dan perusahaan dalam, mempersiapkan cikal bakal pemimpin yang baru untuk menduduki posisi tertentu, apabila ada staf yang resain, pensiun atau beberapa kedudukan yang mugkin mendadak harus diganti atau di tambahkan. Pelatian kerja/training yang diadakan oleh perusahaan bagi buruh/pekerja yang baru masuk kerja, maka akan diberikan training selama tiga bulan, menurut penuturan dari beberapa responden, diantaranya R1 :
“Pelatihan kerja sebelumnya ada tiga bulan pelatian, sesudah juga ada namanya re_training”
Tujuan dari pelatian kerja ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada buruh/pekerja yang baru masuk kerja di pabrik agar buruh/pekerja mengerti tentang kondisi pekerjaan yang akan di kerjakan. Dalam kaitannya dengan manajement produksi pada Departemen Spinning, buruh/pekerja
71
perempuan yang bekerja dengan mesin di bagian produksi benag, telah diberi pelatihan selama 3 bulan untuk mengenal mesin-mesin yang akan digunakan, tentang bagaimana cara kerja mesin , kegunaan mesin, cara menghidupkan dan mematikan mesin.Seperti yang di utaran oleh R5 :
“Kalau training waktu itu diajarin seleksi kapas terus diajarin mencet tombol-tombol mesin sama cara kerjanya, terus campuran kapas.”
Pada awal masuk kerja R5 diberi pelatihan selama tiga bulan untuk mengenal pekerjaan yang akan dikerjakan nanti, dalam pelatihan tersebut R5 diajarkan selekasi kapas, campuran kapas dan juga mengenal tentang cara kerja mesin yang digunakan dalam pengolahan kapas.Ada beberapa mesin yang lama namun masih bisa beroperasi dengan baik dan dijamin keamanan mesin ketika beroperasi. Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan dengan pimpinan setempat meunjukkan bagai mana cara mesin beroperasi, cara menghidupkan dan mematikan mesin. Menurut pimpinan setempat hanya ada beberapa mesin lama yang di gunakan dan hampir semua mesin yang digunakan saat ini adalah mesin-mesin yang bekerja secara otomatis. Ketika buruh/pekerja mendekati mesin dalam jarak 1 meter mesin-mesin tersebut akan berhenti secara otomatis dan ketika mesin ditinggalkan mesin akan hidup kembali dalam jarak tertentu.
72
Sekitar 12 lebih mesin yang digunakan dalam proses produksi benag diantaranya ; mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin lap former, mesin hl, mesin combing, mesin drawing, mesin roving, meisn ring spinning, mesin winding, dan mesin heat setter. Menurut R3, pelatihan kerja diadakan setiap kali ada buruh/pekerja yang baru masuk kerja di pabrik, sedangkan buruh/pekerja yang lama diberi re_training yang di adakan setiap satu tahun sekali, bertujuan untuk mengulang kembali pekerjaan yang mugkin buruh/pekerja sudah lupa tentang pekerjaannya, dilihat juga dari kebutuhan perusahaan. Selain pelatihan selama tiga bulan bagi buruh yang baru masuk kerja di pabrik, ada juga re_training yang diadakan setiap satu tahun sekali, berikut penuturan R3 :
“Pelatihan kerja itu tidak setiap hari, tidak setiap bulan, setiap tahunnya ada. Pelatihan kerja itu ada kalau setiap kali ada karyawan yang baru masuk. Kalau karyawan lama itu tidak pake palatihan, dulu ada tiga bulan waktu awal masuk, kalau sekarang adanya re_training”
Khusus bagi buruh yang baru masuk kerja di beri training selama tiga bulan yang bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang akan dikerjakan oleh buruh/pekerja. Sedangkan bagi buruh/pekerja yang lama diberi re_training yang diadakan setiap satu tahun sekali dan tergantung dari
73
pengamatan pimpinan setempat terkait masalah produksi yang mugkin tidak mencapai target. Oleh karena itu, perusahaan megadakan re_training untuk. Berikut ini adalah ulasan dari R3 yang merupakan buruh/pekerja tetap dengan pengalaman kerja selama 25 tahun terkait dengan re_training :
“Biasanya masalah produksi, misalnya kenapa bulan ini, tahun ini, koq ga mencapai target...gi’mana !. Mungkin apa istirahat, apa mungkin karyawan kurang, jadi diulang kembali. Standar kerja yang dulu dipakai, diulangi kembali, karyawan harus menghemat waktu jam istirahat atau ditinggal lama khn mesin mati ga mencapai target. Karyawan lama khn ga harus mengulang, hemat waktu, jam istirahat, jam masuk, pokoknya, harus hemat, biar mencapai target itu gi’mana. cari solusi biar tercapai. Sam itu standar kerja yang dulu khn dilupakan lah sekarang di ingatkan kembali”
Dari paparan R3 sebelumnya mengatakan bahawa re_training di adakan setiap satu tahun sekali bagi karyawan lama, tentu pengadaan re_training ini juga berdasarkan evaluasi kerja mingguan yang di adakan setiap hari sabtu seperti yang di ungkapkan oleh R6. Fungsi dari re_training agar buruh/pekerja di ingatkan kembali tentang standar kerja yang harus di terapkan dalam proses produksi agar bekerja lebih evektif. Terkait dengan masalah produksi seperti yang di ungkapkan R3 tentu hal ini merujuk pada aspek manajement produksi. Apabila produksi tidak mencapai target, maka buruh/pekerja dituntut untuk harus meminimalkan waktu kerja dengan menghemat waktu
74
istirahat dan ketepatan jam masuk kerja, mengingat 7 jam kerja buruh/pekerja selama satu hari, sesuai dengan aturan UU Ketenagakerjaan. Adapun upaya dan tujuan dari perusahaan dalam mengadakan re_training adalah untuk menigkatkan produktivifitas kerja yang tinggi. Dengan cara meminimalkan jam kerja buruh/pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan pada tingkat kecepatan kerja yang normal dengan beberapa alternatif sistem kerja, seperti yang di ungkapkan oleh R3 yaitu ; menghemat waktu istirahat dan jam masuk kerja (menghindari keterlambatan masuk kerja). Hal ini diupayakan agar perusahaan mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yang dibutuhkan secara wajar, normal dan terbaik. Terkait pengetahuan buruh tentang job description atau instruksi kerja, pekerjaan yang ditangani selama bekerja. Dari hasil wawancara dengan responden, rata-rata semua buruh/pekerja memahami tentang prosedur kerja yang akan di kerjakan selama satu hari kerja , berikut ini adalah paparan dari R1 :
“Kalau pertama khn pagi itu khn udah apsensi, yang penting dari bagian saya sendiri khn asensi , terus perhitungan produksi yang sudah dikerjakan operator nanti khn ada tiga sift itu pagi, siang, malam, itu nanti hasilnya dihitung, terus dilaporkan ke departement, itu lainnya ya nanti khn ada yang backup, ada yang menyimpan texsit ada perhitungan relist,”
75
Pada umumnya setiap buruh/pekerja wajib apsensi yang di lakukan awal masuk kerja bagi R1 apsensi adalah hal terpenting bagi dirinya dan pada umumnya bagi setiap buruh/pekerja. Pada Depatement Spinning memiliki apsensi atau pencatatan waktu dengan pencatatan waktu hadir dan waktu pulang kerja. Setelah itu R3 mengerjakan pekerjaannya dengan melakukan perhitungan hasil produksi yang sudah dikerjakan pada shift sebelumnya (sift malam) kemudian hasil produksi tersebut di laporkan ke departement. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dicatat dan di laporkan ke departement kemudian data tersebut di backup atau dibuat dalam bentuk arsip data komputer agar data tersebut tidak rusak atau hilang sehingga data tersebut dapat digunakan kembali.
Sedangkan instruksi kerja/job descrition khusus bagi perempuan yang hamil, diberi beban kerja yang ringan agar tidak terjadi keguguran atau hal-hal tidak diinginkan yang berkaitan dengan kehamilan, seperti yang diungkapkan oleh responden R4 :
“Nimbang benang, hari ini nimbang aja mba, khn saya lagi hamil jadi saya disuruh nimbang aja...sampe nanti 8 setengah bulan, nanti khn ada cuti, sekarang ini baru 2 bulan hamil. Kalau sebelum hamil, itu kerjanya masukin benang-benang dari bagian kecil sampe ke besar, jadi bentuk e seng kecil...misalke seng kecil itu dililit jadi besar.”
76
Adanya tolenransi dari perusahaan khusus bagi buruh/pekerja yang hamil dapat dilihat dari penuturan R4, yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dikerjakan saat ini adalah menimbang benag selama menjalani masa kehamilan, sedangkan pekerjaan yang dikerjaka sebelumnya adalah memasukkan benag-benag kemudian dililit dari kecil sampai menjadi lilitan benag yang besar. Tentu pekerjaan sebelumnya lebih berat dari pada jenis pekerjaan yang ditangani sekarang. Pempatan pekerjaan R4 tentu melewai beberapa pertimbangan dari perusahaan hal ini dikarena untuk melindungi buruh/pekerja yang hamil. Sehingga R4 diberi pekerjaan yang ringan demi kesehatan ibu dan janin yang dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga adanya peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah terkait perlindungan buruh/pekerja perempuan yang mengalami kehamilan. Perlindungan buruh/pekerja yang hamil, diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Pasal 82 ayat (1). Hal ini menunjukkan adanya kepatuhan perusahaan dalam menjalankan
peraturan pemerintah sesuai dengan UU
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, selama delapan setengah bulan R4 bekerja di bagian menimbang berat benag, setelah itu satu setengah bulan (1,5) sebelum melahirkan buruh/pekerja diberi cuti melahirkan atau hak cuti melahirkan (H2). Tentu selama buruh/pekerja tersebut hamil, maka haknya untuk mendapatkan H1
77
(hak cuti haid) dan pesangon tidak diberikan. Setelah melahirkan 1,5 bulan dan menurut perkiraan dokter buruh tersebut bisa kembali bekerja, jika belum pulih buruh tersebut wajib untuk melaporkan atau ijin kepada pimpinan setempat. Hal ini juga dialami oleh R6 yang juga mengalami kehamilan dengan masa kandungan 8 bulan, berikut penuturan R6 :
“Masuk kerja terus ngecek berat benang. Kalau aku kerjanya di bagian ngecek berat kualitas bisa ga masuk standar, terus kita laporan maintanancenya, sampe pulang.”
Demikian juga dengan R6, yang bertugas untuk mengejek berat benag, apakah benang tersebut masuk dalam standar kualitas atau tidak, setalah itu hasil dari kualitas benag tersebut dilaporkan ke maintanance. R6 mengerjakan pekerjaan yang ringan, agar tidak terjadi keguguran yang disebabkan oleh kecelakan kerja. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bahwa ada toleransi perusahaan dalam melindungi buruh/pekerja yang sedang hamil atau adanya perlindungan bagi buruh/pekerja perempuan khususnya dalam hal perlindungan reproduksi. Sesuai dengan aturan pemerintah dalam hal perlindungan reproduksi yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Pasal 82.
78